“Jadi ... di SMA mana aku akan dipindahkan?” tanya Kenzo pada ibunya pagi itu,
“SMA yang menerimamu adalah SMA Kenka, ayo bersiaplah! ibu akan mengantarmu har-” balas ibu Kenzo namun dia memotongnya.
“Tidak perlu, beritahukan saja alamat sekolahnya, aku akan berangkat sendiri,” kata Kenzo pada ibunya itu,
“Kalau begitu, ini alamatnya, tapi apa kau yakin tidak ingin ibu antar saja?” tanya ibu Kenzo.
“Tidak, aku akan pergi sendiri,”
“Baiklah ... hati-hati di jalan ya, dan jangan berkelahi di sekolah!”
...
Pagi itu Kenzo pun berangkat ke sekolah barunya itu.
Saat di perjalanan dia melihat seekor kucing yang terlihat kelaparan, dia pun berpikir untuk berhenti sejenak dan membagi kue miliknya pada kucing itu.
“Semoga saja di SMA ini aku lebih tenang dan tidak perlu terlibat perkelahian di manapun, aku benar-benar ingin lulus dengan nilai yang bagus dan segera bekerja!” gumam Kenzo di dalam hatinya.
Namun ketika Kenzo sampai di sekolah barunya itu, dia melihat ada seorang siswa yang sedang dibuli oleh sekelompok berandalan di sekolah itu.
“Cih! jangan hiraukan! lupakan saja! dia tidak penting!” gumam Kenzo yang berusaha menahan dirinya untuk tidak terlibat dengan para berandalan itu.
“Dimana petugas yang menjaga keamanan sekolah ini? kenapa tidak ada petugas yang menyelamatkan siswa itu?” gumam Kenzo di dalam hatinya.
Saat dia berniat untuk menghampiri pos petugas sekolah itu, dia pun melihat bahwa petugas keamanan di sekolah itu sedang di hajar habis-habisan oleh siswa di sekolah itu.
“S-sekolah apa ini? kenapa? kenapa aku masuk ke SMA yang seperti ini? s-sial! aku benar-benar harus menahan diriku agar tidak terlibat!”
...
Sementara itu di kantin sekolah,
“Yura! kau mau makan apa?” tanya Amy pada Yura,
“Hmm? bebas saja! aku tidak pemilih!” balas Yura pada Amy temannya itu.
“Kemarilah! aku sudah menyiapkan tempat duduk untuk kita ber-tiga!” kata Amy sambil menggandeng tangan Yura dan Naomi.
“Naomi, bisa tolong bantu aku mengerjakan tugas nanti? aku benar-benar tidak mengerti tentang materi pembelajaran tadi,” kata Yura pada Naomi temannya itu.
“Hmm? boleh, apa kau tidak memperhatikannya? yasudah kalau begitu, biar aku saja yang mengerjakannya untukmu nanti!” balas Naomi sambil tersenyum pada Yura.
“Hihi! terima kasih ya! aku mengandalkanmu!”
Saat Yura dan Naomi sedang berbicara, tiba-tiba sekelompok berandalan di sekolah itu datang dan menghampiri meja mereka.
“Hoi! menyingkirlah! kami ingin duduk!” teriak salah seorang preman itu,
“Hah? apa maksudmu! kami duduk di sini lebih dulu dasar bodoh!” balas Naomi pada preman itu.
“Gadis sialan! tidak usah banyak bicara! apa kau ingin aku membunuhmu di sini sekarang juga? hah!” teriak preman itu pada Naomi.
Preman itu pun langsung mendorong Naomi hingga terjatuh.
“Hoi! kau! menyingkirlah!” teriak preman itu pada Yura,
“Apa-apaan orang itu? berani sekali dia memerintah Yura seperti itu? apa dia ingin mati?” bisik seorang siswa di kantin itu.
“Bukankah temanku sudah mengatakannya? kami duduk di sini terlebih dahulu,” balas Yura pada preman itu.
“Huh? apa kau bilang? gadis sialan! jangan berani bersikap sombong di hadapanku! apa kau ingin kami membunuhmu di sini sekarang juga? hahaha! lebih baik menyingkirl-” kata preman itu yang tidak melanjutkan kata-katanya karena tiba-tiba Yura menendangnya tepat di kepala dengan sangat keras hingga membuatnya langsung tumbang dan tidak bergerak.
