Gerlap gempita pesta sedari tadi mulai menghiasi pernikahan ini. Para Wedding Organizer ternama sudah berkumpul mempersiapkan pernak pernik yang menjadi andalan mereka. Banyak karangan bunga yang berdatangan memenuhi pelataran gedung mewah ini. Seorang perempuan setengah tua sudah sedari tadi memandu para pembawa acara dengan kertas susunan acara yang dibawanya agar tidak ada kesalahan sedikitpun yang terjadi.
"MAH....MAMAH...MAH!"
"Ada apa Ayana?" perempuan setengah tua yang masih sibuk dengan tugasnya berlari menghampiri suaraku yang memanggilnya dengan cukup keras. Terlihat aku sebagai sang punya acara masih sibuk dengan high heels yang sedari tadi menyusahkanku.
"Kamu tuh kenapa sih masak gini aja nggak bisa!" heran mamah karena melihatku hanya sibuk bergelut dengan masalah tali high heels yang tidak bisa terikat dengan benar. "Ajun kemana?". pengantin pria sudah tidak ada ditempat seharusnya berada untuk menemaniku disini.
"BRAK!!!"
Ajun membuat ulah. "SAKIT". Rasanya bergejolak. Ajun berjalan terpincang pincang menuju tempat yang seharusnya dia berada.
"AJUN? ADA APA DISANA?" teriak mamah dari dalam ruang tunggu pengantin masih bersama denganku. Ajun tidak menjawab dan kembali fokus berjalan menuju ruang tunggu menghampiriku dan mamah.
"AWWW!" Ajun masih meringis kesakitan karena tulang kering kakinya terbentur pintu kamar mandi.
"Kamu bukannya tadi baru dari kamar mandi ya? kok balik dari sana lagi!" heran mamah melihat Ajun bolak balik pergi kekamar mandi. "emang iya yah?". Ajun lagi lagi baru menyadari tingkah anehnya itu.
Ajun duduk disampingku yang sudah anggun dibalut dengan gaun putih. Sedangkan dia masih saja mengelus elus kakinya yang mulai terlihat memerah.
"Setelah kalian berpacaran lima tahun kalian masih bisa gugup dengan pernikahan ini. Bukannya ini yang kalian inginkan sejak dahulu kalian pertama memutuskan untuk berpacaran ya?" heran mamah kepadaku dan juga Ajun yang sudah siap melangkah menuju kehidupan baru kami.
"Siapa juga yang gugup?, iya kan sayang?" Ajun menanyakannya kepadaku dengan kaki yang sebenarnya sudah gemetar. Lalu meneguk habis tidak tersisa air putih yang sudah ada ditangannya sedari tadi.
"Iya kita kan berani banget ya Jun!" balasku membela diriku sendiri dan Ajun. Lalu aku memasukkan segenggam manisan yang sedari tadi sudah ada dihadapanku kedalam mulut. Tawa kecil keluar dari bibirku dan Ajun bebarengan.
"Memangnya kalian kira mamah sudah kenal sama kalian berapa lama sampai berani beraninya bohongin mamah, HAH!". Batin mamah.
kalau nggak gugup ngapain coba sampai masukkin tali high heels aja nggak bisa. Satunya lagi sampai lupa sudah beberapa kali dia bolak balik kekamar mandi.
Entah apa yang ada dikamar mandi sampai sampai dia rajin banget mengunjunginya terus menerus ditengah tengah acara pernikahannya ini. Gumam mamah mendengar alasanku dan Ajun. Dua orang yang bakal menjadi keluarganya sebentar lagi.
"Iya iya kalian nggak gugup kok cuma nggak berani aja, iya kan?". Goda mamah lalu mamah memilih pergi karena para tamu undangan berhamburan muncul. Dan mamah meninggalkanku dan Ajun diruang tunggu.
"Kamu nggak gugup kan sayang?" tanyaku kembali memastikan keadaan Ajun yang sebelumnya tidak pernah merasa gugup dalam keadaan apapun.
