Kayla PoV On
"When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl, you're amazing
Just the way you are
Yeah"
"Gimana sih rasanya jatuh cinta? Udah sampai umurku delapan belas tahun, masak iya aku belum pernah jatuh cinta, hhuuhhh!" gumamku setelah lelah bernyanyi. Aku baru saja pulang sekolah. Aku memilih berjalan kaki sambil menikmati suasana sore kotaku.
Hai, aku Kayla Anggraini. Aku masih kelas tiga SMA di SMA Padma Widya. Salah satu SMA favorit di kotaku. Kota Jogja Istimewa, se-istimewa orang-orangnya. Begitu kata orang-orang.
Aku baru akan berusia delapan belas tahun. Kata orang, aku gadis yang periang, banyak yang suka padaku karena itu.
Apalagi wajahku cantik, tubuh proporsional, rambut hitam panjang dan kulit yang putih. Bbeeeuuhh, banyak deh cowok di sekolah yang naksir sama aku. Sebanyak itu juga cowok di sekolah yang aku tolak. Dan lagi, otakku yang sangat encer, menjadi nilai tambah yang dalam diriku di mata para guru.
Sayang seribu sayang, sampai saat ini aku belum pernah merasakan jatuh cinta pada cowok. Tragis. Belum ada seorang pun yang bisa menggetarkan hatiku.
"Oh shit! I'm lost," umpat seorang bule muda nan tampan di salah satu sudut kota Jogja.
Aku menoleh kearah orang yang mengumpat itu. Tiba-tiba seorang penjual rujak memanggil dan mendekatiku.
"Nduk, kamu bisa bahasa Inggris?" Tanya penjual rujak itu padaku.
"Kenapa Pak?" Aku bingung dong ditanyai penjual itu.
"Kamu sekolah di Padma Widya ya? Pasti pinter bahasa Inggris. Itu, ada bule tanya sesuatu kayaknya. Tapi Bapak nggak faham. Kamu tolongin ya?"
"Eh, Bapak ini ada-ada saja. Iya Pak, coba saya tolong!" Aku dan Bapak penjual itu mendekati bule yang kelihatan bingung.
Memang, sekolahku terkenal dengan siswa-siswi dengan otak encer. Siapapun yang ingin sekolah di sana, harus punya nilai rata-rata di atas delapan. Sistem pendidikannya pun sangat mandiri.
"Excuse me Sir, can I help you?" (Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu?) tanyaku setelah berada didepannya.
Dia melihatku seksama. Aku pun menatapnya. Matanya berwarna biru, sangat indah. Hidungnya mancung, rambutnya hitam, tubuhnya tinggi tegap.
"Can you speak English?" (Anda bisa berbicara bahasa Inggris?)
"Yes, a little." (Ya, sedikit.)
"Thank's God. Do you know A.X Hotel?" (Terima kasih Tuhan. Anda tahu A.X Hotel?)
"A.X Hotel?" (A.X Hotel?) Aku mencoba mengingat tempat yang bule itu tanyakan. Terdengar tidak asing di telingaku.
"Oh yes, I know." (Oh ya, saya tahu.)
"Can you show it to me?" (Dapatkah Anda menunjukkannya padaku?)
"Don't you have GPS?" (Apakah anda tidak memiliki GPS?)
(Gaes, percakapannya pakai bahasa Indonesia aja ya, nanti kepanjangan ini episodenya 😅 Bayangin aja Kayla sama si bule ngobrol pakai bahasa inggris 😁)
"Ponsel saya belum memiliki kartu sim untuk Indonesia."
"Oh begitu. Baiklah. Anda bisa naik taksi dari sini."
"Apakah Anda ada waktu?"
"Saya?"
"Ya. Bisakah Anda mengantarkan saya ke sana?"
Gila nih bule? Rempong bener. Tapi, ganteng juga, hhihi. Boleh deh, bisa aku pamerin ke Nessa besok! Lumayan punya kenalan bule ganteng, hhaha.
"Boleh. Anda ingin jalan kaki atau memakai taksi?" tanyaku.
"Apakah jauh?"
"Jika berjalan kaki sekitar tiga puluh menit. Tapi jika memakai taksi hanya lima menit."
"Kita jalan kaki?"
"Baiklah."
"Terima kasih. Oh ya, siapa nama Anda?"
"Kayla."
"Nama yang indah. Saya Richard."
"Baiklah Richard, tunggu sebentar." Aku menghampiri penjual rujak tadi lalu berpamitan.
Aku menemani bule itu berjalan kaki menuju hotel yang ia tanyakan tadi.