Seluruh siswa di kantin itu pun terkejut karena melihat apa yang dilakukan Yura kepada berandalan itu.
“D-dia mengalahkannya hanya dengan satu tendangan? dia pasti bercanda!”
Yura pun menghampiri preman yang ditendangnya itu dan menginjak kakinya dengan keras.
“Jangan ... pernah ... bermain-main denganku!” kata Yura sambil menginjak kaki preman itu dengan keras hingga membuatnya kesakitan.
Kedua teman preman itu pun tidak berani melawan dan langsung melarikan diri dari kantin itu.
“Huh, seperti biasanya ya! si cantik itu memang sangat kuat!” bisik salah seorang siswa di kantin itu pada temannya.
“Iya! aku jadi semakin menyukainya! aku rela bahkan jika harus dipukul olehnya berkali-kali!”
“Menjijikan, mati saja!” kata Yura mendengar perkataan orang itu,
“Ya ampun! sikap kejamnya itu ... aku benar-benar tidak bisa menahannya!!!” kata orang itu namun Yura langsung menghampirinya dan memukulnya dengan keras hingga dia terjatuh.
“Sudahlah! dasar sampah tidak berguna!” kata Yura sambil berjalan kembali ke kelasnya diikuti oleh kedua temannya itu Amy dan Naomi.
Saat hendak masuk ke kelasnya, Yura yang kurang fokus itu pun tidak sengaja menabrak Kenzo yang hendak keluar kelas.
“Aduh! sialan! apa masalahmu?” teriak Yura pada Kenzo,
“H-huh? bukankah itu salahmu karena tidak fokus?” tanya Kenzo pada Yura.
“Hah? kau yang tidak fokus! apa kau ingin mencari masalah denganku?” tanya Yura yang menyalahkan Kenzo,
“Ya ... terserahlah, anggap saja aku yang salah,” balas Kenzo sambil berjalan melewati Yura.
Mendengar perkataan Kenzo itu, Yura pun menjadi kesal dan hendak langsung memukul Kenzo namun Kenzo langsung dengan cepat menangkisnya dan menahan kedua tangan Yura di dinding.
“A-apa yang?”
“Sudah kubilang bukan? anggap saja aku yang salah, jadi pergilah dan jangan menggangguku,” kata Kenzo dengan nada datarnya dan berjalan meninggalkan Yura.
“S-sialan! bagaimana dia bisa menyadari seranganku secepat itu? dia benar-benar membuatku kesal!” gumam Yura di dalam hatinya.
“Y-Yura! kau tidak apa-apa? apa kau terluka? ya ampun!” kata Amy temannya itu,
"Aku tidak apa-apa, siapa dia? aku belum pernah melihatnya di sini,” tanya Yura pada Amy.
“S-sepertinya dia murid baru di sini ... aku juga tidak pernah melihatnya sebelumnya,” balas Amy,
“Tapi dia tampan juga ya!” lanjut Amy sambil tersenyum.
“Cih! aku tidak peduli!”
“A-anu! kau mau kemana? jam istirahat sudah selesai!” kata Amy yang berusaha memanggil Kenzo,
“Huh? benarkah? yasudahlah,” balas Kenzo sambil kembali ke kelasnya.
Amy dan Yura pun terkejut karena melihat Kenzo yang masuk ke dalam kelas mereka.
“A-apa dia adalah murid baru di kelas kita? wah! aku tidak menyangka kita akan kedatangan murid baru yang tampan!” kata Amy sambil menyenggol lengan Yura.
“Aku tidak peduli, aku sangat ingin menghajarnya nanti!” balas Yura pada Amy,
“Ya ampun yura! kau memang kejam sekali seperti biasanya ya! beritahu saja aku jika kau perlu bantuan untuk memancingnya pergi ke belakang gudang sekolah! hihi!” kata Amy sambil tersenyum jahat pada Yura.
Saat sedang jam pelajaran, Naomi datang menghampiri meja Kenzo untuk berkenalan dengannya.
“H-hai! salam kenal! siapa namamu?” kata Naomi pada Kenzo namun Kenzo hanya diam dan tidak menghiraukannya.
“A-anu ... aku Naomi! semoga bisa akrab!” lanjut Naomi pada Kenzo,
Kenzo pun meliriknya untuk beberapa detik lalu kembali memalingkan wajahnya dari Naomi.
