Hai gengs 🖐️
Kenalan dulu yuk dengan Indra Maharaja dan Hernina Cristalia.
Jadi ini adalah kisah Nina dan Indra. Betewe, mereka ini ada muncul di novel aku yang judulnya SUAMIKU BRONDONG, loh. Kalian udah pada baca SUAMIKU BRONDONG, belum?
Kalau belum, mampir dulu yuk ke SUAMIKU BRONDONG. Siapa tau kalian jadi jatuh cinta dengan Dokter Abi dan Caca. Hehe .... 🥰
Tapi kalau kalian nggak mau mampir ke sana, nggak papa kok. Karena cerita ini berdiri sendiri. Kalian tetap paham jalan ceritanya meskipun nggak baca SUAMIKU BRONDONG.
Betewe lagi, aku pingin loh punya novel yang laris manis. Huhuhu ... sedih akutuh. Aku udah punya lima novel tamat di sini, tapi performanya b aja. 😭 (Maaf aku gajelas. Hehe .... ✌️).
Buat mentemen yang nemu cerita ini, selamat membaca. Semoga suka. Kalau ada salah-salah dalam hal apapun itu, komen aja, ya. Pasti aku baca kok.
Enjoy gengs ❤️
Nina menginjakkan kaki di apartemennya dengan perasaan tidak nyaman. Perempuan itu melihat sekeliling. Walaupun apartemen itu tapi dan bersih, tapi aura suram dapat Nina rasakan.
Hernina Cristalia atau yang akrab disapa Nina mengikuti suaminya untuk pindah ke Jakarta, karena suaminya itu bekerja di sini. Ia harus rela meninggalkan kampung halaman dan juga pekerjaannya.
"Ikut gue!" ajak Indra ketus.
Nina menurut. Perempuan itu lalu mengikuti langkah kaki suaminya menaiki anak tangga.
"Kamar lo di sini, kamar gue di sebelah." Indra menunjukkan kamar tidur untuk Nina dengan suara tidak bersahabat.
"Oke," sahut Nina tak kalah ketusnya.
Perempuan itu lantas masuk ke dalam kamar yang tadi ditunjuk oleh Indra. Mereka menikah karena perjodohan. Dan Indra, sangat tidak mencintai Nina. Indra mau menikah dengan Nina karena orangtuanya mengancam tidak akan memberinya warisan jika ia tidak menikah dengan Nina. Dan Nina tahu akan hal itu. Tapi ia tidak punya pilihan lain, ia tak kuasa menolak keinginan ibunya yang sakit-sakitan.
Nina mendaratkan bokongnya di pinggir kasur. Ia melihat sekeliling. Entah mengapa tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding.
"Haduh, aku apaan, sih!" Nina bermonolog seraya mengelus tengkuknya yang merinding.
Tiba-tiba saja ekor mata Nina menangkap sesosok di sudut ruangan. Tapi begitu ia menoleh, ia tak mendapatkan apa-apa.
"Itu pasti cuma perasaan aku aja," gumam Nina seraya mengelus dadanya yang mulai berdetak tidak normal. Perempuan itu mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Dret dret dret!
Suara pintu lemari dibuka tutup membuat bulu kuduk Nina kembali meremang. Perempuan itu menoleh ke arah lemari dengan perlahan. Dan ... ternyata lemari itu masih tertutup dengan rapat.
Nina memberanikan dirinya untuk mendekati lemari tersebut. Ia jalan pelan-pelan. Dan kemudian, ia membuka lemari dengan perlahan pula.
"Aarrgghh!"
Nina berteriak histeris saat melihat sosok wanita dengan perut tertusuk pisau berdiri di dalam lemari pakaian gantung. Perempuan itu ingin berlari keluar kamar, tapi tidak bisa. Kakinya seolah terpatri erat dengan lantai.
Perempuan itu memejamkan matanya kuat-kuat. Ia tidak kuat untuk melihat sosok menyeramkan yang ada di depannya.
"Tolong!" teriak Nina histeris. Beruntungnya ia karena masih bisa berteriak.
Mendengar teriakan Nina dari dalam kamarnya, Indra lantas membuka pintu kamar Nina dengan kasar.
"Kenapa teriak-teriak? Lo pikir ini hutan? Dasar orang kampung! Nggak punya etika," hardik Indra dengan emosi yang meletup sampai ke ubun-ubun. Pasalnya tadi ia hampir saja terpejam, tapi terbangun akibat teriakan dari Nina yang sangat melengking.
