NovelToon NovelToon

Anak Genius : First Night With CEO

Bab 1. First time

Ditengah keserakahan saudara Ayahnya, Ellea dan keluarganya kini dilanda kebangkrutan. Mereka tak mampu melawan keluarga besarnya yang terus menggerogoti harta kekayaan sang Ayah. Ayahnya kini tengah jatuh sakit, karena stres menghadapi cobaan ini. Untuk bertahan hidup, mereka meminjam uang pada beberapa rentenir. Sudah dua tahun berlalu, hingga kini Ellea dan keluarganya tak mampu membayar bunga utang yang semakin mencekik.

Tak mudah bagi Ellea, untuk bertahan hidup dengan posisi sulit ini. Ia dan Ibunya berusaha untuk bisa melunasi semua utang mereka. Namun, tak semudah dibayangkan untuk melunasinya, jika mencari uang saja sudah sulit.

Para preman dan suruhan rentenir mulai mendatangi rumah Ellea, mereka memaksa agar sang Ayah segera melunasi utang-utangnya. Ellea yang bertanggung jawab atas semuanya, berjanji akan segera melunasi utang-utang keluarganya. Hanya, Ellea meminta waktu lagi untuk membayarnya.

Waktu berlalu, Ellea mampu terlepas dari preman-preman kejam itu. Ia mulai berpikir kotor, agar mendapatkan uang dengan cepat. Tanpa pikir panjang, Ellea berbohong pada Ibunya, dan berkata bahwa ia telah mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran. Namun nyatanya, Ellea ternyata akan menjajakkan tubuhnya di sebuah bar-bar mewah tempat pria yang kehausan.

Dengan penampilan yang seksi dan menawan, tentu saja mudah bagi Ellea untuk mendapat pelanggan. Ditambah lagi, dengan paras anggun dan tubuh idealnya, siapapun yang melihat Ellea pasti akan terpesona. Ellea memakai mini dress di atas lutut dengan bahu terbuka. Ia sengaja berpenampilan mencolok, agar mudah mendapat uang dengan secepatnya.

Tak lama, dua orang berbadan besar duduk di sofa Ellea, dan mulai bernegosiasi dengannya. Mereka dengan santainya mencolek beberapa bagian tubuh Ellea. Menjijikkan, itu yang Ellea pikirkan saat ini. Namun ia bersifat biasa saja, dan menganggap hal tersebut adalah hal yang lumrah.

“Berapa tarif untuk tubuhmu dalam satu malam?" tanya pria yang tengah memegang tangannya.

"I'm still virgin. And you want my body? Of course, the price of a virgin is clearly different. Right? Kau sanggup membayarku? " tantang Ellea.

(Aku masih peraw@n. Dan kamu menginginkan tubuhku? Tentu saja untuk harga peraw@n itu berbeda.

Mereka tertawa sangat lepas, "Hahaha, are you seriously? If you're stiil virgin, Of Course ... My Boss will pay you very much. Tapi, apa kau bersungguh-sungguh? Wanita malam yang menjual tubuhnya, dan masih perawan? I can't believe that!"

"Tentu saja! Aku jamin, tubuhku masih tersegel. Aku membutuhkan uang dengan cepat. Bawa aku kepada Bos mu, dan aku akan bernegosiasi dengannya!" Ellea memberanikan diri.

Jantungnya berdegup kencang, tangannya bergetar ketakutan. Ini kali pertama baginya. Namun, dirinya harus siap menghadapi dunia malam yang kejam ini. Siap tak siap, Ellea pasrah memberikan tubuhnya. Ia sudah bersiap, membawa obat perangsang untuknya, agar ia rileks dalam pekerjaan kotor ini.

Mereka membawa Ellea menuju sebuah suite mewah kelas atas. Tempat yang bahkan belum pernah Ellea kunjungi sebelumnya. Ia dipersilakan masuk, dan menyambut Bos yang akan membeli tubuhnya. Baru saja beberapa detik masuk ke dalam, Ellea sudah dikagetkan dengan berbagai macam suara. Suara jeritan, suara tangisan, suara mendesah, dan banyak sekali suara yang ia dengar.

