NovelToon NovelToon

Viana

first day in jakarta

tok tok tok

Bunyi ketukan pintu mengusik ketenangan seorang gadis yang tengah tertidur pulas dan asyik bergumul dengan selimutnya. Suara ketukan itu membuatnya terpaksa harus bangkit dari alam mimpinya.

   "Vi..Via lo udah bangun?Via bangun" teriak seseorang di balik pintu.

   Viana Putri Mahendra, nama seorang gadis yang tengah bergumul dengan selimutnya. Tangan mungilnya terus menutupi telinganya karna merasa terusik dengan suara berisik di balik pintu. Ketukan di pintu belum juga berhenti akhirnya via menyerah dan memilih keluar dari zona nyaman nya tadi.

"arghhhhh" Via menggeram kesal karena suara ketukan itu belum berhenti juga

"via bangun ntar kamu telat lo"

   "iya kak, via udah bangun" kata via setengah sadar.

   "yaudah cepet mandi,inget sekarang hari pertama kamu masuk sekolah baru" teriak Zuko Putra Mahendra kakak Via.

   "hmmm" gumam Via

   Setelah berhasil mengumpulkan segenap jiwanya yang berceceran, ia pun beranjak dari tempat tidur dan segera menuju kamar mandi.

"Jadi kakak bawel banget" Via terus menggerutu kesal karena tidur nyenyaknya terganggu.

Setelah selesai membersihkan diri ia bersiap berangkat sekolah, setelah memakai seragam ia pun duduk di depan cermin untuk menyisir rambut panjangnya.

   "sekolah baru, teman baru, suasana baru, kehidupan baru, semuanya baru gimana gue mau beradaptasi? semua ini terlalu mendadak" Via menghela nafas panjang.

   Dia bingung, kenapa dia dan keluarganya harus pindah? meninggalkan kota kelahirannya, Bandung. Urusan bisnis? hah itu adalah alasan klasik. via tau ada hal lain yang melatar belakangi kepindahan keluarganya ke Jakarta, dan tentu saja hal itu bukan hanya sekedar urusan bisnis. jika memang hanya karena bisnis, mereka sekeluarga tidak perlu pindah, cukup papa nya saja yang pindah. Jika saja peristiwa itu tidak terjadi via pasti percaya dengan alasan kepindahan yang di berikan papanya.

   "Via cepet turun kita sarapan" kata zuko yang tiba tiba muncul di ambang pintu kamar via.

   "hmmmm" gumam via

   Setelah selesai memasukkan buku ke dalam tas, ia pun beranjak pergi menuju ruang makan. sebelum keluar dari kamarnya Via mematut dirinya di cermin.

"lo harus kuat Viana"

***

   "pagi via" terdengar sapaan ramah dari hendra papa via.

 

   "hmmm" via hanya bergumam sebagai balasan untuk papanya

   "semua perlengkapan sekolah kamu sudah siap vi? " tanya hendra.

   "hmmm" lagi lagi via hanya bergumam sebagai balasan atas perkataan papanya.

    "semoga kamu suka sekolah baru kamu" kata hendra lembut.

   "hmmm" lagi lagi dan lagi hanya terdengar gumaman via sebagai balasan. Zuko yang mendengarnya pun geram dan memilih untuk angkat bicara.

   "lo lagi sariawan ya vi? ha hm ha hm mulu jawabnya dari tadi" kata zuko kesal.

   "hufft" via menghela nafasnya.

   "Ayo kak berangkat ntar telat" via beranjak dari tempat duduknya dan segera berjalan keluar rumah segera setelah ia mengambil tasnya di sofa ruang tamu. Sementara itu Zuko dan Hendra hanya bisa saling pandang.

  

    "Berangkatlah Zuko papa tidak apa apa. Mungkin dia belum menerima kepindahan kita yang mendadak" kata hendra.

   "Ya udah pa zuko berangkat dulu" zuko pun mencium tangan papanya dan segera menyusul Via.

