NovelToon NovelToon

Love Story

Episode 1

Suara denting jam bersahutan dengan debaran jantung Kinar yang kian berdetak kuat. Keringat dingin mulai bercucuran di seluruh tubuh gadis itu. Tangannya menggenggam erat sebuah amplop berwarna merah hati. Tubuhnya terasa kaku menatap apa yang ada di depannya sekarang. Kakinya pun masih enggan untuk melangkah.

Bulir bening yang sempat menetes dengan cepat disingkirkan oleh Kinar. Menarik nafas dalam lalu dikeluarkannya. Kinar menatap laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Laki-laki dengan senyum sumringah menyambut kedatangan beberapa tamu undangannya. Setelan jas yang ia kenakan menambah pesona dari pria tersebut. Tak berapa lama muncul seorang gadis yang langsung melingkarkan tangannya di lengan pria itu.

Kinar membalikkan badannya, dadanya terasa sesak, perih seperti tertancap duri tajam. Air matanya tak mampu ia bendung lagi. Tiba tiba ada yang menepuk pundaknya.

"Kinar! Bangun, Kin!!" Seorang wanita mengelus pundak Kinar yang masih tertidur dalam isakkan tangis.

Kinar mengerjapkan mata, melihat Mita ada diatasnya. "Tante!" Ucap Kinar pelan.

"Kamu mimpi buruk lagi?" Kinar beranjak bangun menyandarkan tubuhnya di papan ranjang. Meraih gelas yang berisi air putih dari tante Mita kemudian meneguknya.

"Kamu apa lagi ada masalah, Kin? Kok tiap hari mimpi buruk terus?" Kinar menggeleng pelan diikuti senyum tipis.

"Kin, mau kampus bareng gue nggak?" Tanya Mecca dari bibir pintu.

"Lo duluan aja nggak apa-apa, Me! Gue nggak ada kelas pagi hari ini." Jawab Kinar yang masih tetap di atas tempat tidur.

"Ok! Mi, Mecca berangkat ya!" Ucap Mecca berlalu pergi.

Kinara Novelya Putri, gadis 20 tahun yang harus menerima kedua orang tua serta adik yang masih berada di rahim mamanya meninggal akibat kecelakaan 5 tahun silam. 2 tahun Kinar larut dalam kesedihannya, meratapi nasibnya yang sebatang kara. Beruntung ada Mita sahabat baik mamanya mau menjaga dan merawatnya seperti anak sendiri. Mita juga memiliki anak perempuan yang seumuran dengan Kinar. Namanya Mecca, walaupun gaya hidup mereka berbeda, tetapi Mecca sangat menyayangi Kinar seperti layaknya saudara.

Kinar berjalan tergesa menuju kelasnya. Ia terlambat 10 menit dari waktu yang seharusnya.

Bruukkk

Kinar tersandung kakinya sendiri. Ia jatuh dengan lutut dan tangan sebagai tumpuan. Sesaat kemudian sebuah tangan terulur. Kinar mengangkat pandangan, melihat sosok laki-laki yang dikagumi banyak wanita tengah berdiri di hadapannya. Kinar diam tak menyambut uluran tangan itu. Sampai pada akhirnya, laki-laki itu berjongkok meraih tangan Kinar untuk membantunya berdiri.

"Makasih!" Kata Kinar singkat.

"Jefan, kok masih di sini? Katanya mau ngambil mobil di parkiran?" Tanya Mecca yang tiba tiba muncul.

"Kinar?" Mecca menoleh menyadari keberadaan Kinar di sana.

"Tadi Jefan bantuin aku bangun. Em... Maksudnya tadi aku buru-buru trus nggak sengaja kesandung." Jawab Kinar salah tingkah. Kemudian minta ijin melanjutkan langkahnya.

Kinar berbalik menatap Mecca dan Jefan yang sudah meninggalkan tempatnya.

Jefan Bintang Yudistira. Sosok laki-laki yang memiliki wajah tampan, postur tubuhnya yang tinggi, serta kharismanya yang mampu memikat hati banyak wanita. Tapi dari sekian banyak yang mengejar cintanya, Jefan melabuhkan hatinya pada Mecca. Gadis cantik yang mulai merintis karir di dunia modelling.