Ternyata, suite ini adalah tempatnya para buaya yang lapar. Betapa tidak manusiawinya mereka memperlakukan wanita-wanita panggilan itu. Tempat yang sama seperti neraka. Hanya menyiksa, menyiksa, dan menyiksa. Melihat beberapa wanita di cambuk, di siksa, tentu saja membuat Ellea bergidik ngeri. Ia tak menyangka, jika melakukan pekerjaan ini, siap juga untuk menghadapi kekerasan ini.

Sial. Tempat macam apa ini, kukira mereka hanya menginginkan kenikmatan. Tapi ternyata, mereka benar-benar sakit! Mereka menyiksa tubuh mulus nan indah itu. Oh Tuhan, aku takut Ibuku marah. Aku tak ingin tubuhku disiksa seperti itu. Haruskah aku batalkan saja perjanjian ini? Haruskah aku kabur secepat mungkin? Batin Ellea.

Mengerikan, menjijikan. Ellea benci penyiksaan. Ia tak berniat untuk menjual dirinya pada orang-orang sakit ini. Sambil menyusun strategi, ia melihat keadaan sekitar. Ia yakin, untuk kabur dari suite ini. Apalagi, melihat pintunya masih terbuka. Mudah bagi Ellea untuk melarikan diri. Ia pernah menjadi juara satu balap lari di provinsinya, dan mungkin akan ia gunakan dalam kesempatan kali ini.

Ellea membuka highheels-nya. Ia pegang Heelsnya, lalu tanpa aba-aba ia berlari secepat kilat menubruk beberapa pengawal di depan pintu. Sontak saja mereka semua kaget. Mereka berlari mengejar Ellea, Bos besar memintanya agar segera menangkap Ellea. Semakin di kejar, Ellea berlari semakin jauh. Ia mencari cara agar bisa menghilang dari kejaran orang-orang tersebut.

Saat berlari kencang, ia melihat pintu suite room mewah yang sedikit terbuka. Dengan melihat ke belakang, Ellea memastikan dirinya aman dari kejaran orang-orang itu. Tanpa permisi, Ellea masuk kedalam suite tersebut. Hingga orang-orang yang berlari mengejarnya kehilangan jejak Ellea.

Ellea mengusap dahinya yang bercucuran keringat, "Oh God ... thanks for help me. Aku masih hidup, aaaaaa senangnya aku masih hidup." Ellea berjalan mengitari ruangan megah dan mewah ini.

Ellea berjalan memasuki ruang tengah. Suite ini kosong, pikirnya. Ia berjalan memasuki suite mewah itu. Hingga tanpa sadar, ada seseorang yang tengah memerhatikannya dari balik sofa yang mewah. Pria itu pemilik suite room, pria yang dingin dan kejam. Ia kaget, tempat pribadinya bisa di masuki orang yang tak dikenal.

"Whoaaa, besar sekali suite ini. Lebih besar dari suite buaya gila tadi. Bahagia rasanya jika bisa tinggal di tempat mewah seperti ini," Ellea berbicara sendiri.

Tiba-tiba ....

"Siapa yang mengizinkanmu masuk ke ruanganku?" suara menggelegar itu mengagetkan Ellea.

"Astaga, Ya Tuhan tolong ... ternyata ada pemiliknya," Ellea melihat sumber suara.

Ellea mendekat ke sofa, ia memohon-mohon pada pria dingin itu, agar membantunya menyelamatkan diri.

"Aah, Tuan ... maafkan aku. Aku menyelinap ke sini. Tapi sungguh, aku tak bermaksud apapun. Ak-aku ... I just want to save my life. So sorry, please ... Help me Tuan, jangan biarkan aku keluar dari ruangan ini. Aku sedang terancam bahaya. Kumohon, tolong aku ... biarkan aku di sini sebentar saja, kumohon ..." Ellea mendekati pria dingin itu, berharap belas kasihan darinya.

