NovelToon NovelToon

Anak Genius Itu Anakku

Musibah atau Anugerah

Seorang perempuan berumur 29 tahun menghapus air matanya di depan pusara, ia bernama Sakinah. Rupanya nan cantik, sifatnya yang lembut dan alim, bahkan ia selalu menundukkan pandangannya saat berjumpa atau berbicara dengan lawan jenis yang tak mahram dengannya.

Ia tinggal di sebuah Desa padat penduduk, pencarian penduduk di sini lebih banyak bertani, berkebun, beternak dan menjadi karyawan di PT. WILZ PLANTGROUPS.

Di Desa ini, menikah muda sangatlah wajar, bahkan wanita berumur 25 tahun dianggap sudah tua dan tak laku. Sakinah menikah setelah lulus SMA, ia dilamar oleh Ardi anak juragan jengkol.

Pernikahan Ardi dan Sakinah berjalan kurang lebih 10 tahun lamanya, awalnya bahagia, namun lama kelamaan mulai adanya pertengkaran, kesalahpahaman, hingga hasutan keluarga. Semua ini berawal karena masalah mereka yang belum memiliki anak.

Ardi berkali-kali berdebat dengan Kakak Perempuan dan Ibunya, mereka meminta Ardi menikah lagi untuk melanjutkan keturunan, namun Ardi tak pernah bersedia.

Ia selalu membela Sakinah di depan keluarganya, namun hati tak bisa berbohong, ada rasa sedih yang menyelimuti hatinya. Ia juga ingin memiliki anak. Tetapi, ini semua bukan salah Sakinah, ini semua takdir dari Tuhan.

Sakinah adalah gadis paling cantik di desanya saat ia dilamar kala itu, begitu banyak pemuda yang menginginkan dia. Kini, semua orang memandang rendah dan hina istrinya, hanya karena belum punya anak.

Setiap hari minggu, Ardi selalu ikut menebang pohon di gunung bersama kelompok kerja desa jika tak sedang panen jengkol. Sakinah membungkuskan nasi dengan lauk telur bulat cabe hijau. Tak lupa ciuman manis saat Ardi berangkat kerja.

Sore harinya, terdengar suara ribut bahkan ada suara tangisan. Ibu Sakinah mengetuk pintu, ia langsung memeluk Sakinah.

“Ada apa ini, Bu?” tanya Sakinah.

Belum Ibunya menjawab, suara mertua, kakak ipar dan keluarga suaminya sudah meratap dan meraung-raung di belakang. Ada sesuatu yang di gotong oleh masyarakat.

‘Innalillahi wainailahi Raji'un.’ Ia dengungkan dalam hatinya pilu.

Sedih akan kehilangan itu pasti, ia masih bisa menguatkan dirinya, percaya kalau ini adalah takdir dari Tuhan, maut adalah suratan yang tak bisa dirubah. Namun, luka semakin bertambah, kala keluarga dari suami menyalahkannya.

“Dasar kau perempuan pembawa sial! Adikku tak akan mati jika tak menikah dengan kau!” maki Hanum, kakak perempuan Ardi di tengah pusara itu.

“Hanum, redakan emosimu, Ardi meninggal karena suratan takdirNya, kasihan dia,” suami Hanum memeluk dan meminta istrinya melihat Ardi yang hendak di kubur di liang lahat.

Setelah Ardi di kubur, Linda, Ibu Ardi masih memakinya, menyesal telah menikahkan anaknya dengan Sakinah. Wanita sial yang tak memberikan keturunan.

7 hari kepergian Ardi, Linda dan Hanum memaki dan memukul Sakinah. Mereka meminta paksa surat rumah. Menurutnya, Sakinah tak pantas memiliki itu karena tak memiliki anak, namun Sakinah mempertahankan surat itu yang jelas-jelas haknya.

Ibu Sakinah yang mendengar itu melerai, Ia meminta Sakinah memberikan surat itu.

“Baiklah, jika ini permintaan kalian, berarti kita tak ada hubungan keluarga lagi. Aku akan membawa anakku pulang.” ucap Ibu Sakinah kecewa.

“Tapi, Bu. Abang Ardi....”

“Sudah, Kinah!” Ibunya menatap tajam.

“Huh! Siapa juga yang ingin berkeluarga dengan kalian, sudah miskin, gak bisa kasih keturunan lagi!”

