🍃Awal yang buruk, untuk sebuah akhir yang indah🍃
Langit Pradipa Mahardika, pria rupawan yang memiliki kekayaan yang tak pernah mungkin bisa dihitung jumlahnya, seorang pria yang dapat dengan mudah membuat para wanita meleleh melihat senyumnya, juga seorang pria yang sering membuat wanita patah hati dengan tatapan tajam matanya.
Tiga tahun lalu semua kekayaan dan kekuasaan ayahnya telah jatuh ke tangannya, dikarenakan pada saat itu sang ayah yang tiba-tiba terserang stroke dan mengharuskannya menggantikan posisi ayahnya untuk menjadi seorang Presiden Direktur di usia mudanya
Dia menjadi pemimpin untuk jutaan orang yang bekerja di banyak perusahaannya.
Kinanti Bintang Prasetya, seorang wanita cantik dan cerdas, memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, sehingga di umurnya yang baru memasuki 28 tahun dia sudah menjadi seorang kepala cabang di sebuah bank swasta ternama di negeri ini.
Dengan kecantikan yang dimilikinya banyak pria yang jatuh hati kepadanya, tapi dia bukanlah wanita yang mudah jatuh cinta, tak seorang pria pun sanggup membuat hatinya bergetar.
...****************...
"Saya akan membacakan biodata lengkap tentang seorang Hellena, putri bungsu dari Pak Handoko yang akan menjadi investor untuk pembangunan hotel kita di Batam dan Bali."
"Bacakan!" ucap Langit, tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen yang sedang ia tanda tangani.
"Helen Prameswari usia tujuh tahun lebih muda dari anda, hobi berkuda dan traveling, memiliki sifat manja yang rata-rata dimiliki nona-nona muda lainnya. Segala kemauannya adalah perintah yang tidak bisa ditolak, memiliki banyak kekasih walaupun dia tahu bahwa mereka hanya memanfaatkan kekayaannya. Dan sepertinya dia akan lebih mudah ditaklukkan, karena dia sangat mudah jatuh cinta. Mungkin hanya butuh 10 detik bagi anda untuk membuatnya jatuh cinta." Seorang sekretaris pribadi bernama David membacakan biodata seorang wanita yang akan menjadi target Langit untuk memudahkan jalannya dalam pembangunan proyek hotel dan resort yang akan dimulainya awal tahun depan nanti.
Langit menyunggingkan sebelah sudut bibirnya, seolah meremehkan targetnya.
"Lanjutkan!"
"Kelemahannya, dia sudah tidak perawan lagi, terbukti dia telah dua kali menggugurkan kandungannya tanpa sepengetahuan orang tuanya." Lanjut sang sekretaris sambil menutup dokumen yang dibacanya.
"Bagus, jam berapa aku akan bertemu dengannya?"
"Pada jam makan siang hari ini Tuan."
...****************...
Sementara itu di sudut ruangan lain di waktu yang sama seorang gadis cantik masih bersembunyi di dalam selimutnya, suara alarm yang sejak satu jam yang lalu menggema di dalam kamarnya tak mampu membuatnya terbangun dari mimpi indahnya. Begitupun suara ibunya yang berulang kali mengetuk-ngetuk sambil berteriak di balik pintu kamar yang berwarna putih itu masih tak cukup untuk membuatnya terbangun.
Terdengar samar-samar olehnya suara pintu kamarnya dibuka.
"MAU SAMPE KAPAN KAMU TIDUR?" teriak sang Mama seraya menarik selimutnya yang menampilkan tubuh indahnya dalam gaun tidurnya yang berwarna putih.
"Kan biasanya aku bangun lebih pagi dari Mama." Rengeknya tanpa berusaha membukakan matanya.
"Bukannya kamu udah janji sama Mama mau ketemu sama anak temen Mama."
"Kenapa ga Mama aja sih yang ketemu sama dia, kalo Mama cocok aku pasrah, daripada harus jadi istri muda atasanku," jawabnya enteng.