"Ya nggak mungkin lah. Kamu gugup?. Sini peluk aku kalau kamu gugup!". Ajun melebarkan tangannya mempersilahkanku masuk kedada bidangnya itu.
Akupun tidak bisa membiarkan dadanya itu terbuka sia sia. "HAAAP!" kuterima obat gugup itu dengan senang hati. Sedangkan suasana diluar sana sekarang benar benar sangat ramai dengan orang yang berpakaian rapi dan mempunyai jabatan tinggi sudah duduk rapi dikursi yang sudah disediakan sejak tadi.
Acara ijab kabul kami tadi hanya disaksikan oleh keluarga inti kami dengan tujuan agar kami benar benar merasakan kesakralan dari peristiwa yang akan kami ingat seumur hidup. Acara intipun dimulai setelah aku dan Ajun sekarang benar benar menjadi suami istri.
Pembawa acara terdengar mempersilahkan kami untuk memasuki podium panjang yang tepat disampingnya sudah terlihat semua mata orang berbinar menunggu kemunculan kami. Satu acara ini yang diharap dapat memberikan berkah dan kebahagiaan yang kami rasakan kepada semua tamu undangan yang menyaksikan.
"PROK....PROK.....PROK!" tepuk tangan meriah menyambut kehadiranku bersama Ajun yang selalu berada disampingku dan selalu menggenggam tanganku ditangannya yang sebenarnya juga lebih terasa dingin daripada tanganku.
"CANTIKNYA....TAMPANNYA.....MEREKA SERASI!" kalimat yang selalu kudengar setiap melangkahkan kakiku menuju ujung podium panjang ini. Cahaya sinar lampu mengiringi setiap langkah yakinku dan Ajun.
Dipadu dengan lantunan biola yang sangat syahdu yang dimainkan oleh pemusik ternama menambah keindahan malam ini.Tangis harupun mulai terdengar dari berbagai sisi tempat dan juga dari mamah yang sekarang resmi menjadi mamah mertuaku.
"CIUM....CIUM....CIUM!" sorak ramai seketika dikejauhan dari semua tamu yang sudah menghadap kearahku dan Ajun dengan lampu kamera ponsel mereka yang sudah menyala sedari tadi.
Kupandang wajah Ajun yang juga sedikit terkaget dengan permintaan para tamu yang berisi dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda. Tidak berbeda jauh dari para tamu yang heboh. Mamahpun sangat senang dan tidak sabar menunggu bibir kami terpaut dengan sebuah cinta yang kini takkan terpisahkan.
"APA!" tanyaku pada diriku sendiri. Bagiku persoalan hubungan secara fisik dengan Ajun seharusnya hanya kamilah saja yang mengetahui semua. Bukan untuk konsumsi semua orang. Dan juga betapa malunya diriku jika Ajun benar benar akan melakukannya.
"Hmmmm tapi....." elakku kepada semua orang yang sudah menunggu.
"Nggak masalah juga kali ya! kan Ayana sudah menjadi istriku!" batin Ajun seolah olah mengiyakan permintaan mereka.
"Iya nanti akan kami lakukan tapi bukan di.." perkataanku terhenti saat seketika tangan Ajun menyentuh bahuku dan seketika rasa hangat menjalar siseluruh tubuhku.
"CEPPP!" bibir Ajun mendarat tepat dibibirku dan saat itu benar benar kumerasakan betapa besarnya rasa cinta Ajun yang diberikannya padaku. Dia benar benar tidak melakukannya dengan keterpaksaan melainkan berasal dari keinginannya. Ajun benar benar menikmati adegan yang tidak biasa kami lakukan ini. Apalagi didepan banyak orang.
Ajun memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa padaku malam ini. Kini giliranku untuk membalasnya!. Kulingkarkan kedua tanganku keleher belakang Ajun dan aku masih harus sedikit berjinjit karena tubuh Ajun lebih tinggi dariku walaupun aku sudah memakai high heels malam ini. Lalu memulai tugasku untuk memberikan kehangatan kepadanya dan membuat dia menikmatinya.
