✨Happy Reading✨
Damian Vernandez atau Lukas Vernandez adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar di negaranya.Tidak hanya bekerja sebagai seorang CEO,dia juga aktif bergelut di dunia hitam bersama ke 4 sahabatnya.Bahkan di dunia hitam geng mafia nya sangat di takuti karena mereka bisa membunuh musuh dengan tenang.Terlebih Damian adalah seorang psikopat yang mempunyai sisi iblis dalam dirinya.Tidak banyak yang tahu bahwa Damian memiliki sisi lain dalam dirinya yang bernama Lukas.jika Damian adalah seorang yang cenderung tenang maka beda hal nya dengan Lukas yang tidak akan segan dalam membunuh musuh.
Emilia Karmila adalah seorang model terkenal dengan segudang prestasi.Tak hanya seorang model,ia juga dikenal sebagai seorang putri pebisnis sukses di negara Eropa.Namun tak banyak yang tahu dibalik kesuksesan nya menjadi seorang model,banyak penderitaan yang telah ia lewati sepanjang hidupnya.
🔥🔥🔥🔥
CCCIITTT.....
Mobil yang di kendarai Damian berhenti tepat di depan mansion megah miliknya.Dengan kasar ia membuka pintu mobil miliknya lalu menghampiri seseorang di belakang sana.
“Wah..ternyata kau perempuan yang hebat”puji Damian kepada seorang gadis yang tengah menahan perih di bagian telapak kaki nya
“Lepaskan aku Damian”teriak sang gadis
“Bermimpi lah...apapun yang sudah menjadi milik seorang Lukas pantang untuk kU lepas”sebuah seringai menyeramkan tersemat di wajah tampannya.
“Apa salah ku?”teriaknya lagi
“Kau tanya apa salahmu?”tanya nya kembali sembari mendekatkan wajahnya ke arah sang gadis.
Emilia hanya dia menatap dalam mata biru milik laki-laki yang selama ini ia cintai.
“Aku beritahu apa kesalahanmu...dengarkan baik-baik”tanpa di duga tangan Damian menarik keras rambut Emilia lalu mendekatkan wajahnya.
“Salahmu adalah datang ke dalam kehidupan sahabatku dan membuat kekacauan bersama ayahmu”bisik Damian di telinga Emilia.
“Lalu apa hubungannya dengan mu”tanya Emilia dengan mata menantang
“Tentu saja ada...dia adalah sahabatku dan siapa pun yang berani mengganggu kehidupan mereka maka dia juga akan berurusan denganku”jawab Damian dengan sedikit berteriak.
Setelah merasa cukup memberi penjelasan kepada seseorang yang ia klaim sebagai mainan barunya,dengan kasar ia menghempaskan tubuh Emilia ke lantai.
Bbuugghhhh.....
Tubuhnya jatuh terjerembab dengan kedua tangan masih terikat di bagian belakang mobil damian.Ia meringis ketika merasakan perih di telapak tangannya dan juga kedua telapak kakinya karena berlari menyeimbangi laju mobil Damian.Tak hanya kaki dan tangan,dahinya pun merasakan sakit yang sama karena terbentuk bemper mobil.
“Ssshhh...”rintih Emilia
“Ucapkan selamat datang kepada neraka mu di dunia nyata”ucap Lukas sembari berseringai khas iblis
“Lepaskan aku Damian”teriak Emilia
“Siapa yang kau panggil Damian hah!!”teriak Lukas
“Aku adalah Lukas..aku adalah malaikat kematianmu”ucap nya dengan senyum yang membuat Emilia bergidik ngeri.
Emilia terdiam sejenak meresapi kata-kata yang keluar dari bibir Damian.
“Lukas?..siapa Lukas?”gumam Emilia dalam hati.
Lukas berdiri tepat di hadapan Emilia berbalut pakaian serba hitam.Dengan gerakan cepat ia mengeluarkan sebuah pistol dari dalam saku jasnya dan menodongkan pistol itu ke arah dahi Emilia.
“Baiklah semua ini akan segera berakhir”gumam Emilia dalam hati.
