NovelToon NovelToon

My Bastard Husband

episode 1

Happy reading my lovely readers🥰😍

"Menikahlah dengan samuel."

Seketika tubuhku menegang, kala mendengar permintaan ayahku yang saat ini sedang kritis, bahkan dia berbicara dengan sangat pelan.

Tidak mungkin!

Mana bisa aku menikah dengan bang Samuel.

"Tapi....... yah,.... bang Samuel kan, sebentar lagi akan menikah dengan kak Alisia." Aku mencoba menolak, sambil melirik dua orang yang ku sebutkan tadi, yang saat ini berada di samping kanan tempat tidur ayahku.

"Me.......menikah.... lah ber.....sama-sam....a," ucap ayah mulai terbata-bata, dan dia sekarang sedang menahan sakit yang luar biasa.

"Tapi... yah..... gak... bisa..." aku bingung harus menolak bagaimana lagi, karena takut ayah kecewa kepadaku. tapi aku bingung bagaimana cara menjelaskan kepada ayah dan menuruti kemauannya karena itu tidak mungkin terjadi.

"Mer...e...ka su...dah se..tu..ju." jawab ayah terbata-bata sambil mengenggam tanganku.

Apa?

Bagaimana mungkin?

"Tap.. " aku tidak bisa melanjutkan pembicaraan ku, ketika kak Alisia menepuk pelan pundakku.

"Gak apa-apa aku rela kok di madu hanifah!" Ucapnya dengan mimik wajah yang sulit diartikan.

"Tapi.. kak.. aku gak mau jadi orang ketiga diantara kalian!" Jawabku dengan jujur.

Tentu saja aku harus menolak, karena aku sangat mengenal dengan baik kedua orang itu, dan menyayangi mereka karena mereka juga bagian dari keluarga ku.

Ya kak Alisia adalah kakak sepupuku dia adalah anak dari tante ku. Tapi kami memiliki nasib yang hampir sama. Kalau aku tidak mempunyai ibu tetapi, kalau kak Alisia dia tidak mempunyai keduanya, dia adalah anak yatim piatu. Jadi mana mungkin aku menghancurkan kehidupan mereka. Terlebih kehidupan kakak sepupuku yang sudah aku anggap seperti kakak kandungku sendiri.

Namun, kak Alisia menggeleng pelan, dan tersenyum kepadaku.

"Ayahmu sudah seperti ayahku sendiri hani, dan bagiku membahagiakannya adalah salah satu keinginanku dalam hidup ini. Dan kamu sudahku anggap seperti adik kandungku sendiri hani." Ucapnya sambi terus meyakinkanku.

Aku tau kak alisia masih mencoba mengubah keputusanku.

Benarkah itu? Tapi... tetap saja aku tidak bisa menerima ini. batinku dalam hati seraya memandang lurus kedepan.

"Lagian Samuel sudah setuju, kok. Iyakan Sam?" Kak Alisia menoleh ke arah Samuel yang berdiri tidak jauh darinya.

Bang Samuel tidak mengatakan apapun. Tapi dia terpaksa mengangguk dengan pelan. Hanya saja dari raut wajahnya, aku bisa melihat dengan jelas rona keterpaksaan dalam wajah itu.

Melihat itu, bagaimana aku bisa ikhlas menerima pernikahan ini?

"Tap..."

"Hani percayalah kita bisa kok, hidup bertiga dengan rukun!" Ucap kak Alisia meyakinkan aku lagi.

Aku pun terdiam sejenak, seraya melihat ke brankar tempat ayahku terbaring lemah. Selang oksigen dan kabel- kabel menempel hampir di seluruh badannya. Raut wajahnya terlihat lelah sekali disana. Mungkin dia benar- benar tak bisa bertahan lagi. Ayah ku sakit jatung dan beberapa komplikasi lainnya seperti sakit lambung, diabetes serta ginjal.

Oh... ayahku yang malang pasti dia sangat tersiksa dengan keadaannya yang seperti ini.

Aku yakin ayah sudah sangat lelah dan ingin istirahat dari dunia yang kejam ini. Hanya saja belum bisa beristirahat dengan tenang, karena ayah masih memikirkan tentang ku.

aku adalah anak tunggal dari keluarga ku, yang selalu menjadi kesayangannya, dan selalu menjadi prioritas utama. Apalagi setelah ibu meninggal di saat aku duduk di bangku sekolah dasar.