Pria itu menatap Ellea dengan tatapan tajam, "Kau pikir aku malaikat?"

"Ya, bisa dikatakan seperti itu, Tuan. Kumohon untuk saat ini saja, izinkan aku tetap di sini sampai keadaan memungkinkan aku untuk pergi meninggalkan bar ini," Ellea terus memohon.

"Apa yang akan kau berikan padaku sebagai imbalannya?"

"Apapun itu, asal jangan uang." Jawab Ellea cepat.

Pria itu mengernyitkan dahinya, "Aku tak butuh uang,"

Gavin Alexander, namanya. Pria dingin yang kejam itu memang pemilik suite mewah ini. Ia adalah seorang CEO di sebuah perusahaan seni terkenal di Negara ini. Jelas saja seorang Gavin Alexander tak akan membutuhkan uang, karena tanpa dicari pun uang akan datang dengan sendirinya.

"Lalu, apa yang kau inginkan? Aku akan melakukan apapun, tapi biarkan aku bersembunyi di sini, Tuan." Ellea tak ada pilihan lain.

Gavin berdiri dari duduknya, ia perlahan berjalan mendekati Ellea. Menatap tubuhnya dari atas ke bawah. Tubuh yang indah, batinnya.

"Jika aku meminta tubuhmu, apa yang akan kau lakukan?"

Sorot mata Gavin begitu tajam.

DEG.

"Aku akan memberikannya padamu, asal kau membayarnya!" Tegas Ellea seakan ia tak takut.

"Cih, negosiasi macam apa ini? Kau gila!? Kau meminta tolong padaku, tapi kau seakan menodongku!" Gavin tak habis pikir.

"I'm still virgin. Kau harus membayar jika keperawan@nku hilang,"

"What? Are you really crazy, girl? Tapi, aku tertantang dengan ucapanmu. Sungguh kau masih perawan?" Gavin terkesan merendahkan Ellea.

"Try it! Kau bisa membuktikannya sekarang."

"Kau menantangku?" Gavin mendekati tubuh Ellea, ia pun berbisik halus, "Apa kita harus melakukannya sekarang?" hembusan napas Gavin, membuat bulu kuduk Ellea merinding, sentuhan halus itu membuat jantung Ellea berdebar hebat.

"Tu-Tuan ..." Ellea memejamkan matanya, ia benar-benar ketakutan.

"Kau yang menantangku! Jangan salahkan aku, jika malam ini, kita ...." seketika itu pula Gavin melahap bibir Ellea yang merekah.

"Mmhhhhh, T-Tuan ..." Ellea kesulitan bernapas.

*Bersambung*

Bab 2. No regret it!

“Ku akui, ternyata kau masih perawan. Sprei ini menjadi saksinya,” ujar Gavin.

Ellea tak mampu menjawab, tubuhnya terkulai lemas. Ia kelelahan, hingga tubuhnya serasa remuk karena permainan yang dilakukan oleh Gavin. Ellea masih tertutup selimut. Ia masih polos tak mengenakan busana. Gavin bangkit dan segera memakai pakaiannya. Ia benar-benar menikmati permainan pertama itu dengan Ellea.

“Ini uang tutup mulut dan sebagai bayaran atas hilangnya keperawananmu. Kuharap kita tak akan bertemu lagi, dan aku ingin, dalam satu jam kau sudah pergi dari suite-ku,” Gavin melemparkan sejumlah uang dan cek, lalu ia pergi meninggalkan Ellea seorang diri.

“Hey, t-tunggu! Pergi ke mana kau?”

Ellea semakin bingung dibuat oleh Gavin. Pria itu bisa berubah wujud. Bisa dingin, panas, dan kali ini membeku. Sifatnya benar-benar aneh. Tapi, Ellea tak peduli. Saat melihat uang di atas selimutnya, ia begitu senang. Uang yang sudah lebih dari cukup untuk melunasi semua uang-utang keluarganya.