Kinar menyandarkan tubuhnya pada rak buku paling pojok. Di sampingnya ada Elsa tengah mencari buku dengan sesekali melirik Kinar.

"Aduh Kin! Daripada lo galau kaya gini mending sepulang kampus kita jalan deh!" Elsa menghentikan aktivitasnya dan duduk di kursi depan Kinar berdiri.

"Nggak ah, Sa! Gue mau langsung pulang aja." Jawab Kinar datar tanpa menoleh ke Elsa.

"Gue traktir deh. Lo mau apa? Shopping, makan, nonton, gue turutin. Asal lo nggak galau lagi." Kata Elsa penuh semangat.

Gadis itu sudah bersahabat baik dengan Kinar sejak orang tua Kinar masih ada. Bahkan Elsa selalu jadi yang terdepan untuk Kinar dalam keadaan apapun. Seperti halnya saat Kinar kehilangan orang tuanya, Elsa tak berhenti memberi kekuatan untuk Kinar. Sempat ia meminta Kinar untuk tinggal bersamanya, namun Kinar menolak karena merasa tidak enak dengan Mita yang lebih dulu memintanya untuk tinggal bersama.

"Lo mau gue nggak galau lagi?" Tanya Kinar menatap Elsa serius. Elsa hanya mengangguk.

"Temenin gue ke makam! Gue kangen papa sama mama, sama adik juga."

Elsa menghela nafas. Sebenarnya ia sangat malas ketika Kinar meminta ditemani ke makam. Bukan karena apa-apa, tapi Elsa sangat paham kalau hal itu malah akan membuat jiwa Kinar down lagi. Akhirnya dia juga yang kesulitan mengembalikan mood Kinar. 

"Nggak mau yaudah." Kata Kinar nyelonong pergi meninggalkan Elsa.

Setelah perdebatan kecil yang terjadi, Elsa pun mengalah menuruti kemauan Kinar. Sama persis seperti dugaannya, Kinar menangis tersedu di tengah tengah makam kedua orang tuanya.

"Dek, kalau aja kamu udah lahir duluan ke dunia. Pasti kakak nggak akan kesepian. Kakak punya kamu yang akan jadi semangat hidup kakak." Kinar mengusap nisan kecil di samping nisan mamanya.

"Tuntun mama sama papa sampai ke surga ya dek!" Tak terasa bulir bening pun menetes.

"Kin, balik yuk!" Ajak Elsa setelah merasa sudah cukup lama berada di sana. Kinar pun menurut. Lengannya ditarik perlahan oleh Elsa menjauh dari sana.

Elsa menghentikan mobilnya di depan coffee shop. Mengajak Kinar untuk mampir sebentar sekedar merefresh otaknya agar tidak terlalu spaneng.

2 cangkir kopi tersedia di atas meja tempat Kinar dan Elsa berada. Kinar lebih dulu meneguk kopinya, sedangkan Elsa mematung memandang 1 meja yang ada di pojok ruangan itu.

"Kin!"

"Hmm!"

"Itu Mecca bukan sih?" Kinar menoleh mengikuti arah jari Elsa menunjuk. Melihat Mecca duduk berdua dengan seorang laki-laki yang sesekali membelai tangannya, Kinar menyemburkan minumannya.

"Itu Mecca sama siapa? Kok mesra banget sih?" Tanya Kinar penasaran. Namun pertanyaan itu tak mendapat jawaban karena dirinya maupun Elsa memang tidak mengetahui siapa pria yang sedang bersama Mecca. Melihatnya saja baru sekali ini.

Pertanyaan tentang siapa laki-laki yang bersama Mecca di coffee shop tadi terus berputar di otak Kinar. Bagaimana mungkin Mecca berduaan dengan pria lain sedangkan yang ia tahu Mecca pergi dengan Jefan. Bukan hanya berduaan tapi bermesraan, sesekali laki-laki itu mengecup punggung tangan Mecca dan membelai rambutnya. Lebih parahnya Mecca diam saja saat pipinya di kecup oleh pria itu.

