Hari ini di gedung mewah milik pengusaha besar dan terbilang masih sangat muda yaitu Arvandra Pratama Zaindra anak pertama dari pasangan Zaindra dan Klarisma. Akan diadakan pesta pernikahan anak kedua dari pasangan tersebut yaitu Arindia Putri Zaindra dengan Jimmy Alexander Atmaja putra dari sahabatnya yaitu Alexander Atmaja dan Marla Atmaja.
Pesta pernikahan ini digadang-gadang akan menjadi pernikahan termegah dan termewah di tahun ini pasalnya dua pengusaha sukses dan kaya raya akan menjadi satu ikatan keluarga.
Di sebuah kamar yang memang sudah disiapkan untuk keluarga mempelai seorang pria tampan sedang berusaha untuk mengendalikan perasaannya yang tengah dilanda rasa gugup.
Ceklekk
pintu terbuka dari luar menyembul seorang wanita cantik menggunakan baju kebaya dan rambut dicepol keatas. Senyum wanita yang baru saja genap berusia 20 tahun ini mengembang tatkala melihat sang kakak tengah dilanda kegugupan.
" Cie si Abang udah mau kawin aja nih?" goda Greandira.
Greandira adalah gadis berusia 20 tahun, anak kedua dari pasangan Alexander Atmaja dan Marla Atmaja, dia adalah gadis yang periang, rada cerewet dan sedikit gesrek.
Jimmy sangat menyayangi adiknya Grea dan rasanya dia pun berat meninggalkan adik kesayangannya setelah menikah nanti.
" Kawin.. kawin nikah dulu dek baru kawin" protes Jimmy
" Iya.. iya nikah" Sahut Grea
Jimmy tersenyum sendiri saat melihat penampilan sang adik tersayang.
" Loe cantik banget dek hari ini, udah kayak calon pengantinnya aja tau gak dandanan loe" ucap Jimmy membuat Grea malah cemberut.
" Jahat loe bang, gue kan baru berumur 20 tahun masa dibilang mirip calon pengantin sih bang, berlebihan ya dandanan gue, mommy nih yang nyuruh gue dandan kayak gini!" oceh Grea yang memang pada dasarnya tidak terlalu suka dandan berlebihan.
" Gak dek loe tuh cantik banget, gak berlebihan kok dandan kayak begini apalagi ya sesekali ini. cuma ya emang dasar loe nya aja dek yang terlewat cantik" gombal si Abang Jimmy
" Bisa aja loe bang bikin gue ge'er!" ucap Grea dan malah membuat Jimmy tertawa.
" Bang gimana perasaan loe saat ini bang? dag-dig-dug dwer ya bang?" tanya Grea menaik turunkan alisnya sambil tersenyum penuh arti.
" Gugup banget tau gak dek abang!" sahut Jimmy.
" Tenang bang, santai aja bang ya demi menghalalkan kak Arin bang. jadi bini loh bang bentar lagi" goda Grea.
" Bini... bini... istri!" protes Jimmy.
" Yaelah bang apa bedanya sih bini sama isteri, beda tulisannya doang!" ucap Grea mencibikkan bibirnya.
" Iya juga sih, hahaha...!" ucap Jimmy lalu tertawa.
" Selamat ya bang, semoga loe bisa menjadi suami yang baik ya bang, dan cepat kasih gue ponakan yang lucu!" Grea yang sudah tidak sanggup menahan kesedihannya karena pasti akan berpisah dengan kakaknya setelah menikah menangis sesenggukan membuat Jimmy menghela napas berat.
" Dek, loe jangan begini dong gue jadi ikutan sedih nih!" ucap Jimmy.
Tring
Bunyi ponsel Jimmy berbunyi pertanda pesan masuk, Grea yang kebetulan duduk di dekat ponsel Jimmy yang tergeletak di atas kasur langsung meraihnya dan memberikannya kepada Jimmy namun sebelum diberikan kepada Jimmy, Grea yang penasaran langsung melihat siapa yang mengirimkan pesan kepada Abang kesayangannya itu.
" Cie dari kak Arin, bentar juga sah udah gak sabaran banget ya!" goda Grea membuat Jimmy gemas dan mencomot bibir Grea yang terus saja mengoceh.
📥Arindia
[ Jimmy sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, aku tahu mungkin kata maaf pun tidak pantas kamu berikan untukku tapi aku terpaksa mengatakan semua ini Jim, aku tidak mau membuatmu semakin terluka Jimmy dan terus terbelenggu oleh sebuah ikatan pernikahan yang tidak dilandasi cinta yang sepenuhnya. aku... aku memang mencintaimu Jimmy tapi maafkan aku karena aku juga masih mencintai mantan kekasihku Mark. maaf jika belakangan ini aku sudah bermain di belakangmu Jimmy. aku memilih pergi karena aku memang tidak pantas menikah denganmu dan menjadi isterimu Jimmy, karena aku masih mencintai mantan kekasihku yang kini sudah kembali lagi padaku dan berjanji akan segera menikahiku. semoga kamu menemukan jodohmu Jimmy yang tentunya lebih baik dari aku ]
Jedweeerrrrrrr
Bak petir menyambar di siang bolong, Jimmy seketika lemas dan tangannya pun bergetar hebat sehingga ponsel yang berada di tangannya langsung terjatuh.
" Bang!" panggil Grea khawatir melihat Jimmy yang tatapannya tiba-tiba kosong.
" Bang loe kenapa bang? jangan bikin gue panik deh bang!" teriak Grea yang sama sekali tidak direspon oleh Jimmy.
Grea mengambil ponsel Jimmy yang tergeletak di lantai dan mencari tahu apa penyebabnya. seketika mata Grea membulat membaca setiap kata dari Arin yang tidak lain adalah calon kakak iparnya yang malah memilih kabur dari acara pernikahannya sendiri bersama mantan kekasih .
Grea yang panik langsung menelpon sang mommy dan memberitahukan keadaan kakaknya saat ini.
Alex dan Marla terkejut setelah mendengar cerita dari sang putri. Alex nampak geram berani-beraninya dia dipermalukan disaat seperti ini.
Padahal jika memang tidak mau Jimmy tidak akan memaksanya. Tapi kali ini wajahnya seakan di coreng di muka umum.
Zaindra dan Klarisma nampak syok apalagi Klarisma yang hampir saja pingsan karena terkena serangan jantung.
Arvan yang diberitahu kalau adiknya kabur dengan pria lain langsung marah. dia pun menyuruh orang-orangnya untuk mencari keberadaan Arin sang adik.
" Apa-apaan anak ini, bisa-bisanya pergi di saat seperti ini. sungguh memalukan!" umpat Arvan yang merasa kesal dengan kebodohan adiknya itu.
