NovelToon NovelToon

Merajut Asa Bersama Putri Mafia

01. Pertemuan di Panggung Kampus

"Awaaaaass.....". Seorang gadis berlari sambil melompati beberapa meja, kursi, tangga hingga melompat kearah panggung seolah terbang serta kaki tidak berpijak di tanah mendekati Rafael yang sedang berdiri membelakangi panggung sedang mengawasi pemasangan properti untuk pementasan seni dalam rangka eniversery kampus.

"Hyaaaaaat..... haaaaaaak" kaki gadis itu menendang balok besi yang jatuh dari atas menuju kearah kepala Rafael.

"Koltang........prang.... jleppp" Suara besi itu membetur dinding panggung berbalik arah melesat tertancap di lantai panggung tepat didepan Rafael.

Tetapi sayangnya gadis itu setelah menendang balok besi, tidak bisa mengontrol tubuhnya sehingga jatuh tepat mengenai Rafael yang ada dibawahnya dengan posisi berhadapan Rafael dibawah dan gadis itu memeluknya dan posisi wajahnya tetap di dada Rafael.

Jantung Rafael berdegup kencang baru sekali ini memeluk seorang gadis bahkan tanpa jarak sedikitpun, tetapi seolah tersadar dari lamunannya karena gadis itu mendesis kesakitan.

"Sssssttt kakiku" pekik gadis itu meringis kesakitan.

Gadis itu bergegas bangun dan duduk disamping Rafael, diikuti oleh para mahasiswa yang mendekati mereka, serta tatapan Rafael yang tajam menggunakan celana tiga perempat dan kemeja berwarna merah maroon terlihat cantik dan anggun tetapi memiliki wajah yang tegas dan sorot mata yang tajam.

Ternyata saat menendang tadi bukan menggunakan telapak kaki atau punggung kakinya tetapi tepat mengenai tulang kering kakinya yang untuk menendang, terlihat memerah dan bengkak kaki gadis itu.

"Ya Allah ya Tuhanku, kakimu bengkak dan merah" Rafael melihat kaki gadis itu, berjongkok mendekatinya.

"Ayo kita ke klinik" Rafael tanpa sungkan menggendong gadis yang belum diketahui identitasnya dengan bridal tutun dari panggung keluar aula menuju klinik kampus yang berada di dekat masjid, berjalan hampir dua puluh menit sesekali Rafael menatap tajam mata itu saat mereka saling menatap.

Sampai di klinik dibaringkannya di brankar tempat tidur, dokter mendekati mereka dan memeriksanya dengan cepat.

"Sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk di rongsen, tulang keringnya sepertinya retak akibat benturan dengan benda keras" jelas dokter muda yang berjaga.

"Baiklah dok, saya bawa sekarang" Rafael akan menggendong bridal lagi gadis itu tetapi dokter itu menahannya bersamaan datang kedua sahabatnya Kanno dan Cello dengan berlari.

"Tunggu surat pengantarnya dulu, jangan pergi dulu" teriak dokter.

"El....bagaimana bisa---?" tanya Kanno tidak jadi melanjutkan ucapannya karena memandangi gadis cantik yang ada didepannya.

"Siapa namamu cantik, kenalan dong?" rayu Kanno sambil mengulurkan tangannya.

Dengan cepat Rafael menarik tangan Kanno dan melotot tajam "Jangan macam-macam lo, mau gue tendang sampai Bandung sampai rumah Enin".

"Ceila, jangan kata elo cemburu" bisik Kanno ditelinga El yang masih kesal.

"Diam lo bang sat, jangan coba-coba elo merayu yang ini, awas aja lo!" ancam El juga berbisik di telinga Kanno.

"Kenapa, biasanya elo langsung ilfil ama cewek, dan langsung dilempar ke gue atau Cello, kenapa sekarang elo kekep sendiri hah?" protes Cello juga sambil melirik gadis cantik yang terbaring di brankar tempat tidur.

Tetapi ada hal lain dihati Cello saat memandang wajah gadis itu, seperti pernah melihat wajahnya, seperti pernah berjumpa dengannya, tetapi kapan dan dimana Cello sendiri tidak tahu.

"Ini surat pengantarnya, silahkan isi nama pasiennya" dokter jaga memberikan satu lembar kertas yang sudah ditandatangani oleh dokter tetapi masih kosong nama dan alamatnya.

"Baiklah ayo kita berangkat, Cello, elo yang bawa mobilnya kita ke rumah sakit sekarang!" tanpa persetujuan gadis itu Rafael menggendong lagi dengan bridal keluar klinik dan menuju parkiran mobil.

"Eeee, kenapa begini, maaf kak saya bisa jalan sendiri, mohon turunkan segera!" pinta gadis itu sedikit meronta ronta.

"Bisa diam tidak lo, mau kaki elo patah?" ucap Rafael dengan tegas.

Akhirnya gadis itu hanya diam dan menutup mulutnya gadis itu memejamkan matanya karena malu pada setiap langkahnya semua mahasiswa ataupun mahasiswi memandanginya dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.

Semua mahasiswa sangat terheran heran Rafael selama tiga tahun ini banyak sekali gadis yang mendekatinya dengan berbagai model dan tipe, tetapi tidak satupun yang bisa menaklukkan hatinya yang dingin dan terkesan cuek, tetapi mengapa sekarang dia dengan santainya menggendong gadis yang baru dikenalnya padahal baru sekali bertemu bahkan identitas gadis itu aja tidak tahu.