“Banyak sekali uangnya. Jika dihitung dengan cek ini, mungkin jumlahnya sekitar $14000. Banyak sekali uang ini. Apakah harga keperawananku semahal ini?” Ellea jadi berpikir tak logis.

Tanpa basa-basi, ia segera beranjak pergi meninggalkan suite milik Gavin. Ellea tak habis pikir, orang kaya dengan mudahnya mengeluarkan uang sebanyak itu. Walau ia harus mengorbankan dirinya, tapi ia berhasil mendapatkan uang untuk melunasi utang-utang keluarganya.

“Aku sampai lupa. Siapa tadi namanya? Apakah aku sudah berkenalan dengannya? Kurasa kita belum berkenalan. Bahkan, pertemuan ini terkesan singkat. Ah, masa bodoh. Dia memintaku tutup mulut, dan aku pun harus menganggap semua tak terjadi apa-apa.” Ellea berbicara sendiri.

Saat keadaan sekitar aman, Ellea segera beranjak pergi dengan memakai satu jas mahal milik Gavin. Ia tak ingin dirinya ketahuan oleh gerombolan orang yang tadi mengejarnya. Tanpa pikir panjang, Ellea segera bergegas pergi dari bar tersebut, dan naik taksi. Ia akan menuju rumah sahabatnya, Arcy. Ellea tak mungkin pulang ke rumahnya dengan kondisi seperti itu.

Selang beberapa jam, Aaron Christ, sang sekretaris pribadi seorang Gavin Alexander, mulai memasuki suite room dan berniat membersihkannya sesuai perintah Gavin. Aaron tak tahu di mana keberadaan Gavin, karena Gavin hanya menyuruhnya untuk membersihkan suite-nya yang sedikit berantakan.

“Ke mana perginya dia? Apakah dia sedang bersama Nadine? Jika iya, bodoh sekali dia. Nadine tengah kepergok bersetubuh dengan pria lain, tapi jika dia memaafkannya, sungguh Bos ku memang bodoh!” Umpat Aaron seorang diri.

Ia membereskan sofa yang berantakan. Lalu beranjak ke kamar untuk membersihkan kamar Gavin, jika beberapa saat nanti Gavin akan beristirahat. Tapi, betapa kagetnya Aaron, saat melihat bercak merah yang menodai sprei putih milik Gavin. Aaron berpikir yang tidak-tidak. Ia tak menyangka, jika Bos nya melakukan hal keji seperti itu.

“What! What does it mean? Oh My God, It’s so surprise for me. Apa yang telah Bos lakukan? Apa yang terjadi? Kenapa s-seperti?” Aaron memerhatikan noda merah di seprai milik Gavin.

Tiba-tiba, Gavin sudah berada di belakang Aaron. Gavin melupakan seprai dengan bercak merah tersebut. Akhirnya, tak mungkin ia menutupi kejadian bersama Ellea pada Aaron. Ia hanya mampu mengatakan hal yang sejujurnya pada Aaron.

“Kau tak perlu ikut campur!” Ucap Gavin tiba-tiba.

Aaron kaget, ia berbalik, “Bos, apa yang telah kau lakukan?”

“Aku melakukan apa yang telah Nadine lakukan padaku,” jawab Gavin dingin.

“Are you Crazy? Damn it! You same with Nadine, Bos. Kenapa kau harus melakukan hal gila seperti itu? Bukankah ini kali pertama bagimu?” Aaron sedikit khawatir.

“Ya, lantas kenapa? Nadine mengecewakanku dengan tidur bersama pria lain. Tentu saja aku pun mampu membalasnya, dengan meniduri wanita lain!”

“Bos, kenapa kau harus melakukan hal itu? Apa bedanya kau dengan Nadine kalau begitu? Tahukah kau, jika para investor tahu tentang semua ini, tentu saj----“ Gavin menghentikan ucapan Aaron.