Ayah selalu memberikan apapun yang aku mau dan memenuhi segala kebutuhanku tanpa terlalu memanjakanku. bagiku, sosoknya sangat sempurna untuk di jadikan panutan. bahkan ayah rela tidak menikah lagi setelah kepergian ibu, hanya untuk fokus mengurusku.

Dia.... benar-benar menjadi single parent yang luar biasa untukku.

padahal aku sama sekali tidak pernah melarang ayah untuk menikah lagi. karena aku tau ayah juga butuh pendamping, dan dia juga berhak untuk hidup bahagia bersama pendamping hidupnya.

Akan tetapi, setiap kali aku mengutarakan keinginan ku untuk memiliki ibu lagi, ayah pasti akan selalu menolak dengan sangat tegas.

Ayah bilang istrinya cuma satu dan selamanya hanya satu yaitu ibuku. Dia juga bilang, dia juga sudah sangat bahagia dengan kehadiranku. Dia tidak butuh yang lainnya lagi.

Benar-benar cinta sejati.

Aku selalu berpikir, apakah ada laki-laki yang mencintaiku apa adanya seperti ayahku sendiri, yang selalu mengurusku bila aku sakit, selalu menjagaku serta melindungiku dalam keadaan susah dan senang selalu bersama?

Apakah ada pria sejati seperti ayahku?

Bagimana mungkin, ada pria seperti ayahku.

Aku hanya bisa berdoa semoga tuhan memberikan ku jodoh terbaik untukku, yang menyayangiku dan mencintaiku apa adanya. Seperi seorang ayah yang mencintai dan menyayangi putrinya dengan tulus.

hatiku terasa sangat sakit saat mengenang semua itu. Aku menghela napas panjang dan berat sambil memejamkan mata.

"Ayah mungkin bukan ayah yang sempurna untukmu, hani. Ayah juga tidak bisa memberikan kebahagian untukmu. Tapi ayah janji nak, ayah akan selalu memberikan yang terbaik untukmu. Selalu percaya pada ayah ya nak!"

terlintas sebuah ucapan ayah saat kami mengobrol beberapa bulan yang lalu. membuatku menjadi goyah pada pendirianku saat ini.

Sekali lagi, aku melihat ayahku terbaring lemah di tempat tidurnya. Aku tidak tau apa tujuan ayah membuatku menjadi orang ketiga diantara hubungan bang Samuel dan kak Alisia. Tapi, aku percaya pasti ayah punya alasan baik di balik ini semua.

Maka dari itu aku....

"Baik, yah. Aku setuju!" Akhirnya aku setuju dengan permintaan terakhir ayahku, seraya memandang mata tua yang sayu itu. Seakan-akan aku selalu mempercayai semua keputusan ayah.

Ayah terlihat tersenyum sekilas kepadaku.

Sebelum...

Tuuuuuuuuutttttt.......

suara mesin elektrokardiogram berbunyi nyaring memekakkan telinga.

Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung dan menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung.

"Ayah, ayah, tolong ayah jangan tinggalkan hani ayah!! ayah....." ucapku panik seraya mengoyangkan bahu ayah.

seketika suasana ruangan itu menjadi panik dan gelisah. Bang Samuel dengan sigap langsung menekan tombol emergency di ruangan itu. Bahkan ia berlari keluar untuk memanggil perawat dan dokter yang ada di

luar ruangan rumah sakit.

Sementara aku, masih meraung memanggil ayah sambil terus mengguncang guncang bahunya agar terbangun kembali.

Tidak...

Sungguh...

Aku tidak mau di tinggalkan dalam keadaan seperti ini.

Tolong!

Kembalikan Ayahku Tuhan!

_

_

_

_

_

_

Maaf jika penulisan kurang bagus, maklumlah aku amatiran because this is my first writing ya kurang lebih begitulah😅🤣

Bagaimana keadaan Ayah Hanifah?

Lalu bagaimana pernikahan Hanifah, apakah samuel ikhlas menerima Hanifah?

semoga saja

Apakah kalian penasaran para readers yang budiman?

Mari kita baca kelanjutannya!!😍

episode 2

Happy reading my lovely readers🥰😍

setelah 2 hari ayahku meninggal aku melangsungkan pernikahan di rumah ku.