" Mah ... mamah baik-baik aja kan mah, biar Arvan panggilin dokter Leo ya mah?" Arvan nampak panik saat melihat wajah pucat sang mamah.
" Van cepat cari tahu keberadaan adikmu Arin, kenapa dia lakukan ini Van? Dia sudah berani mempermalukan keluarga Zaindra dan juga keluarga Atmaja " mama Risma menangis dan sesekali memegang dadanya yang berasa nyeri.
" Mah, mama tenang dulu ya mah, Arvan sudah menyuruh orang untuk mencari Arin kok mah." ucap Arvan mencoba menenangkan hati mamanya
Sementara di tempat lain nampak Grea tengah berusaha untuk menghibur sang kakak yang begitu terpukul. Rasanya ini lebih sakit dibanding dengan luka sayatan pedagang, luka yang Arin berikan bisa mematikan meskipun tidak berdarah.
" Bang gue mohon bang jangan kayak gini bang gue takut loe kenapa-napa bang, ayo bang sadar mungkin kak Arin memang bukan jodoh loe bang makanya Tuhan menghentikan acara pernikahan loe dengan cara kayak gini!" bermacam kata-kata sudah Grea ungkapkan demi memulihkan kesadaran bang Jimmy yang sedari tadi hanya diam mematung tanpa ekspresi.
Ceklekk
Pintu terbuka dari luar mommy dan Daddy Alex masuk dengan wajah panik.
" Sayang!" Suara Marla lirih memanggil nama putranya.
" Kenapa bisa begini nak?" Marla menangis begitu sakit melihat kondisi putranya yang diam saja tanpa merespon panggilannya.
" Grea jelaskan sama daddy apa sebenarnya yang terjadi dengan abangmu?" tanya Daddy pada Grea yang masih menangis melihat kondisi abangnya.
Grea tidak menjawab pertanyaan daddy nya tetapi tangannya menyodorkan ponsel milik Jimmy kepada daddy nya dan menunjukkan kiriman pesan dari Arin sang calon isteri yang lebih memilih pergi bersama mantan kekasihnya itu.
" Be**ngs*k, berani sekali dia mempermalukan keluarga Atmaja!" tangan Alex mengepal kuat nampak kobaran api kekecewaan pada keluarga Zaindra.
" Bang sadar loe bang, dunia belum berakhir bang loe tuh gak pantas bersedih kayak gini hanya karena perempuan seperti itu, sadar bang!" Grea mengguncang tubuh Jimmy berusaha menyadarkan Abang kesayangannya itu.
" Sayang, sabarlah abangmu butuh waktu sayang. ini pasti sangat menyakitkan untuknya" ucap Marla yang tidak tega melihat keadaan kedua anaknya.
Plakk
Satu tamparan yang terbilang cukup keras mendarat di pipi Jimmy.
Alex dan Marla tercengang melihat ulah putrinya yang baru saja menampar sang kakak.
" Sayang!" pekik Marla membekap mulutnya dengan kedua tangannya tercengang melihat ulah putrinya.
Grea berdiri tegak dihadapan Jimmy dengan wajah yang penuh dengan emosi, Alex menarik tangan Grea menyuruhnya untuk menjauh dari Jimmy sang kakak tersayannya itu namun apa, yang terjadi justru malah sebaliknya dengan sedikit kasar Grea menghempaskan tangan Alex yang tidak lain adalah daddy-nya sendiri.
" Bang gue kecewa sama loe bang, loe dulu selalu bilang dan terus ngingetin gue bang, kalau kita diputusin atau dicampakkan oleh orang yang kita sayang kita gak boleh berlama-lama Larut dalam kesedihan, iyakan bang karena mungkin saja itu cara Tuhan yang ingin mempertemukan kita dengan jodoh kita yang sesungguhnya. Abang bilang jangan menangisi jodoh orang bisa jadi jodoh kita Lagi nunggu kita di depan!" Grea menahan sesak di dadanya karena tidak ingin memperlihatkan kesedihan yang dia rasakan di hadapan sang kakak.
" Loe mau kayak gini sampai kapan bang,? seorang Jimmy yang gue bangga-banggakan selama ini ternyata cuma omongannya aja yang gede tapi pada kenyataannya loe nol besar bang. loe selalu bilang jangan rapuh karena cinta tapi loe lihat diri loe sendiri sekarang, loe terlalu rapuh bang. gue benar-benar kecewa sama loe bang. sekarang terserah loe aja bang gue gak akan peduli lagi sama loe bang. loe kalau mau asik sama dunia diam loe itu bang terserah. gue gak akan peduli dan percaya lagi dengan omongan loe lagi bang loe udah gak sayang sama gue bang, gue benci sama loe bang, benci loe yang kayak gini, benci!" ucap Grea dengan sangat kencang dan kasar membuat Alex dan Marla terkejut dengan sikap putrinya yang begitu kecewa dengan kakaknya.
" Grea jangan seperti itu sayang, semua itu tidaklah mudah sayang, abangmu mungkin begitu syok karena ditinggal oleh calon isterinya itu dan lebih memilih pergi meninggalkannya." ucap Marla yang berusaha untuk menenangkan Grea dan juga Jimmy.
" Gak mom, bang Jim udah gak sayang sama Grea buktinya dia gak mau mendengarkan kata-kata Grea, dengar ya bang gue juga akan pergi jika abang masih terus kayak gini. gue juga tahu bang ini sangat menyakitkan buat loe dan tapi harus loe tahu bang bukan cuma loe doang yang sakit karena ditinggal pergi calon isteri tapi gue juga ikut sakit bang ngeliat loe kayak gini!" tutur Grea yang hendak pergi meninggalkan Jimmy yang masih saja diam mematung tanpa ekspresi.
"Sayang kamu mau kemana?" tanya Marla yang melihat Grea hendak melangkah keluar kamar.
" Pergi mom, Grea tidak sanggup melihat Abang yang terus asik dengan dunianya tanpa memperdulikan keberadaan Grea." sahut Grea sambil mengusap air matanya dengan kasar.
Saat tengah berada di ambang pintu langkah Grea terhenti karena suara bariton yang terdengar memanggil namanya.
" Grea jangan pergi, abang butuh loe disini!" suara Jimmy terdengar jelas di telinga Greandira yang seketika langsung berbalik badan dan betapa terkejutnya Grea melihat Jimmy yang tengah berdiri menghadap ke arahnya dengan tangan yang dibentangkan menunggu Grea datang menghampirinya.
Grea tidak membuang waktu lama dan langsung berlari lalu berhambur ke dalam pelukan abang tersayannya itu
" Abangggggg!" teriaknya.