“Astagfirullah! Semoga kalian selalu diberikan kesehatan dan segera menyadari perbuatan kalian.” seru Ibu Sakinah.

“Gak usah ceramah! Ceramah sana, ke Mesjid!”

Sakinah di bawa pulang oleh Ibunya. Dulu, keluarga Ardi meminang putrinya dengan sangat baik, bahkan terdengar lebih lembut gigi dari lidahnya, saking bermulut manisnya.

“Sudah aku bilang, cantik itu tidak menjamin hidup bahagia.” ucap Salwa saat Sakinah baru saja sampai dirumah Ibunya. Ia salah satu adik Sakinah, berwajah manis tetapi tak secantik Sakinah.

“Salwa!” hardik sang Ibu.

“Ibu selalu saja membela Kak Kinah! Ah, sudahlah! Aku akan pulang.”

Salwa pulang ke rumahnya yang berjarak sekitar 7 rumah dari rumah Ibunya, ia telah memiliki satu orang putra. Menikah dengan juragan sawit. Tadi, ia diminta tolong Ibunya untuk menunggu di rumah karena adik bungsu Sakinah sedang demam.

“Sabar, ya, Sayang. Salwa masih belum dewasa.” Ibu mengelus pundak Sakinah lembut.

“Iya, Bu. Nanti, Salwa juga berubah, aku mengerti kok, Bu.”

“Ya sudah, ayo, masuk ke kamar lamamu, kamarmu sudah Ibu bereskan kemarin.” ajak Ibu Sakinah.

_______

4 bulan 10 hari adalah masa Iddah seorang istri yang ditinggal meninggal dunia oleh suaminya. Setidaknya selama itu, kaum hawa harus menahan dirinya, barulah ia boleh membuka hati jika ada yang meminangnya.

Apakah ini disebut musibah, derita atau anugerah?

Satu bulan meninggalnya Ardi, ada acara orgen tunggal yang diadakan di desa. Acara ini diselenggarakan 7 hari berturut-turut dengan artis-artis dangdut Ibu Kota. Acaranya sangat ramai dan meriah, banyak orang-orang dari kota yang berdatangan juga ke desa.

Penyusun acara adalah para pemuda desa yang didanai oleh Perusahaan sawit yang sudah berdiri 17 tahun di desa ini. Kabarnya, putra pemilik perusahaan itu juga datang.

Malam itu, Sakinah membeli gula untuk Bapaknya ke warung, melewati tempat acara yang ribut itu. Ia lewati banyak pemuda yang minum arak, menjauh dari mereka yang berjoget teler. Lebih memilih jalan yang sepi dari pemuda-pemuda yang bersenang-senang di tepi jalan itu.

Suara dentuman musik disko dan dangdut berdendang, memekakkan telinga bagi yang tak suka, sedangkan pecinta musik itu sedang menikmatinya dengan bergoyang, ada yang meliuk, ada yang goyang tegang, hanya goyang kepala, bahkan ada yang tangannya di atas.

Sakinah lebih memilih menghindar sampai ia di warung. Di warung banyak bapak-bapak dan pemuda yang cukup berumur, memandang Sakinah bak ayam goreng Upin dan Ipin, mereka terlihat lapar. Mungkinkah mereka juga terpengaruh arak ataukah karena paras cantik Sakinah.

“Biar Abang antar, Kinah.” ucap seorang pemuda setelah Sakinah membeli gula.

“Makasih, tak apa, Bang. Tak baik kita jalan berdua, gak Mahram.” sahut Sakinah menundukkan pandangannya.

“Kita gak jalan berdua kok, aku akan berjalan dengan jarak yang cukup jauh. Bahaya kalau kamu jalan sendiri, di desa kita banyak pendatang dari desa lain bahkan dari kota.” jelas pemuda itu.

“Gak usah Bang, makasih.” tolaknya lagi.

Sakinah bergegas berjalan pergi, ia tak mau menimbulkan gosip dan fitnah dengan status barunya sebagai janda. Dulu saat ia masih punya suami, mereka masih bergosip, apalagi sekarang setelah dia menjadi janda tanpa anak. Sorot mata dan bibir runcing mereka mencang-mencong saat berbicara gosip.