“Tak akan ada yang tahu tentang semua ini. Ini terjadi karena sebuah ketidaksengajaan. Aku dan gadis itu tak akan pernah bertemu lagi. Aku sudah memberinya uang tutup mulut. Hal ini di luar kendaliku. Aku melakukan hal itu karena ingin membalaskan rasa sakit hatiku pada Nadine. Diam dan jangan banyak bicara. Aku lelah, aku ingin beristirahat! Cepat ganti seprai itu, lalu buang ke tempat yang jauh.” Perintah Gavin.

“T-tapi, Bos ...”

“Aaron, jangan banyak bicara!”

“Ah, b-baik, Bos.”

...*****

...

Satu bulan kemudian ....

“Wanita tak tahu diri! Wanita tak tahu di untung. Pergi kau, kau bukan anakku lagi! Pergi!” Pekik Wina, Ibunda Ellea.

“Maafkan aku, Ibu ... maafkan aku. Semua ini aku lakukan karena aku ingin melunasi utang-utang keluarga kita. Jangan usir aku, aku membutuhkanmu, Ibu ...” Ellea bersimpuh di kedua kaki sang Ibunda.

“Aku tak membutuhkan anak brengs3k sepertimu! Kau tak pantas memanggilku Ibu. Pergi kau, jangan pernah menginjakkan kakimu di rumah ini lagi!” Wina menutup pintu rumahnya dengan kencang.

Kehamilan Ellea mudah diketahui sang Ibunda. Karena terjadi perubahan-perubahan yang aneh pada diri Ellea. Saat ia memeriksakan diri ke Dokter bersama Ibundanya, sang Ibu tercengang mendengar penjelasan Dokter bahwa anaknya tengah hamil. Karena hal itulah, Wina sangat kecewa pada Ellea. Tanpa rasa iba, Wina mengusir Ella karena ia tak sanggup menahan malu.

Hanya Arcy, sahabat baiknya yang mampu membantu kesulitan Ellea. Arcy memahami keadaan Ellea yang tengah terpuruk. Ia tak menyalahkan Ellea, ia hanya ingin Ayah dari bayi Ellea bertanggung jawab, dan tidak membiarkan Ellea melewati semua ini sendiri.

“Cepat temui Ayah dari bayimu! Jangan biarkan dia seenaknya berbuat tanpa bertanggung jawab!” Tegas Arcy.

“Itu tak mungkin terjadi, Cy ... aku telah membuat perjanjian dengannya. Kita tak akan pernah bertemu lagi,” ucap Ellea sambil menangis.

“Kenapa kau mau melakukan perjanjian gila itu? Kenapa kau begitu ceroboh? Kau tahu, resiko berhubungan dengan lawan jenis itu akan membuat kau hamil seperti ini. Mengapa kau bodoh sekali?”

“Aku dalam keadaan shock kala itu. Aku tak berpikir logis, aku hanya memikirkan uang, uang, dan uang. Ini memang salahku, dan aku tak mungkin menyalahkan pria itu. Aku hanya akan membesarkan bayi ini sendiri. Aku hanya berharap, ia mampu menjagaku nanti, dan dia selalu ada untukku. Thank you so much, Arcy ... kau telah menolongku, aku berhutang banyak padamu. So, sorry ...” air mata itu tak tertahankan.

“Always be there for you, El ... semoga keluargamu sadar, dan menyayangimu kembali. Untuk saat ini, aku akan membantumu mencari pekerjaan. Apa tak apa jika kau bekerja? Aku hanya takut, jika keuanganku tak cukup untuk kita berdua. Apalagi, aku harus mengirim uang pada kedua orang tuaku,” lirih Arcy sedih.

“No problem. Aku mampu bekerja, aku akan menghidupi dia dengan kedua tanganku ... karena aku percaya, kelak dia akan menyayangiku, dan membuatku bangga. Semoga aku kuat menjalani kehidupan yang kejam ini ....”