"Ada han ...." Nina tak melanjutkan kata-katanya. Karena kalaupun ia memberitahu, pasti Indra tidak akan percaya. Yang ada malah ia akan ditertawakan oleh suaminya itu.
"Maaf," lirih Nina setelah ia berhasil menguasai diri.
Perempuan itu melihat ke dalam lemari, sosok perempuan menyeramkan tadi sudah tidak ada di sana. Ia lalu menutup pintu lemari dengan tangan yang bergetar.
"Awas aja lo teriak-teriak lagi! Mati lo!' ancam Indra dengan nyalang. Laki-laki itu lantas kembali ke kamarnya.
Nina terduduk lesu di atas kasur. Sekarang ia mulai menyesal. Mengapa ia mau menikah dengan Indra? Jelas-jelas ia tahu sejak awal, kalau Indra tidak pernah mencintainya. Hanya karena menjaga perasaan ibunya, ia harus rela mengorbankan masa depannya.
Pernikahan yang baru berusia satu bulan, sudah terasa seperti seribu tahun.
Lelah dengan memikirkan Indra, Nina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perjalanan dari kampung ke Jakarta cukup memakan waktu yang lama. Sehingga sekarang badannya cukup lelah. Perempuan itu pun memejamkan matanya.
Baru saja Nina hendak terlelap, perempuan itu mendengar suara tangis yang sangat jelas. Ia membuka matanya perlahan-lahan. Kemudian melihat ke sekeliling kamarnya.
Kamar yang tidak terlalu luas itu hanya terisi dengan sebuah lemari kaca tiga pintu dan sebuah meja kecil dan kursi saja. Tidak ada manusia atau sosok apapun di kamar tersebut selain benda mati.
Nina menarik nafasnya berat, kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. Ia bukanlah seorang indigo yang bisa melihat makhluk halus. Tapi mengapa tadi ia melihat wanita terluka di dalam lemari? Lantas baru saja mendengar suara tangis di dalam kamar?
"Sebenarnya ini nyata atau halusinasi, sih?" lirih Nina dengan mata terpejam.
"Kalau kamu nyata, tolong jangan ganggu aku. Kita hidup berdampingan satu sama lain," ujar Nina. Kata-katanya itu ia tujukan pada makhluk yang tadi ia lihat.
Perempuan itu lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tapi kali ini, sebelum ia terlelap, ia membaca do'a terlebih dahulu. Agar tidurnya bisa nyenyak.
Sementara itu di kamar sebelah, Indra tengah tertidur pulas. Berkendara dari kampung ke Jakarta cukup membuat energinya terkuras. Akhirnya sekarang ia terkapar di atas tempat tidurnya.
Dari sudut kamar Indra, ada sesosok perempuan dengan perut tertusuk pisau tengah menatap Indra dengan tatapan membunuh.
🍁🍁🍁
Nina terbangun saat perutnya terasa perih. Ia lapar. Perempuan sedikit kaget saat menyadari hari sudah gelap. Pasalnya tadi saat ia mulai tidur, jam baru menunjukkan pukul empat sore.
"Ya ampun, jam delapan. Ini aku tidur atau mati," ujar Nina tak percaya.
Prang!
Dari luar kamar, terdengar bunyi seperti beling yang jatuh ke lantai. Dengan segera Nina keluar dari kamar. Tapi di luar kamar ia tak menemukan apapun.
Tiba-tiba saja bulu kuduk perempuan itu meremang hebat. Ia ingat sosok yang ia lihat tadi sore. Mungkin suara itu ulah dari sosok tersebut.
Nina lalu segera menuruni anak tangga untuk mencari makanan di dapur. Tapi perempuan itu langsung lemas saat di dapur tidak ada apapun yang bisa dimakan. Isi lemari kosong. Isi kulkas juga kosong.
Akhirnya Nina memutuskan untuk membeli mie instan saja. Ia membeli sepuluh bungkus mie instan dan telur.
Setelah itu, ia memasaknya dan langsung menyantapnya selagi hangat. Perempuan itu duduk manis di meja makan sambil menikmati makanannya.
Ia melirik ke arah Indra yang menuruni anak tangga. Suaminya itu memakai pakaian rapi. Ia bertanya-tanya sendiri, suaminya itu mau ke mana malam-malam begini?
"Kamu mau ke mana?" Akhirnya Nina terpaksa bertanya. Jujur saja, ia takut ditinggal sendiri di apartemen tersebut. Takut makhluk seram tadi akan kembali muncul.
"Bukan urusan lo!" jawab Indra ketus. Laki-laki itu lalu keluar apartemen meninggal Nina sendirian.
