Dua puluh tahun berlalu, kini generasi penerus pesantren At-Taubah sudah mulai beranjak dewasa.
Anak tertua di pesantren ini adalah Akbar, dia tumbuh menjadi sosok laki-laki yang gagah, ber karisma dan tentu saja aura nya membuat siapa saja langsung menyukai nya. Akbar yang bijaksana walau kadang sifat karin juga terlihat yaitu sedikit bar-bar, namun ia bisa pemimpin dan membimbing para sepupu nya. Sehingga mereka sampai saat ini tetap akur dan saling menyayangi.
Akbar sangat menyayangi Khadijah, tidak, tidak. Bukan hanya akbar, semua orang menyayangi Khadijah. Khadijah? tentu masih ingat dengan nama tersebut bukan. Khadijah Alifsyah, Dia adalah kebanggaan dan juga kehormatan di pesantren At-Taubah. Khadijah tumbuh menjadi wanita dewasa dengan sifat keibuan, walau sejak kecil dia sudah terbiasa di kawal oleh saudara-saudara nya, Khadijah tetap tumbuh menjadi wanita mandiri yang tak suka menggantungkan apapun kepada para sepupu nya.
Jangan lupa kan Ali dan Bilal yang slalu bersama-sama, seperti Hamzah dan Umar dulu. Ali dan Bilal juga mewarisi klakuan bar-bar Umar dan Hamzah, Seorang gus dengan wajah tampan, dan mempunyai tatapan yang tajam berhasil menjadi pentolan di pesantren ini.
"Kau masih belum kapok, ya!" Seru Ali, anak Hamzah
"Mau di bikin babak belur?" Sambung Bilal, anak Umar.
Lalu ada Ali dan Bilal kini berada di depan sebuah bangunan, bangunan tersebut berada di paling depan sendiri. Karena itulah Ali dan Bilal berjaga di sana karena Khadijah tengah mengajar ngaji anak-anak kecil.
"Saya hanya ingin memberikan hadiah kepada Ning Khadijah, Gus"
Laki-laki yang masih kuliah semester satu itu berdiri tegak, seolah tak peduli ia berhadapan dengan siapa.
"Nama mu Cakra kan? yang kemarin di hukum sama Gus Akbar?" Tanya Ali sambil berjalan dua langkah, sehingga ia sangat dekat dengan pemuda itu.
"Iya, gus. Saya Cakra" Jawabnya tanpa ada rasa takut walau sudah ditatap tajam oleh Ali
"Sudah, sudah" Bilal mendorong tubuh Cakra, sehingga Cakra mundur beberapa langkah
"Pergi dari sini, kau jangan pancing amarah kami yang sedang puasa"
"Baiklah, gus. Ini mohon di Terima, saya belikan coklat untuk Ning Khadijah"
"Bawa kembali coklat itu, Khadijah gak boleh makan coklat!" Seru Ali
"Cepat pergi atau ku hajar kowe" Gertak Bilal sambil melotot.
Cakra pergi dengan kecewa, sedangkan Ali dan Bilal sangat kesal sekali dengan Cakra. Sejak enam bulan yang lalu, sejak Cakra masuk menjadi mahasiswa di Universitas Basmallah milik Hamish, pemuda itu jatuh cinta kepada Khadijah.
Awal mula saat upacara tujuh belas Agustus yang di gelar dan di laksanakan seluruh santri dan santriwati pesantren, beberapa mahasiswa juga ikut. Khadijah yang bertugas menjadi protokol upacara membuat hati Cakra berdesir mendengar suara nya.
Sejak saat itu,cakra terus memperhatikan Khadijah, karena Khadijah juga kuliah semester tujuh.
Brukkkk
Cakra jatuh tersandung pot bunga besar di pinggir lapangan karena mata nya tak berkedip melihat makhluk Tuhan yang begitu sangat cantik sekali. Berjalan dengan sangat anggun, dengan dress yang menyapu jalan.
"Apa kamu gak apa-apa?" Tanya Khadijah, ikut berlari melihat suatu kejadian, ia tak tau bahwa perhatian yang ia berikan saat ini menggerakan hati Cakra.
Mahasiswa yang ada di sana juga ikut menggerubungi, apalagi saat Khadijah memanggil mereka untuk meminta pertolongan.
"Ayo tolongin dia"
Beberapa mahasiswa mencoba mencari sesuatu yang bisa mengangkat Cakra dari dalam selokan yang lumayan dalam.
