NovelToon NovelToon

Mr Billioneire Wife

BAB 1

Pagi itu, suara tamparan terdengar menggelegar diruang tamu mansion keluarga Elard. Terlihat seorang gadis cantik bernama Grace itu melengos dan mengusap bekas tamparan yang meninggalkan rasa panas dan perih. Lewat ekor mata, ia mendapati kakak perempuannya tengah tersenyum puas, seakan-akan senang melihatnya menderita.

"Lihat ini!" Daniel yang merupakan ayah Grace melempar tablet yang menampilkan berita terpanas baru-baru ini. Terlihat foto Grace tengah memukul kepala seorang pria dengan botol wine diklub pusat kota.

"Kau ingin merusak nama baik keluarga?" tanya Daniel meninggikan pita suara. Gurat kemarahan terpampang jelas diraut wajahnya. Kemarahannya meledak setelah mengetahui berita tersebut mempengaruhi saham perusahaan. Untung saja berita tersebut berhasil ditangani oleh asistennya.

"Dad, dengarkan penjelasanku. Semua foto-foto yang diberitakan itu tidaklah benar. Aku memukuli pria itu bukan tanpa sebab." jelas Grace dengan mata berkaca-kaca.

"Memang apa yang harus didengarkan huh? Semua foto itu sudah sangat jelas bahwa kau memang gadis liar yang tidak bisa dikendalikan, kau memalukan dan tidak tahu aturan." teriak Daniel, melontarkan semua makian pada putri bungsunya.

Grace termenung sejenak, kata-kata yang diucapkan ayahnya barusan benar-benar melukai hatinya. Sejak Grace masih kecil sampai sekarang, apa pernah Daniel memberikan kasih sayang dan perhatian yang sama seperti Belle dapatkan. Tidak peduli sebaik apapun sikap Grace dan betapa berprestasinya dia tetap saja dimata Daniel Grace hanya gadis sialan yang memalukan dan tidak diharapkan.

"Bahkan sampai sekarang kau tidak pernah mendengarkan aku. Aku juga putri mu, dad. Aku ingin kau membelaku sama seperti kau membela Belle. Pria itu dia hendak melecehkan aku, aku hanya melindungi diri sendiri. Apa itu salah?" ujarnya panjang lebar, suaranya terdengar lirih. Ia tengah menahan tangis.

"Melecehkan mu? Siapa suruh kau datang ketempat itu?" balas Daniel yang anehnya malah menyalahkan Grace yang merupakan putri kandungnya sendiri.

"Apa kau tau, aku pergi kesana hanya untuk mencari perhatian mu. Dirumah sebesar ini, aku kesepian, aku sendirian, aku tidak punya tempat istirahat dan aku tidak punya tempat bercerita. Apa tidak pernah sekalipun terpikirkan oleh mu jika aku juga menginginkan perhatian dan kasih sayang mu?" teriak Grace mengeluarkan semua keluh kesahnya selama ini. Bahkan para pelayan yang melihat pertikaian mereka ikut sedih melihat keadaan nona muda mereka. Wajar saja mereka telah bekerja selama bertahun-tahun di mansion ini dan menyaksikan bagaimana Daniel memperlakukan Grace.

"Memangnya kau pantas?"

"Dad, aku mengorbankan semuanya demi untuk mendapatkan perhatian mu. Aku selalu mengalah dalam setiap hal, aku bahkan merelakan Alex untuk Belle. Dan kau masih bertanya apakah aku pantas atau tidak? didalam hatimu, apa tidak ada setitik ruang untukku?" sudah cukup Grace diam, sekarang tidak lagi. Daniel harus menjawab semua pertanyaannya.

"Grace! Tutup mulut mu, Belle bisa terluka karena perkataan mu!"

"Dan aku tidak? Pernahkah kau bertanya bagaimana perasaanku, apa yang kurasakan saat ini?"