“Naomi! kembali ke tempat dudukmu!” kata guru di kelas itu,
“Ya! baiklah!”
“Laki-laki itu ... cih! aku mulai membencinya! sikap sombongnya itu membuatku benar-benar ingin menghancurkan wajahnya itu!” gumam Yura di dalam hatinya.
Usai jam pelajaran, bel saatnya untuk pulang pun berbunyi.
Saat Kenzo hendak keluar dari kelas itu, tiba-tiba Yura pun menghampirinya dan menghalanginya untuk keluar.
“Hm?”
“Dengar keparat! aku mulai tidak suka dengan sikapmu itu! bagaimana jika kita berkelahi satu lawan satu? aku benar-benar ingin menghajarmu habis-habisan!” kata Yura pada Kenzo.
“Aku tidak berkelahi untuk hal yang tidak penting,” balas Kenzo sambil berjalan melewati Yura,
Mendengar jawaban Kenzo itu, Yura pun menjadi sangat kesal namun Amy dan Naomi temannya itu mencegahnya dan berusaha untuk menenangkannya.
“S-sudah Yura! biarkan saja! kau bisa menghajarnya nanti jika ada kesempatan! aku akan membantumu mencari cara! setuju? sekarang ayo kita berangkat ke tempat kerja!” kata Amy pada Yura.
“Yasudahlah, ayo!”
Sepulang dari sekolah, Yura, Amy, dan Naomi pun pergi ke tempat bekerja mereka di sebuah minimarket yang lokasinya tidak jauh dari SMA mereka tersebut.
Sementara itu,
Kenzo yang hendak untuk pulang itu pun tiba-tiba dicegat oleh beberapa orang berandalan di SMA nya itu.
“Hm?”
“Hoi! sialan! aku dengar kau telah berani menyentuh Yura? kau pikir kau siapa hah! apa kau tidak tau siapa dirinya?” tanya salah seorang berandalan itu pada Kenzo.
“Tidak tau, dan tidak penting, menyingkirlah!” balas Kenzo dengan nada datarnya namun salah seorang berandalan itu pun langsung hendak memukul Kenzo.
Kenzo yang menyadari hal itu pun menghindari pukulannya itu dengan mudah.
“S-sialan! apa kau ingin dihajar? baiklah kalau begitu! sebelum kau merasakan tangan Yura ... kau akan merasakan tanganku dulu! sialan!” teriak berandalan itu sambil berlari menuju Kenzo.
Kenzo pun hanya terus menghindari pukulan para berandalan itu dan tidak mencoba untuk menyerang balik sedikitpun.
“Ada apa dengan orang ini? kenapa dia bisa terus menangkis pukulan kami? s-sial!” kata salah seorang berandalan itu.
“Jangan buang-buang energi kalian, pergi saja dan tinggalkan aku,” kata Kenzo dengan nada datarnya,
“S-sial! jika tidak bisa ber-tiga ... maka aku harus memanggil lebih banyak orang! lihat saja nanti ... siswa baru di sini harus tau bahwa kamilah yang berkuasa di sini!” gumam berandalan itu.
Para berandalan itu pun pergi dan meninggalkan Kenzo.
“Mengganggu saja, aku ingin cepat pulang dan tidur,” gumam Kenzo di dalam hatinya.
Sesampainya di rumah, Kenzo pun langsung melepas sepatunya dan melompat di tempat tidurnya.
“Kenzo! sudah pulang? bagaimana sekolahmu? apakah menyenangkan?” tanya ibu Kenzo padanya.
“Membos- tidak, maksudku menyenangkan sekali,” balas Kenzo pada ibunya,
Kenzo ingin berkata kalau SMA barunya itu sangat membosankan baginya namun dia tidak ingin membuat ibunya khawatir.
“Baguslah jika kau betah Kenzo, apa kau sudah mendapat teman? bagaimana orang-orang di sana?” tanya ibu Kenzo padanya.
Seketika Kenzo pun mengingat kejadian yang terjadi hari ini di antara dirinya dan Yura.
“Y-ya ... orang di sana ... b-baik-baik ...” balas Kenzo dengan raut terpaksa.
“Ada apa dengan gadis itu? dia kasar sekali, ya lupakan saja! aku ingin tidur,” gumam Kenzo di dalam hatinya.