Merasa lelah dengan pikirannya, Kinar beralih meraih ponsel membuka sosial medianya. Matanya tertuju pada postingan teratas milik akun jefan yudistira.

Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi.

Postingan tersebut berhasil mencuri perhatian Kinar. Ia semakin penasaran dengan hubungan Jefan juga Mecca yang akhir akhir ini terlihat lebih sering bertengkar.

Episode 2

"Iya sebentar." Teriak Kinar dari dalam rumah. Ia berlari menuju pintu utama karena mendengar suara bel berbunyi.

"Jefan!" Ucap Kinar menatap pria yang tak lain adalah Jefan.

"Nyari Mecca ya? Mecca lagi nggak ada di rumah." Kinar menjawab sendiri pertanyaan yang ia lontarkan tanpa menunggu jawaban dari Jefan.

"Gue nyari lo bukan Mecca." Mata Kinar membulat mendengar ucapan Jefan.

"Gue?" Kinar menunjuk dirinya sendiri.

"Ada apa?"

"Ikut gue bentar yuk!" Jefan menarik lengan Kinar, namun Kinar menolak.

"Kemana?"

"Ikut aja!" Akhirnya Kinar menurut. Masuk ke dalam mobil Jefan kemudian berlalu pergi meninggalkan rumah Mecca.

Tak ada suara yang keluar dari bibir Kinar maupun Jefan. Hanya terdengar alunan musik sendu yang Jefan putar. Kinar sesekali melirik wajah datar Jefan yang fokus menyetir.

Jefan mengarahkan mobilnya ke pinggiran kota sehingga membuat Kinar semakin penasaran kemana Jefan akan membawanya pergi.

Pertanyaan tentang kenapa Jefan mengajaknya pergi hari ini masih belum ia dapat jawabannya. Pasalnya ini kali pertama mereka pergi bersama, padahal sudah saling kenal sejak SMA.

Mobil Jefan berhenti di tepi sebuah danau. Jefan keluar terlebih dahulu baru kemudian disusul oleh Kinar. Jefan mengangkat kakinya berjalan mendekati pinggir danau. Sedangkan Kinar masih mematung di tempatnya, menatap punggung Jefan dengan penuh tanya.

"Aaaaaaa!!!!" Kinar terkejut dengan teriakan Jefan yang tiba tiba. Membuatnya semakin tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dengan Jefan.

"Kin, hari ini temenin gue ya!" Pinta Jefan setelah melihat Kinar berada di sampingnya.

"Maksudnya temenin gimana?" Tanya Kinar tak paham.

"Gue butuh temen ngobrol hari ini. Lo, nggak keberatan kan?" Jefan menoleh menatap Kinar. Membuat Kinar seketika gugup, bibirnya kesulitan menjawab pertanyaan Jefan.

Takut beradu pandang dengan Jefan, Kinar mengalihkan pandangannya ke depan.

"Kan lo punya pacar. Kenapa gue yang lo minta buat jadi temen ngobrol lo?"

Jefan menarik nafas dalam, membuangnya dengan kasar. Ia membungkukkan badannya, mengambil kerikil kemudian melemparnya ke tengah danau.

"Gue pulang aja ya!" Kinar membalikkan badannya, namun tangan Jefan dengan cepat menahan lengan Kinar.

"Sebentar aja, Kin temenin gue di sini!" Pinta Jefan mengiba.

Melihat raut wajah Jefan yang lesu, tiba tiba hati Kinar terketuk. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang. Mengikuti Jefan yang sudah lebih dulu duduk di sebuah perahu kecil. Jefan mengambil dayung, mulai menggerakkan dayungnya. Perlahan perahu bergerak meninggalkan tepi danau.

Tak terasa hari mulai gelap. Jefan dan Kinar masih berada di danau dengan keduanya saling diam. Jefan berbaring di atas rerumputan dengan matanya yang terpejam. Bukan tidur, tapi hanya ingin menutup matanya.