"Kalo sampai kamu ga datang menemui dia, jangan harap kamu bisa bekerja besok!"
Ancaman dari sang Mama sontak membuatnya berlari ke kamar mandi yang berada di kamarnya.
...Beberapa jam kemudian...
"Kin kamu yakin mau ketemu sama laki-laki itu?" Tanya Fadli, sahabat laki-lakinya yang selalu ada untuknya di waktu senang maupun susah.
"Mau gak mau. Daripada harus dipasung sama Emak gue, lu tau sendiri kan gue punya Ibu kandung tapi rasa ibu tiri."
Jam tangan bermereknya menunjukkan sudah pukul 12 siang, ketika mobil Fadli memasuki pelataran restoran yang berada di sebuah hotel yang sangat terkenal di negeri ini.
"Gue dah oke kan?"
"Kamu selalu cantik Kin," jawab Fadli tulus.
Fadli adalah sahabat Kinan sejak mereka duduk di SMP, pria blasteran Bandung Belanda itu memang sangat keren dibandingkan pria-pria pada umumnya. Fadli sebenarnya sudah mulai menyukai Kinan sejak mereka masih saling menjadi mahasiswa. Tapi selama ini Kinan tidak pernah mengetahui perasaan Fadli untuknya, Selain takut ditolak, Fadli takut Kinan akan menjaga jarak dan akan menjauhinya nanti.
"Thanks ya, lu udah mau gue repotin." Gadis itu kemudian segera memasuki lobi hotel itu menuju restoran yang menjadi tempatnya bertemu dengan pria anak dari teman ibunya.
Sebelum memasuki restoran Kinan mencari toilet untuk memperbaiki riasan wajahnya.
Tapi tiba-tiba seorang pria dengan setelan jas yang sangat pas di tubuhnya menabrak tubuh Kinan hingga terjerembab ke lantai.
"Maaf!" ucap pria tampan itu sambil mengulurkan tangannya untuk membantunya bangun.
"Sekali lagi saya minta maaf!" Sambil setengah membungkukkan tubuh atletisnya dan mengulurkan tangannya untuk membantu wanita yang tak sengaja dia tabrak tadi.
"Saya harap kita tidak akan bertemu lagi," jawab Kinan dengan angkuhnya tanpa meraih tangan pria itu kemudian menepuk-nepuk gaun berbahan sifon berwarna putih dengan panjang selutut.
Cih, memangnya siapa yang mau bertemu dengan wanita sombong macam dirimu?
Kinan pun berlalu tanpa mempedulikan pria yang meminta maaf kepadanya, dan tak henti-hentinya menggerutu.
Setibanya di restoran gadis bergaun putih itu mencari keberadaan pria yang akan mengajaknya makan siang. Karena restoran sedang penuh pengunjung Kinan bingung pria mana yang sedang menunggunya, sebab ini kali pertama mereka akan bertemu.
Kinan meraih tas tangan kecil yang senada dengan gaun yang ia kenakan berniat menelpon pria tersebut. Tapi dia tidak menemukan handphonenya.
"Perasaan tadi masih ada. Tadi kan gue nelpon dia di mobil. Masa sekarang hp gue ga ada?" gumamnya pada dirinya sendiri, lalu ingatannya langsung tertuju pada pria yang menabraknya di depan toilet. "Pasti dia yang ngambil hp gue. Maling sekarang makin keren tampilannya."
Mata indahnya langsung berkeliling mencari keberadaan pria yang mengenakan setelan jas putih senada dengan sepatu yang ia pakai. Ingatan tajamnya memang sangat berguna dikondisi seperti ini, pikirnya.
Tak lama dia langsung menemukan target yang dituju, yang kala itu sang target sedang tersenyum lebar kepada seorang gadis cantik nan anggun di hadapannya.
