NovelToon NovelToon

CIRCLE OF LOVE

KELUARGA HAMID

Di pagi yang cerah, Hamid sedang membantu menata dagangan ibu bapaknya
Yu Ripen
Yu Ripen
Mid, kamu hari ini libur, kan?
Hamid
Hamid
Iya, Bu. Kenapa emangnya kalau saya libur?
Yu Ripen
Yu Ripen
Hm ... Bisa bantuin ibu jaga warung, dong?
Hamid
Hamid
Inggih, saya bisa, Bu
Pak Ripen
Pak Ripen
Emangnya kamu mau kemana, Buk Ne?
Yu Ripen
Yu Ripen
Saya mau rewang di rumah Bu Hajah, Pak Ne
Pak Ripen
Pak Ripen
Loh, emangnya Bu Hajah punya hajat apaan? Kayaknya bulan kemarin beliau habis menggelar tasyakuran?
Yu Ripen
Yu Ripen
Kapan hari itu mereka punya hajat mengkhitan anak nomer dua mereka, nanti malam mereka mengkhitan anak nomer tiganya
Pak Ripen
Pak Ripen
Oalah ... Kok dipisah-pisah gitu acaranya, sih? Jangan-Jangan bulan depan mereka mau menggelar hajatan khitanan anak yang satunya lagi
Yu Ripen
Yu Ripen
Anak laki-laki mereka kan cuma dua orang, Pak Ne. Yang paling tua perempuan, mana mungkin anak perempuannya disunat juga? He he he ... Pak Ne ini ada-ada saja. Lah Bu Hajah yang selametan, kok Pak Ne yang julid?
Pak Ripen
Pak Ripen
Bukan Julid, Buk Ne. Kalau Bu Hajah punya hajat terus-terusan, Buk Ne jadi sibuk bantuin Bu Hajah terus. Lah, kapan waktu untuk menemani Pak Ne?
Yu Ripen
Yu Ripen
Ah, Pak Ne ini kayak masih muda saja ... Malu tuh sama si Hamid.
Pak Ripen
Pak Ripen
Ngapain malu. Biar Hamid tahu bahwa berumah tangga itu harua rukun sampai ajal memisahkan.
Yu Ripen
Yu Ripen
Idih, Pak Ne ini kumat. Buk Ne berangkat dulu dah. Salim. Assalamualaikum ...
Pak Ripen
Pak Ripen
Waalaikumsalam ... Salam ya sama Bu Hajah ...
Yu Ripen
Yu Ripen
Salam apa, Pak Ne?
Pak Ripen
Pak Ripen
Bilang ke beliau, bulan depan suruh gelar hajatan lagi.
Yu Ripen
Yu Ripen
Hajatan apa, Pak Ne?
Pak Ripen
Pak Ripen
Khitannya Pak Haji
Yu Ripen
Yu Ripen
Ih ... Pak Ne ini bikin esmosi saja. Nanti Pak Ne yang tak sunat lagi, mau?
Pak Ripen
Pak Ripen
He he he ...
Hamid buru-buru ngacir ke belakang

