NovelToon NovelToon

Istrimu Adalah Pilihanku

Istrimu Adalah Pilihanku !

Prolog.

Mengganti pasangan, setelah di kecewakan berulang kali itu bukanlah tujuan hidup Arini Kemala seorang wanita sederhana berusia 21 tahun. Ia cantik,  Istri dari seorang pria yang bersifat temperamental.

Hatinya telah sering di patahkan oleh, suaminya. hingga akhirnya terjadi pertemuan di antara dirinya dengan Seto Pramana seorang pria muda tampan, banyak uang dan di gilai para wanita.

Cinta datang tanpa terduga! berawal dari keluh kesah hingga munculah rasa iba, kemudian berkembang menjadi cinta.

"Jangan salahkan aku, jika wanitamu adalah pilihanku!" --Seto Pramana.

❤️❤️❤️

_

_

_

_

"Katakanlah! Apa kau masih mencintaiku?" Suara bentakan Rico Bagaskara menggema.

Sebuah tamparan keras, baru saja ia layangkan di pipi kanan Arini, seorang istri yang telah di nikahinya 3 tahun yang lalu.

Wanita itu terduduk di atas lantai, dengan memegangi pipi kanannya yang terasa panas, bekas tangan Rico, meninggalkan tanda merah disana. Aura hitam pekat mendominasi wajah lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu.

Bukan tanpa alasan, Rico menampar pipi istrinya kali ini. Sebab beberapa jam yang tadi Rico memergoki istrinya sedang di antar oleh seorang pria dan melihat Arini tersenyum kepadanya.

Suatu malam Arini mabuk berat, setelah pertengkarannya dengan Rico beberapa saat lalu membuat dia frustasi, sehingga ia melampiaskannya dengan mengunjungi kafe.

Di sana tanpa sengaja ia bertemu Seto. Pria muda pemilik kafe itu.

Berawal dari Arini yang mabuk berat, membuat Seto iba. Sehingga ia bermaksud mengantarkan Arini sampai rumah, dari pertemuan itu keduanya menjadi akrab hingga tanpa sengaja sering bertemu.

Bukan tanpa sebab, Arini berperilaku demikian,  sifat temperamental suaminya, luka batin dan fisik yang selalu di terimanya, hingga membuat dia mencari pelampiasan dengan bermabuk- mabukan malam itu.

Sosok ibu yang selama ini menyemangatinya kini telah tiada, membuat ia seolah merasa semakin sendirian tiada tempatnya mengadu.

Ibunya meninggal karena serangan jantung, akibat tak kuasa melihat keadaan putrinya yang selalu mendapatkan kekerasan fisik dan batin.

"Wanita tidak tahu di untung! Berapa harga dirimu? Yang kau tawarkan pada pacarmu itu."

Sambil menahan tangis, Arini mengepalkan tangan melihat Rico sedari tadi tak berhenti merendahkannya.

Tadi sepulang kerja, Arini bermaksud membuatkan kopi untuk suaminya, namun bukannya berterima kasih, Rico malah marah hingga  melemparkan cangkir dan menampar pipi Arini. Ia bahkan tak peduli dengan Anaknya yang masih balita menyaksikan kekasarannya.

Rasanya kesabaran Arini telah di ambang batas. Begitu berat ia menjalani kehidupannya yang sekarang, tiada lagi tempatnya berkeluh kesah, Rico yang seharusnya menjadi tempatnya bersandar malah tidak ada pedulinya sama sekali.

Layaknya seorang istri formalitas, Arini hanya mendapatkan status sebagai istri tapi tidak dengan kasih sayang Rico.

"Pyar!" Untuk kesekian kalinya Rico membanting benda apa saja yang bisa di jangkauannya. Keadaan ini menjadi hal biasa bagi Arini, ia hanya diam dan tidak membalas satu apapun kata yang keluar dari mulut Rico.