"Apakah ini pertama kali kamu ke Indonesia?"
"Iya, ini pertama kali."
"Anda berasal dari negara mana?"
"Australia. Saya tinggal di Sydney."
Kami melewati sebuah konter pulsa. "Apakah Anda ingin membeli kartu sim untuk ponsel Anda?"
"Ya, tentu. Dimana saya bisa membelinya?"
"Itu disana! Mari!"
Kami mampir di konter pulsa. Dan ternyata penjual pulsanya juga nggak bisa bicara bahasa Inggris. Mampus deh gue! Lama-lama ni lidah bisa keseleo nanti kelamaan bicara bahasa Inggris.
Kami pun kembali berjalan setelah selesai membeli kartu sim untuk ponselnya. Dia bertanya banyak hal tentang diriku. Dia juga menceritakan banyak hal tentangnya. Kami berbagi sedikit cerita. Ternyata nasib kami sama, sama-sama anak tunggal. Nyambung deh jadinya ngobrol banyak.
Nih bule crewet juga ya! Ngomong terus dari tadi. Nggak capek apa? Lidahku udah kaku ini bicara sama kamu dari tadi pakai bahasa Inggris. Kalau bukan karena aku mau pamer ke Nessa punya kenalan bule ganteng, ogah deh!
Dia ternyata ke Indonesia bersama ayahnya untuk urusan bisnis. Dan dia tadi melarikan diri dari para pengawalnya karena ingin menikmati suasana kota sendirian tanpa pengawal. Usianya terpaut tiga tahun denganku. Cocok mungkin jadi kakakku.
"Itu A.X Hotel." Aku menunjuk pada sebuah baliho besar tepat di depan hotel. Dan di bawah baliho, ada beberapa pria memakai pakaian serba hitam. Mereka sepertinya sedang sibuk menunggu seseorang.
"Oh ya, Anda benar. Terima kasih Kayla."
"Iya, sama-sama." Dan saat itu juga, pria yang berada di bawah baliho tadi berlari ke arah kami dan langsung memegang lenganku. Apa-apaan ini?
"Lepaskan dia! Dia telah menolongku."
"Mereka siapa?" Aku benar-benar bingung melihatnya memerintah pria-pria tadi. Para pria itupun melepaskan lenganku.
"Aaww, sakit!"
"Maaf Kayla, mereka pengawalku. Apakah lenganmu sakit?" Richard terlihat khawatir ketika melihatku meringis memegangi lenganku.
"Tak apa, hanya sedikit."
"Minta maaf padanya!" Richard terlihat sedikit marah pada pengawalnya. Para pengawal itu pun meminta maaf padaku.
Siapa sih dia? Punya pengawal segitu seremnya.
"Kayla, apa kita masih bisa terus berkomunikasi? Kamu gadis yang baik dan menyenangkan. Aku suka padamu."
What? Dia menyukaiku? Ini bukan pernyataan cinta kan Mas bule ganteng? Hhahaha, mimpimu ketinggian Kay!
"Kay, apa kamu baik-baik saja?"
"Oh iya, aku tidak apa-apa."
"Oke. Boleh aku minta nomor ponselmu?"
Aku terdiam. Bingung dan berfikir. Kasih nggak ya?
"Maaf Richard, Aku tak bisa memberikan nomor ponselku."
"Baiklah, aku paham. Kita juga baru saja berkenalan. Apa kau punya email?"
"Ya, ada."
"Boleh aku meminta alamat emailmu? Kita bisa saling berkomunikasi nanti lewat email."
"Boleh juga. Baiklah!". Richard terlihat sangat bahagia. Ia langsung menyerahkan ponselnya dan memintaku menuliskan alamat emailku.
"Baiklah Ri, kamu sudah sampai hotel. Aku akan pulang sekarang."
"Apa perlu kuantar bersama pengawalku?"
"Tidak, terima kasih. Aku akan naik bis."
"Baiklah Kay. Terima kasih untuk semuanya. Semoga kita bisa bertemu kembali."
"Iya. Semoga pekerjaanmu lancar di Jogja."
"Tentu."
"Bye!" Kami saling melambaikan tangan. Aku lalu berjalan pergi menuju halte bis terdekat.
...****************...
Pagi harinya di sekolah, aku diberondong pertanyaan oleh sahabatku Nessa. Karena sejak semalam aku tak membalas pesan atau menjawab telfonnya. Karena kelelahan, aku tertidur lebih awal dan tidak menghiraukan dering ponselku.
"Kay, kamu kemana aja sih?"
