Namanya Pradivta Anugra Putra biasa di panggil Divta
, dia adalah anak pertama dari istri pertama pengusaha sukses dan sangat di segani, Wijaya dan ibunya bernama Aruni.
Usianya sudah matang untuk menikah, sudah sangat matang tapi ia masih belum kepikiran untuk menikah, usianya tiga puluh lima tahun.
Walaupun belum menikah tapi ia di karuniai seorang putri yang cantik dari hasil hubungan terlarangnya dengan seorang gadis bernama Davina, tapi sayang sekali Davina meninggal dunia setelah melahirkan putrinya.
Putri kecilnya sekarang tinggal bersama dengan Divta, mananya Divia Paradista
Divia putri cantiknya itu kurang beruntung karena lahir dengan kelainan pada jantungnya. Karena Davina mengalami komplikasi di masa kehamilannya hal itu mempengaruhi kesehatan putri kecilnya itu.
Divta ternyata juga kurang beruntung, Ayah dan ibunya memutuskan bercerai saat ia berusia empat tahun karena suatu hal, kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita keturunan bangsawan jawa bernama Ni Ayu Diajeng Ratih Putri Ayundia dan di karunia seorang putra juga bernama Diragra Anugra putra.
Hubungan mereka awalnya sangat baik, Divta juga begitu menyayangi adik beda ibu itu. Tapi semakin ia besar, rasa iri ibunya terhadap istri baru mantan suaminya membuatnya menghasut Divta untuk membenci keluarga baru ayahnya.
"Bang ....!" panggil Agra kecil, saat itu usia agra masih enam tahun.
"Berhenti ...., jangan mengikuti ku! Aku membencimu ...!" teriak Divta kecil.
Hingga semakin lama Divta semakin membenci Agra dan ibunya, ia menganggap jika Agra dan ibunya yang sudah membuat ayah dan ibunya bercerai dan membagi kasih sayang ayahnya.
"Bang ..., jangan tinggalkan Agra!"
"Sudah ku bilang, jangan ikuti aku lagi ...., pergi ...., pergi ....!" ucap Divta sambil mendorong tubuh Agra kecil.
Ia begitu marah, ia juga memilih menyendiri. Ia sering menghabiskan waktunya di pinggir danau.
Kemudian seorang gadis kecil menghiburnya di sela kesepiannya.
"Kak ...., kakak kenapa?"
"Kamu siapa? Kenapa menggangguku?"
"Kakak kesepian ya, biar Ara temenin ya ....! Kita main bersama!" ucap gadis kecil itu.
Semenjak itu ia begitu senang datang ke danau itu, ia selalu menunggu kedatangan gadis kecil itu.
Ia merasa di butuhkan, saat gadis kecil itu menangis karena kakinya terluka atau karena ia di ganggu oleh anak-anak lainnya.
Hingga saat usianya menginjak lima belas tahun, ayah nya meninggal karena sebuah ledakan mobil.
Tiba-tiba saja ibunya mengajaknya ke luar negri. Ia begitu keberatan karena ia tidak ingin meninggalkan gadis itu.
"Kakak beneran mau pergi ya?" tanya gadis kecil itu.
"Iya ...., tapi aku pasti akan kembali buat kamu, kamu jangan ke mana-mana ya ...., tunggu aku!"
Divta pun terpaksa harus pergi, gadis kecil itu terus mengejar mobil Divta yang pergi sambil menangis.
Nyonya Aruni seperti sengaja menyembunyikan identitas mereka di luar negri. Mereka membangun perusahaan yang di berikan oleh ayahnya sebagai harta milik putra pertamanya.
"Mam ...., Divta mau pulang saja!" ucap Divta sambil terus menangis.
"Kita harus tetap di sini sayang sampai keadaannya benar-benar baik-baik saja, sampai kamu tumbuh jadi pria yang tangguh nak!"
Nyonya Aruni menempa Divta menjadi pria yang dingin dan kejam, yang bisa berdiri di kakinya sendiri.
"Nanti kita harus mengambil semua yang seharusnya menjadi milik kita sayang ...., balaskan kekecewaan mama sayang!"
Sepanjang hidup nyonya Aruni terus memberikan pengaruh buruk pada putranya itu, mengatakan kalau istri baru ayahnya dan juga Agra tidak punya hak apa-apa, ia mau suatu saat nanti Divta bisa merebut finityGroup untuknya.