Perdebatan itu terus berlangsung sampai akhirnya Belle membuka suara. "Grace, aku dan Alex saling mencintai. Aku tidak pernah berniat mengambilnya darimu. Alex sendirilah yang memilihku." sanggahnya membela diri. Grace tersenyum sini, mana ada orang yang tidak tertarik tapi berusaha membuat Alex menoleh bahkan sampai ikut kencan segala.

"Benarkah?" tanya Grace, suaranya terdengar seperti sedang menyindir.

"Tentu saja, dan sekarang aku sedang mengandung buah hati kami berdua." jawab Belle sembari mengusap perut yang sedikit membuncit. Ia menatap Grace dengan sorot mata kemenangan.

Bukannya sedih Grace malah tertawa kecil, "mengandung?" tanya Grace memastikan dan hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh kakaknya.

"Lihat dad, putri kesayanganmu lah yang memalukan dan tidak bisa dikendalikan." sindir Grace merendahkan.

"Grace, dimana sopan santun mu? Belle adalah kakak mu, berani sekali kau menghinanya?"bela Daniel. Sedetik kemudian, Grace tertawa terbahak.

"Kakak? yang benar saja. Tingkahnya bahkan lebih buruk dari pada musuh!" ucapnya sebelum melangkah pergi, meninggalkan ruang tamu dan masuk kedalam kamar tidur.

Begitu dia masuk kedalam kamar, Grace berdiri didepan cermin, menatap bayangannya sendiri yang ada di dalam cermin itu. Tangis Grace pecah seketika, makian-makian yang terlontar dari bibir sang ayah benar-benar membuatnya terluka. Tangisnya seberisik isi kepala. Grace benar-benar lelah.

Ia membaringkan tubuh ringkih miliknya diatas ranjang sederhana yang hanya muat menampung dirinya saja. Grace menatap langit-langit kamar membiarkan airmata terus menganak. Sebenarnya apa salahnya sampai membuat ayah kandungnya sendiri begitu membencinya. Perlakuan berbeda yang dia dapatkan selama ini cukup membuat fisik dan batinnya tersakiti.

Tidak tau seberapa banyak hati yang tersisa, Grace rasa dia sudah mati rasa. "Tuhan bisakah kau memberiku waktu untuk beristirahat sejenak. Aku lelah sekarang, bisakah kau memelukku dan menyalurkan kehangatanmu. Berikan ketenanganmu padaku. Agar aku bisa tidur dan merasakan kebahagiaan dalam mimpiku." gumam Grace pelan. Seakan telah mendengar doa gadis malang itu, tak lama kemudian Grace tertidur pulas sampai duka dan lukanya benar-benar terlupakan sejenak.

Disisi lain, terlihat seorang pria dengan balutan setelan jas mahal tengah menikmati segelas minuman sembari menikmati keindahan kota New York dimalam hari. Ia memiliki perangai tinggi semampai, tubuh atletis dan ukiran wajah tampan yang mempesona. Damian Efrat Wilson, pemilik Wilson grup. Perusahaan yang bergerak dibidang penerbangan.

Diusianya ke-28 tahun yang terbilang cukup matang, kerap kali status singlenya menjadi topik pembicaraan awak media. Damian masih sendiri. Seringkali, Damian mendapat tawaran perjodohan dari rekan-rekan bisnisnya, tapi ia sama sekali tidak tertarik. Dia hanya tertarik pada Grace saja.

Damian bertemu Grace 5 tahun lalu, bertepatan dengan pembukaan cabang hotel barunya yang ada di kota London. Waktu itu, Damian merasa lelah setelah melakukan konferensi pers dan memutuskan singgah disalah satu kedai kopi.

Tak sengaja matanya menangkap sosok gadis dengan balutan sweater dan celana jeans tengah menyesap segelas cappucino hangat. waktu itu Grace tengah mengerjakan tugas kuliah di cafe dekat kampusnya.

Wajah cantik yang membuatnya tertarik dan mampu membuat pandangannya enggan teralihkan. Sampai akhirnya pandangan mereka bertabrakan. Damian gelagapan, namun tak berniat mengalihkan pandangan.