" Dek, maafin Abang ya!" ucap Jimmy dan Grea menggelengkan kepalanya.
" Abang gak salah!" Grea dan Jimmy saling berpelukan dan menangis sama-sama.
Alex dan Marla yang melihat kedekatan anak-anaknya itu begitu terharu dan bahagia tentunya. anak-anaknya begitu saling menyayangi satu sama lain membuatnya bangga dan juga lega melihat kondisi Jimmy yang sudah terlihat lebih baik
" Anak-anak mommy!" ucap Marla dan ikut memeluk kedua anaknya.
" Anak-anak daddy juga!" ucap Alex yang tidak mau kalah.
Mereka berempat saling berpelukan dan Jimmy pun sudah merasa lebih baikkan setelah mendengar kata-kata yang dilontarkan adiknya tadi ya kata-kata yang dulu sering dia ucapkan sendiri untuk mengingatkan adiknya tapi kenyataannya justru berbalik dia sendiri yang dihadapkan dengan kenyataan pahit tersebut.
Jimmy tidak ingin membuat keluarganya bersedih seperti apa yang dirasakannya. sebisa mungkin Jimmy berusaha untuk tegar walaupun kenyataannya teori tetaplah teori mudah diucapkan tapi terkadang sulit bila dipraktekkan.
Ditinggalkan orang yang dicintai apalagi disaat akan berlangsungnya acara ijab qobul bukanlah sebuah perkara mudah. Sakit, jangan ditanya lagi, luka tak berdarah itu selain menggoreskan rasa sakit yang teramat dalam juga menorehkan rasa malu yang teramat besar. pesta pernikahan, mimpi-mimpi yang sudah dirancang kini seketika hancur lebur bagaikan debu.
" Bang, jangan sedih lagi ya bang!" ucap Grea saat tengah duduk berdua di taman yang ada disekitar gedung tersebut karena kedua orang tua mereka saat ini sedang menemui mantan calon besan .
" Loe tenang aja dek, abang udah gak apa-apa karena abang punya adek yang sayang sama Abang tapi udah tega nampar abang tadi, masih berasa lagi sakitnya!" ucap Jimmy menyindir.
" Ya maaf bang, abis abang ngeselin banget sih. ngomong aja pinter giliran ditinggal calon bini udah kayak mayat hidup aja. bikin orang panik tau gak!" sahut Grea.
" Ya Abang syok dek, udah lagi gugup-gugupnya mikirin dan ngapalin kata-kata ijab qobul eh malah ditinggal kabur" tutur Jimmy berusaha untuk tegar dihadapan sang adik
Grea menepuk-nepuk bahu Jimmy menyalurkan rasa empatinya. " Gue tahu bang loe kecewa, sakit hati dan sedih tentunya. kalau loe emang mau nangis udah loe nangis aja bang gak usah loe tahan dan selepas itu loe lupain kejadian hari ini. kita mulai lembaran baru bang, gue percaya bang jodoh loe itu lagi nungguin loe cuma ya waktunya aja yang kita gak tahu kapannya" tutur Grea membuat Jimmy tersenyum lalu merangkul bahunya.
" Luar biasa adik Abang yang satu ini, kata-kata loe nyontek dari mana dek?" ucap Jimmy sambil tertawa dan Grea mendengar kata menyontek mengerucutkan bibirnya.
" Si*LAN loe bang!" Grea memukul lengan Jimmy pelan dan keduanya pun tertawa bersama.
Grea yang berada di taman bersama Jimmy tiba-tiba dipanggil oleh sekretaris Toni
" Nona Grea, tuan Jimmy kalian dipanggil oleh tuan besar!" ucap Toni sopan. Toni adalah sekretaris dari Alexander Atmaja.
Grea dan Jimmy kini tengah berada di sebuah ruangan yang cukup luas dengan kursi yang berjejer rapih, tempat dimana nanti rencananya tempat tersebut akan digunakan untuk para keluarga inti berkumpul setelah acara pesta pernikahan selesai diselenggarakan. ditempat itu kini sudah ada Zaindra dan Klarisma kedua orang tua Arindia. Alexander dan Marla orang tua Jimmy dan tidak ketinggalan juga tuan muda Arvandra si muka datar dan dingin putra sulung keluarga Zaindra.
" Grea, Jimmy kalian duduklah, ada hal penting yang ingin daddy katakan pada kalian!" ucap Alex
" Tapi sebelum daddy bicara" Alex menjeda ucapannya dan menoleh ke arah Zaindra " Silahkan bicara Zain!" lanjutnya.
Zaindra menghela napasnya panjang sebelum berbicara.
" Sebelum bicara ke masalah inti aku mau meminta maaf terlebih dahulu kepada sahabatku Alex atas perbuatan putriku yang sudah sangat keterlaluan dan membuat malu keluarga. Putriku Arindia memang sangat bodoh memilih laki-laki yang tidak jelas dan meninggalkan putra kalian yang jauh dari segalanya." Zaindra merasa sesak bila mengingat perbuatan putrinya itu.
" Jimmy!" panggil Zaindra dan Jimmy pun menoleh.
" Om tahu Arin sudah sangat keterlaluan, meninggalkan kamu disaat seperti ini. mungkin kata maaf pun tidak akan cukup untuk menebus kesalahan putriku Arin. dia sudah menorehkan luka dan juga rasa malu yang teramat besar padamu nak Jimmy!" mata Zaindra sudah menggenang.
" Nak Jimmy tante mohon maafkan putri tante, tante tau ini pasti sangat berat untuk nak Jimmy tapi tante juga tidak tahu harus berkata apa lagi!" ucap Risma memotong pembicaraan Zaindra dengan air mata yang terus berlinang dan Marla yang duduk di sampingnya berusaha untuk menenangkan Risma yang nampak syok atas perbuatan putrinya itu.
Jimmy yang sedari menunduk kini menatap semua yang ada di ruangan tersebut terutama Risma calon mertua yang tidak jadi.
" Daddy, mommy, om dan juga tante untuk masalah ini insyaallah aku sudah ikhlas. Awalnya memang jujur ini sangat menyakitkan dan berat aku terima. rasanya aku ingin hilang saja dari muka bumi ini tapi seseorang sudah menyadarkan aku dan mengingatkan aku jika semua hal dimuka bumi ini sudah ada takdirnya masing-masing. aku tidak boleh terus meratapi Arin yang sudah memilih jalan kebahagiaannya sendiri. kami mungkin memang tidak berjodoh om, tante. Tuhan bahkan sangat sayang terhadapku karena Arin pergi di saat ijab qobul belum terucap. aku tidak menyesal mengenal Arin yang aku sesali hanya satu kenapa Arin tidak jujur dari awal. jika memang tidak menginginkan pernikahan ini aku pasti akan dengan baik-baik melepaskannya jika memang itu untuk kebahagiaannya. tapi jika sudah seperti ini bukan hanya luka yang ia torehkan tapi juga kehormatan dan rasa malu yang harus ditanggung dua keluarga besar dimata masyarakat!" tutur Jimmy.