Sentuhan lembut mendarat di kakinya, Anaknya yang baru saja bisa berjalan itu kini telah berada di samping dan memegangi kakinya." Mama." ucap Anaknya.

Arini menatap wajah Anaknya, ia menghela nafas berat. "Sayang!" ia menggendong anaknya dan membawanya ke kamar tanpa memperdulikan Rico yang masih meledak-ledak.

Arini beranjak menuju kamar, merebahkan tubuh di sebelah Anaknya. Setitik air mata mengalir di sudut matanya, ia sedang mencoba mengendalikan emosinya saat ini.

Niat hati ingin pisah, karena sudah tidak tahan, tapi bagaimana? Melihat anaknya yang masih balita membutuhkan sosok seorang ayah. Setiap kali ia meminta pisah Rico seolah sengaja semakin mempersulit dan semakin melukai fisik Arini.

Beginilah Arini sekarang, tinggal bersama suami yang temperamental,  rumah tangga bagaikan neraka. Jika seorang istri yang telah memberikan keturunan mendapatkan perlakuan istimewa dari pasangannya, tidak dengan Arini. Jangankan kasih sayang, perhatian tidak pernah ia dapatkan, seolah ia hanyalah rutinitas bukan prioritas.

Bersambung...

❤️❤️❤️❤️❤️

_

_

_

_

Halo para pembaca sekalian..di kesempatan kali ini saya Nadira inder menyuguhkan cerita untuk menemani masa senggang kalian.

Karya saya sebelumnya adalah cinta segitiga dalam derita dan cool boy.

Selalu dukung karya saya ya dengan cara like komen dan vote rate juga ok.

Bagi pembaca yang tanya bagaimana kelanjutan cinta segitiga dalam derita akan saya infokan season 2. Bagi yang mau tau silahkan gabung di grup chat dan juga room saya .

Sehat selalu tetap jaga kesehatan semoga tuhan senantiasa menyertai kita.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

I A P 02.

"Mama cucu,"  Arini terbangun, ia mengelus puncak kepala anaknya dan memberikan ciuman sekilas di pipinya. Wajah Arini terlihat pucat pagi ini, mungkin karena ia begadang tadi malam.

Bibir Arini pun nampak kering, di sertai lingkar matanya yang menghitam, menandakan bahwa ia kurang tidur. Namun ia tak menghiraukan itu, yang terpenting adalah Anaknya tidak rewel itu sudah cukup.

"Buatkan aku kopi!" Suara Rico mengagetkannya, tanpa menjawab Arini pun segera menuangkan gula, dan kopi ke dalam cangkir.

Lelaki nan Arogan itu membawa Anaknya untuk duduk di sebuah kursi, yang berada di dapur. "Anak papa sudah bangun ya? Semalam ngompol ya?"

Sudut bibir Arini tersenyum, sejujurnya momen seperti inilah yang ia dambakan, walaupun Rico kasar kepadanya, tetapi Arini tahu, suaminya itu sangat menyayangi anaknya.

"terkadang lembut…terkadang kasar membuat hati bertanya siapa kau?" Ucap Arini dalam hati.

Rico yang ringan tangan, kadang membuat Arini selalu berpikir untuk mengakhiri rumah tangganya, jika di hitung- hitung Rico baik kepadanya ketika pengantin baru saja. Arini pun tak tahu apa salahnya, hingga Rico bersikap demikian. Bahkan sisa tamparan kemarin, masih terasa nyeri hingga menimbulkan bekas memar di pipinya.

Rico masih bercengkrama dengan putrinya, lelaki muda nan Arogan yang berusia 27 tahun itu. Segera menyeruput kopi buatan Arini. Rico sudah berpakaian rapi dan hendak pergi bekerja ia adalah salah satu mandor bangunan.

Selepas kelahiran putrinya, sepasang suami istri itu tidak pernah tidur satu kamar, bahkan hanya sekedar makan bersama pun sekarang jarang.  Arini memilih makan sendirian sebab, Rico selalu menolak jika di ajak makan bersama. 