"Ini kenapa bisa gak di tutup" Khadijah sungguh khawatir sekali, ya begitulah jika seseorang mempunyai jiwa keibuan.
Beberapa mahasiswi menertawai Cakra, namun Cakra yang ada di dalam selokan hanya bisa diam saja. Ia mendongak menatap Khadijah yang bediri di atas sana. Tetap cantik walau di lihat dari bawah sekalipun. Mata nya hitam, bibir tipis berwarna merah muda, punggung tangan putih bersih dan bau nya sangat wangi, hidung Cakra bisa mencium nya walau ia sedang di dalam selokan yang bau.
"Hei, ayo ulurkan tangan mu" Teriak seseorang yang tak lain adalah Akbar
Cakra kaget, saat dosen nya itu meneriaki nya.
"Engge, gus" Cakra tersadar, ia langsung mengulurkan tangan nya, Akbar pun langsung mengangkat nya dan akhirnya Cakra berhasil keluar dari dalam selokan.
"Mas Akbar, ini selokan nya kok gak di tutup"
"kemarin baru di bersihkan, dek dijah" Jawab Akbar penuh kelembutan, "Kamu masuk ke kelas saja, ya."
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang meneriaki nama Khadijah, Khadijah pun tau itu suara siapa.
"Dek dijah" Ucap Bilal yang membelah kerumunan.
"Apa?" Jawab Akbar sambil melotot ke arah Bilal
"Kamu gak apa-apa, dek dijah?" Tanya Ali
"Yang jatuh dia, bukan Dek dijah" jawab Akbar
Bilal membuang nafas nya kasar, membuang semua kecemasan nya. "Ku kira dek dijah"
"Sudah semua nya bubar" Suara Akbar tegas, membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masih berkerumun langsung berbalik dan menjauh dari keributan kecil ini.
"Dek dijah masuk ke kelas ya, biar ini si urus sama Mas Ali dan Mas Bilal"
"Ya sudah, dijah pergi dulu. Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
"Warahmatullahi wabarakatuh" Ucap Cakra dengan tatapan masih sama.
Akbar pun baru menyadari, bahwa mahasiswa baru yang membuat keributan ini memandangi Khadijah terus.
"Kau lihat apa?" Bilal mendorong bahu Cakra.
"Ohh, tidak Gus"
"Kembali, ganti baju mu setelah itu kembali ke sini lagi" Titah Akbar
"Enggeh, Gus. Asalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Dan sejak saat itulah, Cakra memberanikan diri nya untuk mendekati Khadijah, hati nya tergerak untuk mendekati bidadari di hati nya itu, ia yakin Khadijah sangat baik sekali.
Finally, Akbar memutuskan agar Ali dan Bilal menjaga Khadijah saat kuliah dan mengajar ngaji di TPQ milik Khadijah. Padahal, sejak masuk kuliah, Akbar sudah membebaskan Khadijah jika beraktivitas di dalam lingkungan pesantren, tapi kedatangan Cakra membuat tugas Bilal dan Ali bertambah. Awal nya Ali, Bilal dan juga Akbar akan mengawal Khadijah jika Khadijah pergi ke luar pesantren, tapi sekarang tidak lagi.
"Percuma saja kau mengejar Ning Khadijah, dia itu sudah di jodohkan sama anak nya Bu nyai Safeeya. Nama nya Gus Rafa, dia jadi kyai di pulau seberang"
"Apa kau tau waktu acara perjodohan nya?" Tanya Cakra kepada teman sekamar nya
"Tidak, tapi semua orang tau itu"
"Itu hanya gosip, aku tak peduli. Aku akan mengejar nya. Untuk hasil nya aku serahkan kepada Allah. Yang penting aku udah usaha dan terus berdoa" Cakra langsung beranjak pergi, merasa kesal dengan teman nya itu.
"Dasar Sinting!"
Ya begitulah Cakra, dia tak akan menyerah dan akan terus memperjuangkan Khadijah. Dia tak peduli dengan kata orang bahwa Khadijah akan di nikahkan dengan Rafa, anak safeeya. Cakra tak peduli walau Khadijah lebih tua tiga tahun darinya. Tak peduli, sama sekali!
Hari ini sangat cerah, langit biru dengan segerombolan awan putih yang indah, membuat sinar matahari tak begitu menyengat di kulit manusia.
Sebuah mobil putih masuk melewati gerbang besar utama Pesantren At-Taubah, Mobil mewah itu rupa nya sudah di tunggu semua keluarga ndalem sejak pagi.