Sakinah memilih jalan memutus yang sepi untuk kembali ke rumah, ia tak mau berjumpa dengan laki-laki mabuk.

Uhuk-uhuk! Ia mendengar suara batuk, Uweek! Suara orang muntah. “Help! Help!” Sakinah menghentikan langkahnya.

“Help! Ah, To-tolong! Tolong aku!” Suara seseorang meminta tolong.

Sakinah menoleh ke belakang, Ia lihat bayangan pria berpegangan kuat di badan mobil. Mobil yang tadi ia lewati.

“Tolong!” ucapnya lagi. Laki-laki itu terjatuh.

Sakinah langsung berlari ke arah mobil, dimana cowok itu tersungkur. Ia cepat membantu, memapahnya bangun.

“Apa ada yang sakit, Pak?” tanya Sakinah sedikit melirik, namun pandangannya kembali ia tundukkan, baju pemuda itu setengah terbuka, Ia pun tak ingin bertatapan wajah dengan seorang pria kecuali sudah halal.

Jadi, ia tak tau pasti wajah laki-laki yang ia papah.

Sakinah membuka pintu mobil, mencoba membantu laki-laki itu masuk ke dalam mobil, namun apa yang terjadi, laki-laki itu malah menarik tubuhnya, mencumbuinya dan memaksanya.

Malam yang benar-benar memilukan baginya.

“Sl*t! You betrayed me! (Wanita murah*n! Kau mengkhianati ku!)”

“Feel this! (Rasakan ini!)” Ia menampar wajah Sakinah. Memaksa dan memperk*sa Sakinah dengan brutal dan kejam.

Sakinah melawan, Ia mencengkram apapun yang bisa ia pegang, memcakar, memukul. Namun tenaga laki-laki itu seperti binatang buas kelaparan, Sakinah meremas kalung yang dipakai pria itu. Di kalung itu ada permata yang cukup runcing diujungnya. Ia tarik kalung itu sampai putus.

Setelah putus, ia tusukkan ke dada pria itu, dadanya mengeluarkan darah.

Sayangnya, Lelaki itu seperti manusia kesurupan yang tak tahu sakit. Ia terus memaksa dan menjelajahi tubuh Sakinah, menikmatinya sampai dia pingsan.

Saat ia sadar, Ia melihat hanya dirinya saja sendirian berada dalam mobil itu. Baju yang ia pakai tadi telah robek, untung saja dia pakai rok, rok itu hanya terangkat ke atas tanpa robek seperti baju.

Ia menemukan jacket di dalam mobil itu, ia pakai jacket itu dan benarkan pakaiannya. Ia lihat gula yang masih terletak baik di tepi mobil. Ia ambil, Ia tahan sakit dan sedihnya.

Sesampainya di rumah, ia masih tersenyum, memberikan gula pada Ibunya, kemudian mandi dan mengunci diri di dalam kamar.

Menangis adalah kegiatan yang bisa ia lakukan untuk saat ini!

‘Ya Allah, hamba memohon ampun padamu. Ampunilah dosa hamba,’ lirihnya pilu. Mengadu pada Sang Pencipta.

...***...

Pergi ke Batam

Saat acara usai, Putra pemilik perusahaan itu kembali ke Belanda. Sebelumya, mereka juga mampir di Singapore, pusat perusahaan PT. WILZ PLANTGROUPS.

Pemuda berambut kuning keemasan dengan jambang yang rapi di wajahnya. Masih mendengar penjelasan dari bawahannya, ia adalah Dedrick Ryker Van W Hallen, putra sulung Wizza Van Helen.

Bawahannya menemukan Adik atasannya sedang dalam keadaan kacau, dadanya terluka dan berdarah. Saat bawahannya memeriksa, yang ia temukan hanya ikat rambut perempuan dan celana d*lam yang robek, sepertinya pria itu memperkosa seorang wanita desa. Begitulah penjelasannya.

“Hij is een onruststoker! (Dasar pembuat onar!)” Matanya tajam, gerahamnya tampak bergetar.

Abbe Van Andrean Halen, adik Dedrick. Sering di panggil Andrean. Pemuda berambut coklat, hidung mancung, bibir berwarna merah berisi, Ia terkenal sangat tampan dan pemain wanita. Umurnya sudah 24 tahun.