"Mana sepatuku mah?" 

Suara panggilan Rico membuat tubuh Arini tersentak, tanpa bicara Arini segera mengambil sepatu untuk suaminya itu. Namun pagi ini serasa ada yang aneh tidak biasanya Rico mau di layani olehnya.

Tak ingin membuat suaminya kesal Arini dengan sigap segera menyerahkan sepatu untuk suaminya. 

"Ini sepatunya, mas," ucap Arini dengan menaruh sepatu di samping kaki suaminya.

" Hari ini berhentilah bekerja! Hanya untuk memberimu makan aku masih sanggup !" Kata Rico ketus.

Arini hanya diam tak menjawab, tatapan dingin suaminya membuat tubuhnya seolah terbelah menjadi dua bagian.

"Aku akan mengajukan risegn nanti, tapi tidak bisa langsung keluar karena di tempatku bekerja sebulan pengajuan risegn baru bisa keluar," 

Menghembuskan nafas dengan kasar, Rico menajamkan matanya, pertanda Arini telah membuatnya marah, Arini menunduk, ia mencoba menghindari pertengkaran, wajah pucatnya seolah menjadi pertanda ia lelah untuk bertengkar lagi.

Rico bersedekap dada, " kau mau jadi istri pembangkang?"

Arini meremas ujung bajunya, ketika Rico hendak memakinya, tiba- tiba putrinya membuat Rico mengalihkan pandangannya." Papa inum ," 

"Mas.." ragu-ragu Arini membuka suara.

"Hem.."

"Aku akan mencoba bilang kepada bosku untuk risegn semoga saja segera di setujui, tapi.." Arini tak berani melanjutkan lagi ucapannya saat matanya bertemu dengan manik mata Rico, seluruh tubuhnya seakan melemas.

Tanpa menyahut, Rico meraih dompet di saku celananya dan memberikan sejumlah uang seratus ribuan dan menaruhnya di atas meja dengan kasar.

Arini melihat uang yang baru saja Rico letakkan di atas meja.

"Ambilah uang ini, dan jangan boros-boros!" Ujar Rico dengan tatapan dinginnya.

"Iya, mas… terimakasih,"

Tangan Arini mengulur dan mengambil uang itu, tak selang berapa lama, Rico pun beranjak dari duduknya, tanpa berpamitan dengan Arini, lelaki Arogan itu berangkat bekerja tak lupa ia mencium pipi putrinya itu.

Arini menghitung jumlah uang yang di berikan Rico kepadanya, lima ratus ribu rupiah. Arini bernafas lega, setidaknya ia masih di nafkahi Rico walaupun tidak seimbang dengan jumlah pengeluaran. Itulah sebabnya Arini  bekerja karena uang yang di kasihkan Rico tidaklah cukup terlebih  membeli susu untuk putrinya.

Setelah pekerjaan rumah selesai Arini segera bersiap-siap untuk berangkat kerja, pembantu yang di mintanya datang harian itu kini telah tiba, jadi ia tidak khawatir lagi perihal putrinya saat ia meninggalkannya.

"Bibi..tolong nanti berikan putri saya susu yang telah saya siapkan di dalam kulkas!" 

Rico tidak pernah peduli apakah gizi anaknya tercukupi atau tidak, lelaki itu juga tidak pernah tertarik untuk bertanya apakah selama ini kebutuhan rumah tangga tercukupi, baginya yang ia tahu adalah bekerja dan soal anak itu tanggung jawab Arini.

Setibanya di tempatnya bekerja,  suasana terlihat ramai pengunjung, membuat Arini merasa tidak enak karena ia telah terlambat datang. Arini melemparkan senyum saat tatapan temannya itu mengarah kepadanya, akan tetapi, bukannya membalas senyum rekan kerjanya itu malah terlihat kesal saat melihat kedatangan Arini.