  

    Hendra hanya bisa menghela nafas lelah. ia tau via pasti akan marah karena kepindahannya yang mendadak. Via pasti berfikir ia pindah karena ingin melupakan mamanya -Vriska adelina- yang telah meninggal.

***

Via berjalan cepat keluar dari rumahnya. pagi ini benar benar berat baginya. Via berdiri di dekat motor kakak nya. Via akan berangkat ke sekolah bersama kakaknya, pasalnya dia belum di perbolehkan mengendarai motor sendiri.

Sudah berkali kali ia menghela nafas namun beban yang menghimpit dada nya belum juga sirna. bukannya semakin ringan, bebannya malah menjadi semakin berat. dadanya semakin terasa semakin sesak.

"pagi pagi gini mood gue udah ancur huft" lagi lagi via menghela nafasnya.

"lo kuat Via" Via memukul dadanya pelan. rasa sesak itu muncul saat dia mengingat kenangan manis bersama mamanya.

"via " panggil zuko, via pun menoleh mendengar panggilan itu. dilihatnya Zuko kakaknya berjalan mendekatinya.

" vi kamu marah sama papa?" tanya zuko setelah sampai di dekat via.

"nggak" jawab via singkat padat dan jelas.

"terus kenapa kamu bersikap kayak gitu sama papa tadi?" tanya zuko lembut.

"nggak tau pengen aja" kata via ketus.

Via yang terus menerus berkata ketus membuat zuko geram.

"kamu harus lebih bersiap baik sama papa. kalo papa salah, omongin jangan kayak gini gak bakalan kelar masalahnya" suara zuko mulai meninggi karena emosi.

cukup sudah, kesabarannya benar benar diuji pagi ini. dan sekarang kesabarannya sudah berada di batas maksimal.

"kakak gak ngerti perasaan via, via baru aja liat mama meninggal di depan via, bayangkan! via liat mama di tabrak di depan mata via. belum sempat via melupakan itu via udah harus pindah, dan lagi lagi via harus kehilangan orang yang via sayangi, via harus kehilangan teman teman via. via tau papa pindah ke jakarta buat ngelupain mama dan nikah sama ****** itu kan?" kata via dengan mata berair dalam sekali kedip cairan itu pasti akan mengalir di pipi mulus nya.

"vi semuanya gak seperti yang kamu pikirin, dan siapa itu yang kamu sebut ******?" kata zuko penuh emosi, ia tidak menyangka via akan berkata sekasar itu.

"gak seperti yang via pikirin? terus kakak mau bilang kalo kita pindah karna urusan bisnis? iya? hah.. bulshit basi omong kosong, semua yang papa bilang itu bohong, dia ke jakarta buat ngelupain mama buktinya baru aja mama pergi papa udah dinner bareng cewek ****** kegatelan. itu yang kakak bilang gak seperti yang via pikirin?" kata via penuh emosi walau matanya menggambarkan kesedihan yang mendalam terlihat dari air mata yang terus membasahi pipinya.

"via jaga omongan mu" teriak zuko. dia sudah tak bisa menoleri omongan via.

" apa yang via omongin itu fakta kak, via lihat dengan mata kepala via sendiri" kata via.

" via gimana pun sikap papa dia itu tetap papa kamu, mana sopan santun yang sudah diajarkan sama mama?" kata zuko

" lelaki brengsek kayak papa gak perlu di kasi sopan santun" kata via

"via" teriak zuko. ia tak habis pikir bagaimana via bisa berkata sekasar itu pada papa nya, padahal dulu via tak pernah sekali pun berkata kasar.

"hah via udah hampir telat cuma gara gara debat sama kakak, via gak nyangka bisa debat sama kakak, cuma karna lelaki brengsek kayak papa kita harus debat. ini debat perdana kita, via akan selalu ingat ini. via berangkat." kata via dan berlari keluar gerbang dan menyetop taksi.

sambutan

Air mata via mengalir dengan deras. ia tak peduli dengan tatapan heran sang sopir taksi.

'kenapa kakak malah belain papa. papa itu brengsek. apa kakak gak sayang sama mama?kenapa kakak gak marah saat tau papa dinner bareng wanita baru sedangkan belum genap setahun mama meninggal' batin via.