Mereka hanya datang sesekali ke Indonesia, nyonya Aruni sengaja mengajak Divta ke Indonesia untuk meminta haknya. Tapi selalu gagal.
Hingga saat usia tiga puluh tahun ia benar-benar datang ke Indonesia, ia mencari kelemahan Agra dan ibunya. Ia mendapatkan Viona, wanita yang menjadi mantan kekasih adiknya itu.
Ia juga tahu jika ada orang lain yang berada di belakang Agra dan ibunya. Ayah dan anak yang begitu setia di belakang mereka membuat Divta harus menyusun strategi dengan begitu matang.
Kedatangannya kembali bukan hanya untuk menghancurkan Agra
(Diragra Anugra putra) putra ke dua dari finityGroup.
dan ibunya yaitu nyonya Ratih yang sekarang menjadi nyonya besar finityGroup, tapi ia juga ingin mencari gadis kecil itu, gadis kecil yang pernah mengisi hari-harinya.
Ternyata ia tahu jika kelemahan Agra adalah istrinya, ia berencana untuk menyakiti istri Agra. Karena ia tidak berhasil saat memanfaatkan Viona untuk menghancurkan Agra.
Tapi saat ia hendak menyakiti istri Agra, ia merasa tidak tega. Divta baru tahu jika istri adiknya itu ternyata adalah gadis kecil di masa lalunya itu. Mungkin itu salah satu yang membuat Divta tidak mampu menyakiti Ara.
Ara ( Putri Aulia Zahra)
Divta jadi berpikir untuk merebut kembali Ara dari Agra dan menguasai finityGroup.
Hingga Agra yang menyadari jika keluarganya dalam masalah besara, Agra di bantu Rendi mencari bukti-bukti kejahatan yang di lakukan oleh nyonya Aruni.
Divta dan Agra melakukan pertemuan bersama dengan para pemilik sahan dan di sana Agra mengungkap kebenarannya tentang kejahatan-kejahatan yang di lakukan oleh nyonya Aruni.
Selama ini Divta begitu mempercayai mamanya itu melebihi mempercayai dirinya sendiri, bahkan ia seperti boneka bagi ibunya sendiri.
Sebuah kenyataan pahit terungkap, kepercayaan nya hancur, ternyata nyonya Aruni lah yang telah merencanakan pembunuhan atas tuan Wijaya saat kecurangannya pada perusahaan terbongkar.
Divta begitu marah pada mamanya itu, tapi ternyata nyonya Aruni tidak mau menyerah begitu saja, ia pun memutuskan untuk menculik Ara, istri Agra dan hendak menyakitinya dan melenyapkan keturunan Agra dalam perut Ara.
Setelah ia menyadari kesalahannya, akhirnya Divta memutuskan untuk membantu Agra dalam penyelamatan Ara dan menyerahkan mamanya ke kantor polisi.
"Maafkan Divta ma, tapi kesalahan mama terlalu besar, mama yang membuat Divta kehilangan papa, mama juga yang memisahkan Divta dengan saudara Divta!" ucap Divta membuat mamanya semakin menangis histeris.
"Sayang ...., keluarkan mama dari sini, mama nggak mungkin bisa tinggal di sini, minta bantuan anak buah mu!"
"Tidak ma ...., kali ini tidak!"
Divta begitu menyesali semua kesalahannya, ia bahkan sangat malu untuk menemui Agra dan ibunya. Kejahatan mamanya sudah terlalu banyak dan tidak pantas untuk di maafkan.
Ia hampir memutuskan untuk kembali ke luar negri tapi nyonya Ratih memintanya untuk tetap tinggal, nyonya Ratih mengangkat Divta sebagai CEO finityGroup dan mengangkat Agra sebagai presiden direktur di sana.
Divta masih sangat mencintai Ara, tapi ia tahu jika gadis kecilnya itu sudah menjadi milik adiknya bahkan sekarang ia sudah menjadi seorang ibu dari dua anak kembar yang tampan dan cantik.