Hampir setiap hari Dedrick memarahinya.

“Mijn hoofd wordt grijs omdat ik teveel denk!” (Kepalaku ditumbuhi uban karena terlalu banyak berpikir!) desahnya kesal.

“Meer te weten komen over die vrouw!” (Caritahu lebih banyak tentang wanita itu!) pintanya pada bawahannya.

“Ok.”

Ia menghela nafasnya, memijat keningnya.

Adiknya Andrean selalu saja membuat onar dimanapun. Ia teguk arak di gelas kecil yang terletak dimejanya. Masih saja mendesah. Kemudian ia berdiri, pergi berjalan ke kamar adiknya, menarik kerah baju adiknya yang sedang tertidur.

Andrean terbangun!

“Apa yang kau lakukan di Indonesia beberapa waktu lalu? Kau membuat kekacauan lagi!”

“No! Im only litle drink alkohol. Hm....” Menggaruk kepala sembari berpikir.

Brugh! Satu pukulan di perut Andrean.

“I'm not doing something! Really!” pekiknya. Dedrick menatap tajam.

“Sungguh! Aku tak melakukan apapun!” Melindungi wajah tampannya dari amukan Kakak lelakinya, Dedrick.

“You said, No?! Huh?!” Bertanya dengan suara tinggi. “Kau bahkan memperk*sa seseorang!” sambungnya lagi.

“Ah?!!!” Andrean terkejut mendengarnya. Ia benar-benar tak ingat apapun. “I'm only broken heart....” ucapnya menundukkan kepala.

Pertama kali dia terbangun pagi itu, ia sudah mendapati luka di dadanya, kalungnya hilang, namun ia mengingat samar wajah seorang wanita berhijab.

“Aku sudah melarangmu minum alkohol, apalagi di Indonesia!” Dedrick mendesah.

“Sorry, i really sorry,” ucapnya lirih.

“You always say sorry, sorry and sorry! But, never change!” Dedrick merebahkan tubuhnya di ranjang, masih kesal. Lalu, ia pejamkan matanya.

_________________

Di Indonesia,

Sakinah selalu saja teringat akan kejadian malam itu.

Gosip-gosip para tetangga, ada yang mengatakan kalau ia menggoda para suami mereka. Bertambah lagi beban pikiran Sakinah, jelas-jelas ia hanya berdiam diri di rumah, keluar sekali-kali jika belanja ke warung. Ia bahkan menundukkan pandangannya saat berjalan.

Tiga bulan telah berlalu, wajah Sakinah semakin pucat, ia bertambah kurus.

“Kinah, ayo kita ke klinik. Ibu cemas padamu, Nak. Kamu terlihat selalu pucat akhir-akhir ini.”

Dia dan Ibunya pergi ke klinik, di sana ia di periksa,

“Haid Ibu sudah berapa lama tidak datang?” tanya Bidan yang memeriksanya.

“Saya tak mengingatnya, Bu. Akhir-akhir ini haid saya tidak lancar, sering telat bahkan tak datang.” sahutnya.

“Baiklah, kalau begitu kita tes urine ya, Bu, untuk memastikannya.” Bidan itu langsung mengambil alat testpeck untuk memeriksa kehamilan melalui urine.

“Silahkan buang air kecil di kamar mandi di ujung sana, tampung di wadah ini ya, Bu.” jelasnya. Sakinah mengangguk.

Ia cemas, untuk pertama kalinya ia gugup saat test urine. Setelah ia buang air kecil, ia serahkan pada Bidan.

Bidan mencelupkan strip test kehamilan ke dalam urine Sakinah, tak lama, hasilnya sudah tampak, garis merah dua yang sangat jelas, artinya Sakinah positif hamil.

Sakinah dan Ibunya tercengang beberapa saat, “Hamil, kamu hamil, Nak?!” Ia menatap sakinah, matanya langsung berlinang air mata.

“Sungguh, anak saya hamil, Bu?!” bertanya pada Bidan karena masih tak percaya.

“Iya, Bu. Selamat ya.” jawab Bidan itu tersenyum.

“Anakku, pasti Ardi sangat bahagia di alam sana. Ini adalah anugerah, hadiah dari Tuhan.” Ia memeluk Sakinah sambil berurai air mata.