Seutas senyum Grace lontarkan, seketika jantungnya berdetak kencang. Hatinya menghangat dan mulai saat itu Damian mengklaim Grace sebagai miliknya.

“Ini tuan, informasi yang anda minta!” Adam- sekertaris Damian menyodorkan map coklat pada bosnya. Bibir Damian terangkat membentuk senyuman tipis.

Adam Alfredo, sekertaris Damian yang sudah bekerja selama tujuh tahun lamanya. Kebakaran rumah membuatnya kehilangan orang tua dan hidup terlunta-lunta di jalanan kota. Beruntungnya orang tua Damian mengajaknya tinggal bersama. Mereka merawat dan membesarkan Adam tanpa membedakan keduanya.

“Dia sudah menyelesaikan kuliahnya?”

“Iya tuan, nona Grace sudah menyelesaikan studinya dan wisuda satu bulan yang lalu.“

"Bagaimana lanjutan kerjasama kita dengan maskapai penerbangan dikota itu?” Adam mengernyit, tidak biasanya Damian menanyakan pekerjaan yang biasanya ditangani oleh bawahan.

"Semuanya berjalan dengan baik tuan!" jawab Adam memberi laporan.

"Kalau begitu Siapkan jet pribadiku. Aku akan menjemput Grace sekarang!” Adam menunduk hormat, kemudian melangkah keluar dan menjalankan perintah.

Baby i’m coming!

warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏 Semua gambar yang ada, author cari di pinterest😄

BAB 2

Setelah tertidur selama seharian penuh, Grace memutuskan menemui sahabatnya ditaman kota. Malam ini, taman kota terlihat ramai. Bukan hanya wisatawan dalam negeri saja, tetapi beberapa wisatawan dari mancanegara juga ikut memenuhi taman ini.

Dari kejauhan terlihat dua orang gadis duduk bersandar pada kepala kursi stainless. Di temani dua cup cappucino hangat. Seolah menambah nikmatnya suasana di malam itu.

Mereka adalah Grace dan Rachel.

Rachel Adaline Caesar, sahabat sekaligus kakak bagi Grace. Mereka bertemu di awal semester perkuliahan. Semua kepahitan yang Grace rasakan tak luput dari pandangan dan pendengaran Rachel. Seringkali Grace menceritakan semua masalahnya pada Rachel.

Rachel pernah mengajak Grace tinggal bersama di apartemennya. Namun, Grace menolak dan berkata ingin tinggal bersama sang ayah.

Kebencian dan ketidaksukaan ayahnya berusaha Grace pendam. Sebisa mungkin ia bersikap biasa, berpura-pura bahagia dan melupakan semua luka. Miris, tapi inilah takdir. Manusia hanya bisa merencanakan, sutradaranya adalah Tuhan.

"Grace, are you okay?" suara Rachel menyadarkan Grace dari lamunan. Penampilannya begitu kacau, mata bengkak dengan lingkaran hitam mengelilingi kedua mata indahnya.

"Ya, aku baik-baik saja. Apa aku terlihat buruk?" Grace menjawab dengan diiringi tawa ringan.

Tidak, jika Grace baik-baik saja. Lalu mengapa dia terus menundukkan kepala. Karena tak tahan akan rasa penasaran, Rachel mengangkat kepala Grace. Ia menyibakkan rambut coklat yang menutupi pipi Grace. Bibirnya meringis menahan marah, setelah melihat bekas tamparan yang begitu ketara.

Setelah melalui semua ini Grace masih bisa tersenyum. Hebat sekali, coba tanyakan bagaimana Grace bisa melakukan semua itu tanpa beban sedikitpun. "Menangis lah Grace, aku tahu kau terluka. Tak usah berakting kuat, kau manusia biasa yang jauh dari kata sempurna."

"Inginnya begitu, tapi keadaan memaksaku agar selalu tersenyum. Aku gadis yang diberi peran kuat dan tegar oleh takdir." lirihnya.

"Katakan padaku Re, apa aku seburuk itu sampai-sampai Tuhan hanya memberiku duka saja."