"Aku tidur Nes, capek tau!"
"Emang kecapekan kenapa?"
"Kecapekan jalan kaki. Masak ya, aku tu udah jalan sampai halte depan mall, harus balik lagi jalan ke A.X Hotel. Kan capek!"
"Emang kenapa?"
"Oh iya, aku belum cerita ya! Kemarin aku ketemu bule ganteng. Nih, aku punya fotonya." Aku pun segera mengambil ponselku dan menunjukkan beberapa fotoku bersama Richard kemarin.
"Bbeeuuhh, ganteng bener Kay! Namanya siapa Kay?" Wajah Nessa langsung sumringah melihat foto Richard. Dia kalau udah lihat cowok ganteng, lupa deh semuanya. Padahal dia juga udah punya pacar.
"Namanya Richard. Kemarin dia nyasar tuh sampai depan mall. Dia bingung mau balik ke hotelnya, yang ditanyain nggak bisa bahasa Inggris semua."
"Dia nggak punya ponsel?"
"Ada, tapi belum dibeliin sim Indonesia."
Aku pun menceritakan kejadian kemarin sore. Nessa bahkan lebih antusias dari pada perkiraaanku. Dia sangat penasaran dengan Richard.
Oh iya, Nessa itu sahabatku. Namanya Vanessa Pricilia. Kami mulai dekat saat di kelas dua. Dan sejak saat itu, kami bersahabat. Bahkan kami mendapat julukan 'Friendship Princess'. Itu karena kami berbeda keyakinan, dan itu tak menjadi masalah untuk persahabatan kami. Selain itu, karena kami selalu mendapat peringkat terbaik di sekolah. Dan pastinya, karena wajah kami yang cantik juga, hhihi. Untuk masalah beribadah, kami selalu bertoleransi satu sama lain.
Kalau pulang sekolah, aku selalu boncengan sama dia. Nessa kalau berangkat pasti diantar, dan pulangnya pasti sama aku. Aku selalu pakai motor kalau sekolah. Yaa, kebetulan aja kemarin motorku baru diservis sama ayahku, jadi kesekolah dianter paginya. Eehh, pulangnya dapet kenalan bule ganteng.
Kayla PoV off
Waktu terus berjalan. Mengiringi roda kehidupan yang terus berputar. Menggelinding dan terus berputar tak kita tahu arah dan tujuannya.
Setelah perkenalan Kayla dan Richard hari itu, Richard benar-benar menepati perkataannya. Ia mengirimi email Kayla. Kayla pun dengan senang hati membalas pesan-pesan dari Richard. Dan dari sanalah kedekatan mereka dimulai.
Mereka mulai saling lebih mengenal satu sama lain. Kayla seperti menemukan sosok kakak laki-laki pada Richard. Dia yang merupakan anak tunggal, sungguh senang jika memiliki teman dekat baru.
...****************...
Enam bulan telah berlalu. Kayla kini sudah menjadi mahasiswa di sebuah universitas negeri di Kota Jogja. Ia lulus SMA dengan nilai terbaik dan juga lulusan terbaik di kotanya.
Kayla kuliah di jurusan administrasi perkantoran bersama sahabatnya, Nessa. Siang itu, Kayla dan Nessa baru saja menyelesaikan kuliahnya. Mereka berniat jalan-jalan di mall sebelum pulang.
"Kayla!" panggil seorang laki-laki.
Kayla dan Nessa langsung mencari siapa orang yang memanggil. Mata Kayla menangkap sesosok laki-laki yang tak asing. Ia sedang melambaikan tangan padanya.
"Richard?" gumam Kayla. "Richard!" Kayla berteriak girang memanggilnya sambil membalas lambaian tangannya.
Richard pun tak kalah bahagia bisa bertemu dengan Kayla. Richard sengaja datang ke kampus dimana Kayla berkuliah untuk memberinya kejutan. Dia tak mengatakan pada Kayla jika dia akan berkunjung ke Jogja. Dia lantas berjalan menghampiri Kayla dan Nessa.
"When are you coming Ri?" (Kapan kamu datang Ri?) tanya Kayla dengan senyuman bahagia ketika Richard sampai dihadapannya.
"Surprise! Aku sengaja memberimu kejutan hari ini." Jawab Richard dengan senyuman yang menambah tampan wajahnya itu.
"Kamu bisa bahasa Indonesia sekarang?" Kayla dan Nessa terkejut ketika mendengar Richard berbicara bahasa Indonesia dengan sedikit terbata-bata tapi cukup lancar.
"Sedikit. Aku masih belajar Kay." Jawab Richard Jujur.