Tak berapa lama ia pun sampai di sekolah. Menyadari itu di keluarkannya bedak dari dalam tas. Setelah wajahnya rapi kembali ia pun turun dari taksi.

Di sepanjang koridor menuju ruang kepala sekolah banyak pasang mata yang melihatnya dengan berbagai pandangan, ada yang bingung dan ada pula yang kagum. Tak heran lagi. Kulitnya yang putih, rambutnya yang panjang tergerai indah sampai ke punggung dan parasnya yang cantik dengan polesan make up yang natural pasti menarik untuk di lihat. Apa lagi para kaum adam yang tak mau melepas pandangannya barang sedetik saja.

Sesampainya di ruang kepala sekolah ia pun mengetuk pintu. setelah di persilahkan masuk ia baru masuk dan duduk di hadapan ibu kepala sekolah.

"Selamat pagi, oh jadi kamu murid barunya?" ibu kepala sekolah tersenyum ramah.

"iya benar bu" kata via

"Perkenalkan nama saya Malika anda bisa memanggil saya bu ika." bu ika mengulurkan tangannya.

"saya viana putri mahendra. ibu bisa panggil saya via." via menerima uluran tangan bu ika.

"salam kenal. baiklah kamu bisa menemui bu rosa di TU untuk mengetahui kamu masuk kelas mana." kata bu ika.

"baik bu" kata via beranjak dari kursinya.

"ruang TU ada di ujung koridor" kata bu ika.

"terima kasih bu saya permisi dulu" via pun beranjak meninggalkan ruangan.

Via pun mulai melangkahkan kakinya menuju TU. setelah sampai di ruang TU ia langsung di sambut oleh seorang guru yang masih muda.

"oh jadi kamu murid barunya? mari duduk" kata bu rosa.

"terima kasih bu" via pun duduk di hadapan bu rosa.

"mmm kamu masuk kelas XI IPS 3" kata bu rosa setelah beberapa lama fokus pada buku di hadapannya.

'IPS? apakah nilai ku seburuk itu? padahal di bandung aku masuk ipa. sadarlah via kamu di jakarta sekarang' batin via

"hei via kau tidak apa apa?" tanya bu rosa.

"ah iya bu saya tidak apa apa" kata via

"saya heran wajah kamu sangat menunjukkan kalau kamu itu anak yang pintar tapi.. nilaimu hmmm tidak cocok dengan wajah mu" kata bu rosa

"hehe iya bu" kata via

"mari saya antar ke kelas mu" bu rosa beranjak dari tempat duduk nya.

"baik bu" via pun ikut bangkit dari tempat duduknya dan pergi mengikuti langkah bu rosa.

mereka pun sampai di sebuah kelas di dekat ruang BK. dilihat dari luar tempat ini seperti kelas kosong. sangat sepi dan lengang. jika di lihat kelas lainnya di hias sedemikian rupa agar tampak menarik. namun kelas ini tidak, kelas ini sangat bersih tanpa sampah tanpa hiasan. benar benar membosankan.

"silahkan masuk saya hanya mengantar sampai sini, semoga kamu betah di kelas ini" setelah mengatakan itu bu rosa langsung melenggang pergi meninggal kan via di depan kelas ini sendirian.

'kelasnya sepi banget? mungkin ada guru di dalam jadi merka diam. jika tidak pasti mereka akan ribut seperti pasar. kira kira itulah gambaran dari kelas IPS' batin via

Dengan ragu perlahan tanganya bergerak meraih knop pintu di depan nya setelah tangan nya berhasil memegang knop pintu tersebut via menghela nafas untuk menghilangkan keraguan di hatinya, dengan ucapan bismillah di tariknya pintu itu secara perlahan tiba tiba

WUUUUS

***

WUUUUS

   Via memejamkan matanya karena dedaunan kering yang mengguyur badannya. suara gelak tawa terdengar nyaring memenuhi setiap sudut kelas yang tadinya sepi dan lengang tanpa suara.