"WAW.....HWA....WAW....HWA!" teriak bersemangat penonton yang menyaksikan cinta kami bersatu dalam sebuah ciuman yang sangat indah. Setelah merasa cukup untuk malam ini. Ajun menarik bibirnya dari bibirku dengan sangat lembut. Tidak lupa mendaratkan kecupan kecil keujung bibirku yang sudah memerah. Kulepaskan rangkulan tanganku dengan sangat hati hati dari leher belakangnya. Lalu kami berdua tesenyum hangat kepada diri masing masing.
"PROK...PROK....PROK!" sorak gemuruh tepuk tangan kembali terdengar dengan sangat ramai. "Nanti kita gitu ya beb dirumah!" ajak salah satu wanita tua sambil menempelkan kedua jari tengahnya. Suaminya hanya memberikan senyuman kecut.
Rasa gugup yang sedari tadi berkecamuk seketika luntur meninggalkan tubuhku yang saat ini hanya tersisa kebahagiaan yang tiada tara. Pernikahan yang kuimpi impikanpun akhirnya terwujud malam ini. Yang pasti dengan seorang pria yang sudah menemaniku selama lima tahun lamanya. Dan sekarang ini dia tak akan kubiarkan pergi dariku begitu saja setelah menjadikanku sebagai istrinya.
Acara sudah berjalan setengahnya. Sekarang aku sudah duduk disamping Ajun suamiku. Semua tamu bergantian mengucapkan selamat kepada kami. Para tamu pria muda selalu menyelipkan pujian akan kecantikan mempelai wanita ditengah ucapan selamat. Ajun selalu mengingatkan kepada mereka jika tidak ada seorang priapun yang bisa memuji kecantikan istrinya sekarang selain dirinya.
Ajun mendekap tubuhku mendekat kearahnya. para tamu Wanitapun selalu mengutamakan ketakjuban mereka kepada Ajun yang berbalut jas hitam. Sungguh sangat terlihat sempurna. Ajun tersenyum ramah mendengar pujian dari para wanita yang juga tidak biasa kecantikannya. Aku hanya menyebikkan bibirku yang masih memerah saat mendengar suamiku dipuji wanita lain.
"Eh bapak CEO sudah menjadi suami lho! dari ibu Sekretaris. Selamat menikmati malam pertama yang indah ya!. Jangan lupa nanti cerita cerita kalau sudah selesai!" Ucapan selamat aneh dari teman sejawat Ajun. Mereka semua yang datang dijamu dengan makanan yang sangat mewah dan cendera mata yang tidak biasa mereka dapatkan dari pernikahan yang lainnya.
Setelah acara selesai semua tamu meninggalkan gedung yang sangat indah ini. Gedung yang menjadi saksi bisu jalinan kisahku dan Ajun. "HAHAHAHA!" tawaku dan Ajun seketika bergema memenuhi ruangan gedung yang sudah sunyi dari keramaian.
"ISTRIKU?" Ajun menujuk wajahku dengan tawa kecil. "SUAMIKU?" aku membalasnya dengan senyum renyah. Setelah itu Ajun mengayunkan jempol tangannya kearahku lalu kutempelkan jempol tanganku kembali kepada jempol tangannya. Yang sebenarnya memiliki arti jika kita telah berhasil melewati malam kita ini dengan pertunjukan yang sempurna. Tinggal sekarang hanya perlu melewati hari hari kita bersama dengan cerita cerita manis.
Hari pernikahan sudah lewat. Malam yang ramai dengan kehadiran orang sudah berlalu. Mamah meninggalkanku dan Ajun dirumah mewah yang sudah dibeli olehnya sedari lama. Sekarang Hanya tersisa malam yang sunyi antaraku dan Ajun.