"Lu akan nyesel udah ngusik ketenangan gue. So jangan harap hidup lu bisa tenang juga." Ocehnya pada dirinya sendiri, lalu menghampiri mereka yang sedang duduk di dalam kafe yang masih berada di dalam hotel tersebut.
"Balikin handphone gue!" Sambil menengadahkan tangannya ke arah si Pria yang sedang tersenyum manis ke arah lawan bicaranya. Terkadang sifat sombong dan arogannya muncul disaat yang tidak tepat juga.
"Handphone?" Pria tampan itu menautkan kedua alisnya, bingung dengan ucapan wanita sombong yang ia temui di depan toilet tadi.
"Jangan pura-pura pilon deh! Gue juga tau lu itu sindikat pencopet yang berpenampilan necis kan! Cepet balikin hp gue!" Kali ini suara naik satu oktaf.
Hampir semua mata pelanggan kafe tertuju ke arah mereka dengan pandangan tajam seperti menghakimi sang pria secara tidak langsung yang sedang diteriaki Kinan.
Dengan menahan amarahnya dia langsung menarik gadis aneh itu keluar dari kafe tersebut dan membawanya masuk ke dalam lift.
"Apa-apaan sih lu? Gue cuma minta balikin hp gue, kenapa lu malah narik-narik gue gini sih?" Terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.
"Saya bisa melaporkan kamu dengan tuduhan pencemaran nama baik, karena kamu sudah menuduh saya mencuri. Kamu tau siapa saya?" tanya pria itu tanpa melepaskan genggamannya. "Langit Pradipa Mahesa, pemilik hotel ini." Kemudian memberikan handphonenya. "Silahkan cari nama saya di situs pencarian!"
Dan dengan sedikit gemetar Kinan mengetik nama Langit Pradipa Mahesa seperti yang dia perintahkan, karena seingatnya nama itu juga adalah nama pemilik saham terbesar di Bank tempatnya bekerja.
Gadis berambut panjang itu begitu terkejut dengan kebenaran yang baru saja dia dapatkan itu, wajah sombongnya itu langsung berubah seketika dengan tatapan memelas dan memohon ampun.
"Maaf!" ucap Kinan dengan suara yang hanya bisa didengar olehnya sendiri. Dia begitu malu pada dirinya sendiri.
Ting!
Pintu lift berbunyi dan Langit segera meninggalkan gadis cantik yang tertunduk malu itu sendiri di dalam lift.
Satu jam berlalu, akhirnya dia sudah tidak lagi berniat menemui pria yang dijodohkan ibunya.
"Kinanti?" tanya seorang pria dengan kulit hitam manis menarik tangan kanannya, yang otomatis membuat tubuhnya berbalik dan menabrak dada pria yang memanggilnya.
"Siapa ya?"
"Aku Farel." Dan tersenyum manis ke arahnya.
"Maaf tadi aku ada masalah sedikit jadi telat datangnya, and pas aku mau nelpon kamu hp aku ilang," keluhnya.
"Aku juga tau, tadi temen kamu bilang katanya hp kamu ketinggalan di mobilnya, jadi tadi waktu aku nelpon kamu dia yang angkat."
Astaga kenapa gue ga kepikiran kalo hp gue ketinggalan di mobil ya?
"Jangan ganggu kekasih saya!" Terdengar suara seorang pria yang tak asing di telinga Kinanti. Kemudian dia menarik tangannya dan merangkul bahu Kinan yang masih lemas dengan fakta yang baru dia dengar.
"Jangan ganggu kekasih saya!" Terdengar suara seorang pria yang tak asing di telinga Kinan. Pria itu kemudian menarik tangannya dan merangkul bahunya yang masih lemas.
Hampir saja tubuhnya terjatuh jika tangan kekar itu tidak merangkulnya dengan kuat.
Kinan membelalakkan matanya sebagai protes akan ucapan Langit.
"Kamu ga usah ngambek lagi sayang, aku minta maaf. Aku yang salah!" Ucap Langit, seolah mereka adalah pasangan kekasih yang sedang bertengkar.