Sejak kepulangan Richard dari Indonesia dan berkenalan dengan Kayla, Richard sengaja belajar bahasa Indonesia di tengah kesibukannya. Demi kenyamanan Kayla jika berbincang dengannya.
"Kay, kenalin!" Bisik Nessa di telinga Kayla.
"Oh iya. Ri kenalin, ini Nessa sahabatku. Dan Nes, ini Richard, yang pernah aku ceritain ke kamu." Kayla mengenalkan Nessa pada Richard dan sebaliknya.
Nessa dan Richard pun bersalaman dan saling memperkenalkan diri.
"Apa kalian sudah selesai kuliah?" tanya Richard.
"Sudah Ri." Jawab Kayla.
"Maukah kalian jalan-jalan sebentar?" tawar Richard.
"Tentu. Kami juga mau jalan-jalan." Jawab Nessa tiba-tiba. Kayla menatap aneh pada Nessa.
"Baguslah. Mari jalan-jalan sebentar. Kita pakai mobilku saja!" ajak Richard.
"Kau bawa mobil sendiri?" tanya Kayla.
"Tidak. Aku bersama pengawal sekarang." Jawab Richard. "Itu disana! Ayo!"
Richard pun berjalan kembali ke tempat di mana tadi ia menunggu Kayla. Ada dua mobil dan empat orang pengawal di sana.
"Kay, Richard itu siapa sih? Kok pakai pengawal segala." Tanya Nessa bingung. Kayla pun belum tahu jelas siapa Richard sebenarnya. Ia hanya tahu, namanya Richard dan dia bekerja sebagai pengelola hotel.
"Ri, kenapa kamu selalu bersama pengawal?" tanya Kayla sembari berjalan.
"Untuk keamanan Kay." Jawab Richard singkat.
"Apa kamu punya musuh?"
"Bukan musuh Kay, saingan lebih tepatnya. Maka dari itu aku pakai pengawal."
"Emang kamu kenapa sih Ri kok sampai punya banyak saingan?"
"Tidak ada apa-apa. Tapi ini resiko Kay."
"Maksudnya?" Kayla semakin bingung.
"Kamu masih belum mengenaliku?" Richard menghentikan langkahnya tepat di samping mobilnya.
Kayla dan Nessa saling berpandangan. Mereka berusaha mencerna kata-kata Richard. Kayla lantas menggelengkan kepalanya.
"Kamu bisa mencarinya di internet. Namaku Richard Alexander. Atau kau bisa mencari tahu tentang A.X Hotel." Jelas Richard.
Kayla segera mengambil ponselnya. Ia mencari informasi tentang Richard di internet. Nessa pun ikut melirik ponsel Kayla.
Mata Kayla dan Nessa membulat sempurna saat hasil pencarian di internet muncul. Mereka saling pandang. Lalu bergantian mengamati Richard dan beberapa foto yang muncul dari hasil pencariannya.
"Kamu pemilik A.X Hotel?" tanya Kayla perlahan.
Richard mengangguk sembari menyandarkan tubuhnya ke mobil.
Richard Alexander. Putra tunggal dari David Alexander, orang yang masuk dalam jajaran sepuluh orang terkaya di dunia. Yang aset kekayaannya tersebar di seluruh penjuru bumi. Richard kini membantu sang ayah mengelola beberapa usaha milik ayahnya. Termasuk mengelola hotel-hotel milik ayahnya.
Kayla dan Nessa mendadak beku. Mereka tak tahu, jika orang dihadapannya bukanlah orang sembarangan. Terlebih Kayla. Ia menjadi sangat minder seketika. Apalagi mengingat pesan-pesan elektronik yang sempat ia kirimkan pada Richard. Bahkan mereka sudah saling berbagi cerita tentang banyak hal.
"Jangan anggap aku seperti yang tertulis pada internet Kay, anggaplah aku temanmu seperti biasanya kita bercerita." Ucap Richard membuyarkan lamunan Kayla.
"Itulah alasanku menyembunyikan identitasku. Aku tak ingin hanya dianggap sebagai anak pengusaha hebat, tapi aku juga ingin dianggap sebagai laki-laki biasa. Aku hanya butuh teman." Imbuh Richard dengan tatapan pandangan jauh.
"Maaf Ri, aku tak bermaksud seperti itu. Tapi, apa kamu tak menyesal berteman dengan gadis biasa sepertiku?" tanya Kayla.
"Kenapa aku harus menyesal? Aku sangat senang bisa mengenalmu Kay. Kamu juga Nessa." Jawab Richard dengan senyuman indahnya.