Kinar memegangi perutnya, merasakan perih di sana. Belum lagi rasa kesalnya karena merasa seperti boneka hidup. Selama di perahu tadi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Jefan, sampai sekarang.

"Yuk pulang!" Jefan beranjak bangun berjalan meninggalkan Kinar.

Pandangan Kinar tiba tiba kabur, kepalanya terasa pusing, perutnya sakit. Rasanya tak mampu untuk mengikuti Jefan yang sudah mendekati mobilnya.

"Jef!" Terdengar suara Kinar yang lemah membuat Jefan berbalik. Gadis itu hampir saja ambruk tapi dengan cepat Jefan menangkap tubuh Kinar.

"Kin, lo kenapa?" Jefan mulai panik karena Kinar sudah tak menyahut. Digendongnya tubuh Kinar masuk ke dalam mobil. Tanpa menunggu, Jefan melajukan mobilnya, mengarah ke sebuah klinik terdekat.

...****...

"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan! Pingsan yang disebabkan pasien hanya karena telat makan." Tutur seorang dokter setelah selesai memeriksa Kinar.

Jefan merutuki dirinya sendiri, menyadari kebodohannya karena tidak mengajak Kinar untuk pergi makan. Padahal sudah sejak siang mereka pergi, dan sekarang hari sudah gelap.

"Ini saya beri resep vitamin sama obat untuk menghilangkan pusingnya. Lain kali jangan sampe telat ya makannya!" Lanjut dokter menyerahkan selembar kertas resep untuk Kinar.

"Makasih, dok." Kata Kinar sembari tersenyum.

...****...

"Kita makan dulu ya!" Kata Jefan memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe.

"Langsung pulang aja deh! Gue capek!" Kata Kinar terdengar ketus. Ia memang merasa capek karena hampir seharian merasa kehadirannya tidak dianggap oleh Jefan.

"Gue minta maaf, Kin. Gue ngaku salah karena nggak ngajak lo makan dulu tadi." Kata Jefan mengakui kesalahannya.

"Udah itu doank?"

Jefan mengerutkan dahinya, tak mengerti akan ucapan Kinar.

"Udah lah, gue pulang naik taksi aja!" Kata Kinar hendak turun dari mobil Jefan, tapi dengan cepat ditahan oleh pemilik mobil.

"Gue anter lo pulang, tapi kita makan dulu." Kinar tak menjawab, wajahnya menunjukkan kalau ia betul-betul sedang kesal.

"Langsung pulang aja deh, Jef!" Jefan tak menyahut, tangannya langsung bergerak ke stir menjalankan mobilnya.

Tak berapa lama mobil Jefan sampai di depan pagar rumah Mecca. Jefan menoleh mendapati Kinar yang tertidur. Tanpa ia sadari, tangannya terulur menyingkirkan rambut yang menutupi mata Kinar, turun dan berhenti di pipi chubby itu kemudian mengusapnya perlahan. Kinar beringsut merasakan sentuhan di pipinya.

"Eh maaf! Ganggu tidur lo." Kata Jefan kembali ke posisinya semula.

"Udah sampai ya?" Kinar mengucek matanya.

"Iya." Jawab Jefan singkat. Ketika Kinar hendak turun, lagi-lagi Jefan menahan lengan Kinar.

"Kenapa?"

"Makasih ya buat hari ini, dan maaf tadi udah bikin lo pingsan." Kali ini ucapan Jefan terdengar tulus, seiring senyum yang terlukis dari bibirnya sehingga membuat Kinar terpaku.

Senyum untuk pertama kali yang Kinar dapat dari seorang Jefan. Tak dipungkiri jika Kinar juga mengagumi sosok Jefan.

Kinar menarik bibirnya hingga menampakan senyuman manis di wajah cantiknya. "Iya, nggak apa-apa."

Kinar melambaikan tangan ke Jefan yang beranjak pergi bersama mobilnya.

...****...

