NovelToon NovelToon

CEO Melankolis

bab 1: Aku tidak mau menikah, kamu ada ide?

"Kejar dia!" suara seorang laki laki memberikan komando kepada sejumlah laki laki, untuk mengejar orang yang berlari kencang di depan mereka.

Mereka terus berlari mengejar sampai akhirnya berhenti di sebuah lorong buntu. Tempat di mana orang yang mereka kejar berhenti berlari.

"Mau apa kalian?" tanya orang itu. Suaranya menggigil ketakutan.

Dia seorang laki laki muda, sekitar akhir 20 tahun, berperawakan kecil dan pendek. Bukanlah lawan yang seimbang untuk sejumlah laki laki berbadan besar dan berotot.

"Dimana benda itu?" jawab suara berat seorang laki laki menyeruak di tengah tengah sejumlah laki laki yang berdiri menghadang.

"Aku...aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan," laki laki berperawakan kecil menggeleng geleng gugup. "Kamu pasti salah orang."

"Buat dia mengaku," laki laki itu menoleh ke belakang.

"Kalian mau apa?" laki laki berperawakan kecil berjalan mundur. Tubuhnya menggigil ketakutan.

Sebuah tinju melayang sebagai jawaban. Di sertai pukulan dan tendangan. Teriakan kesakitan menggema memecah kesunyian malam.

Setelah beberapa lama keheningan kembali menyatu dengan dinginnya malam. Laki laki berperawakan kecil tergeletak di lorong. Tidak bersuara. Tidak bergerak.

"Sialan, damn it!" teriak si bos geram.

"Bagaimana ini bos?" tanya salah seorang laki laki berotot.

"Tinggalkan saja," bos membalikkan badan, berjalan meninggalkan lorong.

Sementara di saat yang sama, sekitar ratusan ribu kilometer jauhnya, di sebuah apartemen luxury lantai 9 yang terletak di jantung kota Jakarta, seorang gadis berusia awal 20 tahun, masuk kedalam apartemen dengan wajah merengut.

"Aku kesal," katanya sambil melempar tas ransel bermerk branded ke atas sofa berwarna hijau lumut di sertai hempasan badannya yang langsing.

Dia bernama Aisyahzaara rhea ravika hadiyan. Nama yang sangat panjang. Menurut orang tuanya mempunyai arti, anak perempuan yang cantik bagaikan bunga, keibuan, berparas jelita dan ratu yang rupawan.

Nama yang benar benar menggambarkan wajahnya yang cantik bak titisan dewi yang turun dari kahyangan.

Hadiyan merupakan nama keluarganya. Artinya, kekuasaan atau pengaruh. Salah satu nama keluarga yang berpengaruh di Indonesia.

"Dengar tidak?"kata Rhea, panggilan akrabnya, seraya menggoyang goyangkan bahu seorang gadis yang tengah rebahan di karpet di bawah sofa sembari bermain PS 4.

Gadis ini bernama Chayra Minara. Gabungan nama dari bahasa Arab dan Sansekerta. Arti namanya kebaikan pencuri hati.

Nama yang sesuai untuk wajah manisnya yang memikat hati. Alis matanya panjang dan melengkung, menaungi mata bulat jernih dengan bola mata berwarna hazel.

Warna hazel yaitu kombinasi warna hijau dan oranye atau emas pada warna irisnya. Warisan dari gen neneknya yang berdarah Spanyol.

Berdasarkan data dari Wolrdatlas, pemilik bola mata ini hanya 5 persen dari populasi manusia di bumi. Termasuk dalam kategori warna bola mata langka.

"Chayra," Rhea melepaskan platinum wireless stereo headset yang tengah menutupi kedua telinga Chayra. "Dengar aku tidak?"

"Iya,iya.." balas Chayra tapi mata nya tetap terarah pada layar televisi yang ada di hadapannya. Tangannya juga masih aktif bergerak memencet kontroler dual shock 4 dengan lincah.

