Sebelum baca novel ini kalian bisa baca lebih dulu cerita sebelumnya :
1. Elleana And The King Of Mafia
2. Tawanan Bos Mafia
.
.
Happy Reading 💕
.
.
Nico Jefferson
Pria tampan dan menawan merupakan salah satu pria yang menjadi Cassanova di Kota London selain kedua sahabatnya. Hidup sebagai anggota Mafia membuat dirinya menjadi sosok pria berengsek sejati. Tidak pernah puas bermain hanya dengan satu wanita.
"Kenapa kau tidak mencoba untuk jatuh cinta, Nic? Misalnya kau jatuh cinta padaku." Seorang wanita duduk dipangkuan Nico, tangannya bergelayut manja di leher pria itu.
"Cinta? Hanya Bullshit!!" Nico langsung menghempaskan tubuh wanita kesayangannya itu.
Tidak ingin merasakan jatuh cinta karena cinta hanya membuat seseorang menjadi bodoh. seperti kedua orang tuanya yang dibodohi karena cinta, katanya cinta tetapi mereka lebih sering menyakiti.
"Jika kau bisa mendapatkan wanita itu, maka aku akan memberikan mobilku yang paling mahal."
Berawal dari sebuah permainan kedua sahabatnya Keil dan Daniel, namun siapa yang akan menduga takdir Nico? Ataukah dirinya berhasil mendapatkan hati wanita itu? Atau pria itu harus lebih berusaha keras lagi untuk mendekati wanita yang ternyata adalah adik dari The King Of Mafia, yang tidak lain ialah bosnya sendiri.
"Aku akan melakukan apapun untukmu, termasuk mendapatkan seluruh cintamu, meskipun harus mati ditangan kakakmu!" - Nico
Keil Wheeler
Sama seperti Nico, Keil juga merupakan salah satu Cassanova di Kota London. Sulit jatuh cinta kepada wanita manapun. Tetapi bagaimana jika wanita cinta pertamanya kembali hadir dan justru telah menikah dengan pria kaya raya yang juga memiliki kekuatan di dunia bawah. Mampukah Keil yang tidak banyak bicara merebut wanita itu meskipun nyawa adalah taruhannya?
"Jika aku sudah memutuskan untuk memiliki, maka aku akan menjagamu sampai akhir! Aku berjanji, tidak akan menyakiti hatimu!" - Keil
Daniel Peterson
Pria tampan satu ini juga merupakan Cassanova seperti kedua sahabatnya Nico dan Keil. Menurut dirinya wanita hanya seperti pakaian, ia bisa berganti kapan saja. Dan cinta pada pandangan pertama dengan wanita sexy dan cantik itu sudah biasa. Lalu bagaimana jika Daniel yang terkenal playboy diantara kedua sahabatnya justru jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita di tempat pelelangan manusia?
"Dari pada kau menjadi simpanan diluar sana, lebih baik kau menjadi milikku." - Daniel
***
Suara dentuman musik menggema di sebuah Club malam. Beberapa wanita sexy mendampingi ketiga pria pemilik Club tersebut. Ketiga wanita-wanita itu adalah wanita yang beruntung karena terpilih untuk menemani bos pemilik The Cavern Club yang terkenal sebagai cassanova dan juga ketampanan mereka. The Cavern Club, salah satu Club berkelas yang biasanya dikunjungi beberapa pengusaha kaya raya hanya untuk menghilangkan penat mereka, melampiaskan dengan bermain bersama dan berbagi kehangatan dengan wanita-wanita cantik yang memang memiliki pesona di Club tersebut.
Namun karena kebodohan mereka yang asal berbicara, sehingga tidak sadar jika telah mengundang kemarahan ketiga pemilik Club tersebut.
Plak
Sebuah tamparan akhirnya mendarat di pipi kiri seorang wanita yang memiliki body sexy, hingga wanita itu jatuh tersungkur karena kehilangan keseimbangan. Pakaiannya yang menampakkan belahan dadanya nyaris tidak dapat menampung isinya yang menyembul keluar.