Ajun masih maembersihkan diri dikamar mandi yang ada didalam kamar. Sedangkan Aku sibuk membereskan pakaianku dan barang barang Ajun kedalam lemari besar yang ada dipojok ranjang. Ranjang yang sudah dipenuhi dengan taburan bunga mawar merah yang sudah disiapkan mamah sebelum meninggalkan kami. dan ranjang yang masih belum terjamah sedikitpun. Aku masih bingung apa yang akan kami lakukan dimalam pertama pernikahan ini.
Ajun keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melingkar dipinggangnya dan dada bidang yang tanpa kain sehelaipun. Aku menelan ludah menyaksikan pemandangan yang tak biasa kulihat. "Kenapa nggak pakai baju sih!" tegurku menatap Ajun yang sedang mengorak arik rambut basahnya. "Hhehehe emang kenapa kalau nggak pakai baju?" Ajun mencoba menggodaku.
Dia berjalan mendekat kearahku. Jantungku berdetak sangat kencang. Otakku berselancar liar. "MAU NGAPAIN KAMU!" tubuhku mundur menghindari dekapannya. "Menurut kamu?" Ajun kembali menghampiriku. kutersudut dipinggiran ranjang empuk.
"BRUUKK!". Tubuhku terjatuh keatas ranjang. Ajun tersenyum jahil melihatku terlentang diranjang. Dia menundukkan tubuh kekarnya semakin mendekat ketubuhku. Hampir saja dia menindihku. Dia mulai menyentuh handuk yang masih melingkar rapi dipinggangnya. kumelongo melihat tingkahnya itu. "Aku mau kekamar mandi!". Hentakku mendorong tubuh Ajun untuk menjauh dariku. Dia melotokan mata yang sudah berbinar sejak tadi.
"Emang mau ngapain kekamar mandi? gini aja aku udah semangat banget kog!". Ajun tidak membiarkanku pergi dengan mudah. "AJUN!" teriakku tepat didepan wajahnya. "APA?" teriak Ajun menirukan nada suaraku. Senjata terakhirku aku merengek seperti anak kecil. "Iya iya sana mandi yang bersih ya!". Dia mengelus kepalaku dengan lembut. Kutinggalkan Ajun dengan langkah kesal.
Ajun mengambil sepasang baju tidur yang sudah kusiapkan dilemari tadi. Dia mengganti baju didepan kaca besar. Lalu dia mengambil ponsel yang ada dimeja kecil disamping ranjang. Dia masih setia menungguku sampai selesai mandi. Sesekali dia menyentuh beberapa helai kelopak bunga yang bertebaran. Dan seketika itu juga senyuman terpancar dari wajahnya yang sedang berseri seri.
Dia sibuk mencari dan berulang ulang mendengarkan lagu yang menurutnya akan cocok untuk besenandung dimalam ini. " Cantik" puji Ajun melihat salah satu fotoku yang ada dilayar ponselnya. "Sayang!". Ajun memanggilku. "Hmmmm" kusahut dengan suara yang bergetar. "Ngapain sih lama lama?" Ajun mulai tidak sabar menungguku lagi. "Iya sebentar lagi aku selesai". Aku masih mencoba menenangkannya.
Aku sebenarnya sudah selesai mandi sejak tadi. masih kukendalikan hatiku kembali setelah mengingat tingkah Ajun kepadaku. memang tidak ada yang salah jika aku melakukannya sekarang mengingat dia saat ini sudah menjadi suamiku. Aku hanya belum siap jika harus benar benar menyerahkan satu satunya kepemilikanku yang selama ini selalu kujaga dan kuhormati. Aku akan mencoba mengatakannya kepada Ajun Pasti dia mengerti!. Gumamku dengan seluruh kebimbangan.
"CEKLEK!". Suara pintu kamar mandi terbuka dari dalam. Ajun bersemangat menyambut kehadiranku yang sudah sedari tadi dia tunggu. kuberjalan pelan menuju ranjang tempat Ajun merebahkan dirinya. Dia beranjak dari ranjang
menuju kearahku.
