NovelToon NovelToon

Oh My Introvert Husband

Prolog

Beberapa lembar foto tampak berserakan di meja kerja pria yang masih terlihat gagah di usianya yang sudah mau masuki kepala 4. Rangga nampak memijit kepalanya yang terasa pusing melihat beberapa foto yang memperlihatkan wajah anak sulungnya di sana.

Jika biasanya foto kebanggan atas prestasi-prestasi Aidan yang dilihat oleh matanya. Namun kini berbeda. Beberapa gambar yang terlihat memalukan jika dipandang dari sudut mana pun yang terlihat di sana.

"Apa-apaan ini, Aidan!!" suara Rangga terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan. Untung saja ruangan kerja Rangga kedap suara. Jika tidak, bisa-bisa orang yang mendengarnya bisa terkena serangan jantung mendadak.

"Itu tidak seperti yang Ayah lihat." jawab Aidan dengan tenang. Tidak ada raut ketakutan di wajahnya. Bahkan jawabannya yang datar-datar saja membuat emosi sang Ayah kembali memuncak.

Wajah Rangga sudah merah padam melihat tajam ke arah putranya. Jawaban putranya yang seperti tidak ada rasa bersalah itu membuat emosi Rangga kembali naik.

"Tidak seperti yang Ayah lihat bagaimana?! Foto-foto ini sudah jelas menunjukkan jika kamu membawa seorang wanita masuk ke dalam kamar hotel dan baru keluar dari dalam kamar itu waktu pukul 5 pagi dari rekamana CCTV. Menurut kamu apa yang wanita dan pria lakukan berada di dalam kamar hotel selama waktu berjam-jam, huh?!" pekik Rangga. Dadanya bergemuruh. Bagaimana jika Aidan melakukan hal yang pernah ia lakukan di masa lalu dulu kepada Vara—istrinya. Rasanya Rangga benar-benar kecewa saat ini.

"Dengarkan penjelasan Aidan dulu, Ayah. Itu benar-benar tidak seperti yang ada di dalam pikiran Ayah saat ini. Aidan punya alasan membawa wanita itu ke dalam hotel." punggungnya yang semula ia sandarkan ke kursi kini sudah duduk dengan tegap menghadap ke arah sang Ayah. Mencoba menjalin kata demi kata yang baik untuk disampaikan agar sang Ayah dapat paham dan mengerti.

"Apapun alasan kamu itu tetap saja hal yang memalukan, Aidan!" emosi yang semakin memuncak membuat Rangga tidak mau menerima alasan apapun dari putranya saat ini. Apalagi jika masalah ini sampai diketahui oleh Vara. Bagaimana perasaan istri tercintanya itu? Didikan yang selama ini Vara ajarkan kepada anak-anaknya rasanya sudah cukup menjadi bekal untuk anak-anak mereka berpikir sebelum bertindak.

Aidan mengeram kesal. Andai saja dirinya tidak bertemu dengan wanita yang sedang mabuk itu di klab malam waktu itu. Pasti semuanya tidak akan seperti ini. Bahkan Rangga yang biasanya selalu mendengarkan alasannya jika terjadi suatu masalah, kini malah menolak mentah-mentah apapun alasan yang bahkan belum dikatakan olehnya.

Asisten Jo yang berada di samping Rangga yang dari hanya menjadi pendengar perdebatan ayah dan anak itu akhirnya membuka suara.

"Hm."

"Katakan!" ucap Rangga yang sudah tahu pasti ada informasi penting yang akan Jo katakan.

"Menurut informasi yang saya dapatkan. Wanita yang dibawa Tuan muda Aidan ke dalam hotel adalah Alea anak dari Tuan Bara yang dulu pernah menjadi teman kuliah Tuan selama berada di luar negri."

Mata Rangga menyalang tajam mendengar ucapan asisten Jo yang bagaikan sambaran petir di siang bolong. Bara? Rangga ingat betul siapa Bara. Teman baik kuliahnya yang dulu menikah muda akibat perjodohan. Bahkan di waktu kuliah temannya itu sudah memiliki anak yang Rangga perkirakan umurnya hanya terpaut satu tahun dengan Aidan dan Yura.

"Nikahkan wanita itu, Aidan!" perintah Rangga yang membuat kedua bola mata Aidan membulat sempurna.

***

Selamat datang di karya baruku:)

*

*

*

Lanjut? Happy reading!:)

Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉

Keputusan

Plak.