“Doaku untukmu, Ellea. Kau hebat, kau tak menyerah dalam titik terendah hidupmu. Percayalah padaku, niscaya kebahagiaan akan menghampirimu jika saatnya telah tiba,” Arcy memeluk Ellea.

“Terima kasih telah menguatkan ...”

Arcy mengangguk, mereka berdua berpelukan, dengan hangat.

*Bersambung*

Bab 3. I will fly

5 tahun kemudian ....

"Mommy ... aku ingin membeli pesawat terbang!" Ucap Daniel di sela-sela pekerjaan Ellea.

"Apa maksudmu, sayang?"

"Lihatlah pesawat ini, Mommy! Jika aku bisa membeli pesawat sungguhan, aku bisa terbang menemui Daddy!"

Ellea kaget, "Apa yang kau bicarakan, Daniel?"

"Mommy bilang, Daddy berada di atas awan, kan? Aku ingin pergi mengunjungi Daddy, aku ingin bertemu dengannya, juga memeluknya ..." Daniel terus bergurau.

Ellea menghela napas panjangnya. Ia bingung harus menjawab apa pada anak semata wayangnya. Semakin besar, Daniel semakin pintar bercakap. Ellea bingung, karena Daniel selalu ingin bertemu dengan Daddy-nya. Padahal, hal itu jelas tak mungkin terjadi. Ellea tak tahu dan tak akan pernah mencari tahu keberadaan pria yang menjadi penyebab lahirnya Daniel.

Ellea mengeluarkan sesuatu dari tas nya, "Sayang, karena sebentar lagi kau akan sekolah, ini Mommy belikan alat mewarnai dan melukis untukmu. Kamu jangan banyak memikirkan hal yang tak semestinya dipikirkan, apa tak lebih baik kau membuat pesawat ini lalu mewarnainya?"

"Whoaaa, bagus sekali alat mewarnai ini. Terima kasih Mommy, aku sangat mencintaimu," Daniel memeluk Ellea.

"Sekarang, kamu menggambar saja ya, Mommy akan membereskan bunga rose di depan. Oke baby?"

"Oke Mommy ..." Daniel mengacungkan jempolnya.

Sejak Daniel masih dalam kandungan, Ellea sudah bekerja di toko bunga ini. Ia dipercaya oleh pemiliknya untuk menjaga toko bunganya sampai sekarang. Ellea beruntung, karena banyak orang di dekatnya yang peduli pada ia dan Daniel. Pemilik toko bunga itu bernama Samuel, ia seorang manager di sebuah perusahaan galeri seni.

Toko bunga ini menjual berbagai macam bunga yang cantik nan indah, mulai dari mawar, anggrek, melati, daisy, anyelir, lili, aster dan sebagainya. Toko bunga florist ini juga menjual bucket bunga, karangan bunga papan, dan standing flower. Tugas Ellea di toko ini hanya menjadi kasir dan menjaga toko.

Ellea nyaman bekerja di toko ini, karena ia bisa membawa Daniel setiap harinya. Sang pemilik toko sangat ramah dan percaya pada Ellea, karena itulah ia membebaskan Ellea membawa putranya. Walau hidup hanya berdua dengan Daniel, Ellea tetap bahagia, karena Daniel mampu menghapus air matanya dengan senyuman.

Beberapa jam kemudian, saat Ellea sedang merapikan beberapa bunga, Samuel Vinson, sang pemilik toko itu datang. Ellea menyambut Samuel dengan hormat. Walau Samuel begitu baik, Ellea tetap segan padanya, ia sangat-sangat menghormati Samuel. Kebaikan Samuel sangat berarti di mata Ellea.

"Selamat siang, Ellea ... bagaimana toko kita hari ini?" sapa Samuel begitu ia memasuki tokonya.

"Ah, selamat siang Pak. Saya kira pelanggan ... hari ini toko lumayan banyak pembeli. Bapak sudah selesai bekerja?"