" Mungkin tanpa adikku Greandira aku tidak akan bisa sekuat ini!" Jimmy memeluknya dari samping dan Grea tersenyum bahagia melihat sang kakak bisa kembali tersenyum.
" Terima kasih nak Jimmy!" ucap Risma dengan air mata yang masih berlinang.
Toni masuk ke ruangan tersebut menghampiri Alex dengan raut wajah sedikit tegang.
" Tuan, diluar sudah banyak wartawan, dan penghulu serta para tamu undangan juga sudah pada hadir" ucap Toni berbisik di telinga Alex .
" Apa ada masalah Lex?" tanya Zaindra saat melihat raut wajah Alex yang berubah menegang.
Alex memijat keningnya dan menghela napas berat. " Penghulu dan para tamu undangan sudah hadir Zain. apa yang harus kita lakukan Zain?" tanya Alex
Hanan Sekretaris Arvan mendekat ke sisi atasannya " Tuan sepertinya tentang kaburnya nona Arin sudah tercium oleh awak media" laporan sekretaris Hanan yang langsung membuat Arvan mengeraskan rahangnya.
" Kamu bereskan semuanya dan bilang kalau berita itu tidak benar" ucap Arvan tegas dan dengan nada dingin membuat orang-orang yang berada di sekitarnya menoleh ke arahnya.
" Ada apa?" tanya Zaindra kepada putra sulungnya.
" Berita kaburnya Arin sudah tercium awak media pah?" ucap Arvan datar
" Bagaimana ini pah!" tanya Risma kepada suaminya.
" Jika para wartawan sampai tahu kalau putri kita kabur tepat dihari pernikahannya dan meninggalkan putra Alexander Atmaja demi laki-laki lain nama baik keluarga besar Zaindra maka akan tercoreng dan bukan hal yang tidak mungkin jika para pesaing bisnis dari kedua perusahaa besar PT. Zaindra Grup dan Atmaja Grup menggunakan peristiwa ini sebagai senjata mereka untuk menjatuhkan perusahaan Zaindra dan juga Atmaja." tutur Zaindra dengan wajah sendunya.
" Lalu apa yang harus kita lakukan pah!" tanya Risma yang sedari tadi belum berhenti menangis.
" Bagaimana caranya kita bisa meredam berita ini?" tanya Alex.
" Hanya ada satu cara untuk meredam berita ini" ucap Zaindra.
" Apa itu pah?" Tanya Risma yang langsung menatap lekat wajah suaminya.
" Kita nikahkan putra kita dengan putrinya Alex" ucap Zaindra membuat Grea yang sedari hanya menyimak pembicaraan kedua keluarga tersebut langsung tersentak kaget begitu juga dengan Arvan.
" Apa?" ucap Grea dan Arvan bersamaan.
" Tidak!" ucap Mereka lagi
" Tidak ada penolakan!" ucap Zaindra tegas.
" Apa-apaan ini, aku tidak mau menikah!" tolak Grea tegas. anak ini memang sangat berani bahkan kedua orangtuanya saja tidak bisa memaksa jika memang Grea menolak.
Kedua orang tua Grea selalu memberi kebebasan kepada kedua anak-anak mereka untuk mengambil keputusan mereka sendiri, selama itu baik maka mereka tidak akan mempermasalahkannya. begitu juga dengan anak-anak mereka jika menurut orang tua mereka baik dan selama kedua orang tua mereka tidak memaksa maka merekapun akan menurut.
Zaindra menoleh ke Alex seakan meminta bantuan namun Alex hanya bisa menggelang.
Alex tidak ingin memaksakan kehendaknya dan membuat putrinya terluka. bagi Alex kebahagiaan anak-anaknya adalah hal yang paling berharga dia tidak peduli dengan cemoohan orang-orang di luar sana asalkan keluarganya merasa baik-baik saja dia tidak masalah.
Jauh berbeda dengan Zaindra ia tau bagaimana kondisi fisik isterinya yang pasti akan merasa terganggu dengan pemberitaan yang akan muncul di media.
" Aku tidak mau menikah!" tegas Grea membuat Arvan meliriknya dengan tatapan tajam.
" Berani benar dia menolak menikah dengan ku, lagi pula siapa juga yang mau menikah dengan gadis bar-bar sepertinya." batin Arvan.
" Nak Grea om berharap besar nak Grea mau menikah dengan putra om Arvandra." pinta Zaindra
" Maaf om, saya masih kuliah dan masih banyak impian-impian saya yang masih ingin saya capai. lagi pulang saya belum memiliki rencana ke arah sana" sahut Grea tegas tapi masih dengan nada sopan.
" Tapi nak Grea tidak ada cara lain selain menikahi putra om Arvan dengan nak Grea" ucap Zaindra.
" Sudahlah pah, jangan seperti ini, lagi pula aku juga tidak mau menikah dengan gadis bar-bar seperti dia!" sahut Arvan dengan nada tegas dan aura yang sangat dingin.
Grea menoleh ke arah Arvan dengan tersenyum kecut " Baguslah, aku juga tidak mau menikah apalagi dengan laki-laki yang dingin dan datar." Grea melipat tangannya di dada baginya menghadapi orang macam Arvan tidak dibutuhkan sopan santun.
" Om bukankah om sudah mendengar sendiri putra om juga sudah menolaknya, jadi saya rasa pernikahan ini memang tidak perlu di adakan" tutur Grea
" Arvan!" panggil Risma.
Arvan menoleh dan menatap lekat wajah mamahnya yang nampak pucat.
"Arvan, mama ingin kamu yang menggantikan adikmu menikah, kita sudah membuat keluarga Atmaja menanggung malu karena perbuatan adikmu Arin jadi mama mohon Arvan menikahlah dengan nak Grea putri om Alex, mama ingin melihat anak mama menikah jika Arin tidak bisa setidaknya mama masih bisa menyaksikan kamu yang menikah sebelum mama per_ !" ucap Risma terhenti.
Suasa tiba-tiba menjadi tegang saat Risma tiba-tiba pingsan.
" Risma !" teriak Marla yang sejak tadi duduk di samping Risma.
Zaindra terkejut pasalnya isterinya itu memang memiliki riwayat penyakit jantung dan Zaindra khawatir penyakit isterinya kumat.
