Kartika Devani seorang gadis cantik yang datang dari desa untuk mencari pekerjaan di kota besar J. Kartika sudah satu tahun tinggal di kota dan hubungannya dengan Dewa kekasihnya pun sudah hampir 2 tahun sejak mereka masih duduk di bangku sekolah.
Dewa sudah lebih dulu bekerja di perusahaan tekstil milik Bagas Wirayudha yang diam-diam menyukai Kartika. Namun sepertinya Kartika tidak menyukai karena sudah punya pacar.
Sore itu Kartika menunggu Dewa di depan ruangannya, dia berdiri di depan pintunya. Dewa yang memegang jabatan sebagai manager divisi marketing yang sangat hebat. Dewa sudah membeli apartemen sendiri dari pundi-pundi uang yang dia dapatkan selama kerja di perusahaan Bagas.
"Kita pulang ke apartemen aku, Tika. " Kata Dewa yang selalu ingin mengajak Kartika melakukan hubungan yang seharusnya di lakukan.
"Hmmm... Aku pulang ke kostan saja, kak. " Kata Kartika.
"Alah, sok suci kamu, Tik. " Ujar Dewa. Ya, Dewa benar sejak Kartika kerja di kota J Kartika suka Clubbing dan minuman beralkohol. Kartika mengenal itu semua dari teman-temannya dan juga Dewa. Tapi Kartika masih menjaga keperawanannya.
"Tapi setidaknya aku masih v*****n, kak. Dan aku ingin kamu laki-laki yang menyentuhku, tapi jika kita menikah. " Kata Kartika tersenyum.
"Jadi kamu tidak mau aku ajak ke apartemen? " Tanya Dewa.
"Iya, kak. Maafkan Kartika. " Kata Kartika yang menangkup kedua tangannya.
"Ya sudah kamu pulang sendiri saja, ya. Aku ada perlu mau meeting dengan klien. " Kata Dewa yang berbohong pada Kartika.
"Loh, meeting? Bukannya tadi kakak bilang sudah tidak ada jadwal meeting sama pak Bagas? " Tanya Kartika yang menginterogasi Dewa.
"Meeting mendadak, bukan sama pak Bagas tapi pak Harry asistennya. " Kata Dewa.
"Oh.. Ya sudah Kartika pulang dulu. Daah, kak. " Kata Kartika.
"Fiiuuuh... Hampir saja ketahuan. Aku kan mau ajak Belinda ke apartemen aku sudah kangen pengen bercinta dengannya. " Kata Dewa yang langsung menelepon seorang wanita yang merupakan kekasih gelap Dewa.
Di jalan Kartika bertemu Bagas yang sedang menjalankan mobilnya dan Bagas langsung menekankan klaksonnya.
Trin.... Trin....
"Kartika, mau kemana? Dewa mana? " Tanya Bagas yang membuka jendela dan tahu biasanya Kartika pulang dengan Bagas.
"Katanya mau ada meeting mendadak, pak. " Jawab Kartika yang sedikit menungging.
"Meeting? Dengan siapa? " Tanya Bagas lagi.
"Pak Harry, pak. " Jawab Kartika.
"Harry? " Bagas yang merasa heran dan langsung menyuruh Kartika untuk masuk ke dalam mobilnya dan diantarnya pulang.
Dijalan Bagas terus melirik dan tersenyum melihat Kartika, seolah mimpi bisa berdua dengan Kartika.
"Ada apa, pak? " Tanya Kartika.
"Tidak ada apa-apa. " Jawab Bagas tersenyum.
Kartika telah sampai di kostannya, dan dia membersihkan diri lalu merebahkan dirinya di kasur busa yang single bad.
Keesokan harinya Kartika menuju ruangan Dewa dan ingin memberitahu bahwa hari ini adalah anniversary hubungannya dengan Dewa, dan Kartika ingin merayakannya berdua dengan Dewa.
"Kak, hari ini kita anniversary yang ke 2 loh. " Kata Kartika tersenyum manja pada Dewa.
"Terus kita mau apa? " Tanya Dewa.
"Kita makan malam di apartemen kakak, bagaimana? " Tanya Kartika yang ingin memberikan surprise pada kekasihnya.