"Bukan main, karyawan biasa datangnya lebih lambat daripada bos!" sindir salah satu temannya tadi.

"Sudah jangan di hiraukan! Cepat bersiap," kata teman dekat Arini menenangkannya.

Arini mengangguk, kemudian bergegas bersiap.

Untuk menghindari adu mulut, Arini memilih mengabaikan sindiran dari rekannya bekerja tadi, ia sebisa mungkin mengabaikannya, seorang pelanggan datang, Arini pun melayani pembelian bunga dengan tulus hati.

Namun ia merasa ada yang aneh dengan pesanan pelanggannya kali ini, ia melirik dan kemudian melanjutkan pekerjaannya, sebenarnya bukan jumlah pesanan bunganya akan tetapi nama dari sang pengirim seperti familiar baginya.

Dalam benaknya bertanya, apakah nama ini sama dengan orang yang saat ini di kenalnya?. Ah, nama seperti itu kan di dunia tidak dia saja banyak kan nama yang sama di dunia ini.

Arini masih berpikir keras, namun dengan cepat ia menyelesaikan pesanan dari pelanggan.

"Mbak...tolong diantarkan ke alamat yang tertera ya!"  Ucap sang pemilik toko membuyarkan lamunan Arini.

Ia menoleh ke sumber suara, terlihat bos sedang berbicara dengan temannya. Alis Arini mengerut pertanda bingung, bukankah biasanya ia yang melakukannya tapi tidak dengan hari ini ada apa?.

Arini pun teringat, bahwa ia ingin mengajukan risegn, ia pun berjalan mendekati bos setelah ia menyelesaikan pesanan tadi.

"Bos. Maaf, saya ingin mengajukan risegn! Karena suami saya sudah tidak memperbolehkan saya bekerja lagi dan menyuruh saya untuk fokus mengurus anak," 

Tak ada respon sebagai petunjuk apakah di setujui atau tidak karena bosnya hanya terdiam. Arini ingin mengatakannya sekali lagi tapi ia merasa tidak enak.

Beberapa menit berlalu, masih tampak tenang tidak ada sahutan dari bos membuat Arini bingung, kemudian ia pun bertanya sekali lagi.

"Bagaimana bos? Apakah saya boleh risegn?" 

Bosnya hanya terdiam, hanya manik coklatnya yang menatap sendu Arini, namun masih dengan bibirnya yang membisu.

Sekali lagi Arini bertanya, namun masih saja bosnya itu membisu hanya dengan di iringi tatapan sendu.

Sebuah suara membuat keduanya menoleh,  hingga Arini mengabaikan menunggu jawaban dari bosnya itu karena saat ini bosnya sedang mendapatkan tamu.

Bersambung.....

like komen dan vote ya ❤️

IAP 03.

Alis Arini mengkerut melihat sosok yang baru saja datang, dengan ragu- ragu Arini tersenyum kepadanya.

"Kita bahas nanti Rin…,!" Arini mengangguk dan kemudian kembali dengan pekerjaannya.

Namun sebelum itu Arini tersenyum sekali lagi menyapa tamu bosnya itu, dan senyuman itupun di balas nya.

"Apa kedatanganku mengganggumu, sebenarnya tadi…?" Ucap Seto Pramana yang tak lain adalah Tamu bos Arini saat ini.

"Oh…santai saja," Dea memotong ucapan Seto, ku anggap kedatanganmu saat ini adalah suatu keajaiban!" ucapnya dengan tersenyum simpul.

Ternyata Dea bos Arini, adalah sahabat baik Seto, mereka bersahabat sejak kecil yang dulunya adalah tetangga. Namun semenjak SMA Seto di bawa orang tuannya untuk pindah di luar kota, dan meskipun jauh Dea tak pernah melupakan Seto.