"Sah...." terdengar suara gemuruh, untuk kedua kali dikamar, yang menyatakan keberhasilan Bang Samuel mngucapkan ijab kabul hari ini.

Ya hari ini adalah hari pernikahan Bang Samuel dan Kak Alisia, dan juga pernikahanku dengan pria yang sama.

Lalu tadi itu adalah suara gemuruh para saksi yang secara serentak menyatakan kalau sekarang aku dan Kak Alisia sudah sah menjadi istri Bang Samuel.

Sungguh miris ya?

Setelah Bang Samuel mengucapkan ijab kabul untuk Kak Alisia, tak berselang setelah itu, Bang Samuel mengucapkan ijab kabul atas namaku.

Entah apa pandangan orang sekitar tentang penikahan kami ini?

Seharusnya saat ini aku merasa sangat senang karena bisa menjalankan salah satu perintah agama. Tapi aku tak pernah sedikitpun membayangkan akan menjadi istri yang kedua.

Apalagi aku harus menjadi orang ketiga diantara orang yang aku sayangi yaitu kakak sepupuku sendiri.

Tok....tok.....tok.....

Terdengar ketukan pintu dipintu kamarku. Lalu tak lama kemudia pintu terbuka, dan terlihatlah seorang wanita paruh baya yqng tersenyum menatapku.

Dia adalah mama Lina, ibunya Bang Samuel.

"Ayo, sayang suami kamu sudah menunggu!" ajaknya dengan lembut pada ku seraya mengusap bahuku dengan pelan.

"Tante, aku..."

"Sssst jangan panggil tante lagi dong, tapi panggil mama! kan sekarang kamu sudah jadi menantu mama." Selanya dengat cepat

Namun aku cuma bisa diam menunduk menanggapinya.

jujur saja aku belum bisa menerima pernikahan ini, karena bukan pernikahan seperti ini yang aku inginkan.

aku memang mengenal Tante Lina, Bang Samuel serta keluarganya. Sejak kecil, karena kami bertetangga dan Tante Lina sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Apalagi, setelah meninggalnya ibuku saat aku duduk di bangku sekolah dasar. Karena itulah, sosok Tante Lina sudah melengkapi hidupku selama ini.

Walaupun begitu, aku tidak pernah berpikir menjadi menantunya, seperti saat sekarang ini.

Bukan tak mau, tapi bagaimana cara aku menjelaskannya....?

Aku masih merasa canggung saja, karena tidak pernah terpikirkan menikah dengan anaknya.

Sudah kubilangkan! Bang Samuel itu sudah aku anggap seperti Abangku sendiri, dan kini aku diharuskan menikah dengannya. Aku merasa, tidak nyaman dan aneh saja rasanya, karena harus nikah dengan orang yang sudah di anggap seperti abang sendiri.

Apa kalian mengerti dengan perasaanku ini?

"Sayang, mama tau ini berat untukmu. Mama bisa mengerti perasaanmu itu. Tapi mama tidak bisa berbuat apa apa karena permintaan ayahmu memang di luar dugaan kami. Entah apa yang di pikirkan ayahmu saat itu?

Tapi, percayalah sayang apapun yang dia inginkan semata mata hanya untuk kebaikanmu."

Aku tau itu, tapi kebaikan seperti apa yang malah membuatku menjadi orang ketiga dengan cara seperti ini.

Aku tak menjawab, hanya bisa mengangguk saja. Karena menolak pun tak akan bisa lagi, iya kan. Semoga aku bisa ikhlas menjalani ini semua.

Mama lina lalu membimbingku, menuju mimbar tempat dilaksanakannya ijab kabul.

Waktu aku sampai Kak Alisia sudah duduk manis di samping Bang Samuel.

Kak Alisia memakai pakaian yang sama denganku, juga make up yang sama. Karena aku memang hanya bisa menyesuaikan dengan apa yang mereka persiapkan sebelumnya. Aku benar benar tidak ada hak untuk menyuarakan keinginanku.

Saat aku hampir, sampai Kak Alisia menyambutku dengan senyum merekah. Berbeda dengan Bang Samuel yang melirikku sebentar, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Aku tahu, sebernarnya dia tidak bisa menerima pernikahan ini. Hal inilah, yang membuat aku merasa sangat terbebani oleh semua ini.

Maafkan aku kak, bukan maksudku merusak kebahagiaan kalian dan menjadi orang ketiga di keluarga kecil kalian.

