Bab 1
🌼Teman Baru
Namaku Sea. Hari ini adalah hari kepindahan keluargaku kerumah baru. Tentunya lingkungan baru pula.
Sebenarnya berat hatiku meninggalkan kota kelahiranku ini. Kota yang menyimpan banyak kenangan sedari aku kecil. Tapi mau bagaimana lagi, tuntutan pekerjaan Mama memaksaku untuk ikut dengan nya. Iya, Mama bekerja disalah satu perusahaan swasta di kota tempat kami tinggal. Beberapa hari lalu Mama dipindah tugaskan ke kantor cabang yang baru diluar kota. Mama bilang rumah yang akan kami tempati terletak didalam desa nya , bukan di kota nya. Tapi jarak tempuh rumah ke kantor Mama tidak terlalu jauh. Aku hanya manggut-manggut saja mendengar penuturan Mama.
Aku akan ikut kemana pun Mama pergi. Karena hanya dia yang ku punya. Papa sudah lama menghadap-Nya.
Semenjak itu, Mama yang harus banting tulang untuk menghidupi aku, anak semata wayang nya.
🌼🌼🌼🌼
Aku terbangun ketika tepukan tangan Mama menyentuh pelan bahuku. "Bangun nak, kita sudah sampai."
Aku membuka pintu mobil perlahan, sembari melirik lingkungan sekitar tempat tinggal baru kami.
Lingkungan yang lumayan rapi dan juga bersih. Disamping rumah terdapat beberapa pohon besar yang tumbuh.
Rumah yang akan kami tempati tidak sebesar rumah lama kami. Tetapi aku langsung menyukai rumah ini. Entah, mungkin karena lingkungan yang cukup menyejuk kan mata, yang jarang bisa ku dapatkan di kota.
🌼🌼🌼🌼
Aku sudah selesai menaruh barang-barangku didalam kamar.
Setelah itu membuka jendela kamarku. Hawa dingin langsung menusuk kulit ketika kurasakan angin bertiup kencang.
Mungkin karena berdekatan dengan pohon-pohon besar jadi suara angin terdengar agak berisik ditelinga. Tapi aku suka itu. Sungguh suasana yang membuat damai jiwa.
Ternyata rumah yang kami tempati bersebelahan dengan sebuah rumah yang lumayan besar. Dari sini aku hanya bisa melihat halaman depan nya saja, halaman yang cukup luas.
Jika dilihat ke atas, nampak balkon rumah tersebut dari samping.
Hatiku agak tenang karena tau ada tetangga yang tinggal dekat dengan rumah kami. Karena yang kulihat disini, jarak antara rumah kerumah agak berjauhan.
Aku menuju dapur ketika mendengar Mama memanggilku untuk makan.
"Ayo makan sayang. Kamu pasti lapar kan belum makan tadi?"
"Iya Ma. Memang lagi lapar nih." Jawab ku sambil tersenyum kearah Mama.
Kami makan dalam keheningan. Hingga akhirnya Mama bicara, " Sea, Mama besok udah mulai kerja. Kamu gak apa-apa kan tinggal sendiri dirumah?" tanya Mama sambil menatapku. "Iya gak apa-apa dong Ma, biasa nya aja kan tinggal sendiri dirumah." Jawabku sambil melanjutkan makan. "Tapi kan sekarang kita bukan dirumah lama, sayang. Mama takut kamu gak berani dirumah sendiri. Apalagi kita belum kenalan sama tetangga-tetangga kita. Iya kan?"
Aku langsung menghentikan menyuap makanan kedalam mulut, "Ma, emang nya aku ada tampang penakut gitu?" aku agak sedikit kesal dengan perkataan Mama. Masa aku dikira penakut sih. Inikan bukan pertama kali nya aku ditinggal sendiri saat Mama kerja.
"Bukan begitu maksud Mama, sayang. Mama tau kok kamu itu pemberani, iya kan? Ya udah, lanjutin makan nya, habis itu langsung tidur." Jawab Mama sembari tersenyum.