Bersambung
Hai hai hai ....., maaf ya di sini biasa untuk perkenalan aku akan menceritakan dari awal dan aku rangkum menjadi tiga bab pertama agar kalian bisa baca sambil mengingat-ingat kembali peristiwa-peristiwa mulai dari MBMH, MBOI sampai terakhir DTIS ya
Bagi yang nggak suka mengulang bisa langsung baca di bab tiga aja ya, skip aja nggak pa pa, tapi tetep tinggalin jejak minimal like nya ya
Komennya kalau nggak mau panjang kasih ❤️❤️ aja buat author juga nggak papa ya biar akunya tambah semangat nulis ya,
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰
Kemudian beberapa kali ia di pertemukan dengan gadis ceroboh dan cerewet secara tidak sengaja.
Kadang ia melihat bayangan Ara pada gadis itu, mungkin karena ia adalah adik perempuan Ara.
"Kenapa lagi dengan kakimu, memang kakimu itu selalu bermasalah ya?" tanya Divta.
Ini untuk ketiga kalinya mereka bertemu gara-gara kaki gadis itu yang cidera, namanya Nadin. Nadinda Aulia Putri.
Pertama kakinya yang di patok ular, kemudian kakinya yang keseleyo dan yang terakhir ini karena kakinya tersiram kopi panas.
Awalnya Divta tidak tahu jika Nadin adalah adik Ara, ia mengira Nadin bukan gadis baik-baik karena setiap kali bertemu dengannya selalu dengan laki-laki yang berbeda mulai dari dengan Jerry, Rendi, Dio dan terakhir dengan ayah Roy. Awalnya Divta mengira jika ayah Roy adalah simpanan om-om Nadin.
"Kenapa dia selalu bersama dengan laki-laki yang berbeda, parah tuh cewek, sekarang malah bermesrahan sama om om!" gumam Divta dari dalam mobil saat melihat Nadin berada di pinggir jalan malam-malam bersama ayah Roy yang Divta kira om om hidung belang.
Kemudian ia tahu jika itu adalah Nadin adik Ara saat acara satu bulanan kelahiran Sagara dan Sanaya.
Di hari itu juga Divta memutuskan untuk mengutarakan perasaannya pada Nadin, tapi sayangnya di saat yang bersamaan Rendi membawa pergi Nadin.
Semua pemikiran buruk tentang Nadin seketika menghilang, Divta menjadi semakin teropsesi untuk mendekati Nadin walaupun ia tahu saingannya Rendi, orang yang di sukai Nadin.
Hari berlalu, hingga suatu hari ayah Roy menemukan saudara kandungnya yang ternyata sudah meninggal dan Ayah Roy mendapat wasiat untuk menikahi istri saudaranya itu.
Namanya bu Dewi, bu Dewi memiliki seorang putri bernama Davina. Ia tidak tahu jika di waktu yang akan datang gadis itulah yang akan memberinya kehidupan baru, membuatnya mengerti arti di butuhkan.
Davina ternyata menaruh hati terhadap Rendi, membuat Davina sering menyakiti Nadin.
Divta juga berkali-kali secara terang-terangan mengatakannya pada Nadin, memberi perhatian lebih hal itu membuat Davina semakin membenci Nadin yang di dekati banyak pria keren, tapi ternyata Nadin tidak pernah menanggapinya dengan serius.
Divta tahu jika Nadin tidak menyukainya, ia lebih menyukai pria dingin itu. Entah apa istimewanya Rendi di banding dirinya, di lihat dari apapun dia lebih segalanya dari Rendi.
Tapi memang cinta tidak bisa di paksakan, jika hati sudah memilih lalu siapa yang akan di salahkan. Nadin memilin menikah dengan Rendi.
Hal itu membuat Davina semakin membenci Nadin, ia bahkan berani menyakiti Nadin, hal itu membuat Divta begitu membenci gadis itu, walaupun ia tidak bisa memiliki Nadin tapi ia juga tidak ingin Nadin di sakiti oleh siapapun.
Menurut Divta, Davina adalah sosok gadis yang begitu culas dan menyedihkan.
Divta dan Davina mengalami hal yang sama, mereka tidak rela, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Hingga suatu ketika Nadin dan Davina bertengkar hebat hingga Davina berencana untuk mencelakai Nadin, Divta mengetahui hal itu,
Kebencian Divta semakin besar pada Davina, hingga membuat Divta memikirkan rencana jahat untuk membalas kelakuan jahat Davina pada Nadin.