Tamparan cukup keras terdengar nyaring di mansion mewah keluarga Dharma. Aidan memegang pipi sebelah kirinya yang terasa perih akibat tamparan keras dari sang bunda.

"Bunda." lirih Aidan tidak menyangka jika Bundanya yang selama ini lemah lembut kepada suami dan anak-anaknya berhasil melayangkan tamparan kepadanya.

"Jangan sebut Bunda sebagai Bundamu lagi, Aidan!" pekik Vara histeris.

Video dan beberapa foto yang masuk ke dalam ponselnya beberapa jam yang lalu berhasil membuat Vara begitu kecewa dengan putranya.

"Kurang apa Bunda mendidik kamu selama ini Aidan?!" Vara masih berteriak histeris.

Rangga yang baru saja memasuki mansion dan mendengar teriakan Vara segera melangkahkan kakinya ke arah istrinya.

"Sayang, tenanglah." Rangga membawa tubuh istrinya yang masih terisak ke dalam pelukannya.

"Bunda.." lirih Aidan. Kini Aidan paham apa yang menyebabkan kemarahan Vara. Pemikirannya yang sudah penuh dengan perintah Rangga yang menyuruhnya menikahi gadis yang sama sekali tidak di kenalnya. Sekarang Aidan harus menerima kemarahan dari wanita yang sangat dicintainya.

"Bunda salah paham. Aidan bisa menje—" ucapan Aidan terputus ketika melihat tatapan tajam dari Rangga seolah berkata berhenti untuk berbicara. Sedangkan Vara masih menggeleng tak percaya akan apa yang sudah putranya lakukan.

Yura yang melihat Kakaknya disudutkan hanya bisa menangis duduk di soda. Rasanya sangat sakit melihat pria yang sudah berbagi tempat tinggal di rahim Vara bersamanya itu mendapatkan tamparan bahkan bentakan dari orangtuanya.

"Nikahi wanita itu! Atau jangan pernah kamu anggap Bunda sebagai Bunda kamu lagi!" ucap Vara yang masih terisak dipelukan Rangga.

Vara sungguh tidak menyangka. Jika putranya yang selama ini sangat menjaga jarak dengan wanita itu berani membawa wanita masuk ke dalam hotel. Bahkan dari kiriman video yang ia dapatkan dari orang suruhannya untuk menjaga Aidan itu terlihat pakaian Aidan yang berantakan dan rambutnya acak-acakkan.

Aidan menjambak rambutnya frustasi. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan kedua orangtuanya. Melihat tangisan Vara bagaikan duri tajam yang menusuk ke dalam jantungnya.

"Bunda jangan menangis lagi.. Maafkan Aidan, Bunda.." menghela nafasnya yang kian memberat. Walaupun berat, Aidan akan berusaha untuk melakukannya. "Aidan akan menikahi wanita itu." putusnya.

"Ya, memang seharusnya seperti itu!" tegas Rangga. "Ayo kita naik ke kamar, Sayang. Jangan menangis lagi. Aidan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya." ucap Rangga. Menuntun tubuh Vara memasuki lift menuju lantai 3 dimana kamarnya berada.

Setelah kepergian Rangga dan Vara, Yura yang sedari tadi hanya diam saja melangkahkan kakinya ke arah Aidan yang kini masih berdiri tegak di posisinya tanpa mengalihkan pandangan dari pintu lift yang sudah tertutup rapat.

"Kakak.." lirih Yura yang langsung membenamkan tubuhnya ke dalam pelukan Aidan.

Aidan membalas pelukan adiknya. Baju yang dikenakannya terasa basah oleh air mata Yura. "Sudahlah Yura, jangan menangis."

"Tamparan Bunda pasti sangat sakit." ucap Yura disela tangisannya.

"Tidak seberapa dibandingkan rasa sakit Bunda saat ini. Sudahlah, Kakak pasti bisa menyelesaikan masalah ini." mengusap kepala Yura untuk menenangkannya.

"Aku tahu Kakak tidak mungkin melakukan perbuatan yang mencoreng nama baik keluarga." walaupun sering berdebat dengan Kakaknya. Tetapi jika dalam keadaan seperti ini, pasti Yuralah yang paling mengerti keadaan Aidan. Ikatan batin diantara mereka yang sangat kuat, meyakinkan Yura jika Kakaknya pasti tidak bersalah.

***

*

*

*

Lanjut? Happy reading!:)

Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉

Terimakasih sudah membaca karya recehku:

Gadis malang

Rangga menghela nafasnya melihat Vara yang masih terisak didalam pelukannya. "Sayang, tenanglah. Semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" Rangga menepuk lembut punggung Vara yang masih naik turun.