Emilia memejamkan matanya pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.Jujur ia sangat lelah menghadapi semua ini selama bertahun-tahun lamanya.
Tidak ada cinta maupun kasih sayang yang ia rasakan selama hidupnya,mungkin ini adalah akhir dari semua penderitaannya selama ini.Mati ditangan seseorang yang selama bertahun-tahun ia cintai merupakan sebuah kebahagiaan untuk Emilia saat ini.
Lukas mengernyitkan dahinya,wanita yang berada di depannya menutup mata dan tersenyum dengan pistol yang sudah menempel di dahinya.
Lukas ikut tersenyum,bukan tersenyum bahagia melainkan ia mengerti bahwa wanita di hadapannya memang menginginkan kematian oleh karena itu ia ingin bermain lebih lama karena ia rasa wanita Dihadapannya akan menjadi mainan yang menyenangkan.
Ia berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan Emilia lalu berbisik.
“Kematianmu tidak akan semudah itu kau dapatkan..bermainlah bersama ku hingga aku benar-benar puas dan saat itu kematianmu akan tiba”bisik lukas
Emilia membuka matanya,ada raut kecewa yang terlihat jelas di mata coklatnya.
Lukas melangkahkan kaki nya kedalam mansion miliknya meninggalkan Emilia yang masih terduduk di lantai.Sebelum benar-benar masuk,ia berhenti sejenak lalu memberi perintah kepada orang kepercayaannya.
“Louis...berikan dia stempel kepemilikanku”perintahnya
“Baik tuan Lukas..”ucap Louis yang tahu bahwa saat ini yang berada di depannya bukanlah Damian.
“Ternyata kau mengenaliku”ujar Lukas tersenyum
“Tentu saja tuan”jawab Louis singkat. Lukas mendaratkan tubuhnya di sofa dan sedikit meregangkan otot-ototnya.
Di luar sana beberapa pengawal menghampiri Emilia lalu melepaskan ikatan yang melilit di tangannya.Tanpa perlawanan ia giring masuk menuju mansion.
Sesampainya di dalam Emilia di paksa untuk berlutut seperti seseorang yang tengah memohon ampun.
“Kenapa aku seperti sedang di adili”gumam Emilia dalam hati.
“Louis..cepat lakukan”perintah Lukas
Louis menganggukkan kepala menjawab perintah dari sang majikan,dan tak lama setelah itu seseorang datang membawa tong yang berisikan bara api.
“Pastikan besi itu terbakar dengan sempurna Michael”ucapnya memberi peringatan kepada Michael yang juga orang kepercayaannya.
“Baik tuan”ucap Michael
Seperti perintah dari sang majikan,Louis mulai mengambil besi yang menancap di bara api dan mulai berjalan menghampiri Emilia.
Mata Emilia terbelalak ketika melihat besi merah dengan lempengan pipih di atasnya dibawa ke arahnya.Dengan refleks ia berdiri dan ingin berlari namun apa daya ada dua pengawal yang berhasil menahannya.
“Wwooww...tenanglah”ucap Lukas yang melihat raut wajah Emilia sedang ketakutan.
“Louis..berikan padaku”Lukas melihat hal itu akan seru jika dia yang melakukan langsung sehingga ia memilih berdiri dan mengambil alih besi itu.
Senyumnya semakin merekah ketika melihat wajah pucat Emilia.Perlahan ia mendekat ke arah Emilia dengan besi merah di tangannya.
“Kau sudah siap?”tanya Lukas
Emilia menggelengkan kepalanya ketika mengerti dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.Jantungnya berdetak lebih cepat dengan keringat yang sudah bercucuran.
“Ini tidak akan sakit..percayalah padaku”Lukas mulai mendekatkan besi merah itu ke lengan Emilia.
“Jangan lakukan itu Lukas..kU mohon”pinta Emilia dengan tubuh yang bergetar hebat.
Ia memberontak yang berusaha menghindar,namun pengawal yang berada di sampingnya memegang lengan Emilia dengan kuat.
Ccceeessssss....