Mobil tersebut terus berjalan masuk, hingga akhirnya berhenti tepat di depan rumah utama. Rumah yang masih berdiri tegak dengan design kuno tersebut tetap indah di pandang, karena rumah tersebut tetap bersih dan sangat terawat.
"Assalamu'alaikum" Ucap seorang wanita yang baru saja keluar dari mobil mewah tersebut.
"Mbak Safeeya" Salsa lamgsung berlari kecil, memeluk kakak sulung nya yang tinggal jauh dengan nya.
"Kebiasaan gak jawab salam" Tepuk Safeyaa di pundak Salsa
"Kangen, mbak"
untuk sejenak mereka saling berpelukan, mencoba menghilangkan semua rindu yang tersimpan di dalam jiwa. Setelah itu, safeeya masuk ke dalam rumah utama yang di tinggali oleh Akbar, Ali dan Bilal.
"Ayo masuk, mbak. Langsung istirahat saja" Ucap karin
"Dimana Fathur, rin?" Tanya safeeya
"Fathur lagi sekolah, mbak"
Fathur (Adik Akbar, anak Karin dan Hamish yang ke dua)
"Mbak, Salsa tinggal sebentar ya"
"Mau kemana?" Tanya safeeya
"Ada acara bayangkari, mbak. Ini sudah mepet waktu nya"
"Baiklah ibu bayangkari, kamu hati-hati ya, sal"
Salsa mencium tangan safeeya, ia harus pergi untuk acara bayangkari yang tidak bisa di tinggalkan. Begitu seorang istri Abdi negara, apalagi saat ini Angga sudah menjadi Kepala Kapolda.
"Terus yang lain kemana ini?"
"Mbak Tika masih bantuin Orang lahiran, mbak. Kalau mbak frisca masih keluar sama Mas Umar" Jawab Hanum
"Lalu dimana Khadijaku?" Tanya Safeeya saat ia tak melihat Khadijah di dalam rumah.
"Khadijah di sini umi Safeeya"
Semua menoleh ke arah belakang, bibir semua orang tersenyum saat melihat gadis cantik yang masih berdiri di ambang pintu dengan senyuman yang begitu sangat menawan. Gigi gingsul Khadijah menambah kecantikan nya. Sungguh sempurna Tuhan menciptakan nya.
"Khadijah, ayo salim dulu sama Abi Rasyid" Titah Usman lembut sambil tersenyum
Rasyid (Suami Safeeya)
Khadijah langsung sigap, mencium semua punggung tangan para tetua yang ada di sana.
"Kemana mas Akbar sama yang lain?" Tanya hamish sambil mengelus kepala Khadijah
"Mas Akbar masih di kampus, abi Hamish. Kalau mas Ali sama mas Bilal di suruh mas Akbar geledah kamar santriwati, karena ada yang kehilangan tadi" Terang nya sambil menatap Hamish.
"Sudah, sudah. Aku kangen sama Khadijah, biar sama aku dulu" Safeeya berjalan mendekat ke arah Khadijah lalu menuntun Khadijah masuk ke dalam ruang tengah. Sedangkan para laki-laki duduk di ruang tamu, meminum kopi sambil mengobrol santai.
"Umi ada hadiah buat kamu" Ucap safeeya saat baru saja duduk di sofa ruang tengah.
"Ya sudah, Kalian berdua ngobrol saja dulu. Aku sama Hanum mau siapin makanan dulu ya" Pamit karin.
Safeeya mengangguk sambil tersenyum, menandakan setuju dengan apa yang di katakan oleh karin.
Safeeya sangat bersemangat membuka koper kecil yang baru saja di bawakan oleh santriwati. Ia memperlihatkan semua oleh-oleh yang ia belikan khusus untuk Khadijah.
"Ini semua untuk Khadijah, umi?" Tanya Khadijah saat melihat tumpukan gamis yang baru saja di keluarkan lelah safeeya.
"Tidak sayangku, ini gamis seragam buat acara Khoul minggu depan. Yang ini buat kamu sayang, ini khusus" Safeeya membuka sebuah plastik baru, warna nya sama-sama putih, namun entah mengapa gamis tersebut di sendirikan.
"Itu apa, umi?" Tanya Khadijah saat Safeeya hanya mengeluarkan satu baju dari dalam plastik, padahal di dalam plastik itu seperti nya masih ada kain nya. Khadijah bertanya memastikan bahwa itu bukan setelan gamis nya.