Game overwatch yang sedang dia mainkan butuh konsentrasi penuh jika ingin memenangkan pertempuran melawan musuh.

"Aku mau tidur di sini," kata Rhea lagi.

"Tidak bisa," tolak Chayra spontan. Jika Rhea menginap di sini, dia tidak leluasa bermain game sampai larut malam.

Rhea akan sibuk menceramahinya tentang bahaya bergadang. Menakutinya dengan mata eyebag, mata panda,cepat tua,kulit keriput...bla..bla.. yang membuat telinganya berdenging. Belum lagi gaya tidurnya yang mengerikan.

"Mutan jangan lari," teriak Chayra sambil terus memencet kontroler nya.

"Kenapa tidak bisa? inikan apartemen aku," cibir Rhea.

"Ya deh," Chayra terpaksa mengalah.

Rhea selalu mengingatkan sebuah kenyataan kalau dia hanya menumpang di apartment ini. Apa mau di kata, dia kabur dari rumah, enam bulan yang lalu tanpa bisa membawa apa apa. Semua harta keluarganya sudah di kuasai oleh nenek sihir itu.

"Kamu kenapa lagi?" tanya Chayra.

Ini adalah kesekian kali Rhea menginap di apartemen. Biasanya hanya karena masalah sepele.

Seperti 3 bulan yang lalu, papa Rhea lupa membelikan oleh oleh boneka susun matryoshka, ketika mengikuti konferensi pengusaha di Rusia.

Kemudian satu bulan berselang, mama Rhea membelikan kado ulang tahun mobil BMW 3 warna portimao blue. Padahal Rhea menginginkan mobilnya berwarna sunset oranye.

Setelah itu giliran Chef Mira , koki hotel bintang 5 yang di serahi tugas memasak di dapur rumahnya Rhea, yang berbuat kesalahan.

Rhea ingin makan steak daging wagyu untuk makan malam, Chief Mira malah mengolah daging sapi Australia sebagai bahan steaknya .

Dan sekarang alasan remeh apa lagi?

"Aku mau di jodohkan," jawab Rhea muram.

"Apa??" Chayra meletakkan kontroler di karpet dan berbalik menghadap Rhea. Menatap netra matanya dengan penuh konsentrasi. "Estas de broma, kamu bercanda ya."

Rhea menggeleng.

"Kenapa bisa?" Chayra bertanya tidak mengerti. "Apa perusahaan papamu mengalami kebangkrutan atau apa?"

"Kenapa kamu berpikir begitu?" tukas Rhea tidak senang. "Kamu mengharapkan papaku bangkrut ya?"

"Ya enggaklah, kenapa kamu jadi nething begini? negatif thingking?" sahut Chayra cepat.

"Biasakan di novel novel romantis, pernikahan untuk menyelamatkan perusahaan," Chayra menyeringai membela diri.

"Aku tidak pernah membaca novel novel begitu,"sengat Rhea tajam.

"Iya,iya," Chayra mengangguk paham. Tumpukan novel terbitan harlequin yang terdapat di dalam lemari buku kamu itu bukannya novel romantis? lanjutnya dalam hati.

Malah novel yang berjudul Di jodohkan dengan CEO tampan, sampai lecek kertasnya karena sering di baca.

"Aku juga tidak tahu apa alasannya," jelas Rhea sendu. "Tahu tahu papa dan mama masuk ke kamar dan mengatakan aku akan di jodohkan..tidak, tepatnya aku harus menikah dengan partner bisnis papa," urainya tercekat.

Wah, sepertinya ini serius, batin Chayra.

Dia mengambil headset yang ada di tangan Rhea lalu memakainya.

"Hei, ini aku mau curhat, kamu malah terus main, sahabat macam apa ini," gerutu Rhea.

"Hai guys....aku pamit dulu, nenekku datang untuk menginap," kata Chayra lalu segera mematikan konsol PS4 dan melepas headset tanpa menunggu jawaban dari pemain lain. Dia yakin arena permainan gaduh saat ini dengan omelan.