"Bohong! Dia bukan pacar aku. Aku ga kenal sama dia!" Kinan menggelengkan kepalanya dan berusaha melepaskan rangkulan Langit. Tapi percuma, tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan pria tinggi dan atletis itu.
"Kamu jangan marah gitu dong, yuk kita lanjutin acara kita yang di kamar tadi." Lanjutnya, Langit masih tetap berakting seperti seorang kekasih yang begitu mencintai Kinanti.
"Jadi tadi kalian?" Farel mencerna apa yang Langit bicarakan seraya menyambungkan dengan kejadian satu jam yang lalu.
"Ya, seperti yang ada di bayanganmu." Jawabnya vulgar.
"Bohong! Aku bener-bener ga kenal siapa pria gila ini." Memberi sedikit penekanan pada kata gila.
"Gila di ranjang maksud kamu?" Membisikan kata-kata vulgar itu ke telinga Kinant, yang masih terdengar jelas oleh Farel.
Pantes aja dia ga nongol-nongol, ternyata lagi enak-enakan sama pacarnya. Tapi kok pacarnya kayak ga asing ya? Farel membatin.
"Maaf, saya sudah membuat kamu harus datang ke perjodohan ini." Kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Sampai punggung Farel menghilang dari penglihatan mereka Langit terus merangkul tubuh Kinanti kemudian membawanya kembali ke dalam lift.
Di dalam lift Langit dengan kasar melepaskan rangkulannya dan membuat Kinan terjerembab ke dinding lift hingga Kinan meringis kesakitan, tapi Langit tidak peduli.
"Mau kamu apa sih?"
"Saya mau kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat kepada saya beberapa saat lalu!" Pintanya tanpa basa-basi.
"Maksudnya?"
"Kamu tau siapa wanita yang sedang berada dengan saya barusan?"
"Maksud kamu wanita tadi itu? Dia Pacar kamu?" Tanya Kinan sinis.
"Dia lebih penting dari sekedar kekasih bagi saya. Dia adalah putri dari calon investor yang akan bekerja sama dengan hotel saya. Dan kamu tau berapa jumlah uang yang akan dia investasikan ke hotel saya? Heh, tidak akan terbayangkan oleh rakyat jelata seperti dirimu." Sambil memperhatikan Kinanti dari ujung kepala hingga ujung kaki, yang kala itu apa yang dipakainya adalah barang-barang bermerek yang tidak sembarang orang bisa memilikinya.
Kinan hanya diam membisu, dia tidak tahu harus bicara apa. Dan terbayang olehnya angka nol yang berbaris di belakang nominal angka pertamanya.
Kinan menelan ludah kasar, dia pun membayangkan jika pria dihadapannya akan menyeretnya ke kantor polisi.
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?"
"Jelaskan kepadanya apa yang terjadi, sebab hanya sepertinya dia sudah tidak mempercayai saya. Sekarang dia masih menunggumu di kafe tadi." Jawabnya tapi dengan nada yang sudah tidak lagi mengintimidasi.
"Baiklah." Jawabnya pasrah. Mau gimana lagi toh memang aku yang salah.
Hanya dalam hitungan menit, Kinan dan Langit sudah berada di Kafe yang tadi Kinanti kunjungi untuk melabrak Langit. Kinan berjalan menuju bangku wanita yang memunggunginya.
"Maaf membuat kamu menunggu, dia akan menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi barusan." Ucap Langit ketika berada di depan meja wanita itu.
"Maaf—" Belum selesai Kinan, memohon maaf, dan menjelaskan masalah yang terjadi barusan. Wanita cantik itu lalu memotong kata-katanya.
"Kamu Kinanti kan? Kinanti Bintang Prasetya?" Dengan nada mengejek, seolah dia tahu semua aibnya di masa lalu.
Kinan bingung dan mengingat-ingat wajah cantik yang ada di hadapannya itu. Tapi tak ada ingatan tentang wanita itu.
