Di suatu pagi yang cerah di iringi sinar mentari yang masih hangat menyeka kulit, terlihat seorang pria sedang berjalan di sekitar Pantai Ulee Lheue Banda Aceh lengkap dengan sebuah koper besar dan ransel di punggungnya.
Dia bernama Dr. Denis Black Hawk, seorang pria berkewarganegaraan Inggris namun besar dan tinggal di Amerika Serikat.
Sebenarnya, kedatangan Dr. Denis Black Hawk ke Indonesia adalah untuk meneliti wabah virus yang tersebar di Pulau Sabang yang mulai merebak sekitar 15 hari yang lalu.
Dr. Denis berjalan melihat-lihat pantai sembari menunggu datangnya kapal yang akan membawanya ke Pulau Sabang.
Sedang asyik-asyiknya dia menikmati panorama pantai yang sangat indah di pagi hari itu, terlihat dari kejauhan sebuah Very yang semakin lama semakin tampak mendekat ke arah Denis. Sesaat kemudian, kapal pun berlabuh di pelabuhan.
Dengan agak terburu-buru Denis berlari ke arah Pelabuhan dan akhirnya dia pun menaiki kapal yang sebentar lagi akan membawanya ke Pulau dimana wabah virus menular sedang berkecamuk.
.---***---. .---***---. .---***---.
"Cepat ambilkan suntikan Serum 32Xi." Teriak seorang wanita dengan suara keras.
Dia merupakan seorang tenaga medis yang di tugaskan langsung dari Pusat Kesehatan Medis di Jakarta untuk menangani pasien serta penduduk yang terjangkit virus di Pulau Sabang.
"Cepat ambilkan Oksigen dan alat pacu jantung segera." Kembali terdengar suara Dr Citra Mentari yang sedang sibuk mengurus seorang pasien yang tengah sekarat.
Perawat pun sibuk hilir mudik dari tenda obat-obatan ke tenda isolasi.
Setelah beberapa saat kemudian Dr Citra mencoba menolong pasien tersebut, akhirnya si Pasien menghembuskan nafas terakhirnya.
Sambil terisak menangis Dr Citra berkata kepada perawat,
"Tolong urus jenazah anak ini baik-baik". Lalu dia pun pergi meninggalkan para petugas yang sedang sibuk merapikan mayat gadis berusia 10 tahun tersebut.
Di bawah sinar mentari yang sudah naik dua tombak, tampak seorang wanita cantik yang sedang duduk di sebuah akar kayu menghadap ke arah Kota Sabang.
Pipinya merah merona di tambah kilauan bekas air mata yang disinari Mentari, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara tapak kaki berjalan ke arahnya yang ternyata seorang perawat dan berkata,
"Dr Citra, ilmuan dari Amerika telah tiba. Beliau ingin menemui anda".
Ketika Citra menoleh ke belakang, ternyata di samping perawat itu telah berdiri seorang pria berumur 29 tahun dengan ransel di punggungnya.
Dr Citra memperhatikan lelaki yang berdiri di dekat perawat itu, seorang lelaki berkulit putih kemerah-merahan.
Dia mempunyai hidung yang mancung dan rambut pirang, bisa dikatakan seorang pria yang tampan walaupun bermata biru dan lebih tinggi dari pria Indonesia pada umumnya.
"Good morning Dr Citra Mentari?"
Dr Citra pun tersenyum kepada pria yang ternyata adalah Doktor Denis.
"Morning sir" jawab Citra ramah.
Akhirnya Denis dan Citra terlibat percakapan yang panjang, Denis banyak menyimak sedangkan Citra terus berbicara menjelaskan situasi yang terjadi di pulau itu.
.---***---. .---***---. .---***---.
Di suatu daerah wilayah Indonesia, tepatnya di Pulau Sabang Aceh, tersebar sebuah virus yang berkembang dengan cepat.
Virus yang di sebut Medulla itu adalah Virus yang berasal dari Negeri Thailand dan dapat melumpuhkan fungsi otot dan saraf pada Manusia.
Virus ini sudah 19 hari menjangkiti warga Sabang dan telah banyak korban jiwa yang berjatuhan.
Pemerintah Pusat yang mendengar hal itu segera mengirimkan bahan makanan, obat-obatan dan seluruh perlengkapan dalam mengantisipasi Virus Medulla.
Setelah makan siang bersama, Denis Hawk segera menuju ke sebuah Balai yang digunakan sebagai Ruang Laboratorium Forensik untuk penelitian dalam pembuatan Serum dan Vaksin Virus Medulla.