"Mi amor Rhea, jangan marah dulu. Aku kan sedang main game online, game overwatch ini adalah game FPS multipemain. Jadi aku main dengan beberapa orang. Kami menjadi satu tim untuk memenangkan medan perang. Berhubung aku keluar sebelum game selesai karena harus mendengarkan keluh kesahmu, aku harus pamit pada yang lain," urai Chayra sabar.

Menghadapi Rhea harus sabar, jika tidak ingin di depak dari apartemen.

"Tapi tidak usah bilang aku nenek juga kali," Rhea memonyongkan bibirnya.

"Kalau aku bilang sahabatku yang cantik bagai dewi Aphrodite datang, mereka pasti ribut ingin berkenalan," kekeh Chayra berusaha membujuk Rhea.

Biasanya Rhea jika di puji cantik, marahnya langsung reda.

" Baiklah," Rhea mendengus. "Masa mudaku akan segera terbang, Ra. Aku akan menikah dengan seseorang yang tidak aku kenal. Mimpi apa aku yang cantik ini sampai harus di jodohkan. Aku tidak mau menikah," putusnya tegas. "Kamu ada ide?"

"Ide? Aku? Me? Mi? Abdi?" jawab Chayra linglung.

*****

hallo readers, ini novel aku yang kedua. like,komen dan vote ya. Terimakasih🙏

Bab 2 : Kiriman Paket Yang mencurigakan

"Iya, kamu. Memangnya ada orang lain di sini selain kamu?" tukas Rhea.

"Ide apa..." Chayra menggaruk garuk rambut tebalnya yang berwarna kecoklatan. "Aku sebagai pengantin pengganti?" ucapnya hati hati.

"Ide apa itu. Tidak mungkinlah, kamu menggantikan aku," decak Rhea kesal.

"Wajah kita saja jauh berbeda. Wajah kamu kan bentuknya persegi kotak kotak," lanjutnya.

Persegi kotak kotak? Chayra mengerutkan kening. Justru yang wajahnya persegi kotak kotak itu adalah wajahnya Rhea.

"Memangnya kenapa dengan wajah kotak? Menurut yang aku baca, wajah kotak itu sangat fotogenik. Karena setiap sudut wajah cantik saat di foto," bela Chayra .

"Menurutmu begitu?" tanya Rhea menyakinkan diri.

"Iya," Chayra mengangguk pasti.

"Eh, kenapa justru membahas wajah kotak?" tanya Rhea heran.

Hm...Rhea memang agak sedikit kacau setiap kali dia merasa kalut, batin Chayra.

"Menurutku ide kamu itu bagus juga," kata Rhea setelah berpikir agak lama.

"Ide yang mana?" timpal Chayra mengangkat sebelah alis.

"Aku sebagai pengganti pengantin? Tapi kamukan kamu sudah bilang kalau itu tidak mungkin. Wajah kita jauh berbeda. Kamu juga lebih tua dari aku," dia mengingatkan Rhea.

"Ups.." Chayra mengigit bibir. Dia tersadar telah melakukan kesalahan fatal.

"Ehem...aku cuma lebih tua 15 bulan dari kamu. Jangan bahas umur dengan aku," tandas Rhea tak suka.

"Iya,maaf," Chayra menyeringai.

Menghadapi tuan putri yang satu ini harus punya kesabaran tingkat malaikat.

"Ide kamu sebagai pengganti pengantin itu usul yang bagus, Ra," Rhea mengemukakan pendapatnya.

"Apaaa??" bibir Chayra terbuka lebar.

Jangan bilang Rhea setuju dengan idenya. Ide gila itu begitu saja keluar meluncur dari bibirnya.

"Ya ,itu," Rhea menyeringai. Memperlihatkan deretan gigi putih berkilau yang baru saja di venner.

"Aku tidak setuju," Chayra bersuara keras.