“Seorang anak perempuan dilahirkan untuk mendapat cinta dari ayahnya, tapi kenapa itu tidak terjadi padaku?“ kata Grace meluapkan semua unek-uneknya.

"Aku kehilangan ibuku juga tidak mendapatkan kasih sayang ayahku. Menyedihkan, aku kasihan pada diriku sendiri." lanjut Grace.

“Tidak Grace, kau bukan gadis sialan. Berhenti mengatai dirimu sendiri. Aku akan memberi kehangatan keluarga padamu. Ayo kita pulang ke apartemenku!” Rachel menarik tangan Grace, namun ditepisnya ditengah jalan. Grace berhenti dan mengulang tersenyum.

“Antarkan aku pulang saja. Ini sudah malam, ayah tidak suka aku pulang malam. aku tidak mau mendengar hinaan keluar dari mulutnya."

Rachel mengeram, “baiklah, ayo!”

Begitu sampai di halaman rumahnya, Grace segera keluar dari mobil. “Terimakasih sudah mengantarku pulang, kau mau masuk dulu?”

“No problem Grace. Aku akan langsung pulang saja, ini sudah malam. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuanku. See you Grace!” pamit Rachel, seraya melambaikan tangan kanannya, sebelum melajukan mobilnya kembali.

Setelah mobil Rachel menghilang, decitan gerbang menandakan bahwa Grace masuk kedalam Mansion. Langkahnya terhenti di ambang pintu, mata coklat itu terarah pada ruang tamu yang di penuhi 5 orang. Alex beserta kedua orang tuanya datang, hendak membicarakan rencana pertunangan putra putri mereka. Grace berjalan mendekat sekedar menyapa mereka singkat.

Karina, ibu Alex langsung mendekapnya erat. Wanita paruh baya itu menganggap Grace seperti anak kandungnya sendiri. Keinginan melihat Grace menyandang sebagai menantu harus dipendamnya kini. mengingat Alex harus mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap Belle.

"Grace, kau baru pulang?" tanya Belle basa basi. Mencairkan suasana yang terjadi.

Karina melepaskan pelukannya. Membiarkan Grace menjawab pertanyaan Belle. "Ya, seperti yang kau lihat!" jawab Grace acuh. Tahu maksud kakaknya.

"Besok, aku dan Alex pergi membeli cincin pertunangan. Kau mau ikut?" tawar Belle. Semua orang tak terkecuali Alex sendiri terkejut bukan main. Apalagi saat melihat senyuman Grace, mereka kasihan sekaligus merasa bersalah.

"Tentu, jam berapa kalian pergi?" bertanya dengan diselingi senyuman tipis. Siapa sangka, kedua tangannya mengepal erat hingga kukunya memutih kini. Grace merasa sakit sekaligus sesak setelah mendengar pertunangan pria yang dicintainya sudah ditetapkan.

Hening sejenak, sebelum akhirnya Grace kembali membuka suara. "Kabari aku, jika kalian sudah menentukan waktunya. Aku akan istirahat di kamar, permisi!" pamit Grace. Berjalan santai menaiki tangga.

...🦋🦋🦋🦋...

Foto seorang pengusaha terkenal yang tak lain adalah Damian turun dari jet pribadi di bandara kota London menjadi berita sensasional, malam ini.Terlihat jelas, sosok Damian menuruni Garbarata dengan memakai kacamata hitam. Foto tersebut menjadi pencarian terpopuler.

“Antar aku ke perusahaan yang mengajukan kerja sama kemarin!” ujar Damian tanpa melirik.

"Pergilah!" Adam memberi aba-aba, seorang bodyguard langsung undur diri menyiapkan mobil dihalaman depan.

"Anda tidak ingin istirahat sebentar?" Damian mengernyit, menatap Adam sekilas.

"Aku ingin segera menyelesaikan urusanku dan segera menjemput Grace pergi."

"Tapi kita masih punya waktu 1 Minggu tuan!"