“Mari kita pulang, kita harus kabari berita bahagia ini ke Ayahmu, Adik-adik mu serta keluarga Ardi.” ucap Ibunya antusias.

Sakinah dilanda bingung dan ragu, wajahnya yang pucat tadi semakin pucat. Bagaimana jika anak yang ia kandung ini bukan anak suaminya, tetapi anak pria yang memperk*sanya malam itu. Entah siapa pria itu, bahkan ia tak tahu dengan wajahnya.

Berita kehamilannya pun tersebar dari mulut adiknya, Salwa. Sehingga keluarga Ardi mendatangi Sakinah ke rumah. Masih dalam keadaan tak percaya.

“Ayo kita ke rumah sakit harapan bunda di kecamatan, kita bisa USG di sana. Apakah benar kau hamil atau hanya pura-pura.” Mereka tak percaya jika Sakinah hamil.

Mereka pergi bersama ke rumah sakit itu, kurang lebih satu setengah jam perjalanan.

Sakinah di USG.

“Bayinya sehat, denyut jantungnya bagus, berat badannya cukup, semuanya dalam keadaan baik.” jelas Dokter tersenyum sembari menggoyang transducer USG, menekan ke kanan dan ke kiri, memperlihatkan bentuk janin.

“Sudah berapa usia cucu saya, Dok?” tanya Ibu Sakinah.

“Masuk 12 minggu.” jelas Dokter. Ibu Sakinah terkejut, ia teguk salivanya.

‘Masuk 12 minggu?’ Semua orang saling berkata dalam hati masing-masing.

Setelah keluar dari rumah sakit, Linda dan Hanum langsung berkata tajam.

“Tak ku sangka, bahkan belum habis masa Iddah mu, kau telah melakukan perbuatan yang memalukan. Itu jelas bukan anak Adikku!” ucap Hanum.

“Anakku telah meninggal dunia 4 bulanan, setidaknya kehamilanmu harus 4 bulan lebih. Ini baru masuk 3 bulan!” sambung Linda.

Sakinah diam, ia tak berkutik. Ini memang sangat memalukan.

“Ayo pulang Mak, keluarga miskin! Selama ini sengaja tak ingin hamil, namun hamil dengan pria lain. Dasar wanita sok suci, munafik!”

_______________

Malam hari, Orangtuanya duduk di ruang tamu.

“Katakan Kinah, anak siapa itu?” tanya Ibunya. Ayah Kinah sejak tadi berwajah sangar.

Sakinah hanya diam saja, ia tak mampu menjawab pertanyaan itu.

“Jawab, Kinah!”

“A-A-Aku tidak tau, Bu.” jawabnya terbata, ia takut telah mengecewakan kedua orangtuanya.

“Bagaimana mungkin kau tidak bisa tau, Kinah! Katakan saja siapa lelaki itu, dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya!” Ayah Sakinah menghardiknya dengan suara tinggi.

“A... Aku diperkosa, Ayah. Aku sungguh tidak tau siapa lelaki itu. Kejadian itu saat acara desa 3 bulan yang lalu.” jelas Sakinah pelan, airmatanya mengalir.

“Apa? Jadi, bayi ini bukan anak Ardi?!” Ibu Sakinah terhenyak lemah, kemudian ia kesulitan bernafas saking terkejutnya. Ia kejang-kejang, lalu jatuh tersungkur.

Ayah Sakinah menggendong Ibu Sakinah ke rumah bidan yang berada di Desa. Namun diperjalanan, sepertinya Ibu Sakinah sudah tiada karena kekurangan oksigen. Setelah di periksa, rupanya beliau memiliki riwayat jantung yang lemah, berbahaya jika ia sangat-sangat terkejut atau syok.

“Aku benar-benar jijik denganmu, Kinah!” ucap Salwa tak sopan, tanpa panggilan Kakak lagi padanya.

“Kau terlihat sok baik dan sok suci, rupanya hamil diluar nikah! Ibu selalu membelamu, menyalahkan aku setiap saat, tapi apa yang kau balas? Kau membuat Ibu meninggal!” Salwa memaki Sakinah.

“Salwa hentikan! Jangan kau sakiti lagi hati kakakmu, Ibumu meninggal sudah takdir-Nya.” sahut Bapak melerai. “Pulanglah kerumahmu! Kau kembalilah ke kamar, Kinah!” sambung Ayah Sakinah.