Suara besi merah yang membakar daging terdengar mengerikan di telinga semua orang yang berada di ruangan itu kecuali Lukas.Bau tidak sedap mulai menyeruak masuk ke dalam Indra penciuman mereka
“Aaaaaaaaa”teriak Emilia ketika merasakan panas dan perih menjadi satu di bagian lengannya.
Ia menggigit bibir bagian bawahnya hingga terluka untuk menahan sakit yang tiada tara akibat besi panas itu.
“Sempurna”ucap Lukas ketika ia menarik kembali besi itu dari lengan Emilia.
Detik berikutnya tubuh Emilia tumbang karena tak mampu menahan sakit di sekujur tubuhnya.
“Bawa dia ke kamar..obati luka di seluruh tubuhnya karena aku tidak ingin dia mati dengan cepat”perintah Lukas yang sama sekali tidak merasa iba dengan keadaan Emilia saat ini.
Louis mengangguk pelan menjawab perintah dari tuannya.ketika melihat wajah Emilia,ia sedikit merasa iba karena dia tahu betul bagaimana rasanya menjadi Emilia saat ini.
“Kak siapa wanita ini?”tanya Michael kepada Louis.
“Dari yang kudengar dia adalah musuh dari tuan Albert”jelas Louis
“Apa kesalahannya hingga tuan pun enggan membunuhnya?”tanya Michael kembali.
“Berhentilah bertanya jika kau masih menyayangi nyawa mu”ucap Louis mengingatkan Michael
“Bawa wanita ke kamar atas”perintah Louis kepada pengawal.
Bersambung...
✨Happy Reading✨
Mata Emilia mengerjap perlahan untuk menyesuaikan dengan cahaya lampu yang cukup membuatnya silau.Kepala terasa pusing ketika ia mencoba untuk bangun.Ia mengedarkan pandangannya meneliti setiap rinci ruangan yang ditempati nya saat ini.
“Dimana aku?”gumamnya
Perlahan ia mencoba bangun meskipun kepalanya masih terasa berat.
Ia mencari posisi yang nyaman untuk bersandar.Luka di tubuhnya terasa perih sehingga ia memutuskan untuk tidak banyak bergerak.Mata nya menatap lurus ke arah dinding hitam,tak pernah ia bayangkan sebelumnya jika rasa sakit yang dirasakan saat ini di berikan oleh seseorang yang ia cintai selama 15 tahun lamanya.
“Kenapa kau menangis di sini?”tanya anak laki-laki
Gadis kecil itu mendongakkan kepala untuk menatap seseorang yang ada Dihadapannya saat ini
“Hiks..hiks..aku lapar”tangis gadis kecil itu semakin kencang
“Ini roti untukmu..makanlah”anak laki-laki itu menyodorkan sepotong roti.
Gadis kecil itu menerima roti pemberian itu dan langsung melahapnya.
“Jika dilihat dari penampilanmu kau bukanlah seorang pengemis..lalu kenapa kau bisa menangis kelaparan dan makan seperti seseorang yang tidak makan selama berhari-hari”ucap Damian kecil
“Aku kalah dalam kontes..dan daddy tidak memberi ku makanan selama sehari penuh”jawab Emilia kecil jujur.
“Baiklah lanjutkan makanmu karena aku harus pergi”ucap Damian ingin melangkahkan kaki
“Terima kasih”ucap Emilia tulus
“Tunggu...”panggil Emilia
“Siapa nama mu dan dimana aku bisa menemui mu lagi?”cicit Emilia dengan mulut yang penuh dengan roti.
“Nama kU Damian..kau harus menjadi seorang yang hebat agar bisa bertemu denganku”ucap Damian lalu pergi
meninggalkan tempat itu.
Emilia kecil tersenyum dan bertekad untuk terus berjuang menjadi seseorang yang hebat agar bisa bertemu dengan cinta pertamanya.
Tteess.....
Buliran air mata jatuh begitu saja ketika mengingat kejadian 15 tahun lalu.Seseorang yang mampu membuatnya berjuang untuk meraih mimpinya meskipun ia mendapat tekanan dari sang ayah angkat.
Ceklek....
Pintu kamarnya terbuka dan seorang wanita masuk ke ruangan itu menggunakan seragam rapi.