"Tambah ganteng kalau senyum kayak gitu, astaga!" gumam Nessa dalam hati.
"Tapi Ri,," Kayla kebingungan meneruskan kalimatnya.
"Apa kamu menyesal menjadi temanku Kay?" tanya Richard sedikit sedih.
"Apa? Tentu tidak Ri. Hanya saja aku tak percaya diri jika mengingat statusmu." Jawab Kayla jujur.
"Kita sama-sama manusia Kay. Apakah pertemanan perlu memandang status?" Sahut Richard.
"Tapi Ri,," Kayla berusaha mengutarakan pendapatnya.
"Yang Richard bilang benar Kay. Berteman tak perlu memandang status. Seperti kita Kay." Nessa menepuk bahu Kayla.
"Kita temenan bahkan sahabatan meski kita beda keyakinan. Semua bahkan iri sama persahabatan kita Kay." Imbuh Nessa.
Kayla menoleh pada sahabatnya. Ia memikirkan ucapan Nessa.
"Benar kata Nessa. Dan lagi pula, aku juga nyaman berteman bahkan berbagi cerita dengan Richard. Dia juga tak menyesal berteman denganku." Gumam Kayla dalam hati.
"Maafkan aku Ri. Aku juga sebenarnya senang berteman denganmu." Jawab Kayla jujur.
"Jadi, kamu masih mau berteman denganku Kay?" tanya Richard.
Kayla tersenyum hangat. "Tentu saja Ri."
Dan tiba-tiba Richard memeluk tubuh Kayla dengan erat. Ia sangat bahagia Kayla masih mau berteman dengannya.
Kayla dan Nessa terkejut bukan main. Tubuh Kayla membeku di pelukan Richard. Nessa pun tak tahu harus melakukan apa saat ini.
"I'm sorry Kay. I'm very happy to hear your answer." (Maafkan aku Kay. Aku sangat senang mendengar jawabanmu.) Richard lantas melepaskan pelukannya pada Kayla.
Tubuh Kayla masih membeku. Ia tak menyangka akan dipeluk oleh Richard.
"Kay,," panggil Nessa.
Kayla tiba-tiba tersadar dari lamunannya. "Eh iya,,"
"Are you okay Kay?" tanya Richard.
"Ya, aku hanya terkejut." Jawab Kayla dengan badan sedikit gemetar.
"Maafkan aku Kay, aku terbawa suasana." Ucap Richard tulus.
"Tak apa Ri. Aku paham." Kayla mulai bisa menguasai dirinya.
"Kita jadi jalan-jalan?" tanya Richard canggung.
"Boleh. Kita ke mall aja yuk, sekalian makan. Aku laper." Jawab Kayla.
"Tentu. Masuklah!" Richard membukakan pintu mobilnya untuk Kayla dan Nessa.
"Motornya Kay?" tanya Nessa bingung sebelum mereka masuk mobil.
"Biar pengawalku yang bawa. Kalian berikan saja kuncinya dan tunjukkan dimana kalian memarkirkan motor." Jawab Richard santai.
Kayla dan Nessa saling pandang kebingungan. "Sudah, berikan saja kunci motornya padaku. Aku akan minta pengawal membawa motor kalian." Sahut Richard yang paham arti tatapan dua wanita itu.
Kayla dan Nessa pun akhirnya memberikan kunci motornya pada Richard dan memberitahukan letak parkir motornya. Richard lantas memerintahkan dua pengawalnya untuk membawa motor Kayla dan Nessa mengikuti mobilnya.
Kayla dan Nessa lalu masuk ke mobil Richard. Mereka pun lantas berkendara menuju salah satu mall besar yang ada di Jogja. Mereka langsung menuju food court yang ada di lantai teratas mall terlebih dahulu. Mereka menikmati makan sore itu dengan diselingi obrolan dan canda tawa.
Richard benar-benar lega, Kayla masih mau menjadi temannya. Begitupun Kayla. Ia juga sebenarnya takut kehilangan teman sebaik Richard yang sudah ia anggap seperti kakak baginya.
Setelah selesai makan, mereka berjalan-jalan berkeliling mall. Bahkan Richard diam-diam membelikan hadiah untuk Kayla. Ia lupa tak membawa hadiah apapun untuk Kayla, jadi ia memilih membelikan sesuatu untuk Kayla.
Hari mulai berganti malam. Kayla dan Nessa akhirnya berpamitan pada Richard untuk pulang. Dan Richard pun mempersilahkannya. Richard sadar, ia sedang di Indonesia. Dimana budaya dan kebiasaannya berbeda dengan di kota asalnya, Sidney.