🌼🌼🌼🌼
Aku terbangun ketika mendengar alarm berbunyi. Segera aku pergi kebelakang untuk mengambil wudhu. Setelah itu menunaikan shalat subuh.
Sesudah shalat, mataku enggan dipejamkan kembali.
Aku berinisiatif untuk kembali mengemasi rumah dan membuat sarapan pagi untuk aku dan Mama.
Pukul 06:20 WIB sarapan ku siap.
Tak lama kemudian Mama datang menghampiriku di dapur. Mungkin Mama terlalu lelah hingga baru bangun segini, biasanya Mama akan bangun lebih awal dariku, tentunya sesudah shalat subuh.
"Wah, anak gadis Mama rajin banget."
Aku hanya membalas ucapan Mama dengan tersenyum.
"Mama mandi dulu ya, nak. Habis itu kita makan sama-sama ya." ucapnya lagi.
"Oke Ma." Jawabku tersenyum.
Setelah sarapan, Mama langsung berangkat kerja. Tinggal akulah dirumah ini.
Aku duduk dikursi depan rumah sembari memainkan ponsel.
Ada beberapa warga yang terlihat berjalan melewati jalan depan rumahku. Mereka sangat ramah, tidak sungkan untuk menyapa. Dan aku membalas sapaan mereka dengan menganggukan kepala sembari tersenyum kearah mereka.
"Assalamualaikum," aku hampir terlonjak mendengar ucapan salam dari seseorang didepan rumah ku. Ini akibatnya karena terlalu fokus memainkan ponsel. Aku benar-benar terkejut dibuatnya.
"Waalaikumsalam. Cari siapa ya?" Jawabku, saatku lihat ternyata didepanku seorang perempuan, mungkin umurnya tidak jauh berbeda denganku.
"Perkenalkan nama saya Arum. Rumah saya tidak jauh dari sini. Hmm, kamu baru pindah ya? Soalnya saya baru lihat kamu sekarang."
"Oh, iya iya. Nama ku Sea. aku baru pindah kemarin. Salam kenal," Jawabku sembari mengulurkan jabatan tangan dan langsung dibalas oleh Arum.
"Maaf, saya membuat kamu terkejut tadi." Ucapnya sembari tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi.
"Tidak apa-apa. Oh iya, mari silahkan duduk." Aku hampir lupa mempersilahkan Arum duduk. Arum pun menduduki kursi didepanku.
"Aku buatin minum ya. Kamu mau minum apa?" tanyaku.
"Tidak usah repot-repot Sea," ucapnya canggung. "Siapa yang repot, kan aku yang nawarin. Aku buatin dulu ya, kamu tunggu sebentar ya." Jawabku sembari tersenyum pada Arum dan dibalas Arum dengan anggukan.
Teh hangat dan juga beberapa cemilan ku hidangkan kepada Arum.
"Terimakasih Sea." Ucapnya.
"Sama-sama. Ayo diminum teh nya, cemilan nya juga." Balasku dengan nada semangat. Aku bersemangat karena hari pertama di rumah baruku, sudah ada teman yang datang.
Apalagi kalau ingat ucapan Mama tadi malam. Jujur saja aku sedikit parno. Seharus nya jika Mama tidak bilang seperti malam tadi aku tidak akan takut sih. Tapi, mama sudah terlanjur bilang kalau dia takut aku tidak berani dirumah sendiri, jadinya kan aku parno. Huh aneh memang.
"Arum, disini sinyal nya memang gak ada ya? atau sedang ada perbaikan?" tanyaku setelah beberapa saat kemudian.
"Disini memang seperti itu. Hanya beberapa orang saja yang menggunakan ponsel, aku saja tidak punya." Jawabnya dengan suara pelan.
"Oh begitu. Pantas saja dari tadi sinyal di ponselku gak ada. Aku kira memang lagi ada gangguan."
"Kalau kamu mau menelpon seseorang, biar aku bawa yang ada sinyal nya. Tidak terlalu jauh sih, cuma agak naik ke atas sebuah bukit. Kalau di kota sih ada, cuma agak jauh, apalagi kalau jalan kaki." Jawab nya menjelaskan.