"Lain kali jika berbicara berhati-hatilah. Kau berada disini untuk bekerja bukan untuk bergosip!" Nico menatap nyalang salah satu wanita yang mendapatkan tamparan darinya. Sementara dua wanita lainnya bergidik ngeri dengan saling memeluk satu sama lain. Mereka sudah sering mendengar kekejaman ketiga pria yang menjadi bos mereka di The Cavern Club, tetapi tidak pernah menduga jika seperti itulah cara didikan mereka kepada para pekerja di Club tersebut. "Apa kalian sudah bosan bekerja disini, hah?!" hardiknya kemudian hingga ketiga wanita penghibur itu memberokan jawaban dengan menggeleng ketakutan.
"Kalian berdua!" Kini Daniel angkat bicara, jarinya menunjuk kepada dua wanita lainnya yang juga berada di dalam ruangan dengan wajah yang tertunduk takut. "Kalian harus tau apa saja yang boleh di bicarakan di tempat ini. Sekali lagi aku mendengar kalian bergosip tentang bos kami, tidak hanya tamparan saja yang kalian terima tetapi kalian harus menukarnya dengan nyawa kalian! Apa kalian mengerti?!" Deru napas Daniel naik turun karena amarahnya tersebut. Sungguh apa yang mereka dengar tentang bosnya benar-benar sudah keterlaluan.
"Ka-kami mengerti Tuan. Maafkan kami," ucap mereka serempak dengan suara yang tersendat ketakutan.
"Pergi!!" Daniel setengah berteriak, menyuruh ketiganya untuk lenyap dari hadapan mereka. Wanita yang terkena tamparan segera beranjak berdiri dan menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu berlalu dari sana.
Sepeninggalnya ketiga wanita penghibur itu, Daniel dan Nico kembali duduk di kursinya. Keil yang menyaksikan drama tadi tidak menghiraukan dan fokus pada minumannya. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi.
"Mereka benar-benar membuatku hilang selera. Bagaimana bisa menyebarkan gosip tentang bos yang tidak memiliki gairah dan tidak menyukai seorang wanita!" gerutu Daniel yang masih kesal ketika percakapan ketiga wanita itu kembali terngiang-ngiang di otaknya.
"Mereka belum mendengar berita yang terjadi belakangan ini. Bos akan segera menikah, tentu saja dia hanya bergairah pada Nona Bos." Akhirnya Keil angkat suara setelah terdiam cukup lama karena terlalu malas mengurusi wanita-wanita penghibur seperti mereka.
"Wanita-wanita seperti itu tidak akan pernah bisa membuat bos bergairah, meski mereka bertelanjang sekalipun di depan bos," timpal Nico menyambar gelas miliknya yang kini sudah terisi penuh dengan whisky lalu meneguknya hingga tidak tersisa.
"Haha jangan bilang kalau kau sebenarnya ingin mengejek bos sama seperti mereka!" seru Daniel disertai tawa menyebalkan khas milik pria itu.
Nico meninju bahu Daniel yang duduk bersisian di sampingnya. "Aku tidak akan berkata seperti itu, bodoh! Aku masih ingin hidup!" Nyawanya bisa saja melayang jika berkata demikian, nyalinya sudah menciut lebih dulu sebelum sempat mengejek sang bos.
Keil hanya menggeleng-geleng, disertai tawa kecil ketika melihat kedua sahabatnya itu selalu beradu argumen. "Kalian berisik sekali!" cetusnya yang pada akhirnya tidak tahan dengan perdebatan tidak penting tersebut.
"Nico yang selalu mulai lebih dulu!" Daniel membantah diikuti lirikan tatapan tajam yang menghunus pada Nico.
"Hei sialan.... bukankah kau yang memulainya lebih dulu!" seru Nico tidak terima.
"Sudahlah, aku bosan. Sebaiknya kita menari di lantai dansa bersama dengan wanita-wanita cantik!" Daniel meneguk minuman lalu meletakkan kembali gelas yang sudah kosong itu di atas meja.