Sesampainya di sana, dia langsung bekerja mempersiapkan bahan dan alat kerjanya sendiri dari dalam ransel besar yang tergantung di punggungnya.
Sedang asyik-asyiknya Denis mencampur beberapa Antigen dan Serum, tiba-tiba terdengar ledakan dari ruang kontrol listrik sehingga menyebabkan lampu mati.
Karena ruang Lab gelap, pada saat itu seorang perawat berlari masuk tiba-tiba. Tanpa sengaja, cairan di tangan Denis tercampur setetes dengan Apotoxin yang berada di dekatnya tanpa dia sadari.
Terlihat Denis buru-buru mengambil senter di ransel yang berada di dekatnya. Setelah agak terang, Denis kembali mencampur cairan di tangannya kedalam Serum 32Xi sehingga mendidih dan berubah warna menjadi kecoklatan.
Tiba-tiba denis di kejutkan dengan suara panggilan Citra dari tenda isolasi, Denis pun secepat kilat berlari ke arah Citra dan dia melihat, kembali seorang pasien Virus Medulla tewas karena Metabolisme tubuhnya berpacu meningkat dan menurun secara drastis.
Tak lama kemudian, Denis mengajak Citra untuk melakukan uji coba serum buatannya yang telah di campur dengan Serum 32Xi dan hanya perlu mencampur Vaksin Virus Medulla agar Serum sempurna.
Setelah Denis sampai bersama Citra di depan Lab, tiba-tiba lampu kembali menyala. Begitu mereka berdua masuk, Denis segera pergi ke sudut ruangan untuk mempersiapkan seekor tikus dan kelinci.
Tak lupa Denis meminta kepada Citra agar menolongnya mencampur cairan kuning dengan cairan kecoklatan tadi.
Lantaran Citra tidak mengetahui, maka dia pun mencampur Apotoxin tadi kedalam cairan kecoklatan yang tiba-tiba berubah menjadi berbuih dan sedikit berasap.
Karena sedang sibuk dengan hewan percobaan maka Denis tidak memperhatikan hal tersebut.
Setelah selesai menyiapkan hewan-hewan percobaan, Denis mengambil dua buah jarum suntik dan mengisi salah satu nya dengan serum buatan nya yang telah tercampur racun berbahaya, yaitu racun Apotoxin yang ganas.
Denis pun mengisi jarum suntik satu lagi dengan Sampel Virus Medulla.
Begitu kelinci di suntik dengan kedua jarum itu, si kelinci tidak apa apa, begitu pula tikus itu, setelah menerima suntikan kedua malah si tikus seperti tidak merasakan sakit sama sekali.
Akhirnya dengan girang dan senang Denis berkata,
"Amazing,"
Citra yang menyaksikan hal itu tersenyum lepas, didalam hatinya dia berfikir bahwa tidak sia-sia pemerintah Indonesia mengirim utusan kedutaan untuk meminta bantuan ilmuan Amerika.
Akhirnya mereka berhasil membuat penawar Virus Medulla.
Tak lama kemudian, Denis membereskan kelinci tersebut. Lalu saat dia mengambil tikus untuk di pindahkan, tanpa sengaja jarinya tergigit tikus hingga luka. Dalam sekejap saja, denis merasakan gejala-gejala seperti gejala orang yang tertular Medulla.
Denis bingung dan kaget, begitu pula Citra,
mengapa penawar virus itu tidak bekerja menghilangkan virus, malah memperkuat Virus Medulla.
Ternyata pada penawar yang di campurkan Denis, terdapat racun yang sangat mematikan yang telah tercampur dengan serum buatannya yang kelewatan dosis.
Sehingga terjadi perlawanan dua macam racun yang bisa membuat tubuh kelinci dan tikus kebal terhadap Medulla namun tidak lepas dari virus tersebut.
Karena Denis merasa semakin sekarat, Citra dan beberapa perawat yang di panggilnya segera membantu Denis, dengan sisa tenaga nya, Denis menyuntikkan jarum yang masih terisi 2/3 serum campuran buatannya.
Perlahan-lahan Denis kembali pulih, segar bugar sehat wal afiat.
KARENA MASALAH KEAMANAN, MAKA SERUM BUATAN DENIS AKAN DI TINJAU ULANG SEBELUM DAPAT DI GUNAKAN SECARA MASSAL DI PULAU SABANG.
BERSAMBUNG ...