Saat Nadin dan Rendi pergi bulan madu ke korea bersama Agra dan keluarganya, Divta mengajak Davina untuk pergi ke puncak.
Karena sikap perhatian yang di tunjukkan oleh Divta beberapa hari terakhir membuat Davina tertarik pada Divta ia tidak tahu jika Divta punya rencana lain. Davina begitu senang saat Divta mengajaknya ke puncak, ia tidak tahu jika ada maksud jahat di balik semua itu.
"Mau ikut dengan ku ke villa, kita ke puncak?" tanya Divta.
"Kita?"
"Iya. ...., bagaimana? Aku akan minta ijin langsung sama ayah kamu!"
"Mau ...!"
Hingga akhirnya mereka benar-benar pergi ke puncak, Divta merencanakan pesta di Villa bersama teman-temannya, Divta juga meminta Davina untuk memakai gaun yang bagus, ia memperlakukan Davina seperti tuan putri.
Divta memberi obat perangsang pada minuman Davina hingga Davina begitu kepansan, Divta segera membawa Davina ke kamarnya.
Rencana awal, ia ingin Davina menjadi makanan empuk bagi teman-teman nya, tapi saat Davina terus bergelayut di tubuhnya tiba-tiba ia berubah pikiran.
Ia menghabiskan malam itu bersama Davina di kamar, hal itu sudah menjadi hal yang lumrah baginya, di luar negri itu sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari.
Jika di lihat dari penampilan Davina dan pergaulannya, pasti Davina sudah berpengalaman melakukan hubungan itu.
Tapi ternyata dugaan Divta salah, dia adalah yang pertama, Davina masih perawan membuat Divta merasa begitu bersalah.
"Pak Divta ...., aku harus bagaimana? Bagaimana kalau aku hamil?" Davina begitu takut.
"Jangan khawatir, aku pasti tanggung jawab, jangan khawatir ya!"
Ia pun berjanji pada Davina untuk tanggung jawab. Mereka pun akhirnya melakukannya hingga berulang-ulang selama satu minggu di villa, Davina percaya dengan kata-kata Divta.
Setelah pulang dari puncak, Davina berharap Divta akan segera melamarnya, tapi ternyata nasib berkata lain.
Ada masalah di cabang perusahaan Finity Group yang ada di luar negri, Agra tidak tahu harus meminta siapa untuk menanganinya.
Akhirnya Divta pun memutuskan untuk menanganinya, ia pikir hanya akan satu atau dua bulan saja di luar negri.
Ia menjanjikan pada Davina jika setelah kembali dari luar negri mereka akan menikah.
Sesampai di perusahaan cabang yang ada di luar negri ternyata masalah ya lebih serius dari yang ia duga, butuh berbulan-bulan untuk menanganinya.
Ia tidak tahu jika banyak kekacauan yang ia timbulkan karena kepergiannya ke luar negri.
Ia tidak tahu jika Davina hamil dan ia juga tidak tahu karena janji Rendi untuk menyembunyikan Davina yang sedang hamil dan memiliki masalah dengan kesehatannya membuat hubungan Rendi dan Nadin menjadi renggang dan Nadin memutuskan untuk menghilang.
Setelah satu tahun di luar negri, akhirnya Rendi tiba-tiba datang menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang.
Sesampai di Indonesia, ia mendapat seorang gadis kecil yang mulai belajar merangkak dan Rendi mengatakan jika itu adalah putrinya Divia.
Dan yang paling membuatnya menyesal adalah, kepergian ibu dari malaikat kecilnya itu. Davina meninggal setelah melahirkan putri nya karena komplikasi selama mengandung.
Akhirnya Divta pun memutuskan untuk menjadi single daddy untuk putri kecilnya.
"Dad ...!" ucapan pertama dari bibir mungil gadis kecil itu.
"Oh my god ...., kamu memanggilku ...., iya sayang ...., ini daddy ...!"
Divta begitu senang saat kata yang keluar dari bibir kecil itu adalah memanggilnya.
Tapi ternyata kebahagian itu di barengi dengan kepahitan juga. Ia begitu sedih saat mengetahui jika putri kecilnya itu mengalami kelainan.