Tak lupa, Richard memberikan hadiah yang tadi sudah ia beli untuk Kayla. Kayla ingin menolaknya, tapi Richard memaksanya. Akhirnya Kayla mengalah dan menerima hadiah dari Richard.
Sebuah sweater berwarna biru muda dan sebuah syal berwarna navy terlipat rapi dalam paper bag yang diberikan Richard. Wilayah Indonesia sedang memasuki musim hujan. Richard berfikir, itu bisa menjadi teman ketika Kayla keluar rumah dalam udara yang dingin. Seperti itulah perhatian Richard untuk Kayla.
Rezeki siapa yang bisa menerkanya. Karena otak cerdas Kayla, dia berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu tiga setengah tahun dan lulus dengan predikat cumlaude.
Kerja keras Kayla semasa kuliah benar-benar terbayarkan. Ia langsung mendapat pekerjaan yang didambakannya. Menjadi sekerteris. Dia menjadi sekertaris di hotek milik Richard di Jogja. Pastinya tanpa rekomendasi Richard. Kayla diam-diam mengirimkan lamaran kerja ke A.X Hotel dan dia diterima menjadi sekertaris General Manager.
Barulah setelah Kayla diterima kerja, ia menceritakan itu semua pada Richard. Richard pun bangga padanya. Kayla dan Richard masih berhubungan baik. Bahkan hubungan mereka semakin dekat.
Nasib yang sama sebagai anak tunggal, membuat Kayla dan Richard dengan mudah menjadi semakin dekat. Richard menginginkan seorang adik, dan Kayka ingin memiliki seorang kakak. Dari sanalah mereka menjadi sangat dekat. Dekat sebagai kakak dan adik.
Kayla dan Richard sudah saling mengenal orang tua satu sama lain. Kayla selalu mengajak Richard ke rumahnya jika Richard berkunjung ke Jogja. Awalnya kedua orang tua Kayla, Heru dan Lusi, keberatan dengan kedekatan Kayla dan Richard, karena perbedaan keyakinan dan budaya. Tapi Kayla dapat meyakinkan orang tuanya bahwa ia dan Richard hanya dekat sebagai kakak dan adik. Dan Kayla tak akan jatuh cinta pada Richard, itu janji Kayla. Dan kini kedua orang tua Kayla pun mulai menyukai Richard sebagai kakak Kayla.
Richard pun sudah sering menceritakan Kayla pada David, ayahnya. David pun menyukai sosok Kayla dari cerita Richard. Jadi ia ingin menemui Kayla secara langsung. Dan itu diwujudkan oleh Richard ketika Kayla masih kuliah semester dua.
David yang mendambakan anak perempuan, sangat suka dengan pribadi Kayla yang menyenangkan saat bertemu. Mereka dengan mudah menjadi akrab satu sama lain. David sempat menawarkan Kayla untuk bekerja di kantor pusat di Sidney, tapi Kayla menolaknya. Ia ingin dekat dengan kedua orang tuanya.
...****************...
Satu tahun setelah Kayla bekerja menjadi sekertaris, sebuah berita mengejutkan datang. Kedua orang tua Kayla menjodohkan Kayla dengan putra dari teman ayahnya.
"Tapi Yah, Kayla nggak pernah ketemu atau bahkan kenal sama Mas Danu. Masak iya Kayla harus nikah sama dia?" protes Kayla dengan sedikit kesal.
"Besok Om Bakti akan datang kesini bersama Danu, kalian kan bisa ketemu dan kenalan besok." Ucap Heru dengan sabar.
"Tapi Yah, Kayla itu ingin menikah dengan orang yang Kayla cintai Yah. Dan Kayla nggak cinta sama Mas Danu." Kayla meluapkan kegundahannya.
"Pelan-pelan, cinta itu nanti akan tumbuh Kay!" Imbuh Lusi sembari mengusap punggung putrinya yang duduk bersebelahan dengannya.
"Tapi Bu', gimana nanti kalau cinta itu tidak tumbuh? Orang sehebat Richard saja, tidak bisa membuat Kayla jatuh cinta, lalu Mas Danu? Dan apakah Mas Danu juga bisa menerima Kayla nantinya?"
"Kamu kan belum ketemu nak. Mungkin setelah ketemu, nanti hatimu bisa jatuh cinta padanya." Rayu Lusi dengan sabar.
Kayla menghela nafas panjang. Ia sungguh ingin menolak perjodohan ini. Tapi ia juga tak ingin mengecewakan orang tuanya. Ia akhirnya setuju untuk bertemu dengan Danu esok hari.