"Besok aku ingin mengikuti Grace, jadi semua urusan kantor harus di selesaikan hari ini!"

“Anda ingin menjadi stalker atau semacam penguntit, tuan?” tanya Adam, memancing emosi Damian. Laki-laki itu tengah memandangnya dengan tatapan membunuh sekarang.

“Kau ingin aku memotong gajimu?” kesalnya, marah karena Adam mengoceh tanpa henti.

"Maaf tuan!" setelah itu Adam menutup mulutnya dan mengerjakan semua perintah sang atasan.

TBC

warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏

BAB 3

Matahari merangkak naik keatas puncak, pertanda pagi yang cerah telah tiba. Grace hendak pergi bersama Rachel mengajukan surat lamaran ke beberapa perusahaan swasta ataupun negeri. Tadinya Grace ingin menemani pasangan sampah itu membeli cincin. Tapi, Belle menemuinya pagi-pagi sekali dan mengatakan jika dia tak perlu ikut, Mungkin kakak tercintanya itu takut perhatian Alex akan teralihkan.

Entahlah, Grace tak tahu alasan pastinya dan ia tak peduli. Perasaan cintanya berubah menjadi kebencian. Penghianatan Alex benar-benar mengoyak hatinya.

Grace bergegas mengambil kunci mobil, hanya satu mobil yang Grace punya. Itupun bukan mobil mewah berharga fantastis, tetapi mobil bekas yang masih layak pakai.

Lain halnya dengan Belle, setiap kali Belle berulang tahun. Daniel selalu membelikan mobil baru sebagai hadiah. Sedikit iri, namun Grace sudah terbiasa dengan perlakuan berbeda itu.

Decitan terdengar nyaring, tatkala Grace menekan rem tepat di depan halaman apartemen Rachel. Terlihat Rachel berlari menghampirinya dengan raut wajah kesal.

"Lama sekali kau. Hampir satu jam aku menunggu. Kau mau membuatku marah ya?" cibir Rachel, kesal dengan keterlambatan sahabatnya.

"Maafkan aku Re, jalanan macet. Tadi ada kecelakaan lalu lintas." Grace membual, berharap Rachel percaya dengan kebohongannya.

"Alasan!"

"Ck, kalau tak percaya yasudah. Kemana kita pergi sekarang?" Grace mengalihkan pembicaraan dan benar saja Rachel terkesiap menyodorkan setumpuk koran berisi iklan lowongan kerja.

Walaupun berasal dari keluarga berada, tak membuat mereka manja dan mengandalkan harta orang tua. Keduanya ingin bekerja keras dan menghasilkan upah.

Tiga jam mereka mondar mandir, ke sana kemari menyerahkan surat lamaran satu persatu. Entah kenapa matahari begitu terik hari ini. Rasa panasnya pun sampai membakar kulit.

Hingga akhirnya mereka singgah di salah satu kedai kopi di pinggir jalan. Cukup ramai, meskipun tempat dan pelayanan tak sehebat restoran bintang lima. Namun, keramahan pegawai kedai tersebut membuat kesan yang baik di mata pelanggan.

"Ternyata mencari pekerjaan tak semudah yang aku kira, kakiku pegal sekali!" keluh Grace, memijat pelan lutut sampai tumit kakinya.

"Yah kau benar, kini aku harus mensyukuri semua hal yang aku punya tanpa harus merasa kurang. Pasti di luaran sana banyak orang yang bekerja siang sampai malam hanya untuk sepotong roti!" tambah Rachel.

Grace mengangguk setuju, Rachel mengatakan hal yang benar. Bukankah, kita harus bersyukur bisa makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup.

"Aku ke kamar kecil sebentar, kau tunggu disini. Jangan kemana-mana!" Grace mengangguk, membiarkan Rachel beranjak dari tempat duduk.

Grace meraih ponsel yang sedari tadi menganggur. Membuka layar kunci membalas pesan masuk sembari menunggu. Decitan kursi membuat Grace terperanjat. "Secepat itu?" tatapannya menajam kala melihat seorang pria duduk manis seraya menatapnya sendu. Grace kira Rachel sudah selesai.