"Ini gamis cowok" Safeeya buru-buru memasukkan kembali plastik itu ke dalam koper "Umi juga belikan kamu mukena, sebentar ya, umi cari dulu." Ucap nya yang masih sibuk membongkar koper.
Khadijah masih setia duduk di sana, lalu tak lama satu-persatu anggota keluarga datang. Kini semua sudah ada di sana, kecuali Salsa dan Angga yang masih bekerja mengabdikan diri kepada negara.
Safeeya langsung mengeluarkan kembali baju-baju yang ia bawa dari pulau seberang, baju ini memang sengaja Safeeya siapkan Jauh-jauh hari, karena sudah sangat lama sekali ia tak berkunjung ke tanah kelahiran nya.
"Satu plastik sudah satu setel sama pasangan ya" Jelas Safeeya saat membagikan plastik yang berisikan baju berwarna putih tersebut.
"Makasih mbak safeeya" Ucap Frisca
"Iya, adik ku sayang. Hamzah masih suka marah-marah?" Goda nya
"Tidak, mbak. Istilah anak zaman sekarang, mas Hamzah sudah bucin, Hehehe"
Para wanita ini duduk sambil bercanda ria, bercerita ke sana kemari tak ada habis nya. sedangkan di ruang tamu, perbincangan para laki-laki ini seperti nya lebih bermutu. Para tetua memberikan nasehat kepada tiga laki-laki dewasa yang harus memulai belajar mengurus pesantren.
"InsyaAllah, Akbar akan terus berusaha Abi Rasyid. Terima kasih atas ilmu nya"
"Sama-sama Akbar, kamu harus sesukses Abi kamu. Mas Hamish"
"Tapi alangkah baik nya, Akbar mau menikah dulu" Ucap Usman "Banyak yang melobi saya memberikan beberpa calon istri untuk Akbar"
"Iya, Akbar. Sudah dua puluh lima tahun, sudah S2. Sudah waktu nya menikah" Sambung Hamzah
"Kalau misal kamu ada wanita yang membuat hati mu bergetar, sini bisik-bisik Abi Umar. Jangan takut, tak dukung" Tatapan Umar mengarah ke Hamish, seolah ia ingin mengingatkan Hamish tenang nya dulu dengan Karin.
"Jangan takut, bilang saja Akbar" sambung Hamzah
"Tunggu jawaban sholat istikharah nya Akbar, jika memang terbaik. Nanti Akbar akan kasih tau semua orang" Ucap Akbar penuh dengan ketegasan.
"Bilal juga mau kalau di nikah kan, Abi" Celetuk Bilal
"Nikah nya urut, gak boleh Salipan" jawab Usman
Salipan artinya sama saja dengan di gak boleh dahului.
"Kalau begitu cepat nikah, mas" Ali menyenggol lengan Akbar yang duduk di sebelah nya. "Kalau mas Akbar gak nikah-nikah. Kami juga gak nikah-nikah"
"Hahaha... " Ya begitulah Ali dan Bilal, slalu membuat perbincangan serius mendadak menjadi lucu.
"Oh iya, Syid. Rafa jadi pulang besok?"
"Iya, mas Hamish" Jawab rasyid "InsyaAllah besok pagi sudah sampai di bandara Juanda"
"Akhirnya, setelah enam tahun di Kairo. Akbar bisa ketemu sama Rafa lagi"
"Alhamdulillah, sudah hampir empat tahun dia gak pernah pulang, gak sia-sia sekarang Rafa pulang membawa prestasi yang membanggakan" Ucap Hamish
"Iya, mas. Rencana nya pesantren mau langsung tak serahkan kepada Rafa, setelah Rafi meninggal, aku menggantungkan semua harapan ku kepada Rafa"
"Yang sabar, mas Rasyid" Ucap Usman "Rafi meninggal saat dia berumur satu setengah tahun. InsyaAllah dia akan menunggu mas Rasyid dan mbak safeeya di pintu surga"
"Aamiin Yaa Allah" Jawab Rasyid, tak terasa air mata nya menetes.
Suasana mendadak hening, namun gak lama kemudian Ali berseru "Kapan kita makan nya? aku sudah lapar sekali"
Semua orang kini kembali tertawa, semua tau bahwa Ali hanya ingin mengalihkan suasana yang tiba-tiba menjadi sedih karena Rasyid ingat kepada anak nya, Rafi.