Yanuar Danuarta. Seorang pria yang berusia empat tahun lebih tua dari Kayla. Ia membantu ayahnya mengelola beberapa pabrik percetakan yang sudah didirikan ayahnya.
Hari berikutnya, Bakti dan Danu benar-benar berkunjung ke rumah Heru. Heru dan Bakti ingin mempertemukan Kayla dengan Danu sebagai awal dari perjodohan mereka.
"Kay, kenapa kamu nggak dandan?" tanya Lusi bingung ketika melihat Kayla dengan wajah polos tanpa riasan.
"Ya nggak papa kan Bu'. Kan biar Mas Danu juga tahu wajah aslinya Kayla tanpa riasan. Biar nggak nyesel kalau nanti memang jadi nikah." Ketus Kayla.
"Ganti baju dulu kalau gitu, jangan pakai baju itu! Jangan bikin malu Ayah sama Ibu." Pinta Lusi. Lusi geram melihay Kayla hanya memakai celana jins panjang dan kaos T-shirt putih yang kebesaran.
"Nggak mau Bu'. Kayla suka pakai baju ini." Ketus Kayla. Kayla benar-benar ingin menggagalkan perjodohan ini.
"Ganti baju Kayla!" bentak Lusi.
"Pakai ini aja Bu', kan juga rapi." Kayla mencoba menolak permintaan ibunya.
"Cepat ganti bajumu Kayla!" Lusi masih gigih menyuruh Kayla mengganti baju.
Kayla akhirnya menuruti permintaan ibunya. Ia mengganti kaosnya dengan kemeja lengan pendek polos berwarna pink dengan hiasan tali dibagian dadanya. Setelah selesai berganti pakaian, Kayla bersama ibunya menemui tamunya yang sedari tadi sedang berbincang dengan Heru.
"WHAT? Gondrong? Iiyyyuuhh,, no, no, no, no." Batin Kayla panik ketika ia melihat seorang laki-laki muda yang ada di ruang tamu.
"Oh ini dia! Kenalkan, ini Kayla, putriku." Ucap Heru sambil merengkuh tubuh Kayla dengan tangan kirinya. Kayla mengangguk lalu tersenyum.
Bakti dan Danu lalu mengulurkan tangannya sembari memperkenalkan diri. Mereka lalu mengobrol banyak hal. Heru dan Bakti saling menceritakan kebiasaan anak mereka masing-masing.
Kayla hanya menatap aneh pada laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Laki-laki dengan tinggi badan yang cukup tinggi dan tegap, kulit putih, dan rambut gondrong sebahu yang dikucir ke belakang. Ia mengenakan kemeja batik berwarna biru dipadukan dengan celana jeans hitam panjang.
"Iihhh, nggak bakal jatuh cinta kalau orangnya kayak gitu! Ogah punya suami gondrong gitu!" gerutu Kayla dalam hati.
Danu yang menyadari tatapan aneh Kayla, hanya bersikap cuek. "Lumayan cantik! Tapi tetap lebih cantik Sila dari manapun." Gumam Danu dalam hati.
Danu sebenarnya juga tidak menyetujui perjodohan ini. Tapi, ancaman ayahnya membuatnya tak berkutik. Bakti mengancam Danu, tidak akan mewariskan apapun kepadanya jika Danu tidak mau menikah dengan Kayla. Dan Danu tidak mau jika itu sampai terjadi. Dan dengan berat hati Danu menerima perjodohan ini.
Bakti sangat ingin Kayla menjadi menantunya. Bakti menyukai Kayla karena kepribadiannya dan kepintarannya dalam banyak hal. Sebenarnya Bakti tahu jika Danu sudah memiliki kekasih, tapi dia tidak menyukainya. Jadi dia memaksa Danu untuk menikahi Kayla dengan sebuah ancaman, agar Danu juga berpisah dari kekasihnya.
Bakti tahu, jika Sila, kekasih Danu, hanya memanfaatkan Danu untuk menjadi 'ATM berjalan'. Danu yang dibutakan oleh cinta, tidak menyadari itu. Sehingga dia mengabaikan nasehat ayahnya tentang Sila.
Menjelang sore, Heru dan Bakti telah menyepakati perhodohan anak mereka. Setelah itu, Bakti dan Danu pun pamit pulang. Tak ada kesan apapun di hati Kayla maupun Danu. Mereka tetap ingin menolak perjodohan ini.