Di sebuah lobi Hotel di Jakarta, terlihat duduk delapan orang. Dua diantara delapan orang itu ialah Dr Denis Black Hawk dan Dr Citra Mentari Sanjaya.
Mereka sedang membicarakan tentang kejadian dua hari lalu dimana Dr Denis secara tidak sengaja terjangkit Virus Medulla yang di tularkan oleh gigitan tikus percobaan di Laboratorium.
Namun Denis sekarang sudah tidak mengalami penurunan Metabolisme tubuh. Hal ini di sebabkan oleh serum buatannya yang memperkuat antibodi namun tidak mampu membunuh Virus Medulla.
Virus tersebut malah berevolusi menjadi lebih kuat dan tahan terhadap Vaksinasi dan Serum Antigen Campuran.
"Untuk membunuh virus, kami belum menemukan cara, namun untuk memperlambat penurunan daya tahan tubuh, kami telah menemukan nya", ucap Dr Citra menjawab pertanyaan dari Menkes Dr Adi Sanjaya yang merupakan Paman Citra sendiri.
Setelah berdialog panjang lebar, mereka memutuskan tetap menempatkan Citra di Pulau Sabang untuk berjaga-jaga hingga Denis berkompromi dengan ilmuan Amerika lain dan mampu menyelesaikan permasalahan Virus Medulla.
Setelah beberapa lama mereka mengobrol, akhirnya Menkes dan Kabid Kesehatan undur diri.
Sekarang hanya tinggal mereka bertiga, yaitu Pria bermata biru berambut pirang yang juga seorang ilmuan Amerika yang ditugaskan untuk membantu menemukan Serum yang dapat mengatasi Virus Medulla.
Bersamanya ada dua orang gadis cantik. Dimana salah satu diantara gadis itu adalah Dokter kesehatan bernama Citra yang menjadi keponakan Menteri Kesehatan saat ini.
Seorang lagi adalah teman sekaligus sahabat karib Citra yang bernama Dr Melly Agustin yang merupakan salah satu Dokter yang baru saja ditugaskan membantu Citra di Pulau Sabang.
"Besok sore kita harus sudah tiba di sana." Dr Citra berkata kepada Denis dan Melly.
"Ya, besok pagi aku akan memesan tiket ke Banda Aceh untuk kita bertiga."
Sambung Melly seraya menatap Denis dengan pandang mata kagum.
Diam-diam Citra yang melihat hal itu merasa sedikit aneh dihatinya, segera Citra menepis perasaan tersebut.
Akhirnya mereka bertiga berjalan meninggalkan Lobi Hotel menuju ke kamar yang telah dipesan sebelumnya.
.---***---. .---***---. .---***---.
"Cit, menurutmu, Denis suka gak sama aku?"
Cetus Melly tiba-tiba sesampainya mereka di kamar Hotel Harmonis.
"Gak usah bahas gituan lah Mel, kita lagi menghadapi masalah yang serius." Jawab Citra menyela.
"Jangan terlalu dipikirin Cit, ntar kalo sakit, Gueee juga yang susah."
Akhirnya mereka pun tertidur, begitu pula dengan Dr Denis di kamar sebelah.
.---***---. .---***---. .---***---.
Terlihat di meja resepsionis 6 orang berjaket hitam dengan pistol di tangan masing masing.
Seorang yang berbadan tegap berotot, yang merupakan pemimpin kelompok tersebut langsung mendekati meja yang di jaga kasir wanita dan seorang pria.
Begitu dekat, pria berbaju hitam tersebut langsung membentak sambil menodongkan pistol ke arah resepsionis.
"Cepat katakan, di mana Dr Denis menginap?"
Dengan tubuh gemetaran pelayan itu berkata,
"Maaf tuan, kami tidak boleh mengatakan apapun tentang pelanggan kami".
"dugh"
"bruakh"
Tampak pelayan di tinju sang pimpinan hingga menghancurkan meja resepsionis.
Kasir wanita yang mencoba berteriak dibungkam dengan cepat oleh salah seorang teman mereka.
Akhirnya salah satu dari mereka mengambil daftar buku tamu dan segera menemukan nama Dr Denis yang menginap di kamar 207.
Tiba-tiba si pelayan bangun dan merebut buku daftar tamu tersebut, namun dengan sigap pria besar itu kembali meninju si pelayan hingga tersungkur dengan hidung berdarah.
Tak lama kemudian, mereka berenam menuju ke kamar 207 untuk mencari Denis.
Karena suara gaduh di luar, Denis pun terbangun dan bersiap siaga mengambil Pistol di bawah bantalnya.