Jantung putri kecilnya mengalami kebocoran, setiap saat putri kecilnya harus mengkonsumsi obat -obatannya, setiap satu bulan sekali harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan Divia.
Divta tidak mau sembarangan memperkerjakan orang untuk merawat putri kecilnya itu, sering kali ia juga membawa putri ya itu ke kantor.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy reading 🥰🥰🥰🥰
Pagi ini seperti hari-hari biasanya, Divta harus mengantar Divia untuk ke rumah sakit melakukan kontrol rutin.
Memang tidak terlalu parah tapi butuh banyak pemeriksaan sebelum Divia melakukan pencakokan jantung atau hanya membutuhkan rutin mengkonsumsi obat-obatan.
"Peri kecil dady, bagaimana apa sudah siap?" tanya Divta pada putri kecilnya itu.
"Iyya sudah siap dad ....!" ucap gadis kecil itu.
"Baiklah ...., kalau begitu kita harus segera bertemu dengan uncle dokter!" ucap Divta sambil mengangkat tubuh mungil itu.
Divta mengajak Divia menuju ke mobil, ia mendudukkan putra nya di kursi depan di samping kemudi, Divta tidak terlaku suka menggunakan jasa sopir kalau tidak bepergian jauh.
"Biar dady pasang dulu ya sabuk pengamannya!" ucap Divta sambil memasang seltbelt pada Divia.
"Apa nanti Iyya bisa belmain sepelti teman-teman Iyya lainnya?" tanya Divia dan Divta pun mengusap pipi putrinya itu.
"Iya sayang, peri dady yang paling cantik! Nanti kita bisa bermain bersama!"
"Ayah lendi juga sudah lama tidak mengunjungi Iyya, apa ayah lendi tidak melindukan Iyya?"
"Sayang ...., ayah Rendi sama menyayanginya seperti Daddy, bunda Nadin sedang mengandung dedek bayi jadi ayah Rendi pasti sedang menjaga bunda Nadin, jika Via merindukan mereka, akhir pekan kita bisa ke sana!"
"Benalkan ...., Iyya cenang!"
"Baiklah kalau senang, sekarang saatnya kita ke tempat uncle dokter!"
"Ciap ....!"
Mobil Divta pun mulai melaju meninggalkan rumah itu, Divta tidak pernah berani menambah kecepatannya saat bersama dengan Divia.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit FrAd Medika, ia sudah melakukan janji dengan dokter Frans.
Kedatangan mereka langsung di sambut oleh dokter Frans.
"Hallo cantik ...., bagaimana kabar peri cantik uncle?" sapa dokter Frans sambil berjongkok mensejajarkan diri dengan Divia.
"Iyya baik uncle tampan ....!"
"Issstttt ...., uncle suka dengan panggilan itu, tos dulu dong sayang ...!" ucap dokter Frans sambil mengangkat tangannya dan melakukan tos dengan Divia.
"Okey sayang, uncle dokter yang tampan ini akan mulai periksa tubuh Via ya!" dokter Frans pun mengangkat tubuh Divia di atas tempat pemeriksaan.
"Tapi Iyya mau cama daddy!" ucap Divia sambil mengulurkan tangannya pada Divta.
"Iya peri kecil daddy, daddy akan selalu ada buat Iyya!"
Dokter Frans pun segera melakukan pemeriksaan pada tubuh Divia, kalau di lihat dari fisik Divia, Divia terlihat sehat-sehat saja tapi keadaan Divia tidak sesehat seperti apa yang terlihat.
"Bagaimana Frans?" tanya Divta setelah Divia di bawa pergi oleh suster ke tempat bermain.
"Divia masih harus tetap mengkonsumsi obatnya bang! Detak jantungnya masih tidak teratur, tangannya juga sangat berkeringat! Kalau bisa jangan buat dia sedih bang, soalnya rasa nyama dan bahagia akan mempercepat proses kesembuhannya!"
"Kalau itu pasti, aku nggak mungkin membuat dia menangis!"
"Tapi kemarin dia mengatakan pada Frans kalau ia sangat ingin punya mammy seperti anak-anak yang lain loh bang!"
"Mang cari istri kayak beli cabe, tinggal comot yang paling merah jelas rasanya pedas ....!" ucap Divta yang tidak mau kalah.