Orang itu bukan Rachel. Tetapi Alex, seharusnya dia membeli cincin bersama Belle. Lantas, kenapa dia bisa ada disini. "Kau disini? Aku harap kau tidak meninggalkan kakakku sendiri dipusat perbelanjaan. Pergilah! aku tidak mau dia menyalahkan aku atas kepergian mu nanti." seru Grace dingin.

"Aku ingin mengatakan sesuatu, Grace!"

"Aku tidak punya urusan dengan mu!" Grace beranjak dari tempat duduk, hendak meninggalkan Alex sendiri. Namun, tangan Alex berhasil menahannya.

Grace menatap Alex tajam, tidak dapat dipungkiri jauh dari dalam lubuk hatinya, Grace masih memiliki perasaan pada mantan tunangannya itu. Apalah dayanya, takdir tak memperbolehkan mereka bersama. Perjuangannya berakhir dengan perpisahan. Perasaannya kandas di tengah jalan.

"Pria itu, apa yang dia lakukan di tempat ini?" geram Rachel. Begitu keluar dari kamar mandi saat mendapati pemandangan yang kurang mengenakkan.

Rachel berlari kencang tak memperdulikan tatapan aneh pengunjung kedai. Dengan kasar Rachel memukul tangan Alex yang mencengkram pergelangan tangan Grace dan membuatnya merintih kesakitan. Terpaksa ia melepaskan cengkeramannya dan berjongkok menahan sakit.

"Apa yang kau lakukan disini?" galak Rachel. Menarik Grace kebelakang, menyembunyikannya di balik punggung. "Aku ingin berbicara empat mata dengan Grace, tolong tinggalkan kami?" Alex tidak suka dengan Rachel yang terlalu mencampuri urusan Grace.

"Kau gila! aku tidak akan membiarkan sampah seperti mu mendekati sahabatku!" kesal Rachel, menarik Grace pergi dari kedai tersebut. Alex terpaku ditempat duduknya, mengamati punggung Grace sampai kedua gadis itu benar-benar menghilang dari pandangannya.

I love you Grace.

Sementara itu, diujung kedai terlihat Damian geram melihat tingkah Alex. Dengan perasaan kesal ia menghubungi adam dan menyuruh pria itu memikirkan cara agar Grace bisa menjadi istrinya. "Aku tidak mau tahu bagaimana pun caranya, kau harus membuat Grace menandatangani surat pernikahan itu. Ku beri waktu 2 hari!" langsung menutup sambungan telepon tanpa mendengar jawaban sekretarisnya.

Di seberang sana, Adam menggerutu kesal. Mulutnya bergerak kecil, menggunjing Damian yang menutup sambungan secara sepihak. Adam menjatuhkan dirinya ke sofa empuk, memikirkan cara agar Grace mau menikah dengan bosnya.

Tidak ada cara lain selain memaksa Daniel bertindak. "Buat saham Elard grup turun drastis!"

🦋🦋🦋🦋

Hari pertunangan Alex dan Belle telah tiba, pesta yang begitu mewah diadakan di hotel berbintang lima milik keluarga. Grace menyambut semua tamu dengan senyum mengembang seolah ikut andil dalam kebahagiaan kakaknya. Aktingnya terlalu bagus, sampai tidak ada yang sadar jika gadis malang itu tengah menahan sakit. Bibirnya memang tersenyum, namun hatinya?

Acara berjalan lancar, sampai asisten Daniel mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat raut muka Daniel berubah kecut dalam sekejap. Keduanya meninggalkan pesta, lalu masuk kedalam kamar pribadi Daniel. "Kau bercanda, bagaimana bisa nilai saham kita menurun drastis secara tiba-tiba. Kemarin semuanya masih baik-baik saja bukan?" katanya sambil memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri.

"Mr. Wilson menarik semua dana investasinya, tuan. Dengan memakai alasan proyek yang kita tawarkan tidak menarik minatnya!"