"Yakin, kamu mau memberikan surprise buat aku. " Kata Dewa menyeringai.
"Yakin, jadi nanti malam kaka jangan pergi kemana mana, nanti Kartika akan datang ke apartemen kaka. " Kata Kartika.
"Oke.. Sekarang kakak mau ke ruang pak Harry dulu. " Kata Dewa yang membawa berkas.
"Sampai nanti malam ya kaka. " Kata Kartika tersenyum bahagia.
Sore hari Kartika buru-buru pulang untuk membuat kue tart kesukaan Dewa dan akan Kartika jadikan surprise untuk anniversary yang ke 2 dengan Dewa.
Malam hari Kartika sudah siap dengan dress warna putih dengan make-up yang tipis dan rambut yang di kucir ke atas. Tak lupa bibirnya dia oleskan lipstik warna pink cerah menambah kesan natural dalam dirinya.
Kartika menaiki taksi online menuju apartemen Dewa yang jaraknya lumayan jauh. Di jalan Kartika tampak bahagia dan senang karena akan memberikan surprise pada sang kekasih.
Sampai di lobby apartemen, Kartika berjalan menuju lift menekan tombol dan angka 28. Lantai 28 adalah tempat Dewa berada, pintu lift terbuka dan Kartika berjalan menuju kamar 344 setelah sampai Kartika pun menekan password kamar Dewa. Dewa menggunakan tanggal jadian mereka sebagai password kamarnya.
Tring..
Pintu apartemen terbuka dan Kartika melihat ruangan tamu Dewa sangat berantakan. Kartika pikir Dewa belum pulang, karena tadi Dewa memberi kabar bahwa dia pulang telat. Kartika lalu membereskan ruangan yang berantakan.
Namun tiba-tiba dari arah kamar, Kartika mendengar suara seorang wanita menjerit.
Deg..
Jantung Kartika berdegup kencang dan takut apakah ada orang lain di apartemen ini. Pikiran Kartika melayang tak tahu kemana. Semakin mendekat Kartika ke kamar Dewa, dan semangat jelas Kartika mendengar suara d******n laki-laki dan perempuan.
Kartika menahan suaranya dan wajahnya pucat, dia menempelkan telinganya di pintu kamar Dewa. D*******n dan teriakan wanita itu semakin jelas.
"Baby... Faster... " Ucap Dewa dengan suara keras.
Kartika yang telinganya mendengar suara Dewa langsung menendang pintu kamar Dewa.
Braakk..
"Apa yang sedang kalian lakukan. Hah...? " Tanya Kartika yang mendekati dan melihat kekasihnya sedang bercinta dengan seorang wanita yang mana wanita itu adalah sahabatnya.
"Kalian menjijikkan. Cih... " Kartika meludahi wajah Dewa yang bangun.
"Kartika, kakak bisa jelasin. " Kata Dewa yang mengelap wajahnya.
"Tidak perlu, sekarang juga kita putus dan jangan pernah kamu menemuiku lagi. Dan kamu Belinda tega kamu menusukku dari belakang. " Kata Kartika yang langsung pergi meninggalkan laki-laki dan sahabatnya yang sudah mengkhianatinya.
"Kartika, tunggu. " Dewa yang ingin mengejar Kartika namun tangannya di cekal oleh Belinda.
"Sudahlah lebih baik kita lanjutkan, aku masih belum puas, sayang. " Kata Belinda yang memeluk Dewa. Dewa pun tak jadi mengejar Kartika dia memilih melanjutkan permainan dengan Belinda.
Kartika keluar apartemen dengan tangis yang tak bisa dia bendung lagi. Sepanjang jalan dia berteriak membodohi dirinya dan memaki Dewa dan Belinda yang sudah bermain di belakang Kartika.
Hujan lebat mulai turun membasahi kota J, Kartika terus jalan dengan pakaian yang basah. Kemudian dia masuk ke sebuah club dan dia duduk di meja bar dan memesan minuman. Kartika yang sudah terbiasa dengan dunia malam dia cuek saja ketika ada laki-laki bandot tua yang menggodanya. Bahkan dengan niat memberikan minuman pada Kartika yang sudah di berikan obat perangsang.