     'parah' batin via.

     "selamat datang murid baru" kata salah seorang siswi berambut pendek seraya mengalungkan rangkaian sampah bungkus makanan ringan dan gelas plastik.

     "semoga harimu menyenangkan" kata seorang siswa berambut ikal seraya menyerahkan buket bunga, bukan bunga sebenarnya melainkan gumpalan kertas yang ditusuk menggunakan lidi dan di ikat menyerupai buket bunga.

     "kami sebagai ketua dan wakil kelas ingin memberikan hadiah selamat datang" kata seorang siswi berambut panjang bergelombang dan siswa berambut hitam seraya menyerahkan tong sampah berisi berbagai macam sampah bungkus makanan.

     'ini yang mereka sebut sambutan, bukan hanya sekedar air kotor seperti yang ada di novel novel. ini lebih parah, gila. mereka pasti tidak waras. ya tuhan kenapa gue bisa masuk kelas ini. ntar gue ketularan gak waras lagi' batin via.

     via masih syok dia hanya berdiri mematung dengan semua pemberian dari penghuni kalas. panampilannya benar benar berantakan, tubuhnya penuh dengan daun kering, berkalungkan sampah, memegang buket bunga dari gumpalan kertas dan tong samapah. oh god dia benar benar berantakan persis orang gila. mungkin tubuhnya memang diam namun hatinya terus berbicara meragukan kewarasan penghuni kelas dan tak lupa seluruh nama hewan di kebun binatang turut ambil bagian.

     "kalian gak waras" satu kata yang mampu keluar dari mulut via sebelum ia membuang semua pemberian penghuni kelas kelantai dan berlari meninggalkan kelas XI IPS 3.

     "apa tadi dia bilang gue ganteng?" kata cowok berambut ikal

     "gila lo bon, kuping lo budek tadi itu dia bilang gie langsing" kata wanita bertubuh gemuk.

     "lo yang budek dis dia itu bilang gue tinggi" kata wanita berambut pendek dan bertubuh pendek pula.

     perdebatan mereka disambut tawa seluruh penghuni kelas.

     "udah lah pada sadar diri. boni, lo itu jelek, dista lo itu gemuk, dan cika lo itu pendek" kata cowok berambut hitam yang tampaknya dia adalah ketua kelas.

     "heh enak aja lo albino bilang gue pendek. lo aja kali yang ketinggian kayak pohon kelapa." kata cika yang tadi memberikan kalung sampah sambil berdiri berkacak pinggang.

     "heh denger ya cik nama gue itu Aldino bukan Albino. lo kira gue monyet Albino?" kata al si ketua kelas seraya mendorong dahi cika dengan telunjuknya.

     "mirip sih Al sama monyet" kata wanita berambut panjang si wakil ketua kelas.

     "udah lah cher sesama monyet jangan saling mengejek" kata dista

     "idih ngiri aja lo, cewek se cantik gue lo bilang monyet. lo tuh ya jangan banyak ngejek orang, olah raga yang bener biar tuh lemak di tubuh lo pada minggat" kata chery yang di sambut gelak tawa seisi kelas. begitulah mereka 5 serangkai yang super jail, walau saling mengejek mereka tidak pernah menganggap serius ejekan tersebut.

teman

"gila, gak waras, mereka pasti pasien rumah sakit jiwa yang kabur dan nyamar jadi murid" kata via di kamar mandi. dia terpaksa mandi di sekolah, sungguh hal yang baru pertama kali ia lakukan. biasanya dia mandi di sekolah saat ada acara yang menginap.

     "gimana kalo mereka nyebarin virus gilanya ke gue, terus gue juga jadi gila. mampus" kata via pada bayangannya di cermin.

     "oh god gue udah gak betah di hari pertama gue" kata via lagi.

     "haaa gue kangen sekolah gue di bandung" lagi lagi via bermonolog.

     "papa sih pake acara pindah segala" via mengerucutkan bibirnya kesal saat mengingat papa nya.