Segera Denis mengendap-endap ke belakang pintu kamar Hotel.
"Cepat cari dan bunuh dia"
Berkata salah seorang diantara 6 pria berjaket. Begitu mereka sampai di depan pintu Denis, Pemimpin mereka yang bertubuh kekar segera menendang pintu kamar dan mengacungkan pistol ke arah tempat tidur yang ternyata telah kosong.
Dengan tiba-tiba Denis mengarahkan pistolnya dan menembak seorang diantara mereka hingga tewas.
Dengan segera mereka pun mundur keluar kamar dengan tetap bersiap siaga. Nyali mereka ciut karena pimpinan mereka tewas.
Tak lama kemudian, semua orang yang berada di Hotel segera mendengar suara tembak menembak antara Denis dan sisa anggota jaket hitam.
Kini anggota jaket hitam tinggal 3 orang setelah yang lainnya berhasil dibunuh denis. Namun, Denis pun terkena tembakan hingga peluru menembus lengannya.
Denis segera terperanjat kaget saat merasakan sakit di lengannya perlahan menghilang, begitu juga dengan bekas tembakan yang tampak menembus lengan perlahan-lahan juga hilang dengan sendirinya.
Denis segera teringat dengan campuran Virus Medulla dan Serum yang kemarin dulu secara tidak sengaja masuk ke badannya.
Ternyata campuran tersebut mengakibatkan hal yang luar biasa terjadi. Metabolisme tubuh Denis segera akan memperbaiki Sel tubuh serta Sel kulit ketika ada sesuatu yang terjadi dengan tubuhnya.
Tak lama kemudian, kelompok bersenjata jaket hitam yang hanya tinggal 3 orang segera kabur melarikan diri.
Hotel tempat Denis menginap segera geger dan tak lama kemudian, Polisi tiba di TKP.
Ketika Polisi mencari, Denis bersama Melly dan Citra sudah tidak berada di sekitaran Hotel.
"Siapa mereka, kenapa mereka ingin membunuhmu?"
Citra tiba-tiba bertanya sambil terus berlari di belakang Denis yang membawa mereka berdua kabur lewat pintu belakang Hotel.
Denis yang terengah-engah menjawab pertanyaan Citra,
"Mereka adalah kelompok Black Heart Organisation (B H O)".
Denis yang melihat Citra masih penasaran dan ingin bertanya lagi, segera melanjutkan perkataannya,
"Mereka adalah organisasi pembuat penyakit dan obat penawar yang di pimpin oleh bos mafia Tiongkok bernama Charlie Sung. Sesampainya kita di tempat aman, aku akan menceritakan semua kepada kalian. Sekarang mari kita kabur dari sini secepatnya sebelum mereka menemukan kita".
Citra yang mendengarkan hal itu segera menurut saja dan berlari dengan kencang melewati gang belakang ruko. Akhirnya mereka berhasil menjauh dari Hotel yang kini di penuhi kepolisian setempat.
Begitu Denis, Citra dan Melly tiba di gang kecil yang terdapat pintu gorong-gorong bawah tanah, Denis menuntun mereka masuk ke saluran bawah tanah dan segera berlari menyusuri gorong-gorong 3 mil ke arah utara.
Sesampainya mereka bertiga di ujung gorong-gorong, Denis mengeluarkan telepon genggamnya dan menelepon seorang temannya yang bernama Robert Kill.
Tak lama kemudian tampak lah seorang pria tampan datang dan berdiri di atas pintu gorong-gorong menjemput mereka bertiga menggunakan mobil.
Sebentar saja, mobil itu telah meluncur kencang melewati jalan setapak di perbukitan hutan hingga membawa mereka ke sebuah telaga yang sangat indah.
Di situ mereka beristirahat sejenak melepas lelah dan dahaga. Bahkan, Citra dan Melly mandi di danau yang airnya jernih itu tanpa membuka baju mereka yang memang kotor dan bau akibat debu dan percikan air di dalam gorong-gorong.
BERSAMBUNG ...
Empat hari telah berlalu dari waktu terjadinya baku tembak di Hotel Harmonis Jakarta.
Kini Denis, Citra dan Melly telah tiba di Provinsi Aceh.
Setibanya ketiga Dr itu di Sabang, mereka sibuk membereskan barang masing masing dan melakukan kegiatan sendiri-sendiri.
Hari itu, gadis yang sangat cantik dengan kulit putih merona, hidung mancung serta bibir yang menggairahkan, matanya sedikit sayu dengan alis mata lebat bermuka bulat bak sinar rembulan yang sedang bercahaya di malam hari, tampak duduk setengah termenung.