Dari kejauhan Bagas dan Harry kebetulan sedang ada di club melihat Kartika sedang di godai oleh laki-laki bandot tua.
"Gas, bukannya itu Kartika? " Tanya Harry.
"Iya, waduh gawat. Sebentar Harry gue mau nolongin Kartika dulu. " Kata Bagas yang berlari mengejar laki-laki yang membawa Kartika menujukan kamar.
Brakkk...
Bagas menendang pintu kamar yang di masuki laki-laki itu dan Kartika. Bagas langsung memukuli laki-laki itu dengan brutal dan laki-laki itu pingsan tersungkur di tanah. Kemudian Bagas membawa Kartika keluar dari kamar itu.
"Harry, sepertinya Kartika di beri obat perangsangan oleh laki-laki itu. Gue harus membawanya ke hotel. " Kata Bagas.
"Gila menang banyak lo, gas. " Ujar Harry.
"Sudah tak ada waktu. " Kata Bagas yang langsung membawa Kartika ke sebuah hotel dekat dengan club itu.
Di kamar hotel Bagas langsung membuka bajunya dan baju Kartika. Kartika yang terus melakukan hal yang membuat Bagas tak kuat menahan kelelakiannya.
Malam itu yang di temani hujan deras, suara d******n dan e*****n dua insan yang sedang melakukan hubungan yang belum saatnya. Bagas terus melayani keinginan Kartika yang seolah belum puas.
Malam itu adalah dimana Bagas sudah mengambil mahkota berharga Kartika. Kewanitaan Kartika sudah di bobol Bagas dengan penuh k***********n. Kartika belum sepenuhnya sadar dengan siapa dia berhubungan intim. Pengaruh obat perangsang itu sungguh kuat dan membuat Bagas kewalahan.
Matahari mulai merambah masuk ke sela-sela jendela kamar hotel yang semalam Bagas dan Kartika melakukan adegan panas mereka. Bagas yang bangun pagi-pagi karena akan ada meeting dengan klien dari Jepang. Dia meninggalkan Kartika yang masih tertidur dengan keadaan polos.
Bagas tersenyum akhirnya dia memiliki wanita yang dia cintai dengan seutuhnya. Kemudian Bagas meninggalkan Kartika dengan makanan dan minuman di meja samping ranjang.
Hari telah berganti siang dan sudah jam 11 siang, Kartika belum ada tanda-tanda akan terbangun dari tidurnya. Namun beberapa jam kemudian Kartika menggeliat dan menatap langit-langit dari tempat tidurnya. Lalu dia kaget melihat dirinya tak berbusana sehelai pun.
"Arghhh.. " Kartika memegang kepalanya.
"Sakit sekali kepalaku. " Ujarnya.
"Awww... " Kartika lagi-lagi meringis kesakitan di daerah kewanitaannya.
" Apa yang telah terjadi padaku semalam? " Tanya dirinya yang duduk di tepi ranjang dengan tubuh yang masih berbalut selimut.
Kartika mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin dan semalam. Kartika hanya mengingat setelah dirinya melihat Dewa sedang bercinta dengan sahabatnya, dia berjalan dalam keadaan basah kuyup karena hujan. Lalu dia masuk ke sebuah club malam dan bertemu dengan laki-laki hidung belang. Kemudian Kartika tak ingat lagi.
"Aaargrrhhhhh.... " Kartika berteriak dan menutup wajahnya lalu menangis.
Kartika tak menyangka dirinya sudah di nodai oleh laki-laki yang tua dan dirinya sudah tak lagi v******n.
"Hiks.... Hiks.... Ibu, ayah maafkan Kartika yang tak bisa menjaga amanah dari ibu dan ayah. " Kartika seketika menagis.
Setelah lama termenung Kartika bangun untuk membersihkan dirinya, lalu dia melewati meja yang penuh dengan makanan. Kartika bingung siapa yang memberikannya makan. Di samping makanan itu terdapat sebuah pesan.