Keesokan harinya, saat dalam perjalanan ke sekolahnya dia tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang sedang mendorong sepeda motor miliknya.
“Hm? ada apa dengan orang itu?” gumam Kenzo di dalam hatinya,
Karena orang itu terlihat sedang kesusahan, Kenzo pun berniat untuk menghampirinya.
“Untuk apa kau membawa sepeda motor namun kau malah mendorongnya? apa kau perlu bantuan?” tanya Kenzo dengan nada datarnya.
“Ada sesuatu yang tidak beres dengan sepeda motorku ... aku harus bergegas mendorongnya ke bengkel dan segera berangkat ke sekolah atau aku akan terlambat!” balas orang itu pada Kenzo.
“Hm? kemarilah biar aku memeriksanya,” kata Kenzo pada orang itu namun orang itu menolak tawaran Kenzo.
“T-tidak bisa sekarang! aku harus bergegas ke sekolah atau aku akan terlambat!” balas orang itu pada Kenzo.
“Baiklah, kalau begitu lupakan saja, aku duluan,” kata Kenzo sambil berjalan melewati orang itu.
Sesampainya di sekolah, Kenzo pun kembali bertemu dengan Yura yang sedang berdiri di bagian belakang kelasnya.
Jam pelajaran pun dimulai.
Naomi yang masih sangat penasaran dengan Kenzo itu pun kembali menghampiri mejanya.
“Anu! namamu Kenzo bukan?” tanya Naomi pada Kenzo,
“Jika sudah tau kenapa bertanya?” balas Kenzo dengan nada datarnya.
“Dimana kau tinggal Kenzo?”
“Tidak penting,”
Naomi yang penasaran pada Kenzo itu pun terus mencoba untuk berbicara padanya namun Kenzo terus mengabaikannya dan hanya memberi respon yang minim.
Saat jam istirahat, Yura dan Amy pun hendak pergi untuk makan di kantin namun semua meja di kantin itu sudah penuh.
“Yah! sudah penuh Yura! bagaimana ini?” tanya Amy pada Yura,
“Tidak ada pilihan lain, ayo rebut meja bocah itu, dia terlihat lemah dan sepertinya akan menyenangkan untuk dibuli,” balas Yura sambil menunjuk seorang gadis yang sedang duduk sendiri.
“Permisi! bisakah kau pindah? kami ingin duduk di sini!” kata Amy pada gadis itu,
“E-eh? maaf tapi aku sudah duduk di sini terlebih dahu-” balas gadis itu namun dia tidak melanjutkan kata-katanya karena Yura langsung menarik kerah bajunya.
“Apa kau tuli? dia bilang kami ingin duduk di sini bukan? jadi menyingkirlah!” kata Yura sambil mendorong gadis itu hingga terjatuh.
“A-anu ... maaf! tapi aku-”
Seketika Yura pun kembali mendekati gadis itu dan langsung menamparnya.
“Woah! sepertinya sakit!” kata seseorang yang menyaksikan hal itu sambil tertawa,
“Kesian sekali! tapi itu salahnya sendiri karena mencoba untuk melawan Yura! hahaha!”
“Menyingkirlah!” kata Yura pada gadis itu, namun gadis itu hanya terdiam dan menangis.
“Apa tamparanku kurang kuat? kau ingin dipukul?” kata Yura sambil menarik kerah baju gadis itu dan hendak memukulnya.
Namun saat Yura ingin memukul gadis itu, Kenzo pun datang dan menahan pukulan Yura itu dengan punggung tangannya.
“O-orang ini lagi?”
“Bisa hentikan ini? kenapa kau harus memukulnya hanya karena hal kecil seperti ini?” kata Kenzo sambil menatap Yura dengan tatapan tajamnya.
“Memangnya siapa kau? berani sekali kau menahan pukulanku? apa kau ingin dihajar sampai mati? sialan!” kata Yura yang hendak memukul Kenzo namun Amy mencegahnya.
“S-siapa orang itu? berani sekali dia menentang Yura?”
“Orang itu sepertinya cukup kuat ... dia bisa menahan pukulan Yura?” bisik beberapa orang yang menyaksikan kejadian itu.
Karena kekesalannya itu, Yura pun meninggalkan kantin dan langsung kembali ke kelasnya.