Ruksha adik bungsu Sakinah yang masih kelas 1 SMP, menggandeng tangan Sakinah masuk ke dalam. “Sabar, ya, Kak.”

“Kakak harus kuat, aku dan Ayah percaya sama Kakak kok,”

“Jagalah tubuh kakak dan bayinya. Aku sudah sangat lama menunggu kopanakan dari Kakak.” ucapnya tersenyum, menghibur Sakinah, menyemangatinya.

_______

Hari ini Sakinah kedatangan tamu,

“Begini Nak Kinah, Bapak dan Ibu paham dengan masalah kamu, namun banyak warga merasa resah dan mengadu, mereka ingin kamu pergi dari kampung ini.” ucap Kepala Desa.

“Bagaimana kalau kamu ikut putri kami ke kota Batam, setidaknya sampai semua gosip reda, sampai kamu melahirkan.” usulnya.

Sakinah akhirnya pergi dari kampung menunju kota Batam, dimana anak Kepala desa berada, namanya Shalsabila. Mereka dulu berteman akrab saat SD, tetapi setelah SMP sampai sekarang mereka tak berjumpa lagi, karena Bila selalu sekolah di luar kota.

Ia sampai di bandara, naik pesawat berangkat jam 11 pagi. Sampai di bandara Hang Nadim, Batam jam 12.15 WIB.

...***...

Melahirkan Tiga Putra

“Assalamu'alaikum, Bila. Aku sudah sampai, memakai baju warna biru.” ucapnya di telfon.

“Hai, aku di sini.” Seorang wanita melambaikan tangannya pada Sakinah.

Ia pandangi wanita cantik bak model itu, tinggi 175cm dengan body slim, rok selutut, betis putih mulus, rambut panjang diblonde. Ia terlihat seperti model.

Ia langsung merangkul Sakinah yang hanya tinggi 160 cm. “Wah, kau tidak banyak bertumbuh lagi, ya, sejak SD.” selorohnya.

Dulu waktu SD, Sakinah jauh lebih tinggi dari Shalsabila.

“Ayo, masuk!” Bila telah masuk terlebih dahulu ke dalam mobil berwarna merah miliknya. Sakinah masuk, menutupnya pelan.

30 menit di perjalanan, Ia telah sampai di perumahan elit di Batam Centre. Rumah yang mendominasi cat berwarna putih.

“Ayo.”

“Nah, ini kamarmu. Maaf ya, kurang rapi, soalnya tempat ini sebelumnya aku jadikan tempat penyimpan buku, perpustakaan mini ala aku. Hehehe.”

“Maaf ya Bila, merepotkan kamu dan orangtuamu. Terimakasih.” ucap Sakinah menangis dalam senyum, bulir airmata menetes di pipinya, ia sangat terharu atas kebaikan Bila sekeluarga.

“Jangan nangis. Ayo, aku bantuin.”

_____________________

7 Tahun kemudian.

Teng! Teng!Suara sendok memukul tutup panci.

“Mom, wake up! Don't malas-malasan deh!” Perlahan Sakinah membuka matanya, 3 bocah laki-laki berumur 6 tahun menatapnya tajam.

Anak laki-laki yang memegang tutup panci dan sendok itu menatap Kinah lembut, wajahnya yang teduh menenangkan, bola mata bulat, rambut berwarna coklat, bibir merah berisi, hidung mancung, persis seperti wajah Andrean waktu kecil.

“Mom, wake up!” (Ibu, bangun!)

“Aku sudah memasak, Mom belum juga selesai mandi! Malah, tidur kembali!” ucapnya.

Ia adalah putra ke-tiga Kinah. Namanya Ardhen, Ia memiliki IQ 140, lemah lembut dan jago memasak.

Sedangkan di samping kirinya, anak laki-laki kecil itu, sejak tadi mengelus dagunya dengan tatapan tajam, kemudian menarik selimut Kinah.

“You know, Mom? Jika dipikir-pikir, mulai dari tubuhmu hingga pakaianmu, kau selalu tidak merawatnya, padahal aku sudah bilang, jangan kebanyakan makan dan tidur, berdandan biar cantik seperti Miss Billa.” Berkacak pinggang.