*****

Selepas acara sungkeman, aku lebih memilih ke kamarku.

Mama Lina bilang, nanti siang akan ada acara resepsi di taman belakang rumah ini.

Akan tetapi aku tidak berniat, untuk menghadiri acara resepsi itu.

Kehadiranku kan tidak di inginkan oleh mereka, jadi aku sadar diri kok. Untuk semakin tak merusak momen bahagia Kak Alisia dan Bang Samuel.

"Tapi sayang, ini kan acara resepsi pernikahan kamu juga, jadi kamu berhak untuk hadir disana!" Rayu Mama Lina dengan tatapan mengiba.

"Tapi mah, aku kan hanya orang ketiga di antara mereka dan aku juga tidak akan diharapkan kedatanganku disana." Jawabku sendu

"Ayolah sayang jangan seperti itu! Kamu juga berhak bahagia seperti Kak Alisia. Percayalah pada mama sayang cinta akan datang dengan sendirinya nanti." Bujuk Mama Lina

Walaupun begitu mana bisa aku bisa bahagia seperti Kak Alisa, kehadiranku saja tidak diingikan.

Kak Alisia adalah istri yang di inginkan dan di cintai oleh Bang Samuel sementara aku?

Tapi Mama Lina sangatlah baik padaku, aku bingung bagaimana cara menolak ajakan Mama Lina.

"N...gak mah, Hani gak mau mah. Cukup sampai sini saja aku menjadi orang ketiga diantara mereka, Hani gak mau merusak kebahagian Kak Alisia dan Bang Samuel lagi!" Ucapku bersikukuh dengan pendirianku

"Tapi, Say..."

"Lagian permintaan alm ayah, cuma untuk menikahi Bang Samuel saja mah! Nah, sekarang Hani udah menikah dengan Bang Samuel dan sudah menjadi istri Bang Samuel seperti permintaan ayah. Jadi Hani rasa, Hani tidak mempunyai hutang lagi mah."

Mama Lina terlihat berpikir dan ingin menyampaikan sesuatu tetapi iya masih ragu.

"Mah, tolong mengerti dengan posisi Hani. Hani gak mau makin bersalah sama Bang Samuel dan Kak Alisia, Hani benar benar tidak nyaman berada di posisi seperti ini mah!" mohon ku pada Mama Lina.

Mama Lina pun menatapku dengan intens, membuat ingin sekali menangis menatapnya.

Kalau saja tidak ingat dia adalah mertuaku, aku akan mengadu seperti dulu.

"Tapi nanti kalau Alisia sama Samuel nanyain kamu gimana?" tanyanya

membuat aku menghela napas berat mendengarnya.

"Mama bilang aja aku capek. Mama kan tau, aku baru landing subuh tadi. Sejujurnya aku masih jetlag tadi. Please ya mah!" Aku memberikan alasan logis untuk ketidakhadiranku nanti, tapi memang ini kenyataannya.

Mama Lina menatapku lama, setelah itu dia mengangguk, lalu memelukku erat dan mencium keningku lama lalu pergi meninggalkan kamarku.

setelah itu, aku langsung mengunci pintu kamarku dan berlari kedalam kamar mandi lalu menghidupkan shower agar tak ada yang bisa mendengarkanku menangis.

Tuhan bisakah aku bertahan dengan pernikahan ini? bisakah aku hidup menjadi orang nomor dua seperti ini?

Sejujurnya aku ingin seperti wanita lainnya. Aku ingin satu satunya milik suamiku, dicintai suamiku dan ingin memiliki momen indah pernikahanku sendiri. Agar kelak bisa kuceritakan kepada anak anakku, bahkan cucu cucuku.

Tetapi kalau kenyataannya seperti ini, apa yang harus aku banggakan?

-

-

-

-

-

-

Bagaiman readers?

Mewek gk😅🤣

next.......

episode 3

Happy reading my beloved readers

2 hari kemudian

Kak Alis :

"Hani, hari ini aku sama samuel mau otw ke Paris buat honeymoon. Nanti kalau kerjaan kamu udah beres nyusul ya!"

Hufff... aku menghela napas kasar, setelah membaca pesan dari whatsapp yang dikirimkan siang tadi kepadaku, tapi aku baru bisa membacanya malam ini, karna terlalu sibuk mengurus pekerjaanku.