"Hmm, ribet juga ya."
"Iya, namanya juga di desa." Sahut Arum sembari tersenyum. " Kamu gak takut sendirian dirumah?" tanyanya lagi.
"Memang nya ada apa Rum? Ada sesuatu ya?" aku sedikit mencondongkan badanku kearah Arum, berbicara sedikit pelan seakan-akan sedang bicara hal rahasia.
"Ah tidak kok. Kamu, kalau lagi perlu teman ngobrol, datang aja kerumah ku ya. Itu rumahku. Tidak jauh kok dari sini." Ucapnya sambil menunjuk kearah beberapa rumah yang agak jauh. Entah rumah mana yang dimaksud Arum.
Setelah beberapa saat kemudian, Arum pulang. Dia bilang nanti akan main kesini lagi. Karena aku tidak mungkin berani kemana-mana dulu saat ini. Aku belum mengenal tempat ini. Aku harus bisa beradaptasi dulu.
🌼🌼🌼🌼
Waktu menunjukan pukul 17:00, tapi Mama belum pulang juga. Diluar sedang hujan. Mungkin Mama sedang berteduh dulu. Mama tidak berani mengendarai mobil saat hujan. Karena dulu pernah hampir kecelakaan ketika menyetir mobil saat cuaca hujan, jalan licin dan pandangan kejalan jadi buram. Itu sebabnya Mama masih trauma hingga sekarang.
Aku menutup semua pintu dan jendela.
Setelah itu, aku menuju kekamar berencana menutup jendela kamar.
Saat ingin menutup jendela, pandanganku tertuju ke atas balkon tetangga sebelah rumah ku. Walau agak jauh, tapi terlihat jelas jika disana sedang duduk seorang laki-laki yang berumur tidak jauh berbeda dengan ku, sedang menatap ke arah depan. Apa mungkin sedang menatap tetesan hujan yang turun?.
Disaat aku tengah memperhatikan nya, tiba-tiba dia malah berbalik memperhatikanku.
Aku gelagapan. Langsung saja kututup jendela kamarku dengan cepat.
Laki-laki itu, seolah tau sedang diperhatikan.
Atau jangan-jangan dia memang sadar sedari tadi kuperhatikan ....
.
.
.
.
Bab 2
🌼Pertemuan Tidak Terduga
Syukurlah hujan kembali reda. Tidak lama kemudian Mama akhirnya datang.
Aku lega. Setidaknya sekarang aku tidak sendirian lagi.
Setelah selesai makan malam bersama, aku langsung menuju kamar.
Walaupun hujan telah reda, tetapi hawa dingin masih menusuk kulit.
Aku langsung menyelimuti tubuh ku dengan selimut yang cukup tebal. Cuaca yang dingin langsung membuatku hanyut terbuai mimpi.
🌼🌼🌼🌼
Cuaca pagi ini membuatku ingin berjalan mengelilingi desa. Aku sudah minta izin kepada Mama.
Kulihat Arum berjalan menuju kerumah.
Kebetulan sekali.
"Hai Arum, kebetulan sekali kamu datang. Aku pengen jalan-jalan keliling desa nih, kamu mau gak nemenin aku?"
"Boleh. Ayo, sekalian aku mau beli sayur kepasar. Tidak terlalu jauh kok dari sini. Tadinya aku memang mau ngajak kamu, makanya aku kesini." Jawabnya sembari tersenyum.
Setelah mengunci pintu, aku dan Arum pun melangkahkan kaki menuju pasar.
"Rum?" tanyaku. "Iya, kenapa?" jawabnya.
"Itu, rumah besar disamping rumah ku. Kamu kenal siapa pemiliknya?" tanyaku lagi.
"Oh, Pak Sony?"
"Pak?" tanyaku. "Iya, kan dia bapak-bapak." Jawab Arum sambil tetap berjalan.
"Bapak-bapak?" aku heran. Laki-laki yang kulihat kemarin sore kan masih muda, kenapa Arum bilang dia sudah bapak-bapak.
"Iya Sea. Dia kan memang bapak-bapak. Udah tua." Jawab Arum sekena nya.