Kini semua orang tengah menikmati hidangan yang sejak kemarin sudah di siapkan untuk menyambut Safeeya. Sejak dulu, keluarga ini sangat akur. Allah tidak mengizinkan orang tak baik masuk merusak nya, mereka semua tetap akur, tak saling menyakiti atau menjatuhkan. Semua tak meributkan tahta ataupun popularitas. Mereka berjalan di jalan masing-masing sesuai dengan keahlian yang mereka punya.
**Bersambung...
Semangat 💯
Ini love nya masih belum lima ratus, jadi sedih author 😥**
BANDARA JUANDA SURABAYA
Dua pemuda memakai sarung dan baju koko ala-ala santri berdiri di pintu kedatangan sambil memegang sebuah papan.
MUHAMMAD RAFA AR-RASYID
DARI KAIRO
PONDOK PESANTREN At-Taubah.
Cukup lama pemuda itu berdiri, namun tidak ada yang menghampiri nya. Dua Santri yang di utus oleh Usman itu mengangkat papan nama yang mereka bawa dari pondok, beberapa menit kemudian, sosok laki-laki tinggi besar yang sangat tampan dengan brewok tipis mendekat.
"Santri At-Taubah?"
"Inggih, Gus Rafa ngge?"
"Iya, ayo kita langsung saja" Laki-laki berumur dua puluh lima tahun itu berjalan sambil mendorong troli yang penuh dengan koper dan beberapa kardus.
"Sini, biar saya bawakan, gus" Salah satu santri mencoba mengambil alih troli yang di dorong oleh Rafa.
"Tidak, kalian ambil mobil saja. Saya tunggu di sini" Ucap nya yang tak mau merepotkan orang untuk membawakan barang-barang nya yang sangat berat itu. Rafa juga tersenyum, bertambah lah ketampanan nya.
"Rafa sudah berada di perjalanan, memungkinkan satu jam lagi akan sampai" Ucap akbar yang baru saja mematikan sambungan telepon nya dengan salah satu santri yang ia suruh menjemput Rafa.
Mendengar berita tersebut, Safeeya, Hanum, Karin langsung heboh. Sepertinya mereka tidak sabar ingin bertemu dengan Rafa.
"Kemana Frisca sama Tika?"
"Sebentar, biar Dijah panggil kan"
Khadijah langsung masuk ke dalam rumah utama, ia langsung memanggil Bibi nya, Frisca dan Tika yang baru saja selesai sholat dhuhur.
"Sebentar lagi Umma Ica sama bunda Tika keluar Dijah. Mau makan dulu, hehehe"
"Yasuda, Dijah keluar dulu." Jawab nya sambil tersenyum.
"Oh, iya Dijah. Mama Salsa sudah datang?"
"Belum, bunda. Kata mami Karin nanti barengan sama Papa Angga dan mas Iqbal"
"Yasudah, Bunda Tika sama Umma Ica mau makan dulu"
"Oke, siap Bunda. Dijah keluar dulu ya"
Khadijah berjalan keluar setelah memberikan senyuman manis kepada Tika dan juga Frisca. Di teras, semua masih heboh karena tidak sabar menunggu kedatangan Rafa.
"Dijah, ikut Abi Hamish yuk" Ucap Hamish tiba-tiba.
"Kemana?" Bukan Khadijah yang bertanya, melainkan Safeeya yang berdiri di samping Khadijah.
"Mau tak ajak ke Asrama putri sebentar" Jawab Hamish santai
"Gak bisa nanti ya, mas Hamish? Sebentar lagi Rafa datang"
"Cuma sebentar saja, yuk Dijah" Hamish berjalan keluar, Dijah pun membuntuti Hamish. Namun tak lupa ia berpamitan kepada Hanum dan Usman yang juga ada di sana.
Beberapa menit kemudian, Mobil kecil milik Akbar memasuki Halaman Rumah Utama. Semua langsung menapakkan wajah bahagia nya saat Laki-laki tampan turun dari mobil berwarna merah tersebut.
"Rafa sayang" Ucap Syafeeya dengan mata berkaca-kaca.
"Umi," Rafa langsung mencium punggung tangan Syafeeya, lalu ia juga memeluk Syafeeya dengan erat. "Rafa kangen banget sama Umi"
"Umi juga sayang"
Semua orang langsung menangis, seketika suasana langsung berubah menjadi mellow.
"Abi, Hiks" Rafa melepaskan pelukan nya saat tangan Rasyid memegang pundak Rafa.
"Rafa rindu sama Abi" Setelah mencium punggung tangan Rasyid, Rafa memeluk laki-laki yang sudah berumur hampir lima puluh tahun itu dengan sangat erat.