"Kamu lupa siapa aku? Aku Helena!" Memperkenalkan dirinya dengan nada sombong.
Senyuman Kinan seketika menghilang, karena kejadian memalukan tujuh tahun silam kembali berputar diingatkannya.
Hari itu di kantin sebuah kampus tempat mereka kuliah, Helen dengan lantang memfitnah Kinan bahwa dia sudah tidak virgin lagi, karena sudah sering ditiduri oleh kekasihnya yang waktu itu ia rebut. Entah siapa yang memfitnah, yang jelas dia begitu membenci Helena sampai detik ini.
Dia benci Helen bukan karena dia merebut kekasihnya, tapi karena telah mempermalukannya di depan mahasiswa yang ada di kantin saat itu. Kinan berusaha untuk melupakan kejadian memalukan yang membuatnya jadi bahan bulian teman-temannya karena menganggapnya perempuan murahan hingga berbulan-bulan.
Langit tidak menyangka jika kedua gadis itu telah saling mengenal, pasti lebih mudah untuk menjelaskan masalah yang terjadi pada Helen pikirnya.
Dengan senyum merekah Langit mempersilahkan Kinan duduk untuk menjelaskan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu.
Tapi tidak demikian dengan Kinan, amarahnya semakin besar, kebencian yang hampir dia lupakan kembali lagi saat itu. Ingin rasanya dia menampar bahkan menjambak rambut indahnya Helen saat itu juga, tapi akal sehatnya masih mendominasi pikirannya kala itu, hingga dia mampu mengurungkan niatnya dan duduk di samping Langit yang terus tersenyum manis seolah kemenangan telah di tangannya.
"Jadi apa yang akan kamu jelasin?" Tanya Helen masih dengan nada mengejek.
Masa bodoh dengan uang milyaran ataupun triliunan yang akan orang tuanya investasikan, toh dia juga tidak pernah mengenal siapa Langit, dia pun tidak akan rugi apapun jika kerjasama mereka gagal. Yang dia inginkan saat ini adalah mempermalukan Helen, itu pikirnya.
"Aku pesen minum dulu buat kamu ya." Ucap Langit meminta izin kepada kedua gadis di hadapannya.
Kinan tersenyum manis ke arah Langit, tanpa bisa Langit artikan maksud senyumannya itu.
Ah mungkin dia sangat senang bisa berjumpa teman lamanya. Pikirnya, tanpa tau niat licik yang tersembunyi di otak cerdas wanita bergaun putih itu.
"Sepertinya kamu selalu suka apa yang aku punya ya?" Kinan mulai memberanikan diri membuka mulutnya.
"Maksud kamu?"
"Seperti Anton dulu, kamu merebutnya dari aku, dan sekarang kamu berniat merebut Langit lagi dari aku? Jangan harap!" Ucap Kinan dengan penuh penekanan disetiap kalimat yang diucapkannya. Sifat angkuh dan sombongnya memang selalu keluar disaat yang tidak tepat.
"Sepertinya kalian sedang membicarakan sesuatu yang penting?" Tanya Langit melihat ketegangan di wajah Helen yang kala itu diikuti oleh seorang pelayan yang membawakan segelas jus jeruk untuk Kinan.
"Langit apa benar kalian—?" Telunjuknya menunjuk Kinan dan Langit secara bergantian
"Ya kami adalah sepasang kekasih. Dia kekasihku, dan sepertinya sebentar lagi kami akan menikah. Bukan begitu sayang?" Tanya Kinan pada Langit yang kala itu duduk tepat di sampingnya, entah setan apa yang memprovokasinya untuk berbuat hal gila saat itu. dia mengecup mesra bibir pria yang belum sehari ditemuinya.
Helen yang murka melihat kejadian itu, langsung angkat kaki saat itu juga, tanpa mau melihat lagi kejadian selanjutnya.