"Yah, Kayla nggak mau nikah sama Mas Danu. TITIK." Tolak Kayla tegas sambil menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa.
"Nggak ada penolakan Kay! Kalian akan menikah dua bulan lagi. Itu sudah menjadi keputusan Ayah dan Om Bakti." Ucap Heru tegas.
"Dua bulan Yah? Nggak minggu depan aja sekalian?" sinis Kayla.
"Kalau itu mau kamu, Ayah akan bilang sama Om Bakti buat nikahin kalian minggu depan." Tantang Heru yang disambut pelototan dari Kayla.
"Terserah!" Kayla beranjak dari sofa dan masuk kamarnya sembari membanting pintu dengan keras.
"Aaarrrggghhh,," Kayla berteriak sekencangnya di dalam kamar. Ia meluapkan kekesalannya.
Kayla segera mencari nomor Nessa di ponselnya. Ia lalu melakukan panggilan video dan mengadukan semua padanya. Nessa yang faham dengan sifat Kayla, hanya bisa menasehati dan mendukungnya apapun keputusan Kayla nantinya.
Kayla juga mengadukan semuanya pada Richard. Richard tidak tinggal diam. Dia meminta orang kepercayaannya untuk mencari semua informasi tentang Danu. Richard tak ingin Kayla sedih dan kecewa nantinya.
...****************...
Satu minggu berlalu. Richard kini sedang berada di salah satu hotel miliknya di Jakarta untuk urusan bisnis. Ia menemui seorang pengusaha muda yang karirnya menjadi sorotan beberapa tahun terakhir. Usianya tak jauh berbeda dengan Richard.
"Hello Mr. Ridwan!" sapa Richard sembari mengulurkan tangannya.
"Hello Mr. Richard!" sahut Ridwan sambil menjabat tangan Richard.
"Senang bertemu dengan Anda." Ucap Richard.
"Anda bisa berbahasa Indonesia?" tanya Ridwan terkejut.
"Tentu saja." Jawab Richard bangga.
"Baiklah. Saya juga senang bisa bertemu dengan orang sehebat Anda Tuan Richard." Sahut Ridwan.
"Tuan Hendrawan tidak ikut hadire?" tanya Richard penasaran.
"Tidak. Beliau sedang berkunjung ke Singapura. Apakah Anda keberatan jika membicarakan kerjasama ini dengan saya?" tanya Ridwan sopan.
"Tentu tidak Tuan Ridwan." Jawab Richard.
"Kalau begitu, mari kita mulai rapatnya!" ajak Ridwan.
"Tentu saja." Sahut Richard tegas.
Richard dan Ridwan pun lantas membicarakan rencana kerjasama mereka.
Ridwan Maulana Ibrahim. Putra sulung dari Hendrawan Maulana Ibrahim. Seorang pengusaha terkemuka di Indonesia. Usahanya sudah menjamur di pelosok negeri dan bahkan telah merambah ke luar negeri. Usahanya mencakup berbagai bidang. Dan yang paling menonjol adalah hotel dan apartemen.
Kini Hendrawan dibantu oleh dua putranya dalam mengelola semua usahanya. Ridwan Maulana Ibrahim dan Malik Maulana Ibrahim. Ridwan kini telah menjadi sorotan karena kepiawaiannya dalam memajukan usaha keluarganya. Namanya semakin dikenal publik karena kesuksesannya dalam membangun beberapa apartemen elit di kawasan ibukota.
Richard dan Ridwan baru saja menyelesaikan rapat kerja sama mereka. Ponsel Richard tiba-tiba berdering. Ada sebuah email masuk. Richard segera membukanya.
"Oh ****!" Richard tiba-tiba berdiri setelah membaca email itu. Ridwan pun spontan ikut berdiri karena terkejut.
"*Find the fastest flight to Jogja!" Perintah Richard pada asistennya. "I have to say this to Ayah and Kayla*." Ucap Richard sedikit geram.
"Apa ada masalah Tuan Richard?" Tanya Ridwan hati-hati.
"Oh, maaf Tuan Ridwan. Iya, ada sedikit masalah pribadi." Jawab Richard.
"Kalau begitu, saya pamit undur diri Tuan Richard. Terima kasih untuk kerja samanya." Ridwan menjabat tangan Richard.
"Tentu saja Tuan Ridwan. Senang bisa berbisnis dengan Anda." Jawab Richard tulus.
Ridwan pun segera meninggalkan tempat rapat bersama asistennya. Richard pun bergegas menuju bandara untuk segera terbang ke Jogja menemui Kayla. Ada hal yang harus ia katakan pada Kayla.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!