Kenzo yang melihat situasi di kantin yang sudah mulai membaik itu pun hendak meninggalkan gadis itu namun gadis itu menghentikannya.
“T-tunggu! siapa namamu?” tanya gadis itu pada Kenzo namun Kenzo tidak mempedulikannya.
“Aku Chika! Noriata Chika!” kata gadis itu pada Kenzo.
Mendengar perkataan gadis itu, Kenzo pun tiba-tiba berdiri terdiam.
“Y-Yashuhiro Kenzo,” balas Kenzo pada Chika.
“K-Kenzo ...? apa kau benar-benar Kenzo? sudah lama sekali kita tidak bertemu!” kata Chika pada Kenzo,
“Aku juga tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini, kita berbicara lagi nanti, aku harus kembali ke kelas,” balas Kenzo pada Chika.
Kenzo pun mampir untuk membeli roti di kantin itu kemudian segera kembali ke kelasnya.
“Aku tidak menyangka aku akan bertemu Chika di sini, tapi kenapa dia di sini? tempat ini tidak cocok sama sekali untuknya!” gumam Kenzo di dalam hatinya.
“Hai! Kenzo! aku dengar kalau gadis tadi itu adalah temanmu?” tanya Amy pada Kenzo,
“Lalu?”
“Sepertinya dia akan mendapat masalah hari ini, apa kau ingin menolongnya? datanglah ke lapangan kosong di belakang sekolah saat sepulang sekolah nanti!” jelas Amy pada Kenzo.
“Apa yang kalian coba lakukan padanya?” tanya Kenzo pada Amy,
“Akhirnya dia berbicara kata lain selain hm, huh, hm, huh!” kata Naomi pada Amy.
“Datang saja Kenzo!”
“Cih! aku benar-benar tidak ingin terlibat lagi ke dalam masalah yang seperti ini, aku hanya menginginkan kehidupan SMA yang tenang!” gumam Kenzo di dalam hatinya.
Kenzo berniat untuk mengurungkan niatnya untuk terlibat ke dalam masalah itu namun karena dia tidak bisa menahan dirinya jika sampai melihat Chika teman lamanya itu diperlakukan dengan buruk, dia pun terpaksa mendatangi Amy di lapangan belakang sekolah.
Sesampainya di lapangan itu, Kenzo melihat Yura, Amy, dan Naomi bersama dengan dua orang laki-laki.
“Ah, dia datang,” kata Naomi,
“K-Kenzo! ada apa kau ke sini?” tanya Chika yang duduk di samping Yura.
“Huh? bukannya kau bilang kalau akan terjadi sesuatu pada Chika? ” tanya Kenzo pada Amy,
“Sayang sekali ya! ternyata kau percaya! haha!” balas Amy sambil tertawa.
“A, si gadis dengan rambut yang dikuncir ke belakang,” sapa Kenzo pada Yura dengan nada datarnya,
“B-berhenti memanggilku seperti itu sialan! namaku Yura!” balas Yura dengan raut kesalnya.
“Chika! kau boleh pergi sekarang! sampai jumpa besok ya!” kata Naomi pada Chika,
“Sampai jumpa besok! sampai jumpa besok Kenzo!” kata Chika sambil pergi meninggalkan lapangan itu.
Setelah Chika meninggalkan lapangan itu, Kenzo pun berniat untuk ikut pulang namun Yura mencegahnya.
“Kalau begitu, tidak ada yang penting di sini, aku pergi,” kata Kenzo sambil membalikkan badannya dan hendak pergi namun Yura langsung berlari ke arahnya dan mencoba untuk menendangnya.
Kenzo yang menyadari itu pun langsung menghindari tendangannya itu.
Yura pun terus mencoba untuk memukul Kenzo namun tidak ada satupun pukulannya yang berhasil menyentuh Kenzo.
"K-kenapa? kenapa aku tidak bisa sedikitpun memukulnya? apa karena aku terlalu lambat? tidak! tidak ada yang bisa menandingiku sebelumnya dalam ber-duel!” gumam Yura di dalam hatinya.
Saat Yura lengah, Kenzo pun langsung melayangkan tangannya ke wajah Yura dengan cepat namun tidak menyentuhnya.
Hal itu pun membuat Yura terkejut dan terdiam karena melihat genggaman tangan Kenzo yang berjarak hanya berapa sentimeter dari wajahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!