Setelah menghela napas sekali lagi, lalu aku melempar ponselku ke atas kasur, dan ikut merebahkan badanku dari pada membalas pesan itu.

Bukannya tidak mau membalas, tapi aku binggung mau balas apa? soalnya kan itu acara mereka berdua tidak mungkin aku ikut serta di dalamnya.

Ahh.. aku jadi menyesal kenapa aku harus masuk dalam kisah cinta mereka berdua.

Lagi pula aku habis menyelesaikan pekerjaan kantor cabang yang membuat kepalaku sakit, karena aku belum istirahat dari pagi, malah di tambah dengan ajakan Kak Alisia tadi bikin kepalaku tambah sakit saja😔😪.

Jadi biarkan aku tidur dulu.

Buat apa aku datang? mereka kan lagi bulan madu, dan pastinya tidak mau diganggu sama sekali. Kalau aku nekad ikut, aku hanya akan jadi obat nyamuk saja.

Jadi aku cukup tau diri saja, tetap disini ini adalah pilihan terbaik.

Ohh.. selain itu aku tidak ada keinginan ikut bulan madu bersama Bang Samuel dan Kak Alisia. Aku juga tak mau membuatnya makin tak nyaman dengan kehadiranku.

Cukuplah aku dibenci karna, jadi benalu di rumah tangga mereka, dan cukup moment ijab kabul mereka yang aku kacaukan aku tidak mau mengacaukan apapun lagi.

Bagiku, cukup KTP dan Akta Nikah saja aku yang menyandang status istri Bang Samuel, selebihnya terserahnya, kalau dia tidak menjalankan hak dan kewajibannya tidak masalah bagiku, karena aku tau dia tidak pernah menginginkanku.

Kalau perlu aku akan tinggal terpisah dengan Kak Alisia dan Bang Samuel, agar mereka lebih bisa bahagia tanpa harus memikirkan kebahagianku.

Ahh.. kenapa aku percaya diri sekali, keberadaan ku saja sudah masalah untuk mereka, mana mungkin mereka repot-repot memikirkan kebahagianku?

Konyol sekali

Selepas kabar Kak Alisia dan Bang Samuel pergi ke Paris untuk honeymoon. Aku benar-benar menyibukan diri dengan pekerjaanku. Aku benar benar tidak akan menyia-nyiakan waktu luangku disini.

Lagian aku harus mulai belajar mengambil alih perusahaan Ayah mulai sekarangkan? karena perusahaan ini jadi tanggung jawabku. Oleh karna itu aku harus giat belajar, tidak ada waktu bagiku untuk bersantai apalagi malas malassan.

Sementara itu Mama Lina selalu meneleponku, menanyakan kepadaku kapan pulang ke rumah?

Ya 2 hari yang lalu aku pindah ke rumah Mama Lina beserta Bang Samuel dan Kak Alisia. Tapi karna aku ada pekerjaan, aku berangkat untuk menyelesaikan pekerjaanku.

Ya mungkin dia kesepian dirumah sendirian, karna anak dan menantunya belum ada yang kembali.

Sebenarnya aku merasa bersalah sih, udah ninggalin Mama Lina seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? aku belum siap untuk kembali kerumah itu. Walau tanpa adanya Bang Samuel dan Kak Alisia.

Aku merasa disana bukanlah tempatku, kalian mengerti kan?

Kak Alisia tiap hari selalu menelponku, untuk memberi kabar tentang perjalanan bulan madunya.

Kadang disertai dengan kiriman foto foto mesranya dengan Bang Samuel, dan ujung ujungnya selalu nanya kamu kapan nyusul kami kesini?

Namun ujung ujungnya aku selalu membalas dengan kata yang sama yaitu, maaf kak aku sedang sibuk, pekerjaanku terlalu banyak atau enjoy your trip, have a nice day😍.

Tentu saja, memang aku harus menjawab apa? selain kata itu.

Kadang aku heran dengan Kak Alisia. Apakah dia memang setulus itu menerimaku sebagai madunya? Apa dia tidak merasa sakit hati atau tidak merasa terganggu dengan adanya keberadaanku gitu?

Karna memang Kak Alisia bersikap biasa saja denganku, kadang pun dia masih suka curhat denganku.

Seperti saat ini, saat aku baru mau memejamkan mataku untuk tidur, Kak Alisia menchat ku untuk menceritakan tentang suami kami.