Dokter yang di utus dari Jakarta ke Pulau Sabang menangani korban Virus Medulla yang mematikan.
Citra, begitulah dia biasa di panggil. Dia merupakan seorang wanita yang sangat lembut dengan prinsip yang keras seperti baja.
Dia di utus karena dia merupakan keponakan Menteri Kesehatan Pusat. Lagi pula, Citra merupakan seorang Dokter yang andal serta bijak dalam mengayomi pasien-pasiennya.
Tengah asyik-asyiknya Citra duduk seraya menatap jauh ke arah laut. Tiba-tiba dia mendengar derap langkah yang berjalan ke arahnya dengan santai.
Begitu memalingkan wajahnya, tampaklah seorang pria berwajah jantan dengan mata birunya yang menawan serta rambut pirang berbadan tegap dan mempunyai hidung yang sangat mancung.
Tarikan bibir dan mulutnya sangat ramah. Namun jika dilihat dari pupil mata serta alisnya, tampaklah bahwa dia adalah seorang yang tangguh dan pantang menyerah.
Dia adalah Pria berusia 29 tahun bernama Denis Black Hawk, putra seorang ilmuan yang sangat terkenal di Amerika.
Denis seorang Doktor di bidang Sains Kimia dan obat-obatan berupa Vaksin, Serum Antigen dan lain-lain.
Dia mendapat tugas besar dari Kedutaan Amerika yang mengutusnya untuk mengatasi dan mencari cara agar Virus Medulla yang kini sedang mewabah di daerah Sabang Provinsi Aceh Negara Indonesia dapat segera ditanggulangi.
Begitu Denis mendekati tempat dimana Citra duduk sendirian, Denis segera membuka percakapan,
"Boleh aku bergabung denganmu?"
"Silahkan Doktor Hawk" jawab Citra ketus.
"Ada apa denganmu Citra? kenapa kau tampak kesal, apakah ada yang salah denganku?"
"Kau tidak salah, aku yang salah karena percaya padamu"
"Wait, coba jelaskan apa masalah mu??" tanya Denis penasaran,
"beberapa hari lalu kau bilang akan menceritakan masalah di Hotel kepada kami.
Namun kemarin kau duduk dengan Melly seperti sepasang kekasih menceritakan kejadian di Hotel, sedangkan aku sampai sekarang masih tidak tau apa-apa". Jawab Citra dengan cemberut dan tampak raut wajah gusarnya kepada Denis.
Tiba-tiba Denis tertawa terbahak-bahak,
"Hahahaha, haha, kau cemburu kepada Melly ya?" Goda Denis.
"Tidak, siapa yang cemburu, huh. Geer sekali jadi orang?" Tandas Citra mencoba menyembunyikan mukanya yang memerah karena malu.
Denis yang kini tampak serius berkata,
"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Melly, semua yang ku ceritakan pada Melly kemarin adalah tentang pribadiku yang di tanyakan nya".
Terdengar Denis bercerita panjang lebar. Permasalahan awalnya terjadi saat Pemerintah Amerika Serikat meminta kepada Ayah Denis yang merupakan seorang ilmuan ternama untuk meneliti sebuah Projek besar bekerja sama dengan Pimpinan Organisasi Hati Hitam dari China bernama Charlie Sung.
Tiga bulan mereka bekerja, Denis yang waktu itu berusia 19 tahun mendengar kabar bahwa ayahnya mengalami kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan Laboratorium meledak dan terbakar hingga Ayah Denis dan beberapa pekerja lainnya tewas.
Ibu nya yang saat itu baru menerima kabar tersentak kaget dan jatuh sakit.
Beberapa hari kemudian, Denis yang merawat ibunya di rumah didatangi oleh Charlie Sung serta beberapa orang anak buahnya yang langsung bertanya dimana Chip dan Disket yang disimpan oleh Ayah Denis???
Denis dan ibunya yang tidak tau apa-apa segera dipukul oleh mereka.
Ketika mencoba membela Denis, ibunya di tembak oleh Charlie Sung hingga tewas di tempat.
Karena Apartment keluarga Denis berada di lantai 10, maka jalan untuk kabur tinggal sepersekian persen saja.
Namun saat itu, Karena Denis merasa sangat terpukul dengan kematian ibunya dan dia pun diberitahu bahwa ayahnya ternyata dibunuh oleh agensi utusan pemerintah yang bekerja sama dengan Charlie Sung,
Maka Denis mengambil kesimpulan nekat, dia berlari sekuat tenaga menabrak kaca jendela kamar Apartment dan langsung terjun ke bawah.