Percuma saja dia kabur dari rumah jika ujung ujungnya dia harus menikah juga.

"Kamu tahu kan kenapa aku kabur dari rumah?" tanya Chayra. "Karena aku mau di nikahkan secara paksa," lanjutnya setelah Rhea mengangguk.

"Lah, itukan ide dari kamu. Sebagai teman yang baik aku harus setuju," kilah Rhea tidak mau di salahkan.

"Rheaa..." Chayra menggoyang goyangkan badan Rhea dengan kesal.

"Jangan panik begitu, kamu tenang saja, serahkan semua padaku," seringai Rhea lebar. Dia mengambil tas ranselnya yang terbaring lemas di sofa.

"Kamu jangan anggap serius usulku tadi, Re," ujar Chayra berwanti wanti.

"Hehe..," Rhea hanya tertawa. Dia berdiri dari sofa dengan wajah ceria. Hilang sudah beban 100 ton yang menggelayuti mukanya.

"Whoaa..aku mengantuk. Aku tidur dulu," dia berjalan masuk kamar. "Kamu tidur di sofa ya," dia mengintip dari balik pintu kamar.

"Iyahhh.." seru Chayra lega.

Dengan sifatnya yang sulit ini, tidak heran Rhea hanya punya Chayra sebagai temannya. Namun andaikata Chayra bisa memilih, diapun sebenarnya tidak ingin berteman dengan Rhea.

Chayra beranjak dari karpet naik ke atas sofa. Tidur di sofa malam ini tidaklah terlalu buruk. Ukuran sofa 3 seater ini sekitar 250 cm, cukup panjang untuk dirinya. Dia tidak akan tersiksa tidur di sini.

Apalagi pelapis sofa dari kain midili yang bertekstur halus yang nyaman di kulit. Di tambah lagi memakai coil spring di dalamnya. Tidur di sofa akan sangat nyaman.

Daripada tidur seranjang dengan Rhea. Gaya tidur Rhea semengerikan sifatnya. Selain sering mengigau, tangan dan kakinya juga tidak bisa diam.

"Ra, ayo tidur," Rhea muncul dari balik pintu yang terbuka.

"Ini juga mau tidur," balas Chayra sambil merebahkan badannya di sofa.

"Bukan di sana, tidur di kamar dengan aku," perintah Rhea.

"Katanya aku tidur di sofa," ujar Chayra mengingatkan.

"Itu tadi, sekarang aku mau kamu tidur di kamar," jawab Rhea sebelum dia menghilang.

Ya, Tuhan. Dios Mios! " Aku datang lord paduka maharaja Rhea Ravika," sahut Cayra patuh.

Dia berjalan patuh masuk ke kamar lalu menutup pintu.

Di dalam kamar, Rhea sedang duduk di depan meja rias. Tengah membersihkan wajahnya dengan rangkain produk pembersih muka yang berjejer di atas meja rias.

"Sudah jam 10.15, waktunya tidur," kata Rhea memberikan perintah.

Baru juga jam 10.15 malam, masih terlalu pagi buat aku yang gamer sejati ini,apalagi besok hari minggu, gerutu Chayra dalam hati.

"Aku mau ke kamar mandi dulu," timpal Chayra. "Mau menggosok gigi." dia berjalan ke arah kamar mandi yang berada di seberang ranjang.

"Jangan lupa cuci muka dengan facial foam. Heran aku, facial foam yang aku beli 6 bulan yang lalu masih awet banyaknya. Kamu tidak pernah pakai ya? Pantas kulit mukamu kusam,"omel Rhea panjang.

"Iya," tukas Chayra sambil menutup pintu kamar mandi.

Dengan wajah imut dan kecil, dia hanya membutuhkan facial foam seujung kuku untuk membasuh mukanya. Karena itu facial foam yang di beli Rhea tidak terlalu banyak berkurang, meski sudah lama di beli.

Setelah selesai menggosok gigi dan mencuci muka, Chayra keluar dari kamar mandi. Dia melihat Rhea sudah tertidur pulas di atas ranjang.