"Apa? Lo serius, Kin?" Mata Elsa terbelalak mendengar penuturan Kinar. Sedangkan yang diajak bicara hanya menganggukkan kepala.

"Tadinya sih gue kira nyariin Mecca, eh nggak taunya malah ngajak gue jalan." Kata Kinar menusuk baksonya.

"Trus gimana rasanya jalan sama cowok most wanted gitu?" Elsa menaik turunkan alisnya, penasaran dengan cerita Kinar.

"Lo mau tau gimana rasanya?" Kinar meneguk es jeruknya sebelum melanjutkan cerita. Sedangkan Elsa dengan kedua tangannya memangku dagu seakan siap mendengarkan cerita dari sahabatnya itu.

"Gue kaya boneka hidup, ngikutin kemana aja dia pergi. Boro-boro ngajak makan, ngobrol aja kagak!" Kinar cemberut mengingatnya kembali.

"Uhuk!" Elsa tersedak, matanya membulat tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Jadi, maksudnya kalian cuma diem-dieman gitu?" Kinar mengangguk mengiyakan ucapan Elsa.

"Gue juga heran Sa. Katanya butuh temen ngobrol, tapi yang ada gue dianggurin kaya patung."

"Ehemmm!!!!" Deheman seorang lelaki menghentikan pembicaraan Elsa dan Kinar. Keduanya mengangkat pandangan, terkejut melihat Jefan sudah berdiri di tengah tengah mereka.

"Ntar pulang bareng gue ya! Gue tunggu di parkiran!" Kata Jefan sembari menatap Kinar.

"Hah?"

"Sini HP lo!!" Tangan Jefan menengadah.

"Buat apaan?" Jefan tak menjawab, tangannya dengan cepat menyambar ponsel Kinar yang ada di atas meja.

"Ehhh...." Kinar berusaha menghalangi tangan Jefan, namun kalah cepat.

Setelah selesai mengetikkan sesuatu, Jefan meletakkannya kembali. Kemudian berlalu pergi tanpa mengatakan apapun.

Kinar meraih ponselnya, mencari tau apa yang dilakukan Jefan dengan ponselnya tadi. Kinar mengerutkan dahi, rupanya cowok itu diam-diam menyimpan sendiri nomornya di ponsel Kinar.

Kinar berjalan seorang diri melewati lobby kampus. Elsa lebih dulu pulang karena sudah ada janji dengan Erwin. Ponselnya bergetar menandakan jika ada pesan masuk. Kinar membuka pesan tersebut yang ternyata dari Jefan.

//Buruan!! Gue tunggu di parkiran!//

Kinar tak membalas, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Baru 5 langkah, handphonenya kembali bergetar. Kinar hanya melirik, tak membuka pesan yang dikirim dari orang yang sama. Ketika ingin menyimpan ponselnya kembali, tak sengaja jarinya menyentuh layar sehingga membuka room chatnya dengan Jefan.

//Gue janji nggak akan cuekin lo kayak kemarin//

//Buruan!! Panas nih!!//

Kinar tetap tak menghiraukan pesan dari Jefan. Dia berjalan melewati parkiran dimana tempat Jefan berada.

Episode 3

"Makasih, Jef! Gue langsung turun ya."  Kata Kinar membuka pintu mobil.

"Tunggu, Kin!" Jefan ikut turun mengejar Kinar yang hendak membuka pagar.

"Maaf ya untuk yang kemarin. Gue nggak ada maksud nyuekin lo, cuma...." Jefan menghela nafas, serasa berat untuk melanjutkan ucapannya.

"Cuma apa, Jef?"

"Nggak apa. Yaudah gih! Lo masuk trus istirahat!" Jefan membalikkan badannya kemudian kembali ke mobil. Melambaikan tangan ke Kinar dengan diiringi senyum.

Kinar memutar gagang pintu kamarnya, meletakkan tas di atas meja kemudian duduk di tepi ranjang. Senyum Jefan yang begitu mempesona tak dapat ia lupakan. Perlakuan Jefan hari ini terlihat aneh. Semua terasa berbanding terbalik dengan hari kemarin.