"*Hai... Mungkin kamu baru bangun dan maaf aku harus pergi meninggalkanmu. Aku sudah siapkan makanan untuk mu, semalam kamu hebat sekali aku sampai tak sanggup melayanimu. Jadi ini makanlah untuk mengisi tenagamu yang habis karena semalam. "
^^^Dari pengagum rahasiamu... 😘*^^^
"Pengagum rahasia? Siapa dia? Apa laki-laki tua itu? " Tanya Kartika pada hatinya.
"Aargghhh... Kurang ajar berani sekali dia sudah menodaiku sekarang dia malah mempermainkanku. " Ujar Kartika yang dengan kesal ******* ***** kertas itu lalu melemparnya.
Kartika lalu masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya dari sisa-sisa perbuatannya semalam.
Selesai membersihkan dirinya Kartika makan makanan yang ada di meja. Kartika terlihat sangat murung, dia masih merasakan sakit hatinya karena kekasihnya telah berkhianat dengan sahabatnya sendiri. Ditambah dirinya sudah di nodai oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
"Ayah, ibu. Kartika ingin pulang. " Kata Kartika yang merindukan ibunya.
Kartika yang sudah terlalu jauh melangkah dan dengan gaya hidup yang suka clubbing. Ya, semenjak Kartika pindah ke kota J dan bekerja lalu mengenal teman-teman yang hobbynya clubbing dan mabuk-mabukan. Kartika menjadi seorang yang suka clubbing dan minum.
Hari mulai gelap, Kartika sudah berada di tempat kostan nya. Dia berencana akan pulang ketempat ibunya, namun dia malu jika dia harus mengatakan bahwa dia sudah di nodai. Kartika masih melamun di kamarnya, dia merutuki kebodohan karena dia pergi ke sebuah club malam itu.
"Arghhhh...Semua gara-gara Dewa laki-laki b******n, dia benar-benar menjijikkan. " Kartika memukul kepalanya.
"Sekarang dia tak meminta maaf atas kesalahannya. " Ujar Kartika.
Sementara di kantor Bagas merasa uring-uringan karena Kartika sudah dua hari tidak masuk kerja, dia menyuruh anak buahnya mencari keberadaan Kartika ada dimana. Tapi tak satupun anak buahnya yang tau tempat tinggal Kartika.
"Harry, kenapa gak ada satu anak buah lo yang becus? Mencari satu orang perempuan saja tidak bisa. " Kata Bagas yang marah pada asisten sekaligus sahabatnya itu.
"Kartika ternyata memberikan alamat palsu sewaktu melamar pekerjaan disini. Kenapa tidak lo tanya sama Dewa dimana alamatnya? " Kata Harry yang duduk di kursi kerja Bagas.
"S*****d,, kalo gue nanya sama Dewa yang ada dia curiga kalo ceweknya udah gue tidurin. " Kata Bagas mentoyor kepala sahabatnya itu.
"Biasa aja, lo. " Kata Harry yang merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan karena Bagas.
"Gue gak mau tau Kartika harus di temukan. " Kata Bagas.
Sementara Kartika masih didalam kamar merenung dan melamun duduk ditepi ranjang. Sungguh tega Dewa dan Belinda. Rasa sakit hati pada dua orang yang sudah dia anggap keluarganya.
"Dasar pengkhianat. " Maki Kartika yang memukul bantal.
Satu bulan kemudian
Pagi itu Kartika tiba-tiba perutnya merasa mual dan ingin muntah. Kartika berlari menuju kamati mandi.
Hoeks... Hoeks...
"Ah, ada apa dengan ku? "
"Kenapa aku mual dan pusing? " Tanya Kartika menatap wajahnya di cermin.
Kartika mencoba membuka agenda datang tamu bulanannya. Disitu terakhir Kartika tulis tanggal 20. Kartika mencoba ingat-ingat kembali ketika dia di nodai oleh laki-laki yang tak bertanggung jawab itu.
"Apa aku hamil? " Kartika mencoba mengira-ngira sendiri.
Kartika keluar dari kamar dan dia keluar rumah untuk beli makan, sekalian dia membeli alat tes kehamilan. Kartika berlalu dari apotek dan membeli makanan.