Berubah pikiran secepat ini, mana mungkin. Kami baru menandatangani kontrak itu dua hari yang lalu.

"Buat janji temu dengan Adam, aku akan kembali ke pesta untuk sementara waktu. Jangan sampai berita ini tersebar luas. Reputasiku bisa hancur nanti!" titahnya.

"Baik tuan!" menunduk hormat sebelum berlenggang keluar.

Semua tamu datang memenuhi kursi undangan. menyaksikan hiburan yang telah disediakan. Sebagian besar tamu yang datang adalah rekan bisnis Daniel. Tak hanya itu, teman-teman Belle juga keluarga besar turut hadir dalam acara tersebut.

Hingga tibalah acara inti yaitu pertukaran cincin dijari masing-masing mempelai. Lagi-lagi Belle membuat Grace terlihat menyedihkan dengan menyuruh Grace membawa dan memegang kotak cincinnya.

Keduanya saling menautkan cincin. Namun, saat giliran Alex menyematkan cincin tersebut. Laki-laki itu menatap Grace singkat, seolah memohon pada Grace agar menghentikan pertunangan konyol ini.

Namun, Alex langsung tahu apa dan bagaimana jawaban Grace, begitu melihat Grace memalingkan wajah. Dengan terpaksa ia menyematkan benda berbentuk lingkaran dengan satu permata biru itu ke jari manis Belle.

Semua tamu undangan bertepuk tangan, memberi ucapan selamat secara bergantian. Belle nampak bahagia, tapi tidak dengan Alex. Seandainya malam itu Alex tidak minum, mungkin statusnya masih sama. Sedikit curiga, pagi itu Alex tak menemukan Belle di kamar hotel. Lalu mengapa Belle bisa hamil.

CCTV juga rusak, tidak ada saksi yang melihat Belle membawanya masuk kedalam kamar. Tapi foto itu, dari mana Belle mendapatkannya.

Acara pertunangan telah usai, Daniel dengan asistennya pergi menemui Damian. Hatinya tak henti-hentinya berdoa, berharap Damian berhasil ia yakinkan. Mungkin perusahaannya akan lengser begitu Damian bersikukuh menolak kerja sama ini.

Hingga tibalah waktu pertemuan Daniel dan Damian. Keduanya duduk berseberangan seraya menikmati secangkir kopi dan dessert terenak di restauran tersebut.

"Selamat malam, tuan!" sapa Daniel bas-basi.

"Apa yang membawa mu datang kemari?" Daniel merapatkan gigi, kesal karena Damian bersikap seolah tidak tahu apa-apa.

"Tuan, saya mohon jangan menarik dana investasi anda di perusahan saya. Saya akan memperbarui ide-ide proyek kami agar lebih memuaskan anda."

Damian menautkan sebelah alisnya, "aku tidak tertarik dengan proyek itu. Pergilah, jangan membuang-buang waktuku."

"Tidak, apakah anda menginginkan sesuatu. Seperti saham ataupun keuntungan lain?" Damian tergelak. Apa yang tidak Damian miliki sekarang. Hanya Grace yang Damian inginkan.

"Aku ingin salah satu putri mu untuk aku nikahi!" ucap Damian tanpa basa-basi. Daniel menelan ludahnya kasar. Jantungnya berdetak kencang, terkejut mendengar permintaan Damian.

"Siapa yang anda inginkan tuan?"

"Grace, aku menginginkan putri bungsu mu. Aku tertarik padanya!" jawab Damian cepat.

"Tepat sekali, saya juga ingin menyerahkan dia pada anda, tuan." Damian dan Adam menatap Daniel dengan tatapan jijik. Sudah mereka duga Daniel akan menumbalkan Grace.

"Minta dia menandatangani surat pernikahan itu. Aku akan datang besok dan membawanya pulang!" melemparkan map bewarna coklat kearah Daniel

"Kalau begitu, saya permisi!"