“Selamat malam nona”sapa Michelle
Emilia masih terdiam tak ingin berbicara dengan siapa pun.
“Perkenalkan nama saya Michelle asisten pribadi tuan Damian”ucap Michelle sembari membungkukkan badan.
“Saya membawakan makan malam untuk nona dan tuan berpesan agar nona menghabiskan makanan ini sebelum tuan datang”Michelle meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja yang terletak di samping ranjang.
Ia tak heran jika Emilia enggan menjawab sapaannya karena ia tahu betul apa yang dirasakan wanita itu saat ini.
“Jika nona tidak membutuhkan sesuatu lagi..saya permisi”Michelle keluar dari kamar itu dan berlalu pergi.
Emilia masih melamun,pikirannya jauh melayang mengingat kembali semua penderitaannya saat ini.Ada pepatah mengatakan bahwa akan ada pelangi setelah hujan,namun pepatah itu tidak berarti apapun di kehidupan Emilia.Setelah hujan badai yang ia lalui selama ini,hingga saat ini ia tak menemukan pelangi sedikit pun di hidupnya.Beberapa menit berlalu makanan yang berada di atas meja di sentuh sedikit pun oleh Emilia.Jangankan disentuh,melirik pun ia tak ingin.
Ceklek....
Pintu kembali terbuka,namun saat ini yang masuk bukanlah seorang wanita yang membawa nampan melainkan seorang laki-laki dengan aura iblis.
“Apa kabar manis”sapa Damian
“Kau sudah merasa lebih baik hemm?”tanya nya sembari mendekat ke arah ranjang.
Tentu saja Emilia takut dengan sosok yang ada di hadapannya sehingga dia mencoba untuk memundurkan badannya menjauh dari Damian.
“Hey..tenanglah..aku tak akan membunuhmu”ucapnya santai.
Emilia semakin ketakutan karena saat ini Damian telah mendaratkan tubuhnya di atas ranjang.
Senyum Damian hilang di detik berikutnya ketika melihat makanan yang ia kirim tidak disentuh sedikit pun oleh Emilia.
“Michelle...”panggil Damian
Gadis itu berlari menuju kamar Emilia ketika mendengar namanya dipanggil karena ia berada tak jauh dari sana.
“Ada apa tuan?”tanya Michelle dengan kepala menunduk.
“Apakah kau sudah menyampaikan pesanku?”tanya Damian menatap tajam ke arah Michelle.
Michelle terdiam sejenak mencoba meneliti letak kesalahannya saat ini.Detik berikutnya dia mengerti ketika matanya menangkap sesuatu di atas meja.Ya makanan yang ia bawa tidak di sentuh sedikit pun oleh Emilia.
“Maaf tuan..saya sudah menyampaikan pesan anda”jawab Michelle tegas.
“Keluar”perintah Damian.
Tak ingin menjadi pelampiasan amarah tuannya,Michelle keluar dengan langkah yang terburu-buru untuk menyelamatkan diri.
“Kenapa kau tak memakan hidangan ini sedikit pun?”tanya Damian menekankan setiap kalimatnya.
“A..aku sudah kenyang”jawab Emilia gugup.
“Sudah kenyang?...kau bilang sudah kenyang?”tanya Damian penuh penekanan.
Emilia menganggukkan kepala dengan cepat.Namun tatapan mata Damian tiba-tiba berubah,tatapan hangat dan ramah itu berubah menjadi tatapan yang penuh amarah ke arahnya saat ini.Dengan susah payah ia menelan ludahnya kasar ketika tatapan itu terasa mencekiknya saat ini.
“Rupanya kau tidak suka diperlakukan dengan baik..kau lebih suka diperlakukan layaknya binatang”kata-kata yang diucapkan Damian bukan dia bukan Damian,yang berbicara saat ini adalah Lukas.
Dengan kasar Lukas mengambil piring yang ada di atas meja.
“Mendekatlah”perintahnya
Emilia memberanikan diri untuk mendekat ke arah Lukas sesuai perintah yang tadi ia ucapkan.Tubuhnya sedikit gemetar karena Lukas tak henti menatapnya sedari tadi.