Sesampainya di rumah Kartika langsung mencoba alat tes kehamilan itu. Setelah beberapa menit Kartika tak percaya, dia menutup mulutnya menatap dua garis biru di alat tes kehamilannya itu.
"Aku hamil? Bagaimana ini? " Kartika merasa frustasi.
Di pandangi alat tes kehamilan itu seakan tak percaya. Tubuh Kartika seakan lemas, lalu merosot menyandar di tembok kamar mandi. Dia menangis dan seakan dunia sudah hancur.
"Hiks... Hiks... Ayah, ibu. " Kartika menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Kartika tak kuasa menahan sakit hati atas pengkhianatan Dewa dan sekarang dia harus menanggung beban yang sungguh berat.
"Tuhan, cobaan apa yang kau berikan untukku. " Kata Kartika yang kepalanya menengadah ke atas.
Kemudian Kartika berdiri di hadapan cermin sambil memegang perutnya yang masih rata.
"Sayang, bunda janji akan tetap membuatmu hidup dan melahirkanmu. sehingga kau bisa merasakan indahnya. " Kata Kartika dengan senyuman.
"Tapi kita harus pindah dari kota ini, sehinnga kita bisa hidup berdua saja ya, sayang. " Kata Kartika yang terus mengusap perutnya.
Kartika mulai membereskan pakaian dan dia akan pergi jauh dari kota ini. Kartika kemudian pergi dengan membawa tas kopernya. Dia berencana akan pergi ke kota B dan membangun usahanya disana bersama anaknya.
Kartika akan tetap mempertahankan kehamilannya, namun dia tidak ingin pulang menemui ayah, ibunya. Karena anaknya sudah di nodai dan hamil karena perbuatan laki-laki yang tak bertanggung jawab.
Kartika bertekad akan memulai hidup baru dengan membuka lembaran baru. Kartika akan membuka usaha disana untuk biaya hidup dirinya dan anaknya kelak.
"Mungkin Tuhan sedang menghukumku karena aku suka minum-minum dan suka clubbing. " Kata Kartika yang duduk di sebuah halte menunggu bis datang.
Akhirnya Kartika sampai di kota B, dia mulai mencari tempat berteduh. Kartika mendapatkan rumah petak yang lumayan untuk sementara dia tinggal, karena uangnya masih belum cukup untuk menyewa rumah yang besar. Dengan semangat Kartika akan bangkit hidup sendiri tanpa ada yang membantunya.
Kartika akan kuat menjalani semuanya sendiri demi anak yang dia kandung. Kartika memulai membuka usaha dengan menjual kue keliling komplek tempat dia tinggal. Dengan semangat Kartika tak pernah lelah.
Kartika dan bik Mimin masuk ke ruangan kerja nyonya Ammar, rasa deg-degan dan gugup mulai merasuki hati Kartika.
Tok.. Tok..
"Masuk saja, bik. " Kata nyonya Ammar.
Bik Mimin masuk dan di ikuti Kartika di belakangnya.
"Maaf, Nyah. Ini neng Kartika sudah datang. " Kata bik Mimin.
"Oh, silahkan duduk Kartika. " Kata nyonya Ammar.
"Terimakasih, nyonya. " Kata Kartika yang duduk di sofa yang sangat empuk.
"Kartika, tugas kamu disini hanya bersih-bersih seperti menyapu, mengepel dan bantu bik Mimin masak. Pekerjaan yang lain biar bik Mimin saja. Mengerti. " Kata nyonya Ammar.
"Mengerti, nyonya. Kapan saya bisa mulai kerja, nyonya? " Tanya Kartika.
"Hari ini, dan ini uang gaji kamu untuk bulan ini. " Kata nyonya Ammar menyerahkan amplop pada Kartika.
"Terimakasih, nyonya. " Ucap Kartika dengan mata yang berbinar dan senyuman yang mengembang.
"Semoga kamu betah disini, silahkan kembali bekerja. " Kata nyonya Ammar.
"Baik, nyonya. Saya permisi. " Kata Kartika yang keluar dari ruangan kerja nyonya Ammar.