Sambil menghela nafas, Chayra membaringkan tubuhnya di sebelah Rhea.

Tiba tiba...plak! tangan Rhea mampir ke pipi Chayra.

Chayra segera membalikan badan membelakangi Rhea. Namun sebuah kaki menendang bokongnya.

Argh.. Chayra bergumam kesakitan. Dia buru buru bangun dari ranjang. Jika terus begini,dia tidak akan bisa tidur sampai pagi.

Apalagi Rhea sabuk coklat karate. Bisa di bayangkan bagaimana rasanya pukulan dan tendangannya.

Dengan mengendap endap, Chayra keluar dari kamar. Menuju ke arah sofa di ruang depan.

Sesampainya di sofa, Chayra segera merebahkan diri. Dia tertidur pulas sampai pagi.

Ting...tong! Bel apartement berbunyi.

"Huh, siapa itu?" suara bel membangunkan Cahyra dari tidur nyenyaknya.

Cleaning service apartement kah? Biasanya mereka datang jam 9 pagi dan hari ini bukan jadwalnya.

"Siapa ?" teriak Chayra malas.

"Paket ,mbak," suara sopan seorang laki laki dari depan pintu apartement.

Paket? Chayra mengernyitkan dahi. Dia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas di samping armrest atau lengan sofa. Masih jam 6 pagi, katanya dalam hati.

"Pengiriman paket one night service, Mbak," laki laki di luar kembali bersuara.

"Sebentar," Chayra bangun dari sofa. Dia berjalan dengan terhuyung huyung karena masih mengantuk.

Sebelum membuka pintu,dia mengintip keluar melalui door viewer. Dia melihat dua orang laki laki berseragam pengantar paket di depan pintu.

"Paket untuk siapa?" Chayra bertanya lagi.

"Ibu Chayra minara," balas laki laki yang berdiri lebih dekat dari pintu.

Paket buat aku?

Chayra mengerutkan dahi. "Dari siapa, Pak?"

"Nino, Mbak."

Nino? Chayra berpikir keras. Dia tidak ingat pernah mengenal seorang laki laki bernama Nino. Tapi sudahlah, dia juga ingin tahu isi paket itu.

Chayra membuka pintu, lalu meminta pengantar paket itu untuk meletakkan paket itu di dekat pintu.

"Paket apa ini?" Chayra mengelilingi paket itu setelah pengantar paket pergi.

Paket ini terlihat sangat mencurigakan, gumamnya.

bab 3: Aktifkan dengan QR CODE

Paket itu di bungkus dengan karton jenis kraft liner, bahan karton yang memiliki kekuatan lebih baik dari bahan lainnya. Tinggi karton sekitar 130 cm dan lumayan berat karena butuh dua orang laki laki untuk mengangkatnya.

"Paket dari siapa?" Rhea keluar dari kamar sambil mengucek mata.

Chayra mengangkat bahu. "Ntah."

"Buat siapa?" Rhea datang mendekat. "Lah,ini buat kamu," dia membaca nama penerima yang tertera di atas kotak kardus.

"Iya, tapi aku tidak kenal siapa yang mengirim," kata Chayra menjawab. "Paketnya juga sangat mencurigakan."

"Buka saja," saran Rhea. Dia berjalan ke arah dapur, yang berada di samping kamar untuk mengambil gunting. "Ini," dia memberikan gunting itu kepada Chayra.

"Bagaimana kalau kita panggil petugas security? Sebagai saksi?" kata Chayra sambil menerima gunting yang di sodorkan Rhea.

"Takutnya isinya sesuatu yang aneh," lanjut Chayra was was.

"Ga usahlah, repot," tolak Rhea. "Kita buat video unboxing saja, kalau isinya aneh tinggal upload ke medsos," katanya memberi saran.

"Tapi Re..." Chayra ragu ragu.