"Tapi bang Divta juga usaha dong, masak sudah empat tahun loh ini tapi bang Divta nggak dapat-dapat calon! Masak cepetan Frans sih cari calonnya!"
"Nggak tahu lah Frans, saya mau fokus buat Divia saja! Mana resep obat yang harus aku tebus?"
"Obatnya masih sama bang, seperti biasanya!"
"Ya sudah aku pergi dulu ....!"
Divta pun meninggalkan ruangan dokter Frans, ia menuju ke tempat bermain anak yang ada di rumah sakit.
Ia melihat Divia sedang bermain dengan anak-anak lain yang sama tidak beruntungnya dengan dirinya. Divta mengintip Divia dari balik jendela.
Ia bisa melihat putrinya begitu bahagia bisa bermain dengan teman-teman yang lainnya.
"Di mana mammy mu?" tanya salah satu anak yang sedang memainkan boneka bersama Divia.
"Mammy Iyya di sulga!"
"Apa mammy mu membacakan dongen caat kamu akan tidul?"
"Daddy yang membacakan dongen untuk Iyya!"
"Ahhh nggak celu kalau yang bacakan Daddy, mammy lebih celu, kenapa tidak kamu minta pulang caja mammy mu bial bica membacakan dongeng cebelum tidul?"
"Iyya nggak tau calanya menjemput mammy, kata daddy, mammy Iyya ada belcama bintang di langit!"
"Sayang cekali ya ...., enak loh kalau cetiap hali bercama mammy! Daddy kan cuka kelja kelja ....!"
Divta yang mendengarkan percakapan beberapa anak kecil itu membuat hati Divta miris dengan jawaban yang di berikan oleh Divia.
Ia mau menjadi daddy sekaligus mammy buat Divia, tapi rasanya masih ada yang kurang.
Divta pun segera menghampiri putri kecilnya itu.
"Hai perinya daddy, sudah siap buat pulang?" tanya Divta sambil memeluk dan mengecup kening putrinya itu.
"Daddy ...., Iyya macih mau di cini ...!"
"Tapi maaf sayang ...., daddy masih ada acara setelah ini bagai kalau Iyya ikut daddy ke kantor?"
"Di cana bocan Dad ...., Iyya nggak punya teman!"
Hehhh .....
"Bagaimana kalau ke rumah ayah Rendi nya sekarang saja, kamu bisa main sama Elan nanti!"
"Ye ...., Iyya mau ....!" ucap Divia sambil berdiri dan memeluk daddy nya.
"Divia pulang dulu ya ...!" ucap Divta pada anak-anak lainnya.
"Sampai jumpa Iyya ....!" ucap anak-anak itu yang selalu Divia temui saat mereka di rumah sakit.
Sary bulan sekali Divia harus selalu melakukan pemeriksaan dan mengambil obatnya.
Divta pun segera mengajak Divia ke rumah Rendi, walaupun sebenarnya Divta enggan ke sana karena Nadin sedang hamil pasti akan repot jika di tambah Divia di sana.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit mereka sampai juga di rumah Rendi dan Nandi.
"Maaf ya karena saya terpaksa menitipkan Divia di sini!" ucap Divta yang sebenarnya begitu tidak enak.
"Nggak pa pa kak Div, Elan malah senang kalau ada temennya kayak gitu!" ucap Nadin yang kebetulan di rumah sedangkan Rendi sudah di kantor sejak pagi.
"Ya sudah nanti sebelum malam aku akan menjemputnya lagi, sekali lagi makasih ya!"
"Iya kak ....!"
Divta pun segera meninggalkan rumah Rendi dan menuju ke kantor,bia masih harus meeting untuk beberapa pertemuan, untung ada Rangga yang bisa sedikit meng-handle beberapa pekerjaannya yang bisa di wakilkan.
"Bagaimana Ga?" tanya Divta setelah sampai di kantor.
"Tadi ada beberapa kolega yang ingi bertemu langsung dengan pak Divta, pak!"
"Baiklah kita ketemu sama mereka pas jam makan siang sekalian makan siang, pesan meja di restauran biasanya!"
"Baik pak!"
"Kamu juga temani saya!"
"Baik pak, ya sudah saya permisi dulu pak!"
"Iya silahkan!"
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!