Kini posisi mereka sudah berhadap-hadapan,tangan Lukas terulur untuk menyentuh wajah Emilia yang sudah terlihat ketakutan.
Emilia mengikut arah tangan Lukas,meskipun saat ini tangan Lukas tengah mengelus lembut pipi nya,entah kenapa ia merasa ini bukan sebuah sentuhan lembut melainkan sebuah ancaman.
Hap....
Benar saja,dalam hitungan detik tangan kekar Lukas sudah mencengkram pipi mulus milik Emilia dengan sangat kuat.
“Akkkhh”pekik Emilia merasakan sakit di bagian pipinya.
“Nikmatilah makan malam mu sweety”bisik Lukas.
Tanpa di duga Lukas menyuapkan makanan yang berada di dalam piring ke mulut Emilia dengan tangan yang masih mencengkram pipinya.
Emilia berusaha melepaskan tangan Lukas dari pipinya,selain merasa sakit ia juga merasa mulutnya telah penuh dengan makanan.
Setelah puas,Lukas menghempas pipi Emilia dengan kasar.
“Uuhhuukk...uuhhuukkk”Emilia memuntahkan semua makanan yang ada di dalam mulutnya.
“Apakah kau senang jika aku yang menyuapi mu”ucap Lukas enteng ketika melihat Emilia tersedak.
Emilia tak berani menatap ke arah Lukas,saat ini ia juga tengah tersedak dan hendak mengambil minum.Namun Lukas telah membaca pergerakan tangan Emilia sehingga ia mengambil minuman itu lebih dulu.
“Kau haus?”tanya Lukas
“Uhuk..uhuk..tolong..berikan aku..uhuk..uhuk..minum”Emilia beranjak berusaha mengambil air minum yang berada di tangan Lukas.
“Ambilah”
Bbyyuurr...
Lukas menyiram wajah Emilia dengan air minum yang ada di tangannya.
“Hahahahahaha...lihat wajahmu..kau sangat lucu”Lukas tertawa dan meninggalkan Emilia yang masih tersedak.
Tak ingin mati konyol,Emilia berlari menuju sebuah ruangan yang berada di ujung kamar itu.Ia sangat yakin jika itu adalah sebuah kamar mandi.
Tebakannya tidak meleset,ruangan itu memang sebuah kamar mandi dan dengan cepat ia menyalakan keran lalu meminumnya.
“Hah...hah...hah”deru nafasnya tak beraturan karena sedari tadi ia terus terbatuk-batuk.
Buliran air mata kembali mengalir dari mata indahnya.
“Kenapa kau menangis?...bukankah hal ini sudah biasa bagimu?..kemana Emilia yang dulu..rasa sakit ini sudah pernah kau rasakan jadi berhentilah menjadi seorang yang lemah”dialognya kepada diri nya sendiri.
Bersambung...
✨Happy Reading✨
Kicauan burung di pagi hari terdengar merdu di telinga sebagian orang,namun tidak dengan wanita yang tengah asik menggulung tubuhnya dengan selimut tebal.
Ia berdecak kesal karena tidurnya menjadi terganggu.Bukan tanpa alasan,ia baru bisa tertidur nyenyak di jam 2 pagi akibat menahan sakit di sekujur tubuhnya.Tak ada satu pun bagian tubuhnya yang terabsen dari rasa sakit yang semakin menjadi akibat obat bius yang disuntikkan sudah hilang.
“Bahkan burung pun tak membiarkan ku hidup dengan tenang”gerutu Emilia dengan mata terpejam.
Dengan sangat terpaksa ia harus menyudahi tidurnya dengan menggeliat perlahan meregangkan otot-ototnya yang kaku.
“Aku seperti kembali ke 15 tahun yang lalu”gumamnya ketika mengingat masa kelam dirinya.
Hal pertama yang ia lakukan ketika bangun tidur adalah pergi ke meja rias yang terdapat sebuah cermin besar.Ia sedikit terkejut melihat pantulan dirinya di dalam cermin.