Charlie dan anak buahnya yang sedang sibuk mencari Chip dan Disket itu terperanjat untuk beberapa saat lamanya. Namun saat mereka menghampiri jendela, mereka melihat Denis sudah tidak kelihatan.
Dengan segera Charlie Sung memerintahkan bawahannya untuk turun mencari mayat Denis.
Denis yang melompat menabrak jendela mengalami luka ringan ternyata tersangkut di sebuah ayunan berjarak 5 meter dari tanah.
Ketika anak buah Charlie Sung mencarinya, mereka tiba-tiba melihat sesuatu bergerak-gerak di pohon cemara bagian belakang Apartment.
Dengan refleks mereka pun menembak, satu tembakan mengenai paha lalu sesuatu yang bergerak itu pun berlari dari pohon ke pohon.
Mereka yang mengira itu adalah Denis segera mengejar hingga jauh meninggalkan kompleks apartemen.
Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya Denis berada di atas kepala mereka tersangkut di sebuah ayunan jaring berwarna hitam.
Bahwa yang mereka kejar tadi adalah seekor induk musang liar yang setiap sore selalu di beri makan oleh Denis dan Ayahnya.
Akhirnya karena ibunya yang telah tewas mempunyai saudara seayah lain ibu yang menjadi duta Indonesia di Amerika, maka Denis segera ke sana.
Beberapa hari setelah itu, Denis segera pergi ke Perpustakaan Universitas dimana dia belajar dan ayah nya sebagai seorang Profesor Pengajar.
Sesampainya di situ, dia segera masuk ke Perpustakaan dan pergi ke pojok rak buku.
Begitu dia menarik tuas, rak buku tersebut terbuka seperti pintu dan terdapat ruangan kecil 2x3 meter yang di dalamnya ada sebuah meja.
Segera Denis mendekati meja tersebut. Begitu Denis melihat laci yang di bukanya, di situ tertulis,
"OPEN THIS WITH RIGHT PIN, IF WRONG IN ONE MINUTE, DANGER".
("BUKA LACI INI DENGAN PIN YANG BENAR, JIKA PIN SALAH SELAMA SEMENIT, AKAN BERBAHAYA".)
Denis yang melihat tulisan tersebut bukannya takut, namun malah tersenyum. Lantas Denis mengetikkan Pin di tombol Laci tersebut.
Dengan segera pintu laci terbuka dan di dalamnya terdapat sebuah kotak sebesar Korek api berisi Chip. Ada pula beberapa lembar surat di atas amplop besar yang tebal serta sebuah Arloji Pelacak.
Ada lagi sebuah telepon genggam dan Disket serta Pistol dan beberapa selongsong peluru.
Segera Denis membuka amplop tebal yang berisi Paspor dan surat pengurusan Visa ke Indonesia.
Terdapat tiga ratus ribu dolar uang dan sebuah peta dimana ada sebuah lingkaran merah di titik pulau yang bertuliskan Sabang di ujung Indonesia.
Dengan sigap, Denis mengambil barang barang peninggalan sang ayah dan setelah menutup semuanya seperti semula, Denis kembali ke kediaman Pamannya.
Tak lama kemudian, Denis tiba di Kota Sabang dan bertemu Citra.
Selesai bercerita panjang lebar, Denis berkata sebagai penutup,
"Ada beberapa surat peninggalan Ayah yang belum ku buka, mungkin isinya akan menerangkan sebab semua yang terjadi sekarang ini, namun aku belum siap. Ayah berpesan bahwa aku hanya boleh membuka surat saat berada di pulau ini dan setiap bulan purnama satu amplop surat yang boleh ku baca secara berurutan hingga amplop terakhir".
"Aku harus memberi tahukan hal ini kepada Om Adi, kalau tidak bisa bahaya."Kata Citra setelah mendengar semua kisah Denis.
Denis pun memegang pergelangan tangan Citra yang hendak berlari mengambil Handphone nya di bilik tenda.
"Jangan beri tahu siapa-siapa dulu, nanti malam bulan purnama pertama ku berada di perkampungan ini, setelah kita buka surat peninggalan ayah ku, baru lah kita merundingkan hal ini dengan Menkes ok?"
Dengan hati berdebar, Citra mengangguk dan berkata,
"Baiklah, mari kita makan malam".
BERSAMBUNG ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!