NAMAKU HAMID

Hamid menjaga tokonya sedangkan Pak Ripen merawat tanaman di halaman rumah
Hamid
Hamid
Pak, kenapa bapak memberi nama aku Hamid?
Pak Ripen
Pak Ripen
Emang kenapa dengan nama itu, Le? Kamu nggak suka?
Hamid
Hamid
Suka, Pak. Tapi, kenapa nama saya tidak sekeren Mbak Yuriko, padahal sama-sama anak Bapak?
Pak Ripen
Pak Ripen
Jangan salah, Hamid itu artinya bagus loh. Masa kamu nggak tahu itu nama Arab loh. Ntar kalau di akhirat yang namanya Arab dipanggil duluan, ya, kan?
Hamid
Hamid
Iya, sih. Terus, kenapa Mbak Yuriko nggak diberi nama Arab juga?
Pak Ripen
Pak Ripen
Lah, bapak dan ibu baru nyadarnya pas sudah punya anak kamu, Mid. Bapak dan ibu waktu itu kenal dengan Ustad Oishi yang mengajarkan bapak dan ibu banyak hal tentang agama.
Hamid
Hamid
Bapak kenal Ustad Oishi di Jepang juga?
Pak Ripen
Pak Ripen
Iya, Mid. Waktu itu bapak dan ibumu sedang bertengkar hebat. Bapak kabur dari rumah dan luntang-lantung di jalanan. Hingga akhirnya Ustad Oishi menemukan bapak yang sudah dalam keadaan kelaparan
Hamid
Hamid
Loh, bukannya kata ibu, bapak pergi membawa banyak uang?
Pak Ripen
Pak Ripen
Iya benar, Mid. Bapak waktu itu memang tidak meninggalkan uang sepeserpun pada ibumu. Padahal waktu itu ibumu harus mengurus mbakmu yang sedang sakit. Bapak waktu itu salah pergaulan. Tiap hari bapak main judi dan mabuk-mabukan bareng teman-teman bapak.
Hamid
Hamid
Bapak jahat banget ternyata ya? Hamid nggak mau kayak gitu kalau menikah nanti.
Pak Ripen
Pak Ripen
Ya iyalah, Mid. Gimana bapak nggak jadi kayak gitu, lah wong selama tinggal di Jepang, bapak melupakan ibadah sama sekali. Yang bapak fokusin cuma mencari uang sebanyak-banyaknya untuk melunasi hutang-hutang bapak di Indonesia.
Pak Ripen
Pak Ripen
Nyatanya, uang itu tidak menjamin kebahagiaan, Mid. Hutang bapak lunas di desa, uang melimpah, tapi hidup terasa hampa.
Pak Ripen
Pak Ripen
Maafin bapak ya, Mid. Karena jauh dari agama selama menjadi TKI, bapak menjadi sosok yang tidak bertanggung jawab!
Hamid
Hamid
Iya, Pak. Tapi, gimana ceritanya bapak bisa ditolong sama Ustad Oishi?
Bapak merenung sesaat
Pak Ripen
Pak Ripen
Selepas meninggalkan rumah, bapak berfoya-foya dengan teman-teman bapak. Sejak saat itu keuangan bapak tidak stabil. Bapak pun mulai malas-malasan bekerja sehingga bapak kehilangan sumber penghasilan. Nah, saat itulah teman-teman secara perlahan meninggalkan bapak. Hingga akhirnya bapak hidup terlunta-lunta dan kelaparan di negeri orang.
Hamid
Hamid
Kenapa Bapak tidak pulang ke rumah menemui ibu dan Mbak Yuriko?
Mata bapak mulai sembap
Pak Ripen
Pak Ripen
P-p-pernah b-b-bapak pulang untuk melihat ibu dan mbakmu. Tapi, baru sampai di ujung gang, bapak sudah balik lagi. Bapak malu!!
Hamid
Hamid
Kenapa Bapak malu?
Pak Ripen
Pak Ripen
Bapak melihat ibumu membuka usaha warung di depan rumah. Bapak melihat ibumu sudah bahagia waktu itu. Bapak takut menghancurkan kebahagiaan ibu dan mbakmu.
Giliran mataku yang sembap
Pak Ripen
Pak Ripen
Karena beberapa hari tidak makan akhirnya bapak pingsan di dekat masjid yang dikelola Ustad Oishi. Dari sanalah bapak mendapat banyak pencerahan dan tanpa sepengetahuan bapak, Ustad Oishi mempertemukan bapak dengan ibumu dan mbakmu.
Air mata bapak tak bisa dibendung lagi
Angin semilir berhembus dari tengah sawah membuat banner bertuliskan TOKO YU RIPEN yang dipasang di depan tempat usaha keluargaku ini bergoyang-goyang. Mendadak mataku berbinar ketika sesosok anak perempuan berjalan menuju ke tempatku duduk. Sosok yang tidak asing lagi. Sosok yang selalu mengisi lamunanku selama ini.
Hamid
Hamid
~Cinta~
Jantungku berdegup semakin kencang tatkala ia semakin dekat dengan posisiku duduk.