Katanya Kak Samuel hari ini nyebelin karna tidak membiarkannya keluar dari kamar, alasannya karna di luar masih turun salju dengan lebat.

Tapi, sebenarnya moment ini di buat Bang Samuel untuk membuatnya tak bergerak dari atas ranjang.

Hani, aku sangat lelah melayani Bang Samuel, makanya kamu kesini ya gantian layani dia! buatnya pada chat Wa itu

Huff.. lalu haruskah aku cemburu padanya?

Tentu saja tidak, karena pemeran pendukung tidak perlu ikut campur urusan tokoh utama.

Hmmm.. begitu ya kak? kalau begitu kakak harus jaga kesehatan, biar gak sakit!! balasku padanya, segera aku letakkan hp di atas nakas agar aku bisa tidur secepatnya.

Aku berusaha untuk tidak cemburu pada Kak Alisia, tapi aku kan juga istrinya.

Bagaimana aku harus menyikapi semua ini? ya Allah tolong aku..

Seminggu kemudian

Hari ini aku kembali ke Jakarta bukan untuk menetap, tapi untuk izin kepada Mama Lina, karna hari liburku sudah berakhir, dan harus kembali ke Inggris melanjutkan pendidikanku di sana hingga satu tahun ke depan.

Ya karna aku masih tengah semester, masih banyak waktu yang bisa kumanfaatkan sebaik mungkin untuk mendapatkan gelar terbaikku.

"Coba kamu chat Samuel, Hani mau bagaimana pun kamu harus mengabari suami kamu, karna itu wajib!" Ujar Mama Lina menasehatiku.

Aku hanya bisa tersenyum kecut, tapi tidak menanggapi apapun. Karna faktanya aku tidak punya nomor ponsel Bang Samuel sejak dulu.

"Nanti Hani chat saja Kak Alisia, Mah". Hanya itu jawaban yang bisa aku berikan saat ini.

Mama Lina menatapku sendu, lalu ia menghela napas berat.

"Sampai kapan kamu akan menghindari Samuel terus, Hani? suami kamu itu Samuel lo, bukan Alisia jadi kalau kamu mau minta izin ya langsung ke orangnya! kenapa harus melalui orang lain?" Tegur Mama Lina.

Bagaimana aku mau bicara langsung dengan Bang Samuel, nomornya saja tidak ada.

"Loh Kak Alisia kan bukan orang lain mah, dia kan istri Kak Samuel juga". Jelasku pada mama

"Iya mama tau, tapi alangkah baiknya kamu berbicara langsung dengan Samuel. Karna posisi Samuel disini kepala keluarga jadi dia berhak tau apa saja kegiatan istri istrinya. Dengan cara berbicara langsung ke dia bukan lewat perantara seperti ini!" Tegas Mama Lina bersikukuh mengingatkanku.

Aku hanya bisa tertunduk mendengarkan kata kata Mama Lina

"Ingat Hani, kamu itu bukan tetangga kami lagi kamu adalah istri sahnya Samuel. Bagaimana bisa saling jatuh cinta kalau berinteraksi saja kamu tidak pernah dengannya. Cinta itu datangnya dari mata lalu turun ke hati, jadi kamu harus perbanyak interaksi sama Samuel, agar dia jatuh cinta padamu!

Bahkan kalau bisa, kamu juga harus membuat Samuel memperlakukan kamu seperti dia memperlakukan Alisia dalam hidupnya.

Karna kamu juga istrinya kamu berhak mendapatkan apa yang Alisia dapatkan.

Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang dengan Mama Lina, aku menyerah aku meminta nomor Samuel padanya untuk mengabarinya secara langsung.

Lalu aku mengirim pesan kepada Bang Samuel se formal mungkin. Semoga aku tidak mengganggu acara bulan madunya.

Me :

Bang Samuel ini Hani

Maaf mengganggu waktunya, aku mau minta izin untuk melanjutkan kuliah ku di Inggris sampai selesai.

Aku harap Bang Samuel mengizinkanku!

Terima kasih

Bang Samuel :

Ya

hanya itu balasan yang kudapat dari pesan panjang lebarku kepadanya.

Setelah itu aku pergi ke Inggris untuk melanjutkan pendidikanku disana, dan benar benar hilang kontak dengannya dan orang orang disana.

-

-

-

-

-

Penasaran gk?

Next dong kalo gitu😅😅

kepedean gw😂😂

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!