Langit sangat terkejut dengan tindakan b*doh Kinan membuatnya seperti terpaku di kursinya, sedangkan Kinan hanya bisa membentur-benturkan kepalanya di meja kafe yang berbentuk bundar itu dan menyesali tindakannya beberapa saat lalu.
Tinggalkan jejakmu reader...😘😘😘
Langit yang terkejut dengan tindakan b*doh Kinan seperti terpaku di kursinya, sedangkan Kinan membentur-benturkan kepalanya di meja kafe berbentuk bundar itu yang menyesali tindakannya.
Beberapa detik kemudian Langit yang menyadari kepergian Helen segera berlari mencari keberadaan Helen untuk menjelaskannya, tapi sayangnya dia tidak menemukan Helen, entah kemana dia pergi Langit tidak tahu. Yang jelas wanita itu sudah menghilang dari pandangannya.
Kinan merutuki tindakan b*dohnya, dia hanya bisa menyesali tindakannya beberapa menit yang lalu.
Langit kembali ke meja Kinan dan menarik tangan Kinan, kemudian membawanya lagi masuk ke dalam lift yang khusus dia gunakan. Di dalam lift Langit hanya bisa menahan kesal dan mencengkram pergelangan tangan Kinan dengan kuat, dia tidak mempedulikan bahwa Kinan merasa kesakitan oleh cengkramannya.
Mungkin jika tidak ingat dia perempuan Langit sudah menghajarnya habis-habisan, seperti yang biasa dia lakukan terhadap orang-orang yang mengkhianati dirinya.
Pintu lift berbunyi, tangan kekar Langit masih erat menggenggam tangan mungil milik Kinan, hingga membuat Kinan meringis kesakitan, tapi Langit tetap tidak mempedulikannya. Dia setengah menyeret gadis cantik bergaun putih itu. Dengan heelsnya yang lumayan tinggi dan runcing, Kinan jadi sedikit kesulitan mengimbangi langkah kaki Langit yang lebar.
Brakk!!!
Pintu lebar dan kokoh itu terbuka hanya dengan sekali hentakan kakinya yang panjang, membuat David sang sekretaris pribadinya terkejut dengan kedatangan Langit yang tiba-tiba dengan menendang pintu ruangannya. Dia juga kembali terkejut melihat Langit menyeret seorang wanita cantik yang meringis kesakitan karena cengkraman tangan kekar Langit.
"Ada masalah apa?" Tanya David melihat wajah marah Langit.
"Dia masalahnya!" Jawab Langit dan menghempaskan tubuh elok Kinan ke sofa besar yang ada di ruangan itu.
'LANGIT PRADIPA MAHESA' Kinan melihat papan nama yang berada di atas meja dengan penuh dokumen itu.
Berarti ini ruangannya, apa yang akan dia lakukan kepadaku disini? Di ruangan luas yang sepertinya dibuat kedap suara ini?
Walaupun aku dibunuh, pasti tak akan ada yang bisa mendengarnya.
Karena seingatnya hanya ruangan ini yang ada di lorong itu.
David hanya menaikkan alisnya, meminta penjelasan yang lebih kepada atasannya.
"Dia sudah menghancurkan rencana kita. Sekarang Pak Handoko tidak akan pernah lagi mau untuk berinvestasi kepada proyek yang sudah berbulan-bulan kita susun ini. Aku sudah susah payah mendekati anaknya dan hampir saja dia jatuh ke genggamanku, tapi wanita gila ini menghancurkannya begitu saja. Dia seenak jidatnya mengaku-ngaku kekasihku dan menciumku di depan putri Pak Handoko hingga membuatnya langsung angkat kaki seketika itu juga tanpa mau mendengarkan penjelasanku." Ucap Langit menjelaskan panjang lebar.
Kinan tak henti-hentinya menangis, dia sudah membayangkan hal buruk akan menimpanya sesaat lagi.
"Mengapa Anda membawanya kesini? Apa Anda mau menikahinya karena sudah mencuri ciuman berharga Anda?" Tanya David berusaha melucu.