"BERHENTI!". Ucapku menghentikan tangan Ajun yang mulai menyentuh tanganku. Yang mulai membimbingnya menuju persinggahan malam ini. "Ada apa?" Ajun menatapku khawatir. "Aku belum siap!" aduku padanya. "Belum siap apa?" pertanyaan Ajun semakin membuatku merasa malu. "Itu.... hmmmm!" kumemperjelasnya dengan gerakan anggota tubuh. Dia sepertinya sudah mengerti akan maksudku.
"Ouh itu yaudah sini!" Ajun kembali membimbingku menaiki ranjang. Lalu kami berdua terduduk berdampingan diatas ranjang yang dipenuhi kelopak bunga ini. "Sayang" panggil Ajun dengan suara yang sangat lembut. Aku menoleh padanya dengan rasa kekhawatiran.
" Kalau kamu benar benar belum siap. Aku bisa mengerti dan aku juga nggak mau membuatmu merasa terbebani. Jadi Nggak papa untukku aku akan selalu menunggumu sampai kamu benar benar siap menyerahkannya kepadaku dengan rasa kenikmatan yang bisa kita rasakan bersama sama. Oleh kau dan juga aku!" Ajun menenangkan diriku.
"Yakin nih?" aku kembali memastikan kesunguh sungguhan perkataan Ajun barusan. "Iya" dia kembali menjawabnya dengan suara yang sangat menyejukkan.
"Terus kita ngapain sekarang?" Ajun tertawa mendengar pertanyaan polosku. "Menurut kamu? ya tidurlah! kan sudah malam. Memang kamu mau lembur?". Ajun mendorong tubuhku dan merebahkannya tepat berada disamping badannya.
Ajun memeluk hangat tubuhku. "Selamat malam sayang" ucapan penuh cinta dari Ajun. "Selamat malam juga sayang" aku membalasnya juga dengan penuh rasa cinta. Aku tertidu didalam dekapannya. Benar benar didalam dekapan dadanya dengan hembusan napas yang sedari tadi kurasakan menjalar dileherku.
"Sayang". Ajun membuka mata kantuknya saat mendengar aku memanggilnya. Dia menatapku yang masih nyaman berada didalam dekapannya. " Besok aku sepertinya sudah siap!" ucapku memberanikan diri dengan segala pertimbangan. Ajun tertawa mendengar ucapanku yang membangunkannya hampir menuju mimpi mimpi indah. Aku semakin menenggelamkan wajahku kedalam dada bidangnya saat sudah berhasil mengeluarkan unek unek yang sedari tadi membuatku gusar.
"Iya iya aku akan bersiap siap dengan baik!" ucap dia sembari tersenyum nakal. Ajun semakin membuatku malu. Dia kembali memberikan kecupan kecil yang sekarang bersandar manis dikeningku. Aku mendongakkan kepala mendengar kecupan Ajun dikeningku. Tatapan kami bertemu. Terlihat Ajun memberikan senyuman kecil kepadaku.
Malam ini kutertidur sangat nyenyak didalam pelukan tubuh hangatnya itu. Setiap detik kurasakan dia semakin menambah kenyamanan untukku. Rasanya aku tidak ingin bangun dipagi hari. Rasanya aku berharap malam kali ini akan berlangsung sangat panjang. Dan rasanya aku sekarang semakin sangat sangat mencintainya.
Cahaya matahari mulai terbit dengan indahnya dari ufuk timur. Aku masih terpaku tenggelam dalam dekapan erat Ajun. Sementara Ajun mulai membuka mata sayunya menyambut pagi yang cerah ini. Dia tersadar jika aku masih terlelap dalam dirinya. Dia tersenyum melihat wajahku yang nampak berantakan.
Beberapa kali elusan tangan terasa dikepalaku sangat lembut. Seketika aku mulai tersadar dari mimpi mimpiku. Kubuka mataku lebar lebar lalu kupalingkan wajahku dari dada bidangnya dan menghadap wajah tampannya itu.