Tanpa aba-aba, Seto tiba-tiba menatap lekat wajah Dea, hal itu membuatnya menjadi salah tingkah.

Saat memandangi  Dea, lelaki itu sebenarnya mengerti dan bisa merasakan bahasa tubuh yang gemetar, saat ia memegang tangan gadis itu. Raut malu-malu, terlihat jelas di wajahnya saat tiba-tiba wajahnya memerah.

Seto tampak serius memperhatikan wajah Dea, sesekali ia menahan tawa melihat wajah Sahabatnya itu seperti kepiting rebus.

Setelah puas membuat sahabatnya salah tingkah, Seto melepaskan pegangan tangannya, kemudian Dea mencoba membuka topik pembicaraan, entah mengapa melihat tingkah Dea seperti ini terkesan lucu bagi Seto.

Ia meminta Dea, untuk diam.

"Itu bibirnya kering kenapa? Panas dalam atau lama jadi jomblo?" Ledek Seto sembari terkekeh.

Dea memanyunkan bibirnya, ia seolah-olah kesal, dengan apa yang baru saja di ucapkan Seto.

" Jelasin! tumben kamu mampir kenapa?" tanya Dea dengan bersedekap dada.

Seto menunjuk dirinya sendiri, " kamu tanya sama aku?".

Dea memutar bola matanya, " memangnya ada yang lain di ruangan ini selain kita berdua?".

"Lain kali kalau mau tanya sama aku, harus dengan bahasa yang mudah di pahami!" jawab Seto dengan tersenyum.

Seto berdiri dari duduknya, mengambil air minum di dispenser, kemudian meneguknya hingga tandas.

Setelah itu Seto kembali duduk di hadapan Dea. Seto mendesah kan nafasnya, saat ingin menjelaskan maksud dari kedatangannya sekarang.

Tepukan tangan mengangetkan Seto, yang terlihat lama menjawab pertanyaannya. " Apa ini soal wanita ?" 

"Kurang lebih seperti itulah!" Jawab Seto seraya melepas kaca mata yang membingkai matanya menatap fokus ke arah Dea.

"jadi Seto sudah memiliki wanita idaman, siapakah wanita yang berhasil menaklukkan hatinya, beruntung sekali wanita itu!"  Ucap Dea dalam hati.

Melihat Dea tak menanggapi pernyataannya, Seto pun menatap tajam wanita yang kini di hadapannya. 

Dahi Dea mengkerut, " sejak kapan kau serius kepada wanita?" 

Seto mengangkat bahunya, " terlalu sulit untuk aku ceritakan asal mulanya," 

Seto sejenak membayangkan sosok wajah wanita yang saat ini mengusik hatinya, seorang wanita yang sederhana, wajah nan ayu tanpa polesan make up berlebihan, bahkan jika di lihat mukanya masih original tanpa sentuhan skincare.

Bunyi tepukan tangan membuyarkan lamunan Seto,  wanita di hadapannya kini menampilkan ekspresi wajah manyun, membuat Seto terkekeh. Ia kemudian berdiri dan memeluk Dea.

" Kau selalu saja membuatku cemburu!" ucap Dea seraya bergelayut manja di pelukan Seto.

"Selamanya kamu akan tetap menjadi adikku," 

Kata itulah yang sering di dengar Dea, agak memilukan, namun apalah daya cinta tidak dapat di paksa.

Namun tak mengapa, Dea bisa menerima itu.

Dea hanya dapat memandang punggung Seto  yang telah menjauh, selang tak berapa lama setelah berpelukan tadi Seto pun pamit untuk kembali pulang.

Malam harinya.

Selepas makan malam,  Arini menatap wajahnya di depan kaca, ia meneliti wajahnya di depan cermin yang berada di dalam kamar.

"Pucat.  bahkan wajahku tidak menarik. apakah ini jadi penyebab mas Rico berubah?" 