" mah!" pekik Zaindra.
...🖤🖤🖤...
Saat ini Risma tengah berada di kamar yang memang sudah tersediakan untuk keluarga mempelai.
Baru saja dokter Martin selesai memeriksa kondisi kesehatan Risma.
" Bagaimana dokter keadaan isteri saya?" tanya Zaindra
" Nyonya Risma saat ini kondisinya sangat menurun dari kondisi biasanya. Nyonya Risma tidak boleh stres dan juga tidak boleh mendapat tekanan yang bisa memicu tekanan darahnya meningkat" tutur dokter Martin menjelaskan.
" Jika Nyonya Risma terus merasa tertekan dan stres itu bisa sangat membahayakan kesehatan jantungnya" terangnya lagi.
Setelah dokter Martin menjelaskan kondisi Risma ia pun pamit undur diri. dan Zaindra merasa sangat terguncang dengan keadaan yang menimpa keluarganya saat ini terlebih melihat kondisi isterinya yang tengah berbaring lemah.
Zaindra mengusap kasar wajahnya. Arvan yang melihat wajah pria paruh baya itu nampak muram merasa cukup tersentil. Arvan mendekat ke arah papanya yang tengah duduk di sofa dengan wajah menunduk dan kedua tangannya menutupi wajahnya.
" Pah!" panggil Arvan seraya mendudukkan dirinya di sofa kosong sebelah Zaindra.
" Demi mama aku akan menuruti kemauan papah dan mamah!"
" Aku bersedia menikah!"
Mendengar penuturan putranya Zaindra langsung mendongak dan menatap lekat wajah putranya yang terkenal dingin dan datar.
" Apa kamu serius!" tanya Zaindra masih serasa tidak percaya.
Arvan hanya mengangguk pelan. " Aku tidak mau mama kenapa-napa, kesehatan mama justru jauh lebih dari segalanya!" ucap Arvan membuat Zaindra begitu tersentuh dan bangga dengan putranya itu.
" Tapi bagaimana dengan Grea? gadis itu sangat keras kepala bahkan Alex saja tidak bisa membantu membujuknya" ucap Zaindra kembali muram.
" Soal anak itu biar aku yang urus!" sahut Arvan lalu beranjak dari duduknya.
Arvan keluar dari kamar mamanya dan hendak mencari Grea. Jodoh memang tak akan kemana baru saja Arvan berjalan dua langkah netranya sudah menangkap sosok gadis yang dicarinya.
" Hei kamu!" panggil Arvan pada Grea yang kebetulan baru keluar dari ruangan kumpul keluarga tadi. Grea menoleh dengan malas.
Arvan berjalan mendekati Grea " ikut denganku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!" ucapnya tanpa ingin dibantah
Grea mendengus kesal tapi tetap kakinya melangkah mengekor dibelakang Arvan.
Arvan ternyata mengajak Grea ke rooftop gedung tersebut. " Duduklah!" pinta Arvan.
Grea duduk dengan raut wajah datar " Ada apa? jika kamu mengajakku kesini hanya ingin membahas soal pernikahan aku rasa itu tidak perlu. karena tidak ada lagi yang perlu dibahas" ucap Grea tegas lalu beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
" Menikahlah denganku!" ucap Arvan yang langsung membuat langkah Grea terhenti seketika.
" Aku tahu ini kedengarannya konyol tapi kesehatan ibuku jauh lebih penting, jadi menikahlah denganku!" ucapnya lagi.
" Aku tidak mau!" Grea kembali melangkah
" Jika kamu berada di posisiku dan ibumu dalam keadaan tidak baik-baik saja apa yang akan kamu lakukan?" tanya Arvan sedikit berteriak karena jarak mereka yang memang sedikit jauh.
Arvan berjalan mendekat ke arah Grea yang terdiam di tempatnya.
" Aku akan memberikanmu apa saja jika kamu mau menikah dengan ku!" ucap Arvan
Grea masih terdiam dengan segala pikirannya.
" Aku pikir-pikir dulu!" sahutnya
" Aku tunggu 15 menit karena kita sudah tidak banyak waktu dan mamaku masih belum sadarkan diri jika kamu bersedia ikutlah denganku. melihat kondisi mamaku!" saran Arvan.
" Ayok ikut!" ajaknya
Grea lagi-lagi hanya menurut walaupun sebenarnya dia merasa kesal dengan situasi seperti ini.
Ceklekk
pintu kamar terbuka Grea dan Arvan masuk ke kamar tersebut dimana Risma masih berbaring dengan keadaan lemah.
Arvan yang melihat mamanya sudah sadar langsung berhambur mendekat ke brankarnya. " Ma... mama sudah sadar!" tanya Arvan dengan mata berkaca-kaca.
" Sayang!" suara Risma terdengar begitu lemah.
" Mah, sebaiknya mamah istirahat saja dulu mah, jangan banyak bicara dulu ya mah!" pinta Arvan.
Risma menggeleng, matanya yang sayu bergerak dengan senyum tipisnya mengisyaratkan kalau dia dalam keadaan baik-baik saja.
" Sayang!" panggil Risma lagi.
" Iya mah" jawab Arvan
Risma melirik ke arah Grea yang masih berdiri di ambang pintu.
" Grea!" panggil Marla mommy-nya Grea yang memang sudah berada di ruangan tersebut bersama Alex dan juga Jimmy sejak Arvan keluar mencari Greandira.
" Sini sayang !" pinta Marla
Grea mendekat ke arah mommy-nya dan pandangannya tidak lepas dari sosok wanita paruh baya yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu.
" Sa..yang!" panggil Risma kepada Grea dengan suara terbata-bata
Marla mendorong bahu putrinya pelan menyuruhnya mendekat ke arah Risma.
Grea mendekati brankar dimana Risma berbaring lemah.
Risma meraih tangan Grea dan menatapnya sayu " Nak Grea!" panggilnya dengan suara yang sangat pelan
" Iya tante!" tanpa komando buliran bening meluncur begitu saja dipipi mulus Greandira.
" Tante mo..hon ka..mu mau ya me..ni..kah dengan put..ra tan..te Arvan!" ucap Risma dengan terbata-bata.
" Tante, sebaiknya jangan bahas itu dulu ya, tante harus sembuh dulu baru setelah itu kita bicarakan hal itu nanti!" Grea mengusap air matanya yang sedari berlinang membasahi pipinya entah kenapa melihat Risma seperti itu hati Grea menjadi lemah.
" Grea, tante takut kalau tante tidak memiliki banyak waktu lagi!"
" Mah, mama bicara apa sih, jangan berkata seperti itu mah!" sahut Arvan yang langsung menyelak pembicaraan Grea dan Risma.
Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut nampak sedih melihat kondisi Risma apalagi Zaindra yang sedari tadi duduk lesu di samping kiri Risma.
" Tante, jangan bicara seperti itu. Tante pasti akan sembuh dan tante pasti bisa menyaksikan pernikahan putra tante nantinya." ucap Grea mencoba memberi semangat.
Risma menggelang dan meraih tangan Arvan lalu menyatukan tangan Arvan dengan tangan Grea.
Grea terkejut begitu juga Arvan mereka lalu saling melempar pandang sampai akhirnya Arvan mengaguk pelan seolah meminta Grea untuk setuju.
Grea hanya menghela nafasnya berat lalu beralih menatap wajah pucat wanita paruh baya yang berada di hadapannya. Grea sempat teringat dengan ucapan Arvan sewaktu di rooftop tadi tentang bagaimana jika yang berada di posisi Arvan adalah dirinya.
" Sa..yang ma..ma ingin me..lihat ka..lian menikah!" ucap Risma saat menyatukan kedua tangan Grea dan Arvan.
Arvan mengangguk pelan dengan air mata yang akhirnya tumpah. seorang pria dingin namun bila berhadapan dengan orang yang disayangi pasti akan rapuh juga.
Grea yang melihat seorang Arvan CEO yang terkenal dingin dan jutek tengah menangis di hadapannya. rasa sayang Arvan terhadap mamanya akhirnya mampu meluluhkan hati seorang Grea yang terkenal keras kepala.
Grea mengangguk pelan dengan derai air mata yang sudah tak kuasa ia tahan.
Arvan tersenyum tipis melihat reaksi yang diberikan Grea. hatinya tiba-tiba menghangat melihat Grea yang menangis dihadapan mamanya.
Hari ini yang seharusnya menjadi hari bahagia pernikahan sang kakak (Jimmy ) tapi justru malah menjadi hari pernikahannya sendiri.
Grea menatap pantulan wajahnya dicermin menghela napasnya panjang dan menghembuskannya kasar.
Terdengar kata SAH yang cukup menggema dari luar kamar tempat dia berada saat ini dan tanpa terasa air matanya lolos begitu saja.
Tok... tok.. tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari luar dan menyembulah dari balik pintu wanita paruh baya walaupun sudah banyak kerutan di wajahnya tapi paras cantiknya masih terlihat jelas.
" Sayang!" panggil Marla diambang pintu
Grea menoleh dan tersenyum hambar, Marla masuk ke dalam kamar dan dibelakangnya ada Jimmy yang mengekor.
" Dek!" Jimmy memegang bahu Grea yang nampak bergetar.
Grea mendongak menatap wajah tampan yang beberapa jam lalu duduk di posisi Grea dalam suasana gugup dan tegang.
Grea langsung berhambur memeluk pinggang sang kakak, menangis dan pelukannya.
" Dek, udah dong jangan nangis kayak gini. nanti makeupnya luntur loh!" Jimmy membelai lembut pucuk kepala sang adik tercinta.
" Bang gue gak mau nikah muda bang!" ucap Grea yang melonggarkan pelukannya dan mendongak menatap wajah kakaknya.
Jimmy menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan Grea sekaligus dengan dirinya sendiri bagaimana tidak hari yang seharusnya menjadi hari kebagiaannya menikah dengan wanita yang sangat ia cinta namun berakhir dengan sebuah kegagalan dan penghikhianatan. Belum hilang rasa sakit hati dan kesedihan yang bersemayam di dalam hati kecilnya, kini ia harus berusaha bersikap seolah-olah semua baik-baik saja.
Didepan Grea sang adik tercinta Jimmy harus berpura-pura tegar dan kuat seakan semua tidak pernah terjadi, Jimmy tidak ingin adiknya melihat kesedihan hatinya ia harus berusaha bersikap biasa-biasa saja.
" Bang!" lirih Grea dengan mata yang sedikit sembab.
" Dek seperti yang tadi adek bilang ke abang, kita cuma bisa merancang dek namun Tuhan jualah yang Maha menentukan segalanya. mungkin ini semua sudah rencana yang diatas dek jodoh Abang bukan Arin dan adeklah yang berjodoh dengan kakaknya Arin, Arvandra. mau tidak mau, suka tidak suka sekarang adek sudah sah menjadi istri dari Arvandra Pratama Zaindra." tutur Jimmy menenangkan hati sang adik.
" Abang tau ini berat dek, tapi adek harus buktikan kalau adek bisa melewati semua ini dengan baik. adek pasti bisa menjadi istri yang baik" Jimmy kembali memeluk Greandira dan mengecup kepalanya.
" Kalau ada apa-apa, adek bisa cerita ke Abang!" pesan Jimmy.
" Sudah jangan bersedih lagi anak-anak mommy, ayok Grea kita keluar, suami kamu dan keluarga besar kita semua pasti sudah menunggu kamu sayang" ucap Marla.
Grea turun bersama mommy yang berjalan di samping kanan Grea dan Jimmy berada di sisi sebelah kiri.
...🖤...
Arvan bersikap seperti biasa cuek dan dingin walaupun beberapa jam lalu wanita yang kini duduk di sampingnya sudah sah menjadi isterinya.
Arvan sengaja membawa Greandira ke apartemennya, walaupun mananya ( Risma) memintanya untuk membawa Grea ke rumah utama tetap saja dengan berbagai alasan Arvan menolaknya.
Greandira hanya pasrah disaat anak dan ibu berdebat soal tempat tinggal dirinya, bagi Grea semua akan terasa sama saja memuakkan pikir Grea.
•••
Ceklekk
Arvan masuk ke dalam apartemen miliknya yang sudah lama ia beli. apartemen ini biasanya hanya ia gunakan kalau tengah suntuk jadi tidak ada asisten rumah tangga yang bekerja di apartemen tersebut, ia hanya sesekali meminta salah satu pelayan di rumah utama untuk bersih-bersih.
" Itu kamar kamu, meskipun kita sudah menikah tapi aku masih belum bisa menerima semua kenyataan yang konyol ini" ucap Arvan dengan nada dingin.
" Baguslah kalau begitu, ini kamu yang meminta jadi bukan salah aku dan bukan aku yang berdosa " ucap Grea yang tak kalah dingin.
" Aku tahu pernikahan pengantin pengganti ini bukanlah pernikahan yang di inginkan, jika bukan karena permintaan kedua orang tuamu aku juga tidak sudi menikah denganmu!" ucap Grea sedikit pedas.