"Apa isi di kepalamu hanya ada wanita saja?" sindir Nico.
Daniel mengangkat kedua bahunya. "Tidak juga. Untuk malam ini aku ingin bersenang-senang. Terserah kalian mau ikut atau tidak." Dan kemudian beranjak berdiri dari tempatnya. Daniel meninggalkan kedua sahabatnya tersebut. Baginya hidup hanya untuk bersenang-senang setelah seharian sibuk bekerja di perusahaan mereka dan juga bekerja sebagai anggota Mafia. Terlebih pekerjaannya yang sebagian hacker mengharuskan dirinya selalu berada di depan komputer.
.
.
To Be Continue
.
.
Haii.... terima kasih buat antusias kalian yang setia menunggu cerita tentang trio tampan ini, sampai akhirnya cerita mereka rilis. Jangan lupa dukungan kalian ya, like dan vote bagi yang berkenan, biar author yoona semangat menyuguhkan cerita yang seru hoho ✌️ makasih banyak. Jaga selalu kesehatan kalian ya man teman💕
Semenjak menikah dan memiliki anak, bos mereka jarang sekali mengunjungi Markas dan selalu menugaskan Nico, Keil dan Daniel jika ada klien yang meminta bantuan dia bawah tanah atau sekedar membeli senjata. Black Lion bisa bernapas untuk saat ini karena musuh-musuh sudah tidak menampakkan diri, sejak insiden penyerangan Sang Bos di perjalanan hingga mengakibatkan Nona Bos melahirkan prematur bayi ketiganya. Dan itu adalah sisi yang sudah lama tidak dilihat oleh mereka, bos adalah pria yang tidak ingin membunuh dengan tangannya sendiri, ia lebih senang menugaskan untuk membunuh seseorang kepada mereka, tetapi tidak malam itu. Dengan sangat jelas, Keil dan Nico serta Daniel melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana bos mengeksekusi Peter dengan 6 peluru sekaligus ke tubuh pria itu.
Jika dipikir-pikir lagi, bos hanya akan menggila jika keluarganya berada dalam bahaya ataupun seseorang dengan dengan mengusik istri tercinta. Dan kerena bentuk kesetiaan mereka akan selalu melindungi keluarga Romanov hingga akhir hayat mereka.
Nico terlihat duduk di pembatas dinding batu dengan punggung yang disandarkan. Pandangannya tertunduk ke bawah, memandang hamparan pohon hijau di bawahnya. Ia memang lebih senang menghabiskan waktu di markas alih-alih kembali ke Mansion pribadi miliknya.
"Sudah ku duga kau berada disini."
Nico mengabaikan suara seseorang yang baru saja datang. "Ada apa?" tanyanya malas tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya tersebut.
"Malam ini kita akan mengadakan party!" Pria yang kini berdiri di samping Nico adalah Keil, ia juga menyandarkan bahu pada dinding batu.
"Lagi?" Nico tercengang heran.
"Hem, kau tanyakan saja pada Daniel yang gila party itu!" cetus Keil. Dirinya juga tidak habis pikir dengan Daniel yang selalu senang mengadakan pesta dengan wanita-wanita cantik.
Mendengar perkataan Keil yang kesal, Nico terkekeh. Mereka tahu betul bagaimana watak sahabat yang satu itu, hanya ada pesta, uang dan wanita cantik. "Ya, baiklah."
"Kau senang sekali jika berburu wanita," ejek Keil disertai decakan lidahnya.
"Bagaimana denganmu, bukankah kau juga sama saja denganku?!" Nico membalas ejekan Keil. Sebenarnya ia tahu pasti jika Keil hanya sesekali saja menyentuh wanita-wanita.
Keil tidak membalas ejekan Nico. Pria itu hanya mengangkat kedua bahunya acuh. "Dari pada kau disini, lebih baik ikut denganku!" Kemudian Keil menarik bahu Nico untuk mengikuti langkahnya.
Dengan malas, Nico menyeret langkahnya mengikuti kemanapun sahabatnya itu membawa dirinya. Langkah keduanya terhenti di halaman yang biasa tempat baba bermain.