Kartika berjalan menuruni anak tangga sambil melihat lihat sekeliling rumah majikannya. Dan Kartika melihat sebuah foto keluarga dimana dia melihat sosok pria yang tampak tampan rupawan berdiri di tengah-tengah kedua orang tuanya.
"Hmmmm.... Tampan juga anak nyonya. " Gumam Kartika.
Lalu Kartika melangkahkan kakinya menuju dapur yang amat besar dan bersih. Kartika melihat bik Mimin sedang memotong sayuran untuk persiapan makan siang.
"Bik, Kartika bantu ya. " Kata Kartika yang berdiri di samping bik Mimin.
"Boleh, kamu bisa masak, neng? " Tanya bik Mimin.
"Bisa sedikit, bik. " Jawabnya.
"Baiklah, hari ini menunya sayur kacang merah dan ayam kecap saus tiram. Nyonya suka dengan ayam kecap dan sayur kacang merah dengan banyak wortel. " Kata bik Mimin.
"Oke, bik. Kartika bisa masak itu. " Ujar Kartika.
"Kalau begitu bibik tinggal menyetrika dulu ya neng. " Kata bik Mimin yang membuka celemek dan menggantungnya.
Bik Mimin pergi menuju ruangan laundry untuk menyetrika pakaian yang sudah berhari-hari belum disetrika. Sementara itu Kartika sedang berkutat di dapur masak seperti yang di perintahkan bik Mimin.
"Untung aku bisa masak, jadi gampang banget bikin ayam kecap. Semoga nyonya suka dengan masakanku. " Kata Kartika.
Kartika memasak sambil bernyanyi dan berjoget ria, karena itu sudah menjadi kebiasaannya jika sedang memasak. Setelah selesai Kartika menyiapkan di meja makan lalu dia membereskan dapur dan dia ke tempat bik Mimin sedang menyetrika baju.
"Bik, Kartika sudah selesai masaknya. Apalagi yang harus Kartika kerjakan? " Tanya Kartika.
"Neng, beresin kamar den Bagas saja di atas lantai 2. Kamarnya itu sebelah kiri ruang kerja nyonya depan ruang TV, nanti ada sofa berbentuk seperti ranjang panjang nah itu kamarnya. Di depan pintunya ada namanya neng. " Kata bik Mimin yang menjelaskan kamar Bagas.
"Baik, bik. Kartika siap meluncur. " Jawab Kartika.
Lalu Kartika mengambil alat-alat untuk membersihkan kamar anak majikannya. Dan langsung menurut lantai dua. Kartika mencari kamar yang bertuliskan nama Bagas.
"Hmmmm... Orang kaya kamarnya banyak sekali, padahal anaknya hanya satu. " Gumam Kartika sambil menengok kanan kiri.
"Ahhha.. Ini dia kamarnya. " Ucapnya sambil tersenyum lebar.
Kartika masuk ke dalam dan melihat kamar yang begitu luas 5 kali dari kamarnya. Kartika di buat menganga melihat kamar anak majikannya.
"Ini kamar apa lapangan bola ya, luas banget. " Kata Kartika yang melihat lihat.
Kartika pun mulai membersihkan debu di setiap meja yang ada disana. Kartika pun melihat jejeran foto dari bayi hingga dewasa.
"Tampan juga anaknya nyonya. " Puji Kartika saat melihat foto Bagas yang berpose bak model.
"Pasti ini pacarnya, cantik juga ya. Kalau aku apa wajah pas-pasan begini terus cuma seorang art. Hah.. " Kata Kartika.
Kartika pun melanjutkan aktifnya membersihkan kamar Bagas dengan hati-hati dan setelah selesai Kartika turun. Kemudian Kartika melihat nyonya Ammar sedang duduk di meja makan sambil memakan masakan yang dia buat.
"Kartika, ini siapa yang masak? " Tanya Nyonya Ammar ketika melihat Kartika yang ingin melewatinya.
"Hmmm.. S-saya nyonya. " Jawab Kartika menundukkan kepalanya takut masakannya tidak enak.
"Kamu pintar juga dalam memasak, ini rasanya sangat enak. " Kata nyonya Ammar yang memuji masakan Kartika.