🦋🦋🦋🦋

Sampai di kediamannya Daniel bergegas masuk, berteriak memanggil Grace. Berulang kali ia memanggil. Namun, Grace tak kunjung datang. Belle menghampiri ayahnya, "dad apa semuanya baik-baik saja. Kenapa kau berteriak-teriak?" tanya Belle, memegang lengan Daniel menenangkan amarah sang ayah.

Grace yang mendengar ayahnya memanggil namanya pun akhirnya turun. "Kenapa dad?" tanya Grace, mengernyit dahi. Tumben sekali ayahnya ini mencarinya.

"Baca dokumen ini!" memberikan map yang di bawanya dari perusahaan Damian tadi.

Grace mengambilnya, perlahan ia buka pengait map tersebut. Dengan seksama ia membaca setiap kalimat yang tertulis.

Tunggu bukankah ini dokumen pernikahan, untuk apa pak tua ini memberikannya padaku.

"Ini surat pernikahan, kenapa kau memberikannya padaku. Bukankah kak Belle yang akan menikah?" Grace mengira itu surat pernikahan Alex dan Belle.

"Tanda tangani dokumen itu!" kata Daniel dengan suara tegas. Mata Grace melebar, mendadak tubuhnya kaku. Sekali lagi Grace membaca dokumen tersebut, mencari tahu nama mempelai pria.

Damian Efrat Wilson, siapa dia. Apa ayah ingin aku menikah dengan pria asing.

“Kau bercanda dad, aku tidak mau." tolak Grace, melemparkan lembaran kertas itu ke atas, membuatnya berhamburan kemana-mana.

Daniel menampar Grace karena marah dengan sifat tidak sopan nya. "Apa yang kau lakukan?" Grace tersenyum miring, memegang pipinya yang terasa panas. Seperti biasa Daniel melampiaskan kemarahan dengan cara memukulnya.

"Pukul aku dad, bunuh aku sekalian. Apa aku salah jika menolak. Aku mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan mu, tapi tidak dengan pasangan hidupku. Aku akan menikah dengan pria yang aku cintai!"

“Tutup mulut mu, kau pikir kau siapa bisa menolak perintahku. Kau hanya anak tidak pernah aku inginkan." Grace terdiam, hatinya tercubit mendengar perkataannya itu. Lagi-lagi dia direndahkan dengan kata-kata yang sama.

“Lalu aku harus bagaimana dad, kau tahu betapa sakitnya hatiku mendengar ucapan rendahan mu itu. Aku lelah, tidak bisakah kau tidak menghinaku sehari saja."

"Maka dari itu tanda tangan ini dan kau bisa pergi dari sini. Seharusnya kau bersyukur karena aku menikahkan mu dengan pria kaya raya."

"Kenapa tidak kak Belle saja yang menikah dengannya? kenapa kau malah menyuruh anak tidak tahu di untung sepertiku?" tersenyum hambar, menyeka air mata diujung kelopak.

"Belle sudah bertunangan, hanya kau yang bisa aku serahkan."

"Dad, apa benar-benar tidak ada setitik cinta di hati mu untukku?" Daniel terdiam, tak bisa menjawab.

"Aku mohon Grace, tanda tangani dokumen itu. Kau tidak mau keluarga kita hidup serba kekurangan bukan?"Grace tergelak. Keluarga yang mana, keluarga yang membuatku hidup dalam keterpurukan.

"Jadi kau menukarkan aku dengan harta benda?"

"Baiklah akan ku tanda tangani, anggap ini sebagai kebaikan terakhirku. Setelah ini jangan menganggapku sebagai putri mu, karena kita tidak punya hubungan apapun lagi!" Daniel dan Belle terkejut.

"Terserah kau saja!" serunya, kemudian mengambil pena dan memberikannya pada Grace.

Apa yang kau harapkan Grace, tidak mungkin ayahmu mempertahankan gadis seperti mu. Jangankan menolak, menanyakan alasannya pun tidak.

Dengan gemetar, Grace membubuhkan tanda tangan. Sekarang ia telah menjadi istri Damian Efrat Wilson.

TBC

warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius. 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!