Nina menyantap makanannya dengan terburu-buru. Ditinggal sendirian di apartemen tersebut, membuat jantung Nina berdetak tak karuan. Ia takut. Benar-benar takut.
Setelah makan, Nina langsung kembali ke kamarnya. Ia memutar murottal Al-Qur'an. Kemudian ia menenggelamkan seluruh tubuhnya di dalam selimut tebal.
🍁🍁🍁
Hai gengs 🖐️
Boleh dong kasih jejak di tulisan ini. Jejak kalian itu mood booster-ku loh.
Luv Peje ❤️
Nina merasakan selimutnya ditarik dengan perlahan. Perempuan itu memejamkan matanya kuat-kuat dan pura-pura tidur. Padahal nyatanya, sudah satu jam lebih ia menyembunyikan dirinya di balik selimut, tapi ia belum bisa juga untuk terlelap.
Deru nafas Nina semakin tidak karuan saat ia merasakan selimutnya sudah terlepas sempurna dari tubuhnya. Perempuan itu melafalkan do'a di dalam hatinya.
Nina membuka matanya dan langsung terbangun saat ia merasakan ada yang menyentuh pipinya. Namun setelah ia bangun, ia tak mendapati apa-apa di dalam kamarnya.
Tanpa sadar air mata Nina membasahi pipi mulusnya. Perempuan itu merasakan frustasi. Rumah tangganya saja cukup membuat ia setres, ini ditambah lagi dengan gangguan makhluk halus.
Mengapa hidupnya sekompleks ini? Apalah ia tidak boleh hidup damai dan tenang?
Nina duduk di atas kasur dengan kepala ia sandarkan pada kepala tempat tidur. Perempuan itu bertanya-tanya, sebenarnya Indra tinggal di sini sudah sejak kapan? Baru saja atau sudah lama? Kalau sudah lama, apakah Indra tidak pernah diganggu seperti dirinya?
Ya, Nina memang tidak tahu menahu tentang apartemen ini. Setelah pernikahan mereka jalan dua minggu, Indra pergi ke Jakarta sendirian. Katanya, ia akan mengurus tempat tinggal untuk mereka berdua nantinya. Dan saat itu pula, Nina tetap berada di kampung sambil mengurus pengunduran dirinya dari tempat kerja. Dan dua hari yang lalu, Indra pulang lagi ke kampung untuk menjemputnya.
Indra dan Nina berasal dari satu kampung yang sama. Tapi sudah sejak lama Indra merantau di Jakarta untuk mengadu nasib. Sedangkan Nina, menjadi guru honorer di sebuah SMA negeri di kampungnya.
Karena bingung mau berbuat apa, akhirnya Nina mengambil ponselnya dan mencari pekerjaan di internet. Ya, ia harus segera mendapatkan pekerjaan. Kalau suatu saat Indra membuangnya, ia tidak perlu takut karena tidak mempunyai uang.
🍁🍁🍁
Indra dan teman-temannya tengah berpesta minuman keras di sebuah kelab malam. Laki-laki itu sudah teler parah.
"Alice, mending lo bawa Indra ke apartemen lo. Liat, tuh! Dia udah teler parah," ujar Tomi salah satu teman Indra.
Alice yang memang menyukai Indra, langsung mengiyakan suruhan tersebut dengan sukarela. Ia membawa Indra ke apartemennya.
Sebenarnya, sebelum ini Indra sudah sering juga menginap di apartemennya. Tapi Indra hanya datang disaat ia ada masalah saja. Seolah-olah dirinya adalah tempat penampungan masalah.
Tapi meskipun begitu, Alice tidak keberatan. Selama ia bisa bersama dengan Indra, dalam kondisi apapun itu, ia tidak keberatan.
Alice sudah sering mengutarakan isi hatinya kepada Indra. Tapi Indra selalu menolaknya. Dengan alasan tidak ingin menodai pertemanan diantara mereka.
Alice pun tak bisa memaksa. Kalau Indra tidak bisa menerimanya, ia akan mencoba untuk ikhlas. Ia bisa bersama dengan Indra seperti ini saja sudah membuat hatinya bahagia.
Sesampainya di apartemen, Alice dengan telaten membersihkan badan Indra. Indra sendiri tengah terkapar di atas tempat tidur seperti orang pingsan, tidak sadar sama sekali.
Alice membersihkan tubuh Indra dengan penuh kasih sayang. Seperti istri pada suaminya.