“Ternyata sedikit lebam..pantas saja terasa sedikit nyeri”gumam Emilia sembari menyentuh luka lebam yang ada di pipinya.
Setelah puas menelisik bagian pipinya,ia beralih menatap luka bakar yang ada di bagian lengannya.Luka itu membentuk sebuah gambar dan terdapat nama di bawahnya.
“Lukas?....kenapa Damian menyebut dirinya Lukas?”dibalik rasa takutnya kemarin,ada rasa penasaran yang terselip di dalam hatinya.
Tak ingin terlalu lama meratapi nasibnya saat ini,ia beralih mengambil sebuah sisir dan merapikan rambutnya yang sudah berantakan.
Dengan perlahan ia menyisir rambut panjang yang sedikit lengket karena sisa makanan yang ditumpahkan oleh Damian.
“Lebih baik aku membersihkannya menggunakan air sebelum rambutku akan habis karena tercabut”gerutunya lalu beranjak menuju ruangan yang ada di sudut kamar.
Emilia menanggalkan semua pakaian yang ia kenakan,mendekat ke arah shower untuk memulai kegiatannya membersihkan diri.
Ia mulai memutar knop berwarna merah untuk menyalakan shower dengan air yang sedikit lebih hangat.
“Aauuu...aaauu...”
Segera ia menjauh dari guyuran air shower karena luka yang ada di beberapa bagian tubuhnya terasa perih akibat terkena air.
“Ssshhhh...kenapa perih sekali”gerutu nya.
Namun ia tak menyerah,sisi kelam masa kecilnya membangkitkan Emilia untuk melawan rasa sakit itu.Bahkan rasa sakit itu tak bisa ia lupakan meskipun bekas luka fisiknya sudah hilang.
20 menit adalah waktu yang cukup untuknya membersihkan seluruh badannya.Ia keluar dengan sehelai handuk yang melilit tubuh indahnya.
Ceklek....
Pintu kamarnya terbuka dan masuklah seseorang yang membuatnya sedikit terkejut.
“Selamat pagi nona”sapa Michelle
“Aakkhhh...”pekik Emilia yang langsung menutup rapat tubuhnya dengan kedua tangan.
“Maaf nona jika membuatmu terkejut”ucap Michelle merasa tak enak hati.
“Tak apa..aku hanya tidak fokus”jawab Emilia
“Kebetulan sekali nona..saya membawakan nona satu stel baju baru untuk nona”Michelle menyodorkan satu stel baju berwarna pastel kepada Emilia.
“Hhmmm bolehkah aku meminta sesuatu”tanya Emilia yang masih berdiri didepan pintu.
“Tentu saja..katakan nona”
“Aku meminta maaf sebelumnya..aku bukannya menolak pemberianmu..tapi bisakah kau memberi kU satu stel pakaian berwarna serba hitam”ucap Emilia merasa tak enak hati.
“Tentu nona..saya akan mengambilkannya untuk nona”Michelle bergegas keluar untuk mengambilkan baju untuk Emilia.
Sembari menunggu,ia duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil.
Ceklek...
Pintu kamarnya kembali terbuka,Emilia tak menoleh ke arah pintu karena mengira jika yang masuk adalah Michelle.Ia tetap fokus mengeringkan rambutnya.
“Sepertinya kau terlalu nyaman tinggal di mansion ini”suara bariton itu seperti tak asing di telinganya.
Spontan ia menoleh ke arah pintu dan sedikit terkejut karena Damian sudah berada di hadapannya.
“Ma..maaf aku tidak tahu jika yang masuk dirimu..”ucap Emilia gugup dan langsung berdiri sembari memegang erat handuk yang melilit tubuhnya.
“Lalu kenapa jika kau tahu aku yang akan masuk?...apa kau akan bersembunyi?”Damian semakin mendekat,mengikis jarak antara dirinya dan Emilia
“Bu..bukan seperti itu...hanya saja aku belum siap..”mata nya ia alihkan agar tidak bertatapan langsung dengan manik hitam milik Damian
“Aku lebih suka kau seperti ini”tatapan mata Damian seperti seseorang yang lapar.