"Sini," Rhea mengambil gunting yang ada di genggaman Chayra. Lalu menggunting semua sisi paket tanpa perasaan.

Paket terbuka. menganga lebar. Memperlihatkan isinya. Sebuah robot humanoid!

Robot itu duduk tertekuk di dalam kotak. Kepalanya tertunduk kebawah.

Oh, My God. Dios Mios. Duh Gusti... Chayra melongo.

Rhea terkesima. Dia mengucek ucek mata tidak percaya ."Si..siapa yang sudah mengirim ini Ra?" tanyanya tergagap .

"Nino, tapi aku tidak kenal siapa orangnya," jawab Chayra. Dia berjalan mendekati robot humanoid itu.

"Nino? " Rhea menegaskan."Nino apa? Nama lengkapnya? Alamatnya?" tanyanya minta kejelasan.

"Just Nino, hanya Nino. Tidak ada alamat," jawab Chayra.

"Asal pengiriman?" tanya Rhea lagi. Sepertinya dia sangat penasaran.

"Ntah, aku tidak menanyakannya pada pengantar paket tadi," sahut Chayra. Dia jongkok di depan robot humanoid. "Tangan dan kakinya belum terpasang," katanya kemudian.

"Ada petunjuk cara pemasangannya," tunjuk Rhea ke arah sebelah kiri robot. Dia mengambil setumpuk kertas yang merupakan hasil print komputer.

"Di sini tertulis untuk merakit robot ini di perlukan kit mikrokontroler smart AVR robotics berbasis atmega 16, lalu SPC....eh, apa yang kamu lakukan?" dia terkaget melihat Chayra dengan santai memasang bagian kaki dan tangan dengan menggunakan mur dan baut seperti ahli.

"Lepaskan! Bagaimana jika salah memasangnya?" cegah Rhea cepat. " Kita harus memasangnya sesuai buku panduan ini." dia menggoyang goyangkan tumpukan kertas di depan mata Chayra.

"Tenang saja,waktu SMA aku pernah kursus robotik," ujar Chayra menenangkan." Lumayanlah sudah sampai tahap membuat robot BRAT, itu robot humanoid berkaki," jelasnya lagi.

"Tapi robot humanoid yang satu ini benar benar canggih. Mirip dengan manusia,"lanjut Chayra sambil mengelus elus semua bagian tubuh robot yang sudah selesai dia pasang. "Bagian luarnya bahkan di lapisi kulit sintetis. Beda jauh dengan BRAT yang dulu aku rakit. Bodynya dari arylic atau seng," dia tidak habis habis mengagumi humanoid itu.

"Pembuatnya pasti seseorang yang sangat ahli dalam ilmu robot. Seorang pakar. Layak mendapat 10 jempol dari aku," dia berdecak kagum.

"Sekarang coba aktifkan," kata Rhea tidak sabar.

"Di mana tombol on off,baterai..." dia meraba raba seluruh bagian robot .

"Kenapa tidak ada?" tanyanya heran. "lalu bagaimana menggerakkan robot ini?" sambungnya lagi tidak mengerti.

"Aktifkan dengan QR code," jawab Chayra pelan.

"Apa?" Rhea menoleh.

"Aktifkan dengan QR code, mungkin," ulang Chayra dengan nada tidak yakin. Dia menunjuk QR code yang terdapat di bagian tengkuk robot.

QR code atau quick response code adalah barcode matrix 2 dimensi. Biasanya menyimpan mengenai informasi produk.

"QR code?" Rhea mengulang perkataan Chayra.

Chayra berjalan ke arah nakas, mengambil ponselnya lalu mengarahkan ponsel untuk memindai QR code yang terdapat di tengkuk robot.

"Tunggu,pakai ponselku sajaaa.." Rhe berusaha mencegah.

"Sudah selesai," Chayra menurunkan ponselnya. lalu memasukkannya ke dalam kantong celana panjangnya.

"Kan aku sudah bilang, pakai ponselku saja," tukas Rhea kesal.