     "papa nyebelin, coba mama masih ada. tuh kan jadi inget mama. gue heran deh gimana caranya papa bisa ngelupain mama semudah itu. padahal gue harus mati matian buat ngelupain"  via menghela nafasnya

     "emang gak niat ngelupain sih" gumam via.

     via terus bermonolog menumpahkan kekesalannya seraya merapikan penampilannya.

     "gue gak siap kembali ke kelas itu" via benar benar enggan untuk kembali, tapi dia bukan lah tipe pelajar yang suka bolos. mau tidak mau dia harus kesana. Dengan  penuh rasa enggan ia pun melangkahkan kaki nya ke kelas XI IPS 3 tempat berandal sekolah dan murid dengan nilai di bawah rata rata.

***

     Via telah sampai di depan kelas. pintunya terbuka jadi tidak mungkin ada daun yang akan mengguyurnya lagi, dengan ragu ia pun melangkah masuk.

     "assalamualaiku" kata via.

     "waalaikumsalam akhirnya kamu datang juga" kaya seorang guru bertubuh gemuk yang sedang mengajar di sana.

     "perkenalkan nama saya bu tutik guru bahasa indonesia sekaligus wali kelas XI IPS 3, silahkan perkenalkan dirimu" bu tutik berkata dengan ramah.

     "perkenalkan nama saya viana putri mahendra" via berkata dengan cepat dan wajah datar tanpa ekspresi bahkan pandangannya dari tadi terarah ke pintu kelas.

     beberapa murid saling tatap karena tidak mendengar apa yang di katakan via dengan jelas, tentu saja mereka tidak mendengarnya secara jelas mengingat via yang berkata dengan kecepatan cahaya.

      "bisa di ulangi dengan lebih pelan" kata bu tutik yang tidak mendengar perkataan via juga.

     "nama saya viana-putri-mahendra" via memperjelas setiap kata yang dia ucapkan.

    "what?" teriak cika kaget.

     "ada apa cika?" tanya bu tutik.

     "eh tidak apa apa bu itu anu tadi ada itu ada... kecoak iya ada kecoak" cika gugup saat meliat tatapan bu tutik yang mengintimidasi.

     "ya sudah via kamu duduk di sebelah cika, jaga bangku mu tetap bersih agar tidak ada kecoak" kata bu tutik yang di jawab anggukan oleh via. ia pun berjalan menuju bangku cika.

     "mm hai " sapa cika.

     "hmmm" via hanya melirik cika sekilas dan bergumam sebagai balasan atas sapaan cika .

     Mendengar jawaban via yang super singkat chery dan dista yang duduk di belakang cika dan via menatap cika.

    'kenapa' dista menggerakkan mulutnya tanpa suara.

    cika hanya mengangkat bahunya tak tau.

     'dia marah' kata chery tanpa suara.dan lagi lagi cika hanya bisa mengangkat bahu karna tidak tau.

     via melirik teman teman nya yang saling berbicara tanpa suara mirip film bisu. ia pun memilih kembali fokus pada bu tutik yang menerangkan materi di depan.

***

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sekarang via berada di dalam kelas yang sepi. Hanya ada satu wanita berkacamata tebal yang tengah membaca buku dan 5 serangkai yang sedang nongkrong di pojok belakang kelas. Entah apa yang mereka bicarakan, mereka terus berbisik bisik.

     'gak jelas' batin via.

***

   Dista, chery, cika, al dan boni tengah berdiskusi di pojok belakang kelas.

     "Dis gimana nih? lo sih gak cari latar belakangnya dulu" kata chery.

     "ish gue udah cari latar belakang nya gue tau kalo murid barunya anak pemilik sekolah, iya kan cik?" Dista meminta pembelaan pada cika karna sedari tadi dia terus di pojokkan oleh chery.

     "iya kita udah cari latar belakang keluarga dia" cika berkata lirih

     "terus kenapa tetep lo kerjain, gimana kalo dia marah terus kita di depak dari sekolah?" chery terus saja memojokkan dista dan cika

     "ya kan gue lupa" kata cika

     "gimana nih?" chery berkata panik.