"Tapi, kemarin aku lihat dia masih muda. Mungkin hanya tua beberapa tahun dari kita."
Arum menghentikan langkahnya.
"Memang kamu lihat dimana?" tanya nya.
"Aku lihat dia duduk dibalkon atas rumahnya." jawabku lagi.
Arum hanya diam sambil menatapku, seakan meminta penjelasan.
🌼🌼🌼🌼
Kami sudah sampai dipasar sayur. Arum membeli beberapa jenis sayur dan juga ikan. Aku hanya mengikuti langkah kaki nya saja.
Setelah berbelanja, kami duduk disebuah warung kecil didekat pasar. Warung ini menjual minuman dingin dan juga beberapa kue tradisional.
Tenggorokanku terasa haus sekali setelah menemani Arum berbelanja.
Aku langsung memesan 2 minuman dingin untukku dan Arum.
"Kamu tiap hari belanja kepasar, Rum?" tanyaku kemudian.
"Tidak tiap hari. Kalau disuruh Ibuku belanja aja. Hari ini kebetulan stok sayur dirumah ku menipis." Jawab Arum sembari meminum minuman yang baru sampai.
Aku manggut-manggut saja mendengarnya.
"Sea, pas kamu lihat laki-laki dibalkon itu, apa yang dia lakukan?" tanya Arum.
"Dia cuma melihat kearah depan, seperti melamun gitu." Ucapku sambil sedikit terkekeh.
"Masa laki-laki melamun, ketika hujan lagi. Seperti lagi galau." Sambungku kemudian. Aku hanya sedikit geli membayangkan kejadian kemarin sore, apalagi saat aku ketahuan sedang memperhatikan laki-laki itu. Malu sekali rasanya.
"Aku jarang melihat oranglain dirumah Pak Sony. Yang aku tau dirumah itu hanya ada Pak Sonh dan juga istrinya, Bu Meta. Makanya aku kaget pas kamu bilang laki-laki itu masih muda," jawab Arum.
"Atau, mungkin itu anaknya Pak Sony. Kalau memang benar, berarti kamu sedang beruntung karena bisa melihatnya. Aku saja tidak pernah. Kudengar anaknya jarang pulang kerumah. Katanya tinggal diluar kota, gitu." Sambungnya lagi.
Setelah menghabiskan minuman. Kami lalu pulang.
Aku terlebih dulu sampai dirumah. Semetara Arum melanjutkan berjalan menuju kerumahnya.
Aku menyuruh dia mampir dulu, tapi Arum bilang dia harus segera pulang. Takut Ibunya menunggu, katanya.
Aku duduk diteras rumah. Kaki ku terasa pegal. Ternyata lumayan letih juga berjalan kaki menuju pasar.
Kulihat rumah besar disamping rumahku.
Halaman yang luas dan juga bersih, dikelilingi pagar besi yang tinggi.
Terlihat seorang wanita paruh baya sedang menyiram tanaman disekitar halaman rumah.
Jika dilihat dari penampilan nya, mungkin itu pembantu dirumah tersebut.
Aku tersenyum saat wanita tersebut melihat kearahku. Dan dibalas dengan senyuman nya juga.
🌼🌼🌼🌼
Segar rasanya tubuh ini setelah mandi.
Aku sudah membersihkan rumah dan juga masak untuk makan malam nanti.
Sengaja aku masak awal dari sebelumnya. Aku takut sore nanti hujan lagi, dan aku tidak berani kemana-mana, selain dikamar.
Aku memainkan ponsel ditangan. Cukup membosankan.
Aku beralih menonton tv yang terletak didalam kamarku.
Saat sedang asyik menonton, aku mendengar suara ribut dirumah besar disebelah. Memang tidak terlalu jelas, namun masih bisa kudengar suara seorang wanita sedang menangis.
Aku beranjak dari tempat tidur menuju ke jendela kamar, mencoba melihat kerumah tersebut.
Terlihat seorang wanita sedang berusaha mengejar seorang laki-laki muda tepat dihalaman depan rumahnya.