Arvan yang mendengar kata-kata yang seperti sebuah hinaan mengeraskan rahangnya dan berjalan menghampiri Grea dengan seringai senyum yang sulit diartikan tapi bukan Grea namanya jika diperlakukan seperti itu menjadi ciut.
Kini Arvan sudah berdiri mengunci pergerakan Grea yang menghimpitnya ke tembok. " Apa maksud ucapan mu? kamu pikir aku juga sudi menikah dengan wanita seperti mu, ?" ucap Arvan dengan tatapan tajam.
" Baguslah kalau begitu, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk menjadi isteri yang berpura-pura baik dan penurut karena itu tidak akan pernah terjadi. meskipun kita sudah menikah tapi urus urusan kita masing-masing dan kamu tidak perlu repot-repot juga untuk mengurus ku anggap saja aku tidak ada, bagaimana. bagus bukan?" ucap Grea yang tak kalah angkuh dan dingin.
" Baiklah, aku setuju. kita urus urusan kita masing-masing, jika dalam waktu satu tahun ternyata pernikahan kita tidak ada perkembangan maka salah satu diantara kita boleh mengajukan cerai" usul Arvan
" Terserah!" ucap Grea malas.
Kini sepasang suami istri tersebut sedang berada di kamar masing-masing.
Grea tengah berbaring di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit. sementara Arvan sedang sibuk dengan laptopnya yang akhir-akhir ini memang begitu banyak pekerjaan yang menumpuk.
Arvan keluar dari kamarnya dan menuju dapur, ia membuka kulkas laku mengambil air minum, Grea yang saat itu merasa lapar pun keluar dari kamarnya dan menuju dapur saat netranya menangkap sosok laki-laki tampan yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek membuat Grea mengurungkan niatnya ke dapur, Grea memilih untuk keluar dan mencari makan diluar saja.
Arvan yang sempat melihat bayangan Grea pergi keluar apartemennya memilih masa bodo. mereka memang secara agama dan hukum sah menjadi suami istri tapi karena pernikahan ini terjadi karena hanya sebagai pernikahan pengantin pengganti jadi baik Arvan dan Grea belum bisa menerima semua kenyataan yang begitu mendadak menurutnya.
Saat ini Grea berada di sebuah kedai makan pinggir jalan, bukannya Grea tidak punya uang untuk makan di restoran mewah dan makan makanan mahal tapi sejak kecil kedua orang tua Grea memang selalu mengajarkan hidup sederhana dan tidak menghambur-hamburkan uang. bagi Grea makan dipinggir jalan pun rasanya tidak jauh beda dengan makanan yang ada di restoran berbintang.
" Greandira?" sapa seseorang yang baru saja datang ke kedai tersebut.
Grea yang merasa namanya dipanggil pun langsung menoleh ke arah sumber suara.
" Emm... siapa ya?" tanya Grea saat melihat sosok gadis cantik yang tengah tersenyum kepadanya.
" Wah, parah loe Gre, loe lupa sama gue ? ini gue Talita!" ucapnya sedikit kecewa.
" Tali?" ucap Grea setelah ingat sosok gadis yang berada di hadapannya saat ini.
" Ini anak masih aja ya gak berubah, Talita sembarangan aja loe manggil gue Tali emang gue Tali rapia apa?" ucap Talita bergumam
" Ha... ha... ya nama depan loe kan emang Tali, gak salah dong?" Grea kembali tertawa melihat ekspresi wajah Talita yang memberengut pura-pura marah.
" Ya elo bisa kali Gre panggil gue Lita!" protes Talita
" Gak ah gak berkesan kalau begitu!" Grea kembali tertawa rasanya bertemu dengan sahabat lamanya Talita teman satu SMA nya dulu sejenak bisa membuat Grea lupa dengan masalahnya.
" Terserah loe aja deh!" sahut Talita malas menimpali Grea karena yang ada hasilnya akan percuma.
" Loe masih sering kesini juga Gre?" tanya Talita
" Iya kadang-kadang kalau lagi kepingin aja!" sahut Grea.
Talita tersenyum miris, meskipun setelah sekian lama mereka baru bertemu lagi tapi Talita bisa melihat raut wajah Grea yang tidak biasa dan setiap kali Grea ada masalah dia pasti akan mengajak Talita ke kedai makanan dimana saat ini mereka berada.
" Bagaimana kabar loe Gre?" tanya Talita.
" Ya seperti yang loe lihat gue baik-baik aja Ta" sahut Grea sambil tersenyum.
" Benarkah?" Talita memincingkan matanya
" Serius!"
" Yakin loe baik-baik aja Gre?" tanya Talita dan Grea hanya tersenyum getir.
" Gre... Gre.. gue itu kenal loe bukan sehari dua hari tapi kita udah kenal cukup lama dan gue tau loe tuh kayak gimana?" ucap Talia membuat Grea tertawa dengan rasa sok tahu Talita yang sejak dulu memang pandai menebak keadaannya.
" Gue gak apa-apa Ta!" ucap Grea yang terhenti saat pelayan kedai tersebut memberikan pesanan Grea yang sudah jadi. Grea menerima makanan yang dipesannya tadi kemudian membayarnya.
" Ta, Sorry gue duluan ya.!" ucap Grea saat hendak pergi meninggalkan kedai makanan tersebut.
" Gre tunggu, pesanan gue juga udahan nih. kita bicara sebentar ya ditaman biasa!" pinta Talita karena dia dapat merasakan kesedihan yang tengah Grea pendam saat ini.
Grea akhirnya mau menerima ajakan Talita dan kini keduanya tengah duduk di taman tersebut sambil memakan makanannya.
" Gre loe beneran baik-baik aja?" tanya Talita setelah makanan yang mereka beli tadi sudah habis dimakan.
" Gue baik-baik aja Ta, loe bisa lihat sendirikan gue gak kenapa-napa!" ucap Grea yang sedari tadi tengah menghindar tatapan dari Sahabatnya Talita.
" Sini!" Talita merentangkan kedua tangannya dan tersenyum kepada Grea.
" Apaan sih loe Ta!" Grea membuang pandangannya ke sembarang arah berusaha untuk menyembunyikan perasaannya dari sahabatnya Talita yang sejak selalu saja tahu tentang keadaannya.
Dan pertemuan Talita dan Grea malam ini entah sebuah kebetulan atau memang takdir tuhan yang sengaja mempertemukannya kembali setelah sekian lama berpisah.
" Loe butuh inikan saat ini!" ucap Talia yakin dengan apa yang dirasakannya tentang Greandira.
Ta, elo!" beo Grea yang melihat Talita masih merentangkan tangannya.
Grea yang merasa sudah tidak tahan akhirnya luluh juga dan langsung berhambur memeluk Talita yang sedari tadi sudah merentangkan kedua tangannya.