GADIS PUJAAN HATI

Cinta
Cinta
Mas Hamid, telornya ada?
Hamid terkejut mendengar suara lembut itu
Hamid
Hamid
Telor apa, Mbak Cinta?
Hamid
Hamid
~Ups ... Aku ngomong apaan, sih? Duh ... Aku kok jadi salting, sih?~
Cinta
Cinta
Telor ayam ras, Mas Hamid
Jedeeeeer!!!! Jawaban itu membuat Hamid malu seketika
Hamid
Hamid
Eh, iya, Mbak Cinta. Maksud saya mau beli telur ayam kampung, telur bebek, apa telur ayam ras?
Hamid buru-buru memperjelas maksud perkataannya. Ia takut gadis itu berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Misalnya, ia berpikir kalau Hamid sedang berkata jorok, misalnya.
Cinta
Cinta
Iya, Mas. Beli telur ayam rasnya tiga kilo.
Hamid
Hamid
~Duh, suaranya kok lembut banget sih, bikin hatiku deg-degan saja~
Hamid
Hamid
Eh, iya, Mbak Cinta. Pasti buat acara tasyakuran, ya?
Cinta
Cinta
Iya, Mas Hamid. Nanti didobelin ya bungkusnya? Takut jebol.
Hamid
Hamid
Tenang. Nanti Mas ... eh, nanti aku dobelin kreseknya. Atau kalau berkenan boleh aku bawain?
Cinta
Cinta
Eh, nggak perlu, Mas Hamid. Aku bisa bawa sendiri, kok.
Hamid
Hamid
Baiklah, kalau begitu, aku timbangin dulu telurnya, ya?
Cinta
Cinta
Makasih, Mas Hamid.
Hamid pun menimbang tiga kilo telur ayam ras. Ia berusaha menenangkan diri agar tidak terlihat grogi di depan gadis impiannya itu. Tapi, benar kata orang. Sulit sekali untuk tidak deg-degan di hadapan orang yang disukai.
Hamid
Hamid
Ini, Mbak telurnya.
Cinta
Cinta
Berapa totalnya?
Hamid
Hamid
Tujuh puluh ribu, Mbak.
Cinta
Cinta
Ini uangnya, Mas.
Hamid
Hamid
Ada yang lain, Mbak?
Cinta
Cinta
Sudah, itu saja.
Hamid menerima uluran uang dari. Matanya mencuri pandang ke arah wajah gadis itu. Hatinya berdecak kagum.
Hamid
Hamid
~Cantik sekali kamu, Cin~
Hamid
Hamid
Makasih banyak ya, Mbak Cinta.
Cinta
Cinta
Aku yang makasih, Mas.
Hamid
Hamid
Sama-Sama, kalau begitu.
Cinta
Cinta
Aku pamit dulu, Mas. Assalamualaikum ...
Hamid
Hamid
Waalaikumsalaaaaam ....
Pak Ripen
Pak Ripen
Waalaikumsalam. Hati-Hati, Nduk.
Cinta
Cinta
Eh, iya, Pak Ripen.
Hamid menatap tanpa berkedip kepergian Cinta menuju rumahnya yang hanya berjarak kurnag lebih seratus lika puluh meter dari rumahnya.
Pak Ripen
Pak Ripen
Miiiid .... Miiiiid .....
Hamid tidak menyahut
Pak Ripen
Pak Ripen
Miiiid .... Miiiid ....
Hamid
Hamid
Eh, iya, Pak. Ada apa?
Hamid menyahut dengan terkejut
Pak Ripen
Pak Ripen
Jaga pandanganmu, Mid. Sampek ngiler-ngiler begitu.
Hamid
Hamid
Eh, enggak kok, Pak. Saya kan, ngeliatin telurnya takut jatuh.
Pak Ripen
Pak Ripen
Ngeles aja, kamu. Emang bapak nggak tahu kalau kamu sering memandang kagum ke anaknya Pak Haji itu?
Hamid
Hamid
Ah, Bapak ini mengada-ada saja.
Pak Ripen
Pak Ripen
Sudah. Tolong bawakan micin kiloan ke sini!
Hamid
Hamid
Untuk apa micin kiloan, Pak?
Pak Ripen
Pak Ripen
Ini, untuk vitaminnya bonsai yang bapak tanam.
Hamid
Hamid
Waduh, beruntung banget tuh bonsai? Pake dikasih micin segala.
Pak Ripen
Pak Ripen
Iya, biar sehat, Mid.
Hamid
Hamid
Jadi bonsai generasi micin nanti kalau tumbuh besar.
Pak Ripen
Pak Ripen
Iya, sama kayak kamu. Kencing belum lurus saja sudah berani suka sama perempuan.
Hamid
Hamid
Ealah Bapak malah meledek saya. Kencing Hamid sudah lurus loh! Apa perlu dites?
Pak Ripen
Pak Ripen
Jih .... Ogah ah. Bapak sudah kenyang kamu kencingi mulai kecil. Maksudnya nggak begitu, Mid. Dasar kamu ini ngelamak sama bapak!
Hamid
Hamid
He he he ... Maaf, Pak. Hamid cuma bercanda, kok.
Pak Ripen
Pak Ripen
Sudah. Buruan bawa ke sini micinnya!
Hamid
Hamid
Oke, siap, Pak!
Hamid pun membawa segepok micin ke tempat bapaknya merawat tanaman. Dia melihat di ujung sana, Cinta sudah berbelok ke arah rumahnya. Ia melihat gadis cantik itu sempat melempar senyum kepadanya.
Hamid
Hamid
~Ya Allah .... manisnyeeeeeee .....~
Bumi seakan berhenti berputar dalam sepersekian detik.
Pak Ripen sudah selesai merawat tanaman dan Hamid baru saja selesai melayani beberapa pembeli tetangga. Tiba-Tiba dari kejauhan terdengar teriakan seseorang meminta tolong.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!