"Laki-laki itu ... laki-laki yang kemarin kulihat." Gumamku.
"Kai, jangan pergi, nak. Jangan tinggalkan Mama lagi." Itu yang kudengar. Dapat disimpulkan wanita itu adalah Ibu dari laki-laki tersebut.
Sedangkan tepat dibelakang wanita tersebut, seorang laki-laki paruh baya namun masih terlihat bugar dengan tubuh tinggi besarnya, sedang memegang pundak dan tangan si wanita.
"Biarkan dia pergi, Ma. Papa sudah lelah menasehati dia, tapi sama sekali tidak pernah didengar. Terserah. Mau jadi apapun dia." Ucap laki-laki paruh baya tersebut. Nampak nya dia adalah Pak Sony, suami dari wanita yang tengah menangis itu, Bu Meta.
Laki-laki muda itu menghentikan langkah nya, menatap kearah orangtua nya sejenak lalu pergi.
Aku langsung menjauh dari jendela.
Tidak ingin ketahuan sedang mengintip.
🌼🌼🌼🌼
Saat ini aku dan Mama sedang makan malam.
Mama bercerita seputar kerjaan nya hari ini, aku hanya mendengarkan sambil sesekali menjawab jika ia bertanya.
Mama bilang lusa aku sudah bisa pergi ke kampus. Ya, kekampus baruku.
Mama sudah mengurus surat kepindahanku.
Syukurlah, sekarang aku ada kegiatan.
🌼🌼🌼🌼
Pagi ini aku diantar Mama menuju kampus.
Mungkin pulangnya aku akan memesan taksi online atau angkutan umum. Dikampus ponselku tidak sunyi lagi, karena disini ada sinyal. Lain lagi kalau dirumah.
Hari pertamaku di kampus baru lumayan baik.
Aku langsung bisa beradaptasi dengan lingkungan begitupun dengan orang-orangnya.
Jadwal kuliah ku hari ini tidak banyak.
Setelah keluar dari kelas aku menuju kantin, cacing-cacing diperutku meronta-ronta minta makan.
Sesampainya dikantin, aku langsung memesan satu mangkok bakso dan segelas teh es. Ini adalah salah satu menu favoritku.
Tidak lama menunggu, makanan dan minuman pesanan ku sampai. Aku langsung mengisi perut yang sedari tadi keroncongan. Salah kusendiri tadi pagi tidak sarapan. Akibatnya perut kelaparan, untung jam kuliah sudah kosong.
Setelah habis makanan ku habis, aku langsung membayar semuanya. Lalu kembali duduk lagi ditempat semula.
Sambil memikirkan habis ini mau kemana, langsung pulang atau jalan-jalan dulu.
Tidak lama kemudian, beberapa laki-laki datang ke kantin. Mereka duduk tidak jauh dariku. Nampak nya mereka juga anak kampus ini.
Tapi, ada sesuatu yang membuat aku terkejut.
Satu dari beberapa orang tersebut adalah anaknya Pak Sony dan Bu Meta.
Yang lebih membuatku terkejut adalah laki-laki itu menatapku dengan tatapan tajam.
Seolah tau jika aku ketakuan, dia malah berjalan mendekat kearahku.
Ya tuhan, aku harus bagaimana.
Aku beranjak dari tempat duduk ku, buru-buru ingin pergi, namun betapa terkejutnya aku ketika tiba-tiba tangan ku dipegang oleh seseorang.
"Kamu ..."
.
.
.
.
Bab 3
🌼Pertemuan Tidak Terduga 2
"Kamu ... " ucapnya.
Bagaimana ini?. Aku tidak berani menampakkan wajahku apalagi menatapnya. Ku tundukan saja kepalaku, sambil kupejamkan mata. Siapa tau setelah membuka mata dia langsung hilang.
"Hei," ucapnya lagi. Jangankan menghilang, pergi saja tidak dia dari sini. Dan, tangan ku ternyata masih dalam genggaman nya.
Aku memberanikan diri untuk bersikap biasa saja. "Iyaa? Kenapa ya?" akhirnya aku berani bersuara. Walau agak canggung sih.