"Untuk apa membawaku kesini?" tanya Nico bingung.
"Lihatlah disana." Sembari menunjuk ke arah yang berlawanan dan Nico tercengang mendapati Baba dengan seekor singa lainnya.
"Kenapa kau mengeluarkannya? Dia masih sangat liar dan sulit untuk diatur!" Hewan buas tetaplah hewan buas, terlebih lagi mereka membeli singa betina tersebut saat berusia 10 tahun dan kini sudah berusia 14 tahun sama seperti Baba, sehingga mereka memerlukan waktu lebih lama untuk menjinakkannya, berbeda dengan baba yang sejak lahir sudah bersama dengan mereka.
"Dia sudah lebih jinak saat ini. Lagi pula Lala sudah lebih dekat dengan Baba." Keil tersenyum melihat interaksi kedua hewan buas itu. Mereka sepakat memberi nama singa betina peliharaan mereka dengan nama Lala. Nico hanya mengangguki saja, saat ini Lala memang sudah terlihat lebih jinak dan lebih dekat dengan Baba. Bahkan Lala tidak menolak saat salah satu anak buah mereka mendekatinya dan mengelus kepalanya.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Keil, Nico dan Daniel sudah berada di The Cavern Club, duduk di tempat khusus mereka pada saat berada di sana. Pandangan ketiganya mengedar ke segala arah, sosok wanita-wanita cantik dan sexy menambah kesenangan mereka.
"Matamu melihat kemana?" Nico menepuk bahu kekar Daniel yang terus saja memandangi wanita-wanita cantik di latar bawah yang sedang meliuk-liukkan tubuh mereka. Tidak berkedip dengan menyunggingkan senyum devil. "Air liurmu menetes." Bahkan jari telunjuk Nico menyentuh dagu Daniel, bermaksud menutup rapat mulut sahabatnya itu yang sedikit terbuka.
Daniel berdecak kesal, dan menepis tangan Nico. "Air liurku tidak menetes, bodoh!" Tentu saja kekesalan Daniel hanya disambut tawa oleh Nico dan juga Keil.
"Jangan lupa misi kita, mengundang mereka hanya untuk memberi pelajaran karena sudah menjadi mata-mata di The Cavern Club." Keil mengingatkan. Ia mengangkat gelas berisi cooktail dan meneguk hingga tidak menyisakan setetes pun. Sebelumnya ia memiliki rencana untuk menangkap mata-mata dengan menyerang apartemen wanita itu saat bertemu dengan pria yang bernama Jerome, salah satu ketua dari gembong gengster yang menginginkan kekuasaan di wilayah The Cavern Club. Siapapun yang memiliki peran penting di Cafe mereka, maka akan di segani oleh para pengusaha yang sering berada di sana. Tidak jarang banyak pengusaha yang memberikan uang hingga Milyaran hanya karena berhasil memberikan umpan ikan segar.
Ketiga anggota Black Lion tidak mempermasalahkan hal tersebut, yang terpenting tidak melupakan tugas untuk membayar pajak kepada mereka selaku pemilik The Cavern Club dengan jumlah yang tidak sedikit.
"Hem, aku tidak lupa." Daniel mengangguk. Memang dirinyalah yang mengusulkan untuk menjebak wanita-wanita sexy itu. "Dia pikir kita akan terjebak hanya dengan melemparkan wanita-wanita untuk memuaskan kita," sambungnya kemudian dengan nada mengejek. Mereka pria yang selektif, dan akan memilih wanita penghangat ranjang yang tidak terkontaminasi dengan pria lain. Daniel kembali menyesap minuman miliknya, tidak melepaskan arah pandangannya dari salah satu wanita yang sudah mereka incar.
Langkah ketiga wanita yang mengenakan high heels berjalan mendekati ketiga bos tampan, langkah mereka tenggelam di dalam kebisingan musik yang menggema disana.