"Pagi" sambut Ajun dengan sapaan yang hangat. "Pagi juga" Balasku kembali padanya. "Mau pergi kerja?" aku memastikan kegiatan apa yang akan kami lakukan hari ini. "Nggak ah mau dirumah aja!" Ajun mulai melingkarkan kembali tangannya kebadanku. Kugeserkan tubuhku kembali mendekap kedalam dadanya. Entah kenapa aku sangat nyaman saat aku berada diposisi seperti ini.
Setelah bermalas malasan diranjang selama beberapa jam. Akhirnya aku dan Ajun bisa menemukan semangat pagi hari kembali. Aku dan dia sekarang berada didalam kamar mandi bersama sama untuk menyikat gigi bebarengan. Betapa menyenangkannya hari hariku sekarang jika aku melalui setiap aktivitasku selalu bersamanya.
Sesekali kami tertawa terbahak bahak saat melihat kearah cermin yang ada didepan kami. nampak mulut kami yang sudah dipenuhi oleh busa dari pasta gigi yang kami pakai. Kami bersenang senang dengan ini.
Setelah beberapa menit kami sudah benar benar selesai menghilangkan bau bau kantuk dari dalam tubuh kami. Aku mulai membuat sarapan pagi untuknya didapur. Sedangkan Ajun masih sedikit sibuk mengontrol pekerjaan perusahaan yang dia tinggalkan dari ponselnya.
Bau harum mulai tercium dari dalam dapur. Ajun berjalan menghampiriku yang masih memakai celemek. "emmmm" suara Ajun saat melihat menu sarapan pagi ini yang kubuat. Saat sudah selesai aku mememasak. Ajun dengan sigap membantuku melepaskan celemek dari badanku.
"Makasih sayang" kugandeng tangannya menuju meja makan untuk sarapan bersama. Dia juga menbantuku membawakan dua gelas susu putih yang sudah kubuat tadi untuk mendampingi sarapan pagi ini.
Aku duduk tepat dihadapannya. Ajun terlihat menikmati sarapan yang kubuatkan tadi. Hatiku sangat bahagia melihat Ajun bisa memakannya. Mengingat bahwa dia memiliki alergi dengan jenis makanan tertentu.
"Cantiknya!" puji Ajun tiba tiba saat aku ada dihadapannya. "Makasih" jawabku menunjukan kepercayaan diri. " Kalungnya yang cantik!" Ajun tertawa terbahak bahak. Aku sedikit kesal dengan candaan Ajun kali ini. "Yang memakainya juga tidak kalah cantik kog" Ajun menghiburku mengingat kalung yang selalu kupakai ini adalah pemberian darinya sewaktu kami masih berpacaran.
Setelah selesai sarapan aku dan Ajun masih terduduk dimeja makan. Dia sedari tadi hanya memandangi wajahku tanpa mengucapkan satu katapun. Dalam hatinya dia sangat bahagia setelah benar benar mewujudkan impiannya untuk menjadikanku sebagai istrinya. Begitupula denganku aku dahulu hampir tidak percaya jika dia bersungguh sungguh saat mengajakku berumah tangga. Aku sangat beruntung bisa memiliki sosok suami yang sesempurna Ajun. Dia hampir tidak pernah membuatku kecewa selama lima tahun kita berpacaran. Hanya ada kebahagiaan dan kenyamanan yang dia berikan padaku selama ini.
"Mau ngapain hari ini?" tanyaku memecah keheningan. "Nggak ngapa ngapain" Ajun masih saja tidak berhenti tersenyum saat matanya menatap mataku. "Ngapain sih!" aku mulai merasa tidak nyaman. "Nggak papa seneng aja ngelihatin istriku yang cantik" dia semakin membuatku tersipu malu. Kuberdiri meninggalkan dia sendirian dimeja makan. "Mau kemana?" Ajun menyusul langkahku. "Mau nonton film! Mau nonton bareng?" ajakku yang sebenarnya memang didalam hatiku aku mau ditemani olehnya.