"Kenapa? Kamu yang kenapa?" ucapnya datar, dengan ekspresi datar juga. Sungguh makin membuat aku jadi gugup.
"Aku? Aku gak apa-apa. Memangnya aku kenapa?" dasar bod*h. Kenapa juga aku jawabnya seperti itu.
"Kamu memperhatikan aku tadi ada apa. Ada yang salah dengan wajahku?" ucapnya ketus.
"Gak kok, gak ada apa-apa. Aku tadi, cuma ... cuma mengira kalau kamu teman aku, ternyata aku salah lihat," jawabku bohong.
Dia hanya diam sambil menatapku.
"Kalau begitu, sekarang aku pergi dulu ya." kataku lagi.
"Pergi, pergi saja. Kenapa harus bilang?" jawabnya ketus. Dasar aneh. Tadikan dia yang menghalangi aku pergi.
"Hmm, ini tangan nya bisa dilepas kan?" jawabku sembari menunjuk menggunakan teluntuk tangan kanan ku ke pergelangan tangan kiri ku yang sedari tadi dipegang nya.
Sontak saja dia melepaskan pegangan nya dengan cepat. Sekarang dia yang terlihat gugup.
Aku pergi meninggalkan nya yang diam membisu. "Kai, cewek terus lho ini." Kudengar salah satu teman nya bicara agak keras sementara teman-teman yang lain ikut tertawa.
Menyebalkan.
🌼🌼🌼🌼
Aku mampir disebuah toko buku. Membeli beberapa buah buku untuk kubaca dirumah.
Aku memang hobi membaca. Dengan membeli beberapa buku ini, lumayan untuk mengisi waktu luang ku saat tidak ada kegiatan dirumah. Lagipula, membaca itukan jembatan ilmu.
Setelah membayar buku-buku tersebut, aku keluar dari toko. Aku merogoh tas ku untuk mengambil ponsel didalamnya, berencana untuk memesan taksi online.
Ketika sedang mengetik, tiba-tiba seseorang merampas ponsel ditanganku, lalu lari dengan cepat kearah depan.
Sontak aku teriak "Woi copet . Tolong copet."
Aku berusaha berlari mengejar copet tersebut. Sementara beberapa orang yang berada di sekitarku ikut mengejar sicopet.
Karena kelelahan mengejar sicopet, aku berhenti ditepi jalan. Aku tidak sanggup mengejarnya. Aku tidak terlatih untuk berlari cepat.
Nampaknya aku harus merelakan ponselku di ambil copet tersebut. Mau bagaimana lagi, orang-orang yang ikut mengejar pun kalah jauh dari pencopet itu, lagipula mungkin sekarang pencopet tersebut entah sudah bersembunyi dimana.
Aku hanya tertunduk meratapi malangnya nasibku.
Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah ponsel kearahku. Ponsel ku, ya ini ponselku. Segera ku ambil ponsel tersebut dari tangan nya.
Belum sempat melihat siapa yang menyodorkan ponselku, orang itu sudah berbicara "Lain kali jangan teledor." Ucapnya dingin. Aku seperti pernah mendengar suara itu.
Aku menoleh kearah suaru tersebut, namun si pemilik suara sudah balik badan dan berlalu. Namun aku tau siapa itu. Laki-laki aneh.
Kenapa bisa dia yang mendapatkan ponselku. Padahal seingatku tadi aku tidak melihat keberadaan dia di sekitar toko buku.
🌼🌼🌼🌼
Pukul 14:30 WIB aku sudah sampai dirumah dengan memesan taksi online.
Segera aku membersihkan diri dikamar mandi.
Bau debu dan keringat sangat menggangguku. Ini semua karena aku mengejar pencopet tadi.
Aku segera mandi karena badan sudah gerah sekali.
Sekitar dua jam kemudian, Mama datang.
Aku menyambutnya didepan pintu.
"Assalamualaikum," Mama mengucap salam ketika tepat didepan pintu. "Waalaikumsalam, Ma," jawabku, sembari mencium tangan Mama takzim.