"Hai, bukankah malam ini bukan waktu kalian untuk datang ke Club?" Salah satu wanita yang mengenakan burgundy bodycon dress dengan penyangga tali spaghetti di bahunya mendaratkan tubuhnya di samping Daniel, pun dengan kedua wanita lainnya yang juga mengenakan model lace bodycon dan cut out bodycon mendudukkan tubuh mereka di samping Keil juga Nico.
Ketiga wanita cantik itu adalah pengunjung wanita yang selalu datang ke Club. Ketiganya bernama Chole, Mia dan Emma, putri dari para pengusaha kaya raya dan tentunya selalu menemani mereka untuk sekedar minum ataupun menjadi partner orall sekss. Meskipun mereka bajingan tetapi mereka hanya ingin melakukan penyatuan tubuh dengan wanita bersegel dan tidak terkontaminasi dengan kelamin laki-laki lain, menurut ketiganya hal itu adalah menjijikan jika mereka memakai pakaian dalam bekas pria lain. Fuckiing bitchh!
"Sedang bosan." Daniel menjawab dengan malas. Ketiga wanita itu saling melirik dan tidak banyak bertanya.
Kini mereka menuangkan minuman kepada Keil, Nico juga Daniel, melayani pasangan mereka masing-masing dengan penuh semangat dan percaya diri ketika kini mereka menjadi pusat perhatian di sekitar, dan mengundang decakan iri dari para wanita lainnya. Ketiga wanita tersebut sangat yakin jika lambat laun mereka akan berhasil mendapatkan hati pria-pria cassanova tersebut, karena selama ini hanya mereka bertiga yang menjadi wanita kesayangan Nico, Keil dan Daniel.
.
.
To be continue
.
.
Kata-kata di novel ini sedikit bar-bar dan banyak kata yang doble huruf untuk menghindari sensor kata wkwk 🤭 yang berkenan bisa vote babang Keil, Nico dan Daniel ya.. terima kasih 💕
Nico meneguk minuman yang terus di sodorkan kepadanya oleh Chole, wanita yang selama ini menjadi wanita kesayangan dirinya. Berbeda dengan Keil yang sudah menolak minuman yang dituangkan oleh Mia. Meskipun disisi Keil adalah wanita yang sangat cantik dan sexy tetapi pria itu tetap menunjukkan sisi dinginnya, berbeda dengan Nico dan Daniel yang selalu terbuka dan membiarkan tubuhnya di jamah oleh wanita kesayangan mereka.
Saat ini Chole sudah duduk di pangkuan Nico, melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu. Ekor mata Nico melirik ke arah Keil dan juga Daniel, kedua sahabatnya itu sudah saling menautkan bibir dengan wanita mereka. Hal yang biasa mereka lakukan jika bersama wanita-wanita kesayangan.
Meraup bibir dengan rakus, Nico juga memulai aksinya, hingga memperdalam ciuman mereka, tangannya berada di pinggul Chole, sesekali memberikan rangsangan di paha wanita itu. Berbeda dengan Kiel yang menyingkirkan tangan Mia saat wanita itu mulai menjamah tubuhnya, hingga Mia nyaris dibuat kesal. Daniel justru sudah meraba-raba setiap inci tubuh Emma dengan begitu liar.
Dan setelah berciuman cukup lama, akhirnya ketiganya menyudahi ciuman mereka. Napas mereka tersenggal, ada hasrat yang memang harus di tuntaskan. Tetapi tidak untuk malam ini, mereka memiliki misi yang harus diselesaikan.
Chole memandangi wajah tampan Nico dengan penuh damba. "Nic, boleh aku bertanya?"
"Hem, bertanya saja."
"Kenapa kau tidak mencoba untuk jatuh cinta, Nic? Misalnya kau jatuh cinta padaku." Dengan tangan yang bergelayut manja di leher Nico, ia memberanikan pertanyaan yang sensitif bagi pria itu. Karena rasa penasarannya lebih mendominasi ketimbang rasa takutnya, sehingga rasa ingin memiliki Nico semakin hari kian menguat.