Kinar membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, matanya menerawang mengingat sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu, masa dimana dirinya masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Waktu itu, ia sedang memohon kepada satpam agar mau membukakan gerbang dan mengijinkannya masuk. Namun, karena dirinya terlambat tidak ada lagi toleransi untuknya. Kinar menjauh dari gerbang sekolah, duduk di sebuah warung kemudian meminta sebotol air mineral. Memikirkan alasan apa yang harus ia katakan, ketika ditanya orang tuanya kenapa pulang lagi?

Tak berapa lama, seorang cowok menarik lengannya menuju area belakang sekolah. Di sana terlihat ada tembok pembatas, tidak begitu tinggi namun untuk gadis seperti Kinar yang tubuhnya terbilang pendek cukup sulit untuk melewatinya. Melihat Kinar yang kesulitan naik, laki-laki itu langsung mengangkat tubuh Kinar membantunya meraih ujung tembok dan memintanya bertahan di atas sana. Begitu juga dengan laki-laki tersebut, ia turun terlebih dulu baru kemudian membantu Kinar turun.

Kinar tersenyum kemudian berterima kasih, tapi laki-laki itu langsung berlalu pergi. Kinar yang menyadari dirinya terlambat langsung berlari menuju kelas. Beruntung di jam pertama tidak ada pelajaran di kelasnya, guru yang mengisi jam tersebut berhalangan hadir.

Bel istirahat berbunyi. Kinar bersama Elsa pergi ke kantin. Sesampainya di kantin, mata Kinar memperhatikan seorang laki-laki yang tadi pagi menolongnya sedang duduk bersama teman-temannya yang lain. Sejak saat itu Kinar mengenal Jefan, bukan mengenal tapi sekedar tahu namanya dan siapa dirinya. Jefan yang notabennya kakak kelas menjadi cowok paling favorit di sekolah yang digandrungi banyak cewek.

Kinar menutup wajahnya dengan kedua tangan mengingat masa masa SMA-nya. Lebih tepatnya, mengingat tentang Jefan yang tak pernah melihat dirinya.

"Aduh Kinar! Kok jadi mikirin Jefan sih??" Kinar menepuk keningnya sendiri menyadari dirinya tengah memikirkan Jefan.

"Sadar, Kin! Siapa lo siapa Jefan? Jefan juga udah punya Mecca. Dan lo juga tau kan siapa Mecca?" Kinar berbicara dengan dirinya sendiri.

Terdengar deru mobil dari depan rumah, Kinar beranjak membuka gorden yang menutupi jendela kamarnya. Terlihat Mecca keluar dari mobil tersebut bersama seorang laki-laki. Laki-laki yang dilihatnya saat di coffee shop. Setelah laki-laki itu mencium kedua pipi Mecca secara bergantian, Mecca beranjak masuk ke dalam rumah.

"Cowok itu lagi? Siapa sih dia? Udah 2 kali ini gue lihat Mecca jalan sama cowok itu?" Gumam Kinar.

Drrrtttt...drrrttt

Kinar meraih ponselnya yang bergetar, nampak ada beberapa pesan yang masuk di aplikasi WA-nya. Paling atas ada nama Elsa.

//Ceileh yang abis pulang bareng sama Jefan//

Kinar membiarkan pesan itu, tanpa mengetikkan balasan ia keluar dari room chatnya dengan Elsa. Beralih ke kontak Jefan, ada 2 pesan dari cowok itu.

//Kin//

//Kinar//

Jari Kinar menekan tombol keyboard, mengetik beberapa huruf untuk membalas pesan Jefan yang hanya memanggil namanya itu.

//Apa?//

Prankkk

Terdengar suara gelas jatuh. Kinar meletakkan ponselnya kemudian berlari keluar mencari sumber suara. Matanya tertuju pada gadis yang berdiri di samping meja makan sembari memegangi kepalanya. Kinar berlari kecil menghampirinya.

"Me, lo kenapa?" Tanya Kinar melihat wajah Mecca yang pucat. Menuntun Mecca duduk kemudian memberinya segelas air.