Vara melepaskan pelukannya ketika mendengar perkataan Rangga. "Maksud kamu gimana, Mas?" tanya Vara. Keningnya nampak mengkerut.

"Aidan tidak melakukan perbuatan di luar batas. Dia hanya menolong Alea yang sedang mabuk di klab malam itu. Dan kebetulan Aidan berada di sana saat itu."

"Alea?" Vara berpikir. Nama yang tidak asing. Nama yang seperti pernah didengarnya.

"Iya. Alea, Sayang. Alea anaknya Bara teman Mas selama kuliah dulu." terang Rangga melihat kebingungan istrinya.

"Apa?!" pekik Vara yang terkejut mendengarkan penjelasan Rangga. Sedikit banyaknya Vara sudah mengetahui kehidupan wanita cantik bernama Alea itu.

"Hust.. Jangan berteriak seperti itu." Rangga kembali membawa Vara ke dalam pelukannya.

"Bagaimana bisa Alea berada di tempat itu dan bertemu dengan Aidan, Mas? Dari kecil Alea selalu kekurangan kasih sayang dari Bara dan istrinya."

"Kamu benar, Sayang. Yang mas tahu Alea memang sering pergi ke klab malam bersama dua orang sahabatnya. Tetapi bukan berarti mereka melakukan tindakan di luar batas. Dan malam itu, seperti Alea sedang ada masalah dengan Bara."

"Masalah yang sama seperti biasanya?"

"Sepertinya begitu."

"Kasihan sekali anak itu. Karena keegoisan kedua orangtuanya yang lebih mementingkan bisnis. Sampai tidak memikirkan perasaan dari gadis yang masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang mereka sedari kecil." lirih Vara.

"Itulah yang menyebabkan Mas meminta Aidan untuk menikahi wanita itu."

Setelah mendengar sepenggal penjelasan Rangga. Vara mulai berpikir akan tindakannya yang sudah menampar Aidan. Air matanya yang sudah mengering kembali menganak sungai.

"Hei, kenapa menangis?"

"Aku sudah menampar Aidan atas apa yang tidak pernah dilakukannya, Mas. Bagaimana ini?" air matanya masih mengalir deras. Aidan pasti sangat kecewa kepadanya saat ini. Karena Vara yang biasanya selalu mencari tahu kebenaran dari sebuah masalah terlebih dahulu kini dengan mudahnya mempercayai berita yang belum pasti akar permasalahannya.

"Sudahlah, itu lebih baik walau menyakitkan. Dengan begitu Aidan akan menikahinya." mengingat putranya itu yang sama seperti dirinya dulu yang tidak tersentuh dengan namanya wanita. Rangga memutuskan untuk secepatnya menikahkan Aidan. Rangga takut, jika perbuatannya di masa lalu akan terjadi pada Aidan.

"Semoga saja Aidan bisa belajar menyayangi dan mencintai Alea, Mas. Tapi, apa Bara akan setuju dengan ide kamu ini, Mas?"

"Mas akan membuat Bara setuju. Apa kamu tidak yakin dengan kemampuan Mas-mu ini?" Rangga menaikkan salah satu alisnya. Memang benar. Jika Rangga bisa melakukan apa saja yang dia inginkan. Dan Vara tidak bisa mengelak akan hal itu.

"Ya, ya. Kamu sombong sekali!" cebik Vara. Bibirnya mengkerut kesal melihat suaminya yang dulu sedingin gunung es itu kini berubah menjadi pria yang sangat menyebalkan jika bersamanya.

Rangga yang melihat bibir Vara yang mengkerut dengan cepat membungkam bibir mungil Vara dengan bibirnya. Ciuman panas mereka pun tak dapat dielakkan. Bibir Rangga yang mulai turun ke leher jenjang Vara harus terhenti ketika mendengar suara pintu yang dibuka paksa.

"Bundaa.." teriakan dari gadis yang masih memakai seragam sekolahnya. Gadis itu menatap kedua orangtuanya bergantian yang nampak gugup melihat kedatangannya.

"Bunda dan Ayah sedang ngapain?" tanya Alula melihat posisi Vara yang masih duduk dipangkuan Rangga dengan baju sedikit berantakan.

***

*

*

*

Lanjut? Happy reading!:)

Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉

Terimakasih sudah membaca karya recehku:

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!