Salah satu alis Nico terangkat. "Cinta? Hanya Bullshit!!" Dan kemudian langsung menghempaskan tubuh wanita kesayangannya itu dengan kasar hingga terjatuh ke lantai yang di dingin. Chole terkejut dan memekik kesakitan.
Melihat pemandangan itu, Keil dan Daniel tersenyum sinis, begitulah jika berani-beraninya menanyakan hal yang sangat sensitif bagi sahabatnya itu. Sementara Mia dan Emma sebagai sahabat Chole hanya bisa mematung. Kenapa kau bodoh sekali berbicara seperti itu Chole, pikir mereka bersamaan.
"Ma-maafkan aku...." lirihnya dan kemudian kembali mendudukkan tubuhnya di samping Nico yang terlihat sudah tidak berselera lagi dengannya.
"Malam ini cukup sampai disini saja. Kalian boleh pergi!" ujar Keil dengan dingin, mengusir wanita kesayangan mereka.
"Ta-tapi....." Tentu saja Mia tidak terima dan hendak protes.
"Jangan berlebihan!" seru Daniel menambahi. "Malam ini kami ada urusan, kalian pergilah!"
Akhirnya tidak ada pilihan lain, ketiganya beranjak dari tempat duduk mereka dan berlalu pergi meninggalkan ketiga pria Cassanova tersebut.
Tangan Keil terlihat mengayun memanggil dua anak buah yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Bagaimana? Apa kalian sudah membawa mereka ke room?" tanyanya saat kedua anak buah sudah berdiri di hadapan mereka.
"Sudah bos Keil."
"Bagus." Daniel tersenyum devil. "Pastikan tidak ada yang mengganggu kesenangan kami!" perintahnya dan kemudian mereka bertiga beranjak berdiri.
Nico menepuk salah satu bahu anak buah. "Dan tutup telinga kalian jika berjaga, oke?" Perkataan Nico, tentu saja menjadi bahan tawa Keil dan Daniel sebelum kemudian menghilang di antara kerumunan pengunjung yang lain.
Kedua anak buah mereka saling mengembuskan napas ke udara. Memiliki bos gila seperti mereka bisa memacu adrenalin, hingga akhirnya hanya dapat mengumpat dalam hati.
***
VIP room menjadi tujuan yang kini di masuki oleh Keil, Nico dan Daniel. Tidak lupa kedua anak buah mereka sudah memasang badan di depan pintu ruangan. Pandangan ketiganya berpusat pada sosok dua wanita penghibur yang selama ini bekerja di The Cavern Club dengan bayaran termahal, mengingat mereka memiliki body goal dan juga wajah yang cantik. Tetapi bagi Keil, Nico dan Daniel, secantik apapun seorang wanita, jika seorang jalaang tetaplah seorang jalaang.
Kini ketiganya sudah duduk di hadapan kedua wanita cantik penghibur. Tatapan mereka mengintimidasi sehingga kedua wanita tersebut tidak berani mengangkat wajah mereka.
"Apa kalian berdua sudah tau, untuk apa kami mengundang kalian malam ini?!" Suara Nico membelah keheningan yang terjadi cukup lama.
Kedua wanita itu menggeleng lemah, mereka tidak diberikan jawaban akan pertanyaan yang sejak tadi memenuhi isi kepala mereka. "Tidak Tuan..." sahut salah satu dari mereka tertunduk takut. Karena malam ini memang bukan jadwal mereka berada di Club.
Nico, Keil dan Daniel saling berdecak lidah. "Apa perlu kami yang berbicara?" ujar Daniel dingin.
Deg
Kedua wanita itu mendadak ketakutan, tubuh mereka menegang bersamaan dengan tetesan keringat di kening mereka. Apa bos mereka sudah mengetahui yang sebenarnya terjadi?
Keil menyunggingkan senyum sinis, ia merogoh alat perekam suara, lalu melemparkannya ke atas meja yang menjadi jarak antara mereka. Dan hal itu semakin membuat nyali kedua wanita itu menciut, detik itu juga rencana mereka yang tersusun dengan matang terbongkar, alih-alih mengambil alih wilayah The Cavern Club, justru mereka akan lenyap lebih dulu.