"Aku pulang lebih awal, karena telah selesai meeting. Hari ini, aku alan mengecek stok bunga, apa kau sudah menulis data harian bunga?"

Ellea mengangguk, "Iya, Pak. Sudah ... bukunya ada di meja kasir. Mari, Pak."

"Baik."

Ellea bersama Samuel menuju meja Ellea. Samuel duduk di depan mejanya, dan Ellea sedang mencari buku yang diinginkan oleh Samuel. Namun, pandangan Samuel justru tertuju pada sebuah buku gambar. Terdapat sebuah gambar pesawat terbang yang dilukis menggunakan cat air. Lukisan yang terlihat sederhana namun memiliki banyak arti. Samuel kagum melihat lukisan tersebut, ia pun memegangnya dan terus memerhatikan setiap bagian-bagiannya.

"Ellea, milik siapa lukisan ini?"

"Ah, maafkan saya Pak. Itu adalah lukisan Daniel, beberapa bulan lagi ia akan sekolah, jadi saya membelikan beberapa peralatan menggambar. Saya akan segera membereskannya,"

"Bukan, bukan seperti itu. Aku sungguh mengagumi lukisan ini, El. Ini adalah lukisan yang gambarnya seakan nyata. Gambar yang sederhana namun memiliki banyak arti." Ujar Samuel yang sangat terkagum-kagum.

"Apa benar begitu, Pak? Ini hanya lukisan yang dibuat oleh Daniel. Aku sendiri pun tak menyangka, jika hasil lukisannya akan sangat indah seperti ini. Selama ini, aku tak memerhatikan kemampuan Daniel. Apa benar lukisan ini sangat indah?" Ellea ikut melihat lukisan yang dibuat Daniel.

"Ini sangat indah, Ellea. Sangat-sangat indah. Ke mana anakmu sekarang?" 

"Mungkin dia sedang ke toilet, Pak. Biar saya panggilkan Daniel." Ellea berlalu mencari Daniel.

Ada perasaan bangga dalam diri Ellea saat melihat kemampuan Daniel dalam melukis. Entah kenapa ia kurang memedulikan kemampuan anak semata wayangnya itu. Mungkin karena Ellea terlalu sibuk bekerja, hingga kemampuan terpendam sang anak, tak ia ketahui. Ellea segera membawa Daniel menuju Samuel.

"Ada apa, Uncle Bos?" tanya Daniel dengan tatapan menggemaskan.

"Niel, apakah kau yang melukis pesawat ini?" tanya Samuel.

"Yes, Uncle Bos. Itu adalah lukisan pertamaku. Mommy yang membelikan aku alat melukis ini," ujar Daniel begitu semangat.

"Ini sangat bagus, sayang. Mengapa kau melukis pesawat ini? Sepertinya, pesawat ini memiliki banyak arti? Aya makna yang kau tulis dalam lukisan indah ini, Niel?"

"Lukisan pesawat ini, untuk Daddy yang jauh di sana Uncle Bos. Jika aku besar nanti, aku akan membeli pesawat ini, dan mengunjungi Daddy," ujar Daniel bahagia.

"Daniel, cukup." Ellea ingin menghentikan Daniel.

"Memang, Daddy-mu di mana?"

"Di awan, Uncle. Jika naik pesawat, aku bisa bertemu Daddy di awan!" Jawab Daniel semangat.

Samuel menatap Daniel, ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Daniel, apa kau ingin melukis dengan baik? Menggunakan kanvas dan perlengkapan melukis yang keren. Aku bisa mengajakmu ke suatu tempat," seru Samuel.

"Apakah ada Uncle Bos? Aku ingin ... tapi, apakah Mommy akan mengizinkan aku melukis?"

"Mommy pasti akan mengizinkanmu. Ayo, ikuti aku. Di ruangan pribadiku, ada kanvas untuk melukis." Samuel mengajak Daniel ke lantai dua.