Tangis Grea pun akhirnya pecah, gadis yang terkenal bar-bar, keras kepala dan terlihat selalu ceria tapi bila berhadapan dengan Sahabatnya yang satu ini sedikit pun Grea tidak bisa menyembunyikan apa-apa.
" Nangis aja Gre kalau loe mau nangis sekarang, karena setelah ini gue gak bakal ngijinin loe nangis lagi." ucap Talia mengusap punggung Grea yang menangis sesenggukan.
" Gue memang gak tahu tentang masalah yang tengah loe hadapi saat ini Gre, tapi gue berharap loe bisa menyelesaikan dan melewati semuanya dengan baik Gre. kalau loe masih butuh teman curhat gue masih bersedia kok menampung semua unek-unek loe!" ucap Talita
" Gue pasti akan cerita kok tapi gak sekarang Ta" ucap Grea dengan senyum getir
" Kenapa? apa loe udah gak percaya sama gue?"
" Bukan begitu Ta, gue juga sebenarnya gak manyangka dan masih belum percaya dengan apa yang telah terjadi sama gue beberapa jam yang lalu Ta!" sahutnya.
" Apa?"
Grea menggeleng," bukan apa-apa Ta, nanti gue ceritain kok pasti"
" Apa ini menyangkut tentang keluarga loe?" tanya Talita penuh selidik.
Grea hanya tersenyum, " Ta loe itu sahabat terbaik gue, loe selalu ada disaat gue butuh. terima kasih ya Ta!" ucap Grea sambil memeluk Talita kembali.
" Iya Gre sama-sama, tapi sayangnya loe masih ragu ya Gre sama gue!" sahut Talita dengan wajah sendunya.
" Ta gue...!" Grea jadi merasa tidak enak hati
" Santai Gre gue cuma bercanda, iya gue paham mungkin loe belum siap berbagi cerita sama gue. gak apa-apa Gre loe pasti punya alasan tersendiri dan gue percaya kok loe pasti bisa melewatinya dengan baik, Karena Greandira yang gue kenal adalah gadis tegar, tegas dan berprinsip jadi gak mudah ditindas!" sahut Talita dengan semangat memberi dukungan untuk Grea Sahabatnya.
" Terima kasih ya Ta, gue janji nanti gue pasti akan cerita!" Grea kembali bersemangat.
" Iya Grea sayang, udah malam sebaiknya loe pulang gih sebelum loe dicariin sama abang loe yang super posesif itu!"
" Iya gue balik, loe jangan terlalu benci Ta sama abang gue, nanti gue sumpahin jodoh sama abang gue baru tau rasa loe!" ucap Grea yang langsung mendapat pelototan dari Talita.
" Ihh amit-amit!" Talita menjitak kepalanya sendiri dan tentu saja hal itu membuat tawa Grea semakin pecah.
•••
Grea sudah kembali ke apartemen Arvan, mata Grea menyipit saat melihat Arvan tengah duduk bersama dengan seorang wanita cantik ditengah malam seperti ini. meskipun pernikahan mereka hanya sebuah keterpaksaan dan sudah berjanji untuk tidak ikut campur dalam urusan masing-masing tapi jika sudah berkaitan dengan adanya orang ketiga Grea dengan tegas menolak.
Grea tidak ingin harga diri dan kehormatan keluarganya kembali tercoreng oleh ulah anak keluarga terpandang Zaindra, cukup kakaknya yang merasa terkhianati tapi tidak dengan dirinya. jika memang Arvan ingin bersama wanita lain maka lebih baik dia yang pergi. Tidak sudi Grea tinggal satu atap dengan laki-laki yang tidak bermoral.
Grea melewati begitu saja dua insan manusia yang entah sedang membicarakan apa, Arvan yang melihat sikap tidak sopan Grea mendengus kesal.
Wanita yang tidak lain adalah Vivi sekretaris Arvan yang tadi datang bersama dengan sekretaris pribadinya Hanan yang sedang keluar karena sebuah tugas mendesak.
Vivi merasa tidak nyaman melihat raut wajah atasannya yang sudah mengeraskan rahangnya dia sudah sangat hafal dengan kebiasaan tuannya jika sedang dalam keadaan emosi maka lebih baik menghindar dari pada mendapat masalah.
" Maaf tuan jika sudah tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan, saya mohon undur diri tuan!" ucap Vivi dengan sedikit rasa takut dihatinya.
" Pergilah!" titah Arvan dingin.
Vivi juga tidak ingin berlama-lama bersama sang atasan jika tidak ada sekretaris Hanan.
Arvan beranjak dari duduknya dan hendak melangkahkan kakinya menuju kamar tamu yang saat ini tengah ditempati Grea isterinya.
Ceklekk
Pintu terbuka dan Arvan mengernyit saat melihat Grea yang tengah menyeret koper miliknya keluar dari kamar.
" Mau kemana kamu?" tanya Arvan tegas dengan aura dingin.
" Aku mau kemana pun bukan urusanmu" jawab Grea tak kalah tegas.
Grea dengan langkah tegas ingin pergi keluar dari apartemen tersebut dan dia berjalan melewati Arvan begitu saja. namun langkahnya terhenti saat tangan kekar itu langsung mencekal kuat pergelangan tangan Grea.
" Lepas!" sentak Grea
" Tidak akan"
" Baji*gan!" umpat Grea
" Jaga ucapanmu!" bentak Arvan membuat Grea tersentak dan diam.
" Masuk dan kembali ke kamarmu atau mau aku seret masuk ke dalam kamarku?" ancam Arvan.
" Dasar ba_!"
" Apa mau mengumpatku lagi. ingat Greandira kamu ini adalah isteriku jadi jangan membuat ku merasa muak dengan tingkahmu itu!" ucap Arvan dengan nada tinggi
" Dan dengar tuan Arvandra Pratama Zaindra yang terhormat aku Greandira tidak sudi tinggal satu atap dengan laki-laki bere**sek seperti mu yang tidak bermoral. adikmu pergi dengan laki-laki lain dihari pernikahannya dengan kakakku dan kau di malam pernikahan malah membawa perempuan lain masuk kedalam apartemen, cih keluarga macam apa ini!" maki Grea yang tidak terima dengan apa yang telah Arvan lakukan.
" Kau!" Arvan mengangkat tangannya ke udara ingin menampar Grea.
" Apa, mau menamparku silahkan tuan Arvandra yang terhormat!" tantang Grea.
" Sudahlah, aku malas bertengkar dengan mu, sebaiknya kau kembali ke kamar mu sekarang juga. dan ingat jangan coba-coba untuk pergi!" ancam Arvan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!