Salah satu dari wanita itu menghambur di bawah kaki, antara kaki Keil dan Daniel, sementara wanita yang lain berada di bawah kaki Nico. Air mata sudah berhamburan di wajah mereka disertai rasa penyesalan.
"Maafkan kami Tuan....." Wanita yang memiliki rambut sebahu itu mengguncangkan salah satu kaki Nico.
"Tolong maafkan kami, kami terpaksa melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuan Jerome," timpal wanita di sebelahnya tersebut.
Nico menghela napas dengan kasar. Sebelum kemudian menjambak rambut wanita itu, hingga membuat temannya bergidik ngeri, kaki dan tubuhnya serasa melemas.
"Coba kau ulangi sekali lagi permintaan maaf kalian!" serunya.
"Ma-maafkan kami...." lirihnya dengan menahan rasa sakit karena rambutnya ditarik begitu kuat oleh Nico.
Plak
Telapak tangan Nico mendarat di wajah wanita dihadapannya. "Coba kau ulangi lagi!" Terselip amarah di nada bicaranya.
"Maafkan....."
Plak
Sebelum kalimat itu terucap, sebuah tamparan kembali mendarat. Nico melakukannya berulang-ulang hingga sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah dengan pipi yang sudah sedikit membengkak dan akhirnya terkulai tidak berdaya di lantai. Hal itu berhasil membuat temannya bergetar hebat.
Keil dan Daniel tersenyum puas, tidak ada rasa kasihan atau rasa bersalah saat menyaksikan keputusasaan dua wanita cantik tersebut.
"Kau, bangunlah." Kini suara Keil juga menggelegar hingga mengejutkan wanita yang masih bersimpuh di bawah kaki Keil juga Daniel.
Dengan takut dan rasa waspada wanita itu beranjak berdiri. Dan benar saja saat tubuhnya sudah berdiri sempurna, Keil juga melayangkan tamparan, melakukannya hingga berulang kali dan membuat wanita itu mengaduh kesakitan.
"To-toloong, maafkan kami....." Namun Nico, Keil serta Daniel mengabaikan permintaan maaf mereka.
"Daniel, aku serahkan dia padamu!" Lalu Keil mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh di atas pangkuan Daniel.
Buru-buru Daniel menghempaskan wanita itu ke atas sofa. "Jangan mencari kesempatan dengan menyentuhku. Kau bertelanjang sekalipun aku tidak akan tertarik!"
Kedua wanita itu sudah tidak berdaya, tamatlah sudah riwayat mereka saat ini.
"Inilah akibatnya jika kalian berani bermain-main dengan kami!" seru Nico menunjuk ke arah wanita itu bergantian. "Setelah mengurus kalian, kami akan membereskan Jerome!"
Kedua wanita itu tidak dapat berkutik lagi, sepertinya Jerome juga akan mati di tangan ketiga pria berbahaya seperti mereka. Sesaat kemudian kedua mata mereka membeliak kala Nico dan Daniel mengeluarkan pemantik.
"Sepertinya menarik jika kami sedikit merusak wajah cantik kalian!" Mendengar perkataan Daniel yang sarkasme, dua wanita itu menggeleng serentak.
"Tidak, kami mohon.... jangan lakukan itu...."
Namun nampaknya Nico dan Daniel semakin menggila menyiksa kedua wanita penghibur tersebut. Ruangan itu memiliki kedap suara yang kuat, sehingga teriakan demi teriakan semakin tenggelam di tengah-tengah lantunan musik. Keil lebih memilih mendudukkan tubuhnya di atas sofa, memperhatikan kedua sahabatnya melakukan hal yang gila kepada wanita yang sebentar lagi akan mereka lenyapkan.
.
.
To be continue
.
.
Di pilih.... di pilih...
Babang Keil
Babang Nico
Babang Daniel
Jangan main-main sama trio babang tampan ini ya... 🤧🤧 jangan lupa dukungannya... like vote dan follow... terima kasih banyak 💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!