Lagi, lagi dan lagi. Kinah akan dibandingkan dengan Shalsabila temannya itu oleh anak-anaknya. Fix!

Ia adalah Arhen, putra kembar ke-dua Kinah.

Sifatnya biasanya riang, style banget, jago akting dan hebat berfoto untuk model. Tiap hari selalu cerewetin Kinah untuk menjaga penampilannya. Wajahnya juga tampan, ia memiliki rambut kuning keemasan, persis menyalin wajah Dedrick waktu kecil. Ia juga memiliki IQ 140 sama seperti adiknya Ardhen.

Sedangkan anak kecil yang berada di samping kiri Ardhen, Ia adalah putra kembar pertama Kinah, ia memiliki sorot mata tajam, bibir merah berisi, memiliki mata sipit seperti Kinah dan rambutnya juga hitam seperti Kinah.

Ia pemberani, pendiam, sangat pintar, memiliki IQ 180, lebih tinggi dari dua adik kembarnya. Ia genius dalam bidang IT.

Cuek dalam hal lain apapun, kecuali berhubungan tentang dua adiknya, Kinah, Daddy dan Miss Billa, teman Ibunya.

Nama dia adalah Arsen.

Arsen menyedekapkan tangannya di dada, menatap Ibunya tajam. Kinah mendesah.

Mereka adalah Anak kembar fraternal atau kembar tidak identik. Hal ini karena kembar identik prosesnya berasal dari sel t*lur dan sp*rma yang sama (disebut monozigotik). Sementara kembar fraternal berasal dari sel t*lur dan sp*rma berbeda yang disebut sebagai kondisi dizigotik. Makanya, fisik mereka berbeda.

“Hello, my childrens. What are you doing now? I Miss you so much!” (Hai, anak-anak. Apa yang kalian lakukan sekarang? Aku merindukan kalian!) Ceracau seseorang setengah berteriak dari luar.

“Hellooo... Anybody here? Arhen, Ardhen, Arsen, where are youuuuuu?” (Hallo, apakah ada orang di sini? Arhen, Ardhen, Arsen, dimanakah kalian?) sambungnya kembali berteriak.

“Mom cepat mandi, kami akan menunggu di bawah.” Arhen dan Ardhen terlebih dahulu keluar dari kamar, sedangkan Arsen masih menatap ibunya tajam dengan menyedekapkan tangan di dada.

“Ok, Mom mandi.” Tersenyum kecil saat melihat tatapan tajam Arsen.

Sakinah bangun dari tidur, lalu mengelus kepala Arsen. Kinah masuk ke dalam kamar mandi. Setelah Kinah masuk, barulah Arsen keluar dari kamar.

“Daddy!” Arhen dan Ardhen berlari memeluk pria dibelakang Miss Billa.

“Hei, Aku di sini, tapi kalian malah memeluknya!” Berkacak pinggang tak terima.

Ya, dia adalah Shalsabila, teman Kinah. Perempuan cantik yang selalu seksi. Ia adalah seorang guru bahasa Inggris di SMA Asia Global Internasional Batam. Anak-anak Kinah lancar berbahasa Inggris dan bisa bahasa lainnya tak luput dari Shalsabila yang juga ikut andil mengajarkan mereka, walaupun aslinya mereka memang anak-anak yang genius, sekali lihat buku pelajaran yang dibawa Shalsabila mereka bisa hafal semua.

Mereka memanggilnya dengan panggilan Miss Billa.

Sedangkan pria dibelakangnya ini adalah suami Billa. Mereka baru menikah beberapa bulan yang lalu. Namanya Jiming Ho Chen, dipanggil Jimi. Ia keturunan Indonesia-China. Ayahnya China dan Ibunya Indonesia. Ia adalah putra dari pemilik SMA Asia Global Internasional Batam.

Pertemuan mereka tanpa disengaja, saat itu Ia menabrak Billa yang sedang berjalan hendak pulang mengajar, di sana saling tumbuhlah cinta mereka. Lalu menjalin hubungan. Berpacaran cukup lama, baru menikah.

Ia berprofesi sebagai fotografer. Ia juga seorang YouTuber.

Arhen dan Arsen belajar dari dia. Arhen sering berfoto dan di share ke sosial media. Bahkan dapat tawaran untuk iklan produk. Sedangkan Arsen, Ia lebih tertarik dengan handphone, komputer dan laptop miliknya. Ia tak pernah tertarik dengan yang lainnya.