"Bukankah membunuhnya akan lebih menarik dibandingkan menikahinya?" Jawab Langit, seolah membunuh seseorang adalah hal yang mudah baginya.
"Baiklah aku bisa menjelaskan semuanya. Ku mohon lepaskan aku, aku berjanji akan menemui Helen." Mohon Kinan dengan suara bergetar ketakutan.
Langit mendekatinya, dengan pandangan seperti hendak menerkam Kinan. Tiba-tiba terdengar nada dering Handphone Langit berbunyi, kemudian melihat nama yang tertera di handphone keluaran terbaru miliknya. Terlihat kecemasan di wajahnya saat menatap layar handphonenya.
"Masalah baru segera datang. Urus dia dengan baik!"
Langit pergi meninggalkan ruangan itu. Sekarang Kinan hanya berdua bersama David yang memiliki sorot mata yang tidak kalah menyeramkan dari Langit.
"Kamu bermain dengan orang yang salah Nona. Dia bisa melenyapkan mu dengan sekejap mata." Ancamnya sambil mendekati Kinan yang masih menangis di sofa.
"Siapkan pengacara mu. Besok kami akan menggugat mu dengan pasal pencemaran nama baik."
Kinan masih bergetar mendengar ancaman dari David, air matanya tak henti-hentinya mengalir, sambil mencerna apa yang David katakan barusan.
Jadi mereka tidak akan membunuhku?
cuma menuntutku?
"Kami akan menuntutmu sebanyak 10 milyar." Ucapnya penuh penekanan pada kata 10 milyar nya.
Kinan menelan ludah ketika mendengar angka fantastis itu. Ini sama saja kalian membunuhkua secara perlahan.
********
"Iya Nek?"
"Apa yang ada di otakmu anak bod*h? Bisa-bisanya kau berciuman ditempat umum? Jika memang kau tidak menyetujui perjodohan yang aku buat, kenapa kau tidak membawa kekasih mu dan mengenalkannya kepadaku?" Suara tua itu meninggi
"Ini tidak seperti yang nenek bayangkan. Ini semata-mata hanya kesalahpahaman Nek."
"Aku tidak bisa menerima segala alasanmu! Kau lupa kau ini siapa? HAH?"
"Maafkan aku Nek, aku pastikan tidak akan ada berita mengenai hal ini Nek!"
"Foto konyol mu saja sudah ada ditanganku. Dan pastinya para pesaing mu pun sudah mendapatkannya. Dasar bodoh! Bawa wanita itu ke rumah ini besok!"
"Tapi Nek dia—"
"Bawa wanita itu, atau siapkan dirimu untuk turun dari jabatan mu dalam waktu dekat." Sambungan telepon pun diputus.
Langit kembali ke ruangannya sambil memijat pelipisnya, berusaha menghilangkan kepenatannya saat itu.
Hanya gara-gara foto ciuman dari gadis gila itu bisa menjatuhkan dirinya dari jabatannya. Benar-benar gila.
•
•
Kinan menelan ludah ketika mendengar angka fantastis itu
Uang tabunganku pun masih jauh dari angka itu? Apa aku harus menjual mobil kebanggaanku?
Tas, sepatu dan barang-barang branded ku pun jika ikut kujual masih belum bisa menyentuh setengah dari angka itu.
Kinan bergumam sambil menghitung barang-barang miliknya yang bisa dijadikan uang. Disaat yang bersamaan Langit kembali ke ruangannya.
"10 milyar masih belum cukup untuk membayar apa yang telah kau perbuat kepadaku. Tuntut dia sebanyak 50 milyar!"
Mendengar jumlahnya dinaikkan lima kali lipat, tubuh Kinan serasa mencair.
Dia yang tadinya sudah akan pergi dari tempat itu kembali menjatuhkan dirinya ke sofa.
"Kenapa aku harus membayar sebanyak itu hanya untuk sebuah ciuman? Tidak itu lebih tepatnya hanya sebuah kecupan kecil. Bahkan aku saja tidak menikmatinya." Kinan memberanikan diri untuk protes.