"Apa bedanya?" tanya Chayra merasa aneh.

"Tentu saja beda. Ponsel aku kan lebih mahal dari ponsel kamu. Memorinya lebih besar, banyak fitur fitur canggih. Ponselnya juga berlapis emas 24 karat dan berhiaskan kristal swarovski" sembur Rhea.

"Maaf, aku tidak tahu kalau perlu ponsel mahal untuk scanner QR code," seringai Chayra.

"Tuan Putri.." suara serak seorang laki laki membuat Chayra dan Rhea spontan memutar kepala ke segala arah untuk mencari sumber suara.

Tapi mereka tidak menemukan sesiapapun di dalam apartemen ini.

"Si..siapa itu?" Chayra bersuara takut.

"Tenang saja ,Ra," kata Rhea. "Arah suaranya seperti dari belakang," katanya menduga duga.

Chayra dan Rhea segera membalik badan. Menunggu sesuatu yang akan muncul.

Jantung Chayra berdegup kencang.

"Stt..." Rhe berdesis. Dia segera memasang kuda kuda teknik hachi dachi, yaitu posisi kaki di buka lebar dengan tangan terkepal di bawah. Bersiap menghadapi musuh.

"Tuan putri," sebuah tangan menepuk pundak Chayra dari belakang.

"Ha...." Chayra menjerit kencang.

"Hiat!" Rhea secara refleks berbalik menghadap asal suara dan melakukan tendangan mae-geri, yaitu tendangan ke arah perut.

"Robot?" seru Rhea dan Chayra nyaris serempak.

Robot ternyata sudah aktif!

"Argh..." robot terpental jauh sampai menyentuh meja makan di areal dapur.

Tendangan Rhea benar benar luarbiasa!

"Robot, kamu tidak apa apa?" Chayra bergegas menghampiri robot .

"Tidak apa apa, Tuan Putri," jawab robot. Dia terduduk di kaki meja makan.

"Siapa gadis brutal yang tadi menendang 081212?" tanya robot.

"Aku bukan gadis brutal," sambar Rhea. "Kamu itu yang mengagetkan kami. Tindakan yang tadi namanya membela diri." tandasnya.

"Aku Chayra , yang ini temanku Rhea," kata Chayra memberitahu.

"Siapa yang memindai 081212?" tanya robot lagi.

"Ponselku," jawab Chayra cepat. "Kenapa?"

"Berarti anda adalah tuan putri," robot berdiri. Dia menundukkan kepala tanda hormat.

"Tuan putri?" balas Chayra kaget.

"081212 di program untuk menjadi pesuruh orang yang sudah memindai QR code 081212," robot menjelaskan.

"Untungnya yang menjadi tuan 081212 adalah seorang gadis yang cantik dan baik hati seperti tuan putri Chayra," ungkap robot . Dia menatap bola mata Chayra. " Memindai iris, warna iris hazel, ukuran bola mata 24,2 mm, ukuran sagitalnya 24 mm. Pemindaian selesai. Putri Chayra sudah menjadi tuan robot," katanya lebih lanjut.

"Hah? aku punya pesuruh robot?" tanya Chayra tak percaya.

Ini pasti mimpi. "Argh..sakit," Chayra mencubit tangannya. Ini bukan mimpi.

"Iya, putri Chayra," robot tersenyum. Dia menatap bola mata Chayra.

Robot bisa tersenyum? Chayra memandang takjub. Robot ini benar benar keren. Fabulous!

"Aku ini lebih cantik dari Chayra, aku juga pewaris tunggal In Tech, perusahaan tekhnologi no 1 di Indonesia, seharusnya kamu jadi robotku," tukas Rhea tidak rela.

Chayra mendapatkan robot keren ini sebagai pesuruh? Seharusnya, robot ini miliknya!

* ***

Dukung terus novel ini ya ,readers. Jangan lupa tinggalkan jejak. Like, komen dan vote. Terimakasih🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!