"Sudah, sudah. Ayo cium tangan Pak Lek dan Bu Lek mu"
"Assalamu'alaikum, Maaf Syaa Allah, Rafa" Tiba-tiba Salsa datang bersama dengan Angga dan Iqbal, Anak nya.
"Mama Salsa" Rafa langsung mencium punggung tangan Salsa, Setelah itu Rafa melakukan hal yang sama kepada semua orang. Tak lupa ia juga berpelukan dengan para sepupu nya.
"Abi Hamish sama... Aaa.. dik Dijah kemana ya" Rafa mengatakan nya dengan ragu.
"Masih ada urusan di Asrama putri, fa" Jawab Akbar.
"Nanti ketemu kok sama Dek Dijah" Goda Hamzah
"Bahaya ini, kalau di teruskan" Celetuk Umar
"Sudah ayo masuk dulu" Potong Usman
"Sabar ya, sayang" Bisik Syafeeya sambil menggandeng tangan Rafa.
Ternyata benar saja, Rumor yang beredar di telinga masyarakat bahwa Khadijah akan di jodohkan dengan Rafa. Bukan sekedar gosip, namun seperti nya itu adalah fakta. Terbukti bahwa keluarga ini membahas dan menggoda Rafa.
Setelah makan bersama, kini dengan langkah berat ia harus masuk ke kamar untuk istirahat. Khadijah dan Hamish tidak ada, entah kemana pergi nya mereka yang pasti saat ini mereka tidak ada di pesantren.
"Ini Jubah kamu, pakai untuk lusa acara Khaul ya"
"Ini baru ya, umi?"
"Iya, kombinasi nya umi buat kembaran dengan Khadijah"
Seketika Rafa tersenyum, Umi nya ini benar-benar pengertian sekali.
"Rafa juga belikan oleh-oleh untuk semua orang, Termasuk Khadijah"
"Iya, itu besok atau nanti malam saja. Sekarang kamu istirahat dulu. Masih ada satu jam sebelum waktu Ashar"
"Yasudah, Rafa istirahat dulu. Nanti bangunin ya, umi"
Syafeeya mengangguk, setelah itu ia berjalan keluar dari kamar yang dulu menjadi kamar nya waktu masih gadis.
Disisi lain, Hamish dan Khadijah baru saja datang. Mereka berdua berjalan seolah-olah tidak membuat semua orang menunggu nya dengan kesal.
"Mas kemana sih, tau sendiri tadi Rafa mau datang" Bisik karin, mengomel
"Tadi tiba-tiba ada santriwati sakit, jadi aku sama Khadijah langsung anterin dia ke klinik"
"Memang gak ada yang lain nya apa?"
"Tau sendiri Khadijah seperti apa, rin" Hamish menjawab nya santai "Tadi Khadijah langsung panik saat tau santriwati demam tinggi, akhirnya mas ikutan panik deh"
"Nyebelin, tau gak" Karin mencubit Hamish geregetan, setelah itu ia berjalan ke dalam, bergabung bersama yang lain nya.
"Khadijah mau pamit pulang, sebentar lagi jam Khadijah mau ngajar ngaji" Pamit Khadijah kepada semua orang.
"Hanum juga pamit ya, mbak. Nanti ke sini lagi" Pamit Hanum.
"Iya, kalian istirahat ya. Mulai besok kan sudah mulai persiapan nya. Jangan sampai ada yang kelelahan nanti nya"
Satu persatu dari mereka mulai pulang ke rumah masing-masing, kecuali Salsa, angga dan Iqbal. Begitu juga para pria, mereka mulai melakukan aktifitas nya,hari ini terakhir kegiatan di pesantren karena besok semua nya akan sibuk dengan kegiatan Khaul.
**Siapa di sini gak tau Khaul. Khaul adalah seperti peringatan kematian seseorang yang lebih tiga tahun. Biasanya akan di adakan satu tahun sekali. kalian yang masih bingung bisa cari tau di goggle ya. Kalau yang masih area Jawa Timur an pasti akan tau.
SEGINI DULU YA, BEBERAPA EPISODE YANG SUDAH AUTHOR TULIS SEJAK SATU BULAN LALU MASIH AUTHOR SIMPAN. SEBENARNYA GAK SABAR INGIN UPDATE SEMUA, TAPI TAKUT PEMBACA SETIA **TUMBLR LIGHT CEMBURU, HEHEHE...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!