“A..apa mak..sudmu”Emilia memundurkan tubuhnya karena Damian semakin dekat dengan diri nya
“Hey..diamlah ditempatmu”tegurnya ketika melihat gadis di depannya terus melangkah mundur.
“Mmm..bisakah kau keluar sebentar..aku ingin berganti baju”jantung Emilia berdetak kencang kala mata nya menatap wajah tampan laki-laki yang ia cintai selama ini.
“Kau mengusirku?..berganti lah,aku tidak akan mengintip”ujarnya santai
“Aku tidak bisa”tolaknya
Namun bukannya mendengar permintaan Emilia,Damian tetap melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah Emilia.
Emilia sudah berada di pojok ruangan dan tak bisa melangkah mundur untuk menghindari Damian.
Deg...deg...deg...
Jantung Emilia benar-benar berpacu lebih cepat bahkan ia bisa mendengar sendiri detak jantungnya saat ini.
“Astaga jantungku”gumamnya dalam hati.
Damian menyeringai tipis melihat wajah Emilia yang merona merah dan terlihat gugup karena beberapa kali ia memalingkan wajah ketika tatapan mereka bertemu.
“Kenapa kau terlihat gugup?”bisik Damian ketika ia berhasil meraih tubuh Emilia.
Nafas Emilia terasa tercekat dengan detak kantuk yang tak beraturan.
Wajah mereka benar-benar sangat dekat,wangi maskulin dari lelaki itu benar-benar menelisik ke dalam Indra penciuman Emilia.
“To..tolong..men..jauh..”hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan.
“Bukankah kau menyukai adegan seperti ini?”kembali Damian berbisik di telinga Emilia.
Emilia tak mampu berkata lagi ketika tangan kekar Damian meraih pinggangnya dengan posesif.
“Bukankah kau suka bermesraan seperti ini bersama lelaki di luar sana”Damian berucap sembari menyeringai tipis.
“Apa maksudmu?”emilia mencoba menepis pikiran buruknya.
“Ya..bukankah kau memang di lahirkan untuk menggoda pria diluar sana dan juga bukankah kau sudah terbiasa dengan adegan seperti ini”
Emilia membulatkan matanya mendengar kalimat yang terucap dari mulut Damian.Dia tidak menyangka laki-laku yang ia cintai memandangnya begitu hina.
Plakkk...
Sebuah tamparan ia hadiahkan ke pipi mulus milik Damian.Sungguh ia tak bisa menerima penghinaan seperti ini.
“Jaga bicara mu tuan Damian..aku seorang model bukan wanita j*lang seperti wanita-wanita yang kau temui”ada nada kesal yang terselip dari kalimat yang ia ucapkan.
Damian tersenyum sembari menyentuh bagian pipi nya yang terkena tamparan.
“Hah..benarkah..tapi aku rasa semua wanita sama saja,melakukan apapun untuk mencapai tujuannya..terlebih kau adalah seorang model..pasti kau menjual tubuhmu demi keberhasilanmu di dunia model”ucap Damian menatap ke arah Emilia
Emilia benar-benar terkejut dengan pernyataan Damian dan dia hendak melayangkan tamparan lagi,namun segera ia urungkan dan mencoba menahan emosinya.
““Maaf tapi semua yang kau katakan itu tidak benar adanya..aku memang seorang model tapi aku bekerja keras untuk mendapatkan semua itu dengan mengasah kemampuanku..dan lagi tidak semua wanita seperti itu karena di luar sana masih banyak wanita yang mengejar mimpi mereka dengan prestasi dan kemampuan yang mereka punya seperti diriku saat ini...”
“oh aku tahu...mungkin selama ini kau hanya bertemu dengan wanita yang kau ucapkan tadi..menjual diri untuk impian mereka..atau mungkin kau pernah hidup bersama wanita seperti itu”
Entah ia mendapat keberanian dari Ana sehingga ia berani mengucapkan kata-kata itu.
Damian mengepalkan tangannya mendengar setiap kalimat yang terucap dari bibir Emilia.
“Sepertinya kau mulai berani menjawab..dan aku akan membuktikan bahwa semua ucapanku benar adanya”
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!