     "duh kapok gue, nggak lagi lagi gue ngerjai murid baru" kata dista.

      "heh para cowok ikut mikir kek diem aja dari tadi. kalian mau di depak dari sekolah?" kesal cika karena dari tadi al dan boni hanya menyimak tanpa mau ikut memberi solusi.

     "ish kalian ribet banget sih, tinggal minta maaf aja susah amat" kata al

     "iya kalo dia mau maafin kalo enggak?" tanya cika.

     "duh cik jangan banyak mikir deh, apa salahnya kita coba?" al beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju bangku via.

     Dista, chery, cika dan boni saling pandang dan akhirnya memilih untuk mengikuti al.

     "ehm" al berdeham, mau tak mau via menoleh dan menatap nya bingung.

     "emm hai gue aldino bagaskara, lo bisa panggil gue al" al mengulurkan tangannya untuk salaman.

    "hai gue via, gue udah bilang nama panjang gue tadi" via menjawab dengan malas.

     Tau bahwa via tidak menerima uluran tangannya ia pun menarik tangannya dengan canggung.

     "ehm soal yang tadi, gue sama temen temen mau minta maaf. emang kita sering ngerjai murid baru tapi gue rasa yang tadi itu... keterlaluan. gue minta maaf" perkataan al di amini oleh teman teman di belakang nya.

     "gak masalah, gue dulu juga suka ngerjai murid baru pas di Bandung" via tersenyum ramah.

    "jadi.... lo maafin kita?" Dista berkata ragu.

     "nggak" via berkata ketus.

     "lah tadi lo bilang.. gak masalah?"  cika bingung dengan jawaban via.

     "iya emang gak masalah" kata via.

     "lah kok bingungin sih? plis deh jangan berbelit belit otak gue gak mampu buat mahamin" boni berkata frustasi.

     "haha gue emang gak masalah, gue gak maafin kalian karena emang gak ada yang perlu di maafin kalian gak salah kan? buat apa minta maaf?" via berkata sambil menahan tawanya, wajah mereka benar benar lucu saat sedang bingung. via puas sekali bisa membalas kejailan mereka. mereka telah menjaili orang yang salah, karena di sekolahnya dulu via di kenal sebagai ratunya jail .beginilah jadinya jika menjaili orang jail pasti di balas jail juga.

     "jadi...? sumpah gue gak faham" cika masih bingung dengan perkataan via.

     "teman?" via menjulurkan tangannya. karena masih bingung mereka hanya memandangi tangan via  penuh tanya.

     "mau jadi temen gue gak? kalo gak mau ya udah pegel nih tangan gue" via berkata kesal karena tak ada yang membalas uluran tangannya.

      " eh iya mau mau, kita seneng punya temen baru" cika yang mulai paham pun membalas uluran tangan via.

     "Btw nama gue dista"

    "gue boni"

     "gue chery"

     "gue cika"

     "gue-" belum selesai al berkata via sudah lebih dulu memotongnya.

     "udah tau, albino kan?"  tanya via tersenyum jail. di ikuti tawa yang lainnya.

     "nambah lagi deh si pendek" kata al

     "biarin pendek yang penting imut dan tinggi ilmu dari pada lo tinggi kayak tiang listrik. boleh tuh gue sewa buat manen mangga di rumah gue." kata via.

     "dih tinggi ilmu, jangan ngehalu deh kalo lo tinggi ilmu lo pasti masuk ipa bukan ips" kata chery.

    "eh sory ya, gue di bandung masuk ipa, pasti ada yang salah makanya gue masuk ips" via mengerucutkan bibirnya kesal kala mengingat bahwa dirinya masuk ips.

     "hello via sadar ini jakarta" teriak mereka kompak.

     "dih sebel kompak banget bikin orang kesel" via semakin kesal mendengar teriakan teman nya.

      tawa mereka pun kembali meramaikan seisi kelas, sementara via semakin kesal mendengar tawa mereka yang menggelegar. ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya karena malu.

      'dasal temen laknat!👿

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!