Ellea terpaku seorang diri. Ia menatap lukisan Daniel di buku gambar miliknya. Lukisan yang sederhana namun memiliki banyak arti. Lukisan yang luar biasa, seperti lukisan yang dibuat oleh pelukis terkenal. Lukisan Daniel memang hebat, hingga Samuel terkagum-kagum melihatnya. Ellea pun menitikkan air matanya, ia seakan tak sanggup mendengar keinginan Daniel untuk bertemu dengan Daddynya.

My Baby ... kau tak mungkin bertemu dengan Daddy-mu. Dia jauh, sangat jauh. Ibarat berada di atas awan, walau kau bisa melihatnya, tapi kau tak akan bisa memeluknya. Maafkan Mommy, semua ini salah Mommy. Semoga, kau tetap jadi anak yang hebat walau tanpa Daddy-mu, Nak. Ellea melamun, ia terenyuh mendengar ucapan polos Daniel yang berkata merindukan Ayahnya.

Lamunan Ellea buyar ketika ada pelanggan yang masuk mencari bunga. Ia pun menyambut pelanggan itu dan segera membantunya. Kegiatan Ellea setiap hari hanya berkutat dengan bunga dan keuangan. Walau begitu, ia tetap menikmati apa yang telah Tuhan berikan padanya. Ellea tetap bersyukur, dengan kehidupannya sekarang ini.

Lima belas menit berlalu, Samuel dan Daniel turun dari lantai dua. Samuel memperlihatkan hasil lukisan Daniel pada Ellea. Mereka benar-benar takjub melihat apa yang telah dilukis oleh Daniel. Terlebih lagi Ellea, ia sama sekali tak menyadari kemampuan Daniel dalam melukis. Sungguh hal yang tak pernah Ellea duga sebelumnya, ternyata anaknya itu sangat pintar.

"Ellea, lihatlah ini! Ini adalah lukisan yang anakmu buat dalam waktu lima belas menit. Kau lihat? Ini adalah lukisan terhebat yang baru aku temui. Lukisan yang dibuat dengan tangan ajaib anakmu! Aku sungguh tak menyangka, jika Daniel pandai melukis seperti ini. Dia benar-benar genius, Ellea. Anak mana yang mampu melukis dengan hebat seperti ini, apalagi dengan waktu yang terbilang singkat. Sungguh, aku sangat takjub pada kemampuannya," puji Samuel.

"Ya Tuhan ... anakku, benarkah ini hasil lukisanmu? Sungguh?" mata Ellea berkaca-kaca.

Daniel mengangguk, "Yes, Mommy ..."

"Ellea, anakmu ini sangat hebat dan berbakat. Aku tak pernah melihat anak sekecil ini sangat pandai dalam melukis. Ellea, kurasa ini kesempatan bagus untuk anak genius seperti Daniel. Di kantor galeri seniku, sedang ada kompetisi melukis untuk umum, dan jika ada lukisan yang bagus, akan dipilih untuk mendapatkan hadiah uang total ratusan juta, langsung dari CEO pemilik galeri seni di kantorku. Bagaimana? Apa kau ingin mendaftarkan Daniel? Tak ada batasan usia, Daniel bisa ikut kompetisi besar yang diadakan Louvre Gallery. Ini kesempatan emas, Ellea. Pikirkan baik-baik, aku yakin Daniel akan menjuarai kompetisi itu," Samuel amat semangat.

CEO Louvre Gallery? Batin Ellea.

"Apa mungkin Daniel mampu mengikuti lomba itu, Pak?"

"Aku yakin, dia bisa. Aku akan segera menghubungi sekretaris Pak Gavin untuk mendaftarkan Daniel segera. Sayang sekali, kemampuan terpendam ini tak boleh di sia-siakan, Ellea. Aku akan segera mempertemukan anakmu dengan CEO Louvre Grup, dia pasti takjub melihat kemampuan Daniel," seru Samuel.

Benarkah begitu? Batin Ellea.

*Bersambung*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!