"Sea udah siapin makan, Ma. Kita makan sama-sama ya," sambungku lagi.
"Iya iya. Mama mandi dulu ya, nak." Sahut Mama lembut.
Aku hanya tersenyum sembari mengacungkan kedua jempol tangan kearah Mama.
Selesai makan, kami duduk diruang tengah.
Mama memulai obrolan, " Gimana hari ini nak, bagus?" "Lumayan lah, Ma." Jawabku sekena nya. "Tadi habis dari kampus, aku ke toko buku. Beli beberapa buku buat dibaca dirumah. Lumayan lah buat mengisi kegiatan dirumah." Sambungku lagi.
"Gitu? Kamu gak tersesat kan tadi waktu pulang kerumah?" tanya Mama.
"Ya enggak lah, Ma. Kan aku pakai taksi online. Kalau aku pulang jalan kaki sih, mungkin bisa tersesat, Ma." Jawabku.
Mama hanya tertawa mendengar ucapanku.
🌼🌼🌼🌼
Aku memilih beberapa snack diwarung dekat rumah. Gara-gara kejadian copet siang tadi, aku lupa mau beli cemilan di minimarket dekat toko buku. Jadi, malam ini aku harus beli diwarung. Kebiasaan ku jika sedang membaca harus dengan makan cemilan. Kalau tidak, rasanya seperti ada yang kurang.
Saat selesai membayar snack-snack yang ku beli, ada yang menepuk bahuku pelan, aku pun menoleh, "Oh, kamu Arum." ternyata Arum.
"Kamu kemana hari ini? Tadi pagi aku kerumah kamu, tapi pintu rumah dikunci dari luar." Ucapnya.
"Aku hari ini mulai kuliah, Rum." Jawabku. " Memangnya ada apa kamu tadi pagi kerumah?" ucapku lagi.
"Oh, aku cuma mau ajak kamu main kerumahku. Biar kamu tau rumahku yang mana. Jadi, nanti bisa main sendiri kerumah." Ucap Arum sembari tersenyum.
"Hmm, nanti kalau jadwal kuliah ku kosong baru main kerumah kamu ya, Rum." Aku merasa tidak enak hati dengan Arum jadinya.
"Iya iya. Untung ketemu kamu disini, jadi aku bisa tau." Jawabnya.
"Kamu mau belanja apa, Rum?" tanyaku.
"Ini, disuruh Ibu ku beli gula sama kopi." Jawabnya lagi.
"Oh, kalau gitu aku pulang dulu ya, Rum"
"Iya, hati-hati tersesat ya," kata Arum sembari tersenyum.
"Gak mungkin lah, Rum. Kan dekat."Jawabku lagi. Arum hanya tertawa pelan.
Arum itu orangnya baik dan juga sopan. Walaupun cara bicara dia sedikit baku, tapi itu yang buat dia unik, beda dari teman-teman aku yang lain.
Saat melewati rumah Pak Sony, terlihat dia dan juga istrinya baru keluar dari dalam mobil.
Bu Meta yang melihat aku berjalan langsung menyapa dan mendekat "Nak, kamu tetangga baru ya? Tinggal dirumah sebelah ini, bukan?" tanyanya.
"Iya bu, benar. Saya Sea." Jawabku sembari mengulurkan tangan menyalami Bu Meta dengan takzim. Sementara Pak Sony yang berada di belakang istrinya hanya tersenyum ramah.
"Cantiknya anak ini," ucap Bu Meta sembari mengelus pipi kananku. Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Kalau begitu, saya pulang dulu ya, Bu, Pak. Mari," ucapku, lalu melangkah menuju rumah. Dan dibalas senyuman ramah dari mereka berdua.
Sesampainya dikamar, aku langsung berpikir.
Orangtuanya saja ramah dan lambut seperti itu, kenapa anaknya punya sifat cuek dan juga judes.
Lho-lho, kenapa aku malah mikirin dia.
Ada apa dengan otak ku ini?.
Jangan-jangan, ah aku tidak mau berandai-andai. Apalagi berandai-andai soal itu, tidak mau sama sekali.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!