"Lo sakit, Me? Gue antar ke dokter ya!" Kata Kinar duduk di samping Mecca.

"Nggak, Kin! Gue nggak apa, cuma pusing aja kok. Bentaran juga sembuh." Jawab Mecca memegangi kepalanya.

"Yaudah gue bantu lo ke kamar ya!" Kinar pun merangkul bahu Mecca menuntunnya ke kamar.

Kinar membaringkan tubuh Mecca di kasur kemudian menyelimutinya. Kinar duduk di tepi ranjang memastikan jika Mecca hanya pusing biasa.

"Lo yakin nggak mau gue antar ke dokter?" Mecca hanya menggeleng.

"Mama kemana Kin?" Mecca menanyakan mamanya yang memang tak terlihat di rumah.

"Tante Mita pagi tadi berangkat ke Surabaya. Ada meeting sama clien barunya." Mecca mengangguk-angguk karena memang sudah 2 hari dirinya tidak pulang.

Kinar terlihat tengah sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuknya dan Mecca. Semenjak asisten rumah tangganya cuti pulang kampung, semua pekerjaan rumah mulai dari memasak dan membersihkan rumah diambil alih oleh Kinar, kecuali pakaian yang ia serahkan kepada jasa laundry.

Selesai masak, Kinar menyiapkan hidangannya di atas meja makan. Tak lama ponselnya berdering, muncul nama Jefan di layar namun Kinar tak menjawab panggilan itu. Membiarkannya terus berdering dan berhenti dengan sendirinya. Sesaat kemudian ponselnya berkedip, ada pesan yang ia lewatkan.

//Besok kalau ada waktu mau ya jalan sama gue//

Pesan yang Jefan kirimkan tadi malam, belum sempat dibaca oleh Kinar karena ia harus menemani Mecca yang lagi kurang sehat.

//Kin, kenapa nggak jawab telpon gue?//

Pesan baru yang Jefan kirimkan setelah telponnya tidak mendapat jawaban dari Kinar.

//Mecca sakit. Mending sekarang lo kesini aja deh! Tante Mita lagi keluar kota, kasian Mecca pasti butuh lo//

Pesannya sudah centang biru, itu berarti Jefan sudah membacanya. Profilnya masih menunjukkan kata online, tapi Jefan tak mengirimkan balasan. Sesaat kemudian, terdengar suara orang mengetuk pintu rumahnya, rumah Mecca lebih tepatnya. Kinar berlari kecil hendak membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Jefan! Udah sampe aja?" Kata Kinar mengetahui Jefan ada dibalik pintu yang ia buka.

"Mecca udah pulang?" Tanya Jefan tanpa basa basi.

"Udah. Mending lo bujuk dia deh biar mau ke rumah sakit! Soalnya semalem agak demam gitu. Gue takut dia kenapa-napa!" Kata Kinar sembari menyuruh Jefan masuk.

"Udah dulu ya! Nanti aku telpon lagi. Bye!" Mecca mengakhiri panggilannya ketika melihat Kinar dan Jefan berada di bibir pintu kamarnya.

"Beb!!!" Sapa Mecca begitu manja kemudian berhambur memeluk Jefan yang kini sudah di sampingnya.

"Kata Kinar kamu sakit?" Tanya Jefan mengurai pelukan Mecca.

"Aku antar ke rumah sakit ya!" Lanjutnya.

"Nggak usah beb! Aku cuma pusing biasa kok. Ini juga udah enakan." Jawab Mecca dengan tangan yang masih bergelayutan di lengan Jefan.

"Aku kangen deh sama kamu. Hari ini kita jalan ya!" Pinta Mecca yang diangguki oleh Jefan.

"Em maaf! Gimana kalau sebelum kalian pergi kita sarapan dulu! Kebetulan gue udah masak." Kinar menyela obrolan antara Jefan dan Mecca.

Akhirnya Kinar, Mecca, juga Jefan menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh Kinar. Diam tak ada suara yang keluar dari mulut mereka kecuali suara dentuman sendok dan piring.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!