"Mau nonton film apa?" dia mulai mencari cari file video yang akan diputarnya dilayar televisi besar yang ada diruang keluarga luas dirumah ini. "Terserah kamu aja lah!" pasrahku tidak mau berpikir panjang. Aku dan Ajun duduk disofa panjang dengan mata yang sedari tadi serius menyaksikan setiap adegan film romance yang dipilih Ajun. Ajun ikut serius sekali menikmati kegiatan yang kami lakukan hari ini. Aku selalu tersenyum saat melihat setiap adegan yang membuat hatiku berpacu dengan hebat.
"Mau lebih seru lagi nontonnya?" tanya Ajun mencurigakan. "Gimana caranya?" aku benar benar penasaran. "Sini aku kasih tahu!" Ajun menyuruhku lebih mendekat keposisinya. Aku menuruti arahannya dengan semangat yang sudah membara. Aku berjalan kearahnya yang sedikit jauh dari tempat dudukku.
"BRUUKK!" Ajun menarik tanganku. Aku sekarang terduduk dalam pangkuannya. "AjJUN!" terkaget aku memanggil namanya. Ajun tertawa puas karena berhasil membuat badanku terjatuh tepat berada diatas pahanya. "Gimana suka?" Dia memastikannya kepadaku. "Hhehehe iya" aku jujur dengan perasaanku sekarang yang sangat bahagia dengan perlakuannya kepadaku. Ajun tersenyum kecil melihatku menyukainya.
Kami sekarang benar benar semakin menikmati jalan cerita dari film yang kami tonton. Benar juga seperti yang sudah dikatakan Ajun tadi kalau sekarang benar benar semakin seru dengan posisi kami yang berbeda. Beberapa kali dia memainkan helaian rambutku yang menutupi setengah wajahnya. Setiap detik aku selalu menikmati semua kegiatanku jika dia berada disampingku.
Film sudah mencapai akhir cerita. Entah dengan akhir yang happy ending atau sad ending kami tidak memperdulikan hal itu. Yang hanya kami perdulikan hanyalah kami enggan beranjak dari posisi kami kali ini. Aku mulai merasakan sayu sayu kantuk siang mulai menerpaku. Ajun mempersilahkanku untuk tidur dipangkuannyaa. Sebenarnya tanpa dipintapun aku memang mengharapkannya.
Setelah beberapa jam aku benar benar tertidur. Ajun menaruh kepalaku yang bersender dipangkuannya keatas sofa panjang. Dia berlalu meninggalkanku sendirian. Ajun menuju kedapur berniat untuk membuat makan siang untuk kami makan bersama selagi aku tidur siang. Dia benar benar sibuk dengan kompor dan peralatan masak yang lainnya.
"SAYANGG!" aku terbangun mencari keberadaan Ajun yang sudah tidak berada didekatku. "Sudah bangun?" Dia berlalu meninggalkan kesibukannya menghampiriku. "Hmmmm kamu dari mana?" aku meminta penjelasan. "Dari dapur!". Dia menarik tanganku. Ajun mengajakku melangkah kemeja makan yang sudah siap dengan menu makan siang yang menggiurkan.
"emmmmm" aku tidak heran lagi melihat Ajun yang memasak ini semua. Karena Ajun memang bisa masak walaupun hanya makanan makanan yang simple seperti menu makan yang dia sajikan kali ini. Kami menikmati makan siang kali ini seperti saat kami menikmati kegiatan kegiatan yang lain. Hanya ada kebahagiaan dan tawa diantara kami.
"Bener kamu sudah siap untuk nanti malam?". "UHUK...UHUK...UHUK!" aku tersedak mendengar pertanyaan Ajun . Dia memberikan gelas yang ada didepanku. "AJUNNN!" kesalku tersadar jika dia memberikanku gelas kosong. Ajun tertawa hebat. Lalu dia mengganti gelasku yang kosong dengan gelasnya yang sudah terisi air putih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!