🍁🍁🍁
Pagi harinya, Nina membereskan apartemennya. Ia menata barang-barangnya di lemari. Setelah itu ia juga menata dapur, tak lupa ia juga sudah belanja kebutuhan pokok. Lemari pendinginnya sudah terisi, tidak kosong seperti kemarin.
Pukul sembilan pagi, Nina baru mulai memasak. Tapi tadi ia sudah sarapan mie instan.
"Indra ada di kamar nggak, ya?" Nina bermonolog sambil memotong-motong wortel. Perempuan itu akan memasak sup ayam.
Selesai masak, Nina tak kunjung juga mendapati batang hidung suaminya. Akhirnya perempuan itu memberanikan diri untuk menuju kamar sang suami. Ia mengetuk beberapa kali, tapi tak ada sahutan.
"Eh, nggak dikunci?" gumam Nina saat ia tak sengaja memegang handel pintunya dan ternyata pintu tersebut tidak dikunci.
Nina membuka pintu tersebut dengan perlahan-lahan. Kosong. Tidak ada Indra di dalam. Perempuan itu lantas menutup pintu kembali, dan ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya saja.
"Apa Indra nggak kerja? Kenapa udah jam segini nggak pulang?" gumam Nina. Pasalnya ini bukan hari libur, tapi hari kerja.
Nina mulai merasa bosan. Perempuan itu lantas memilih untuk jalan-jalan di sekitar apartemennya saja. Berlama-lama sendirian di apartemen angker, membuat Nina tidak nyaman.
Langkah kaki Nina menyusuri trotoar di sepanjang jalan. Pemandangan lalu lalang kendaraan ibu kota membuatnya takjub. Pasalnya di kampung, pemandangan itu tidak pernah ia jumpai.
Setelah berjalan tanpa arah dan tujuan, kaki Nina berhenti di sebuah taman kota. Ia melihat ada sebuah bangku panjang di sana. Perempuan itu lantas mendaratkan bokongnya di sana.
Ini adalah pertama kalinya Nina ke Jakarta. Selama ini ia hanya di sekitaran Bandung saja. Tidak pernah kemana-mana.
Nina kembali membuka ponselnya untuk mencari pekerjaan. Tadi malam, ia sudah mengirimkan email ke beberapa sekolah.
"Is! Kok cuma untuk jurusan manajemen, sih?" gerutu Nina saat melihat persyaratan pendidikan bagi si pelamar. Pasalnya ijazah yang Nina punya adalah S1 Pendidikan Bahasa Inggris.
Nina kembali mengirim lamaran pekerjaan yang mau menerima ijazahnya. Tapi tiba-tiba ia memiliki ide liar. Ia iseng-iseng mengirim ke perusahaan terkenal yang tidak menginginkan ijazahnya. Siapa tahu berhasil. Masa depan tidak ada yang tahu, bukan?
Nina terkekeh dengan idenya itu. Ya, selagi mengirim lamarannya via email, tidak masalah bagi Nina untuk menyebar cv-nya sebanyak mungkin. Tapi Nina tidak mengirim ke sembarang perusahaan, kok. Ia hanya mengirimkan ke perusahaan yang jelas legalitasnya.
Tak terasa Nina sudah terlalu lama berada di luar. Akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di apartemen, Nina mendapati Indra yang tengah duduk di sofa panjang, menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Apa?" tantang Nina berani. Ia sungguh tidak nyaman diperhatikan seperti itu.
"Dari mana lo?" tanya Indra tidak bersahabat.
"Bukan urusan kamu," sahut Nina ketus. Perempuan itu lantas menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
Merasa geram dengan tingkah Nina, Indra langsung berdiri dan menjambak rambut Nina hingga perempuan tersebut jatuh ke belakang.
"Aw!" Nina meringis sambil memegangi kepalanya yang sakit. "Kamu keterlaluan banget. Lain kali aku bakal pasang banyak kamera tersembunyi di apartemen ini, biar semua kelakuan kasar kamu terekam. Kalau ada buktinya, aku pasti akan lapor ke polisi," geram Nina. Ia lalu berjalan dengan langkah cepat menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Nina terduduk di balik pintu. Perempuan itu duduk memeluk lutut sambil menangis.
Kalau di hadapan Indra, ia bisa pura-pura tegar. Tapi sebenarnya, hati Nina sangat sakit diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Ia merasa seperti perempuan tidak mempunyai harga diri.
🍁🍁🍁
Btw, Nina ini bukan tipe istri yang manis dan diem aja kalau ditindas suami. Dia adalah perempuan tukang ngelawan. Hehe ... gimana menurut kalian? Suka nggak dengan karakter cewek tangguh?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!