Ucapan Kinan itu membuat Langit dan David terkejut, karena baru pertama kalinya mereka melihat wanita yang kelihatannya tidak tertarik terhadap seorang Langit.
"Aku bukan hanya pemilik hotel ini, tapi aku juga pemilik banyak perusahaan termasuk Bank tempat kau bekerja." Jawab Langit angkuh ketika melihat kartu nama yang Kinan berikan kepada David beberapa menit yang lalu.
•
•
•
Suara nada dering Handphone Kinan menggema memenuhi kamar tidurnya yang cukup luas untuk ukuran kamar tidur pada umumnya.
"Siapa sih yang nelpon pagi-pagi begini?" Kinan menggerutu sambil mengangkat panggilan telepon dari nomor yang tidak ia kenal
"Halo?" Sapanya dengan suara serak, khas bangun tidur.
"Kamu sudah siapkan uang yang 50 milyar itu nona?" Terdengar suara laki-laki di seberang sana.
Kinan langsung membulatkan matanya, dia segera bangkit dari tidurnya dan melihat kembali nomor si penelpon.
"Sepertinya uangmu sangat banyak, hingga masih bisa menikmati tidurmu di akhir pekan ini." Lanjut Langit yang sepertinya tahu bahwa Kinan masih tidur ketika ia meneleponnya.
"Halo, ini siapa ya?" Kinan pura-pura pilon.
"Kau jelas-jelas tau siapa saya Nona. Mari kita bertemu untuk membahas masalah kita!"
"Hari ini aku ga bisa, aku harus menghadiri pesta pernikahan saudara sepupuku." Elaknya dan itu memang benar.
"Ok, kalo begitu, satu jam lagi saya akan mendatangi langsung rumahmu. Nona Kinanti Bintang Prasetya." Dengan nada mengancam dia menutup teleponnya.
Sebuah pesan masuk ke aplikasi WhatsApp-nya.
"Tunggu saya di rumah atau kita ketemu di luar?" Sebuah pesan dari Langit yang membuat Kinan merinding ketakutan.
"Baiklah, kita ketemu ditempatkan yang kamu tentukan. Tapi aku harus menghadiri pesta pernikahan sepupuku dulu. Jika kamu tidak keberatan kita bertemu sekitar jam makan siang. Bagaimana?" Kinan membalasnya dengan cepat.
•
•
Di gedung yang penuh dengan para tamu undangan, Kinan terlihat begitu gelisah, berkali-kali dia melirik jam tangan kecil yang dikelilingi berlian kecil di setiap sudutnya.
"Kenapa lu Dek? Kesel ya ngehadirin pesta kawinan orang mulu?" Ejek Bagas, kakak Kinanti.
"Kak, bisa tolong pinjemin gue duit ga?" Kata Kinan dengan wajah serius.
"Buat apa?" Tanya Bagas, dia begitu terkejut dengan apa yang didengarnya barusan. Karena seumur-umur baru kali ini adik semata wayangnya meminta pinjaman uang kepadanya.
Tapi Kinan bingung untuk menjelaskan mengapa dia membutuhkan pinjaman uang tersebut.
"Elu kenal siapa Langit Pradipa Mahesa?"
"Presdir muda itu? Lu ada hubungan apa sama dia?" Tanya Bagas sambil tersenyum ke arah Kinan.
"Jangan pikir macem-macem! Pokoknya kalo sampe lu nemuin mayat gue. Lu tinggal laporin dia aja ke polisi!"
Kini dia mulai berpikir untuk menerima tawaran menikah dari atasannya yang juga seorang pria tua pemilik tambang batubara, yang sudah puluhan kali berusaha untuk menjadikan kinan istri yang entah keberapa.
Mungkin ini takdir yang harus aku lalui. Jadi istri muda gorila coklat,,,😭😭😭
Tinggalkan jejakmu reader..🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!