Mengusap wajahnya yang masih menyusahkan bekas biru hasil,  gambar tangan suaminya, membuat Arini kembali bersedih. Ia berpikir keras bagaimana caranya agar suaminya kembali sayang kepada dirinya lagi.

Sesuatu menarik perhatian Arini, ketika ia menatap foto yang berisikan gambar pernikahan dirinya dengan Rico.

"Foto pernikahan ini," 

Ia meraih bingkai foto itu, kemudian mengusapnya. Ada rasa yang sulit di mengerti.  Ya, gambar yang berada di dalam foto adalah suaminya, lelaki yang sudah 3 tahun ini menikahinya. Semua akan terasa berbeda jika Rico kembali sayang padanya.

Sejujurnya Arini juga menyesali kecerobohannya, yang telah bercerita masalah rumah tangganya, ketika dirinya bermabuk-mabukan malam itu. Sehingga ia hilang kendali dan mengatakan masalah rumah tangganya kepada lelaki yang baru saja di kenalnya. Jika saja malam itu tidak terjadi mungkin Rico tidak bertambah dingin seperti sekarang.

❤️❤️❤️❤️

Rico baru saja masuk kamar, dan mendapati Arini menatap foto pernikahan mereka. Melihat raut wajah yang sendu membuat Rico merasa bersalah, ada rasa iba dalam dirinya, jika saja ia mampu berterus terang, mungkin saja ia tidak akan semakin dalam menyakiti Arini.

Rico menepis perasaannya, ia segera membaringkan dirinya di atas kasur, dan segera memejamkan matanya.

Arini baru menyadari, bahwa suaminya masuk ke dalam kamar yang ia tiduri bersama sang anak, tidak biasanya, begitu pikir Arini.

Dengan pelan ia menaruh kembali foto tadi, kemudian ia berjalan pelan, sangat pelan agar suaranya tidak menggangu suaminya, yang sedang beristirahat.

Hingga beberapa menit berlalu, Arini masih setia duduk di samping tubuh Rico, ia mengelus lembut rambut suaminya, ada rasa takut jika saja nanti Rico terbangun,  hingga pada akhirnya sesuatu lembut di rasakan Rico menyentuh bibirnya. 

Manik hitamnya meneliti wajah Arini, yang sepertinya belum menyadari bahwa Rico baru saja membuka matanya,  Arini bukannya tidak menarik lagi, hanya saja ada hal yang belum mampu di ungkapkan Rico kepada istinya itu.

Ketakutan jelas nampak di wajah Arini, saat menyadari Rico sudah membuka matanya. Ia menunduk lalu segera berdiri hendak pergi.

 "Mau, kemana Mah?" dengan menahan tangan istrinya itu, Rico segera beranjak dari tidurnya.

"Ma-af mas, aku hanya tidak sengaja tadi." 

Rico meraba bibirnya yang baru saja tersentuh tangan Arini, sejujurnya getar cinta itu masih sangat terasa, naluri sebagai suami juga masih ada, namun apalah daya sesuatu membuatnya selalu teringat untuk kembali ke mode senyap.

"Aku permisi ke kamar mandi, mas," 

"Mah. Tunggu!"  Arini berdiam diri, harap- harap cemas. Takut jika Rico akan marah atas apa yang baru saja ia perbuat.

"Ada, apa, mas?

"Apa aku boleh menyentuhmu malam ini?" 

Arini terdiam, ia bingung harus menjawab apa, pantaskah pertanyaan itu di pertanyakan padanya? Sedangkan statusnya masih sah dan sepenuhnya adalah hak Rico. 

Rico mendesahkan nafas panjang, kemudian mengibaskan tangannya.

"Ya sudah."

Arini bersedih hati, mengapa sangat sulit mengetahui isi hati pasangannya sendiri. Rumah tangga macam apa yang sedang ia jalani?! 

Bersambung.....

Jangan lupa like ya komen dan vote lop² sejagat manggaton dan noveltoon ❤️😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!