"Alhamdulillah, Kartika senang mendengarnya, nyonya. " Ujar Kartika yang tersenyum melihat masakannya di sukai majikannya.
"Untuk makan malam kamu saja yang masak, nanti kamu pulang di antar supir. " Kata nyonya Ammar yang melanjutkan makannya.
"Baik, nyonya. Kartika permisi ingin ke belakang. " Kata Kartika.
"Hmmm. "
Kartika begitu senang karena nyonya Ammar sangat suka masakannya. Dia terus mengulas senyum duduk di tempat istirahat khusus art.
Art di rumah nyonya Ammar hanya dirinya dan bik Mimin, satu supir dan dua orang satpam yang berjaga bergantian.
"Sudah selesai, neng? " Tanya bik Mimin yang datang dari belakang Kartika.
"Eh.. Sudah bi. Kamarnya luas banget ya bik, 5 kali lipat kamar Kartika. " Kata Kartika yang meluruskan kakinya yang terasa pegal karena harus naik turun tangga.
"hehehe... Si eneng bisa aja, kamar den Bagas emang paling besar neng. Dulu waktu kecil den Bagas suka lari-lari jadi nyonya dan tuan bikin kamar den Bagas lebih besar buat bermain sekalian. " Kata bik Mimin.
"Emang bibik sudah lama kerja dengan nyonya? " Tanya Kartika.
"Bibi sudah lama, neng kerja di rumah ini. Bibi pertama kali masuk masih usia 30 tahun, waktu itu nyonya masih sangat muda beliau baru melahirkan den Bagas. " Kata bik Mimin.
"Sekarang usia bibi berapa? " Tanya Kartika.
"Usia bibik, sudah 55 tahun neng,bibik dulu pengasuh den Bagas waktu itu. " Kata bik Mimin.
"Udah lama banget ya, bik. Pasti bibik betah kerja disini. " Kata Kartika lagi.
"Iya, neng. Nyonya dan alm tuan sangat baik apalagi den Bagas sudah seperti anak sendiri buat bibik. " Kata bik Mimin.
"Semoga Kartika juga betah disini ya, bik. " Ujar Kartika.
"Bik Mimin... " Panggil nyonya Ammar yang mereka berhenti ngobrol.
"Sebentar ya, neng. Bibik di panggil nyonya nanti kita sambung lagi. " Kata bik Mimin yang di angguki Kartika. Bik Mimin melangkahkan kakinya keruang makan.
"Ada apa, nyonya? " Tanya bik Mimin yang berdiri di samping nyonya Ammar.
"Bibik dan Tika sudah makan belum? Kalau belum ini sisanya di bawa ke belakang dan jika masih ada sisa bungkus saja buat Kartika bawa pulang. " Kata nyonya Ammar yang berjalan meninggalkan meja makan.
"Oia, bik. Nanti untuk makan malam biar Kartika saja yang masak, dan setelah selesai masak si Didin suruh antar Kartika pulang. " Kata nyonya Ammar yang berhenti lalu menengok ke arah bik Mimin.
"Baik bu. " Jawab bik Mimin yang membereskan meja makan.
Kemudian bik Mimin masuk kembali ke ruang istirahat. Disana bik Mimin melihat Kartika sedang tidur, merasa kasihan jadi bik Mimin membiarkan Kartika tertidur.
Sore hari Kartika bangun dan dia melihat sudah pukul 15.30 dan Kartika terlewati sholat dzuhur.
" Astagfirulloh al'adzim, aku lupa sholat dzuhur ketiduran. " Kata Kartika berdialog sendiri.
"Neng, sudah bangun? " Tanya bik Mimin.
"Bik, kok bibi gak bangunin Kartika sih, kan jadinya Kartika gak sholat dzuhur. " Kata Kartika yang duduk kursi meja makan khusus art.
"Tadi neng tidurnya pulas sekali jadi bibik biarkan neng tidur, pasti cape ya kerja disini? " Tanya bik Mimin.
"Gak, bik. Kartika senang kok kerja disini, kerja mah apa aja yang pentingkan halal, bik. " Kata Kartika tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!