“Wah, putra-putra Daddy sudah rapi dan mandi, ya. Sudah wangi dan tampan.” Ia membalas pelukan Arhen dan Ardhen.

Huh! Billa mendengus, kemudian merentangkan tangannya lebar setelah melihat Arsen berjalan ke arah mereka.

Arsen malah melewati Billa, Ia langsung duduk dimeja makan.

“Hei, apa-apaan itu sifat kalian?! Ini sangat menjengkelkan, pantas saja Kinah sering cemberut setiap pagi dengan sikap kalian.”

Billa berjalan dan duduk di samping Arsen. Sedangkan Jimi menggendong dua anak laki-laki itu. Menurunkan mereka setelah sampai di meja makan. Dua bocah laki-laki itu masih saja tertawa.

“Miss seperti tidak tahu saja dengan sikap Abang. Pufft!” Arhen tertawa menutupi mulutnya, menertawakan Billa yang tadi merentangkan tangannya pada Arsen. Kemudian mereka duduk dikursi masing-masing.

“Huh! Terserah kalian saja.” Mengambil piring terlebih dahulu.

“Aku lapar! What are you cooking, Handsome?” (Apa yang kamu masak, Tampan?) Mengerlingkan matanya pada Ardhen.

“Miss bisa lihat sendiri, taraaaa!” sahutnya sembari membuka tudung saji dimeja makan.

“Wow, I think it's really delicious! Let's try!” (Wah, ini sungguh terlihat enak! Mari mencoba) Billa langsung menyendok makanan ke dalam piringnya.

Jimi hanya bisa tersenyum kecil.

Billa sejak dulu tidak bisa memasak, ia lebih sering memesan makanan. Adapun ia belajar memasak belum pernah berhasil. Rasanya benar-benar tak enak.

Ardhen mengambilkan makanan untuk Jimi, Arhen dan Arsen.

“Ok, cobain makanan terbaru saya, ya.” ucap Ardhen bangga, ia tersenyum menanti pujian.

Mereka menyuap makanan, menikmati. Sedangkan Billa makan dengan lahap sejak tadi, tak ingin ikut komentar, jawabannya akan selalu enak, enak dan enak.

“Bagaimana rasanya?” tanya Ardhen dengan wajah berbinar.

“Tidak buruk.” jawab Arsen. Ardhen mendengus, ia selalu tidak suka mendengar jawaban dari kakak pertamanya itu. Selalu menyebalkan.

“Ini sangat enak Adik, aku selalu suka masakanmu daripada masakan Mom dan Miss,” sahutnya dan melambatkan menyebut Mom dan Miss.

“Hei, aku mendengarnya, Bocah!”

Hahahaha! Mereka malah tertawa mendengar sahutan Billa.

“Bagaimana Daddy?” Ardhen menanti jawaban Jimi.

“Seperti kata Arhen, selalu enak. Kalau Daddy paling suka daging ini.” jawabnya tersenyum dengan menunjuk daging yang dilapisi keju.

“Makasih, Daddy.” Ia tersenyum, kemudian duduk di kursinya.

“Wah, kalian sudah datang. Lama menunggu?” tanya Kinah yang baru saja datang.

“Kemana saja kamu, baru bangun tidur jam segini?” Billa menoleh pada Kinah yang baru saja menghenyakkan pantatnya di kursi.

“Lihatlah, kamu sekarang sudah sangat gemuk, sudah seperti emak-emak banyak anak.” Billa mengomel, Arhen mengangguk setuju.

“Emang aku emak-emak banyak anak, nih sudah punya tiga putra.” jawabnya polos. Ia mengambil piring, lalu menyendok makanan.

“Kamu ini, sudah aku ingetin, masih saja membandel. Dandan biar cantik, anak-anakmu tampannya minta ampun kayak bule. Nah, kamu kayak emak-emak komplek.” Masih mengomel.

“Aku, 'kan emang tinggal di komplek perumahan. Jadi, emang emak-emak komplek dong.” sahut Kinah lagi dengan polosnya.

Arhen malah terkekeh mendengar jawaban Ibunya. Jimi juga ikutan menahan senyum. Sedangkan Billa bersungut-sungut kesal.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!