Ya dia adalah Rafael putra dari Faro Sanjaya Wiguna yang hari harinya bersikap dingin, cuek tatapan mata yang tajam, gagah, rahang yang kuat badan yang atletis, selalu menjauhi wanita yang selalu mendekatinya, terkadang Kanno dan Cello yang sering menggoda gadis yang mendekati Rafael, semakin gencar seorang gadis mendekati Rafael semakin dia akan menjauhinya, walaupun menjadi idola kampus sikap dan sifatnya seperti papinya tidak mudah jatuh cinta.

"Waaaah menang banyak itu gadis".

"Gue hampir satu tahun mendekati dia dilirik aja kagak, padahal gue kagak kalah cantik".

"Anak jurusan apa sih dia?"

"Sepertinya mahasiswi baru, gue belum pernah melihat di panitia kemahasiswaan".

"Beruntung ya dia, bisa di gendong oleh pangeran kampus ini, gue juga mau".

Banyak lagi bisik bisik para mahasiswi yang Rafael lewati berceloteh ria, sambil melihat Rafael berlalu tanpa kata mengikuti langkah lebar Cello dan Kanno.

Kanno dan Cello langsung mengambil posisi duduk didepan, dengan satu tangan Rafael membuka pintu dan duduk tetap memangku gadis itu tanpa diturunkan.

"Maaf kakak, boleh tak saya nak turun?" dengan bahasa Melayu gadis itu berbicara lirih.

"Oya maaf" Rafael menggeser posisi badan gadis itu untuk duduk disebelahnya tetapi kaki diluruskan menumpang diatas pangkuannya.

"Eeee kakak!!!" Gadis itu kaget karena kakinya ditarik dan diluruskan menumpang dipangkuan Rafael.

"Gue Rafael panggil aja El, yang nyetir itu namanya Cello dan yang sableng sebelahnya namanya Kanno" Rafael memperkenalkan diri dengan masih memegang kedua kaki gadis itu.

"What is sableng?" gadis itu mengerutkan keningnya tidak banyak tahu bahasa gaul anak Jakarta.

"Emang elo dari planet mana kagak tahu kata sableng?" tanya Kanno menengok kebelakang.

"Maaf kak, nama saya Shifa, saya dari Singapura" jawabnya singkat.

"Ooooo dari Singapura" Cello hanya menganggukkan kepalanya pantas bahasanya melaju gumamnya sendiri.

"Orang Jakarta bilang sableng itu artinya sedikit gila" dengan tersenyum Cello melirik Kanno.

"Oya ini diisi dulu formulirnya, sebelum sampai di rumah sakit!" Rafael memberikan satu lembar kertas yang belum diisi identitasnya.

"Tapi saya tak bawa alat tulis, tas saya masih di kampus" jawabnya singkat.

"Nich pakai punya gue" dengan cepat Kanno menengok kearah belakang mengulurkan tangannya memegang satu pulpen.

Tetapi dengan cepat Rafael menyambar pulpen itu dengan menatap tajam kearah mata Kanno lagi seolah olah tidak rela jika Kanno ingin dekat dengan Shifa.

"Ayo isi dulu formulirnya!" perintah Rafael memberikan pulpen dan satu lembar kertas formulir.

Menulis dengan cepat, kertas diletakkan dipangkuan, El hanya memandangi tangan Shifa yang bergerak cepat, El membaca setiap tulisan Shifa tanpa berkedip.

Otak El yang memiliki IQ tertinggi di kampus dengan mudah menghafal alamat yang ada di Jakarta dan nomor handphone gadis itu tanpa harus mencatatnya.

Tiba di depan UGD kembali El menggendong bridal Shifa turun dari mobil "Elo berdua balik ke kampus, lanjutkan pembuatan panggung!" .

"Gelo siak" cicit Kanno kesal dari tadi tidak bisa merayu gadis yang selalu dijaga oleh El.

"Biarkan aja bro, biar otak El sekali kali diisi oleh seorang wanita cantik, dari kecil diakan tidak pernah kayak kita selalu dekat dengan cewek, Papi saja sampai menganggap dia tidak normal" komentar Cello sambil memutar kemudi kembali ke kampus.

Sedangkan di dalam UGD setelah Rafael membaringkan tubuh Shifa dokter belum datang baru suster yang memeriksa gadis itu dengan teliti.

"Kakak El, saya pulang saja ya, ini tak seberapa sakitnya, tak nak khawatir dengan kaki saya" ucap Shifa masih dengan logat bahasa Melayunya.

02. Berniat Merawatmu

"Kakak El, saya pulang saja ya, ini tak seberapa sakitnya, tak nak khawatir dengan kaki saya" ucap Shifa masih dengan logat bahasa Melayunya.

Dokter datang untuk memeriksa keadaan Shifa, membaca laporan yang ditulis oleh suster baru diperiksa kaki Shifa yang membengkak.

"Sebaiknya dilakukan Foto rongsen terlebih dahulu ya, takutnya ada keretakan di tulang keringnya" kata dokter jaga UGD.

"Baik dok" jawab Rafael singkat.

Suster datang membawa kursi roda untuk mengantar Shifa ke ruang rongsen, saat Shifa bagun dari brankar untuk duduk di kursi roda lagi lagi Rafael menggendong Shifa dan didudukkan pada kursi roda tanpa meminta ijin kepada Shifa.

"Eee .... kak saya bisa sendiri" pekik Shifa kaget diikuti senyum suster yang mengembang.

Rafael yang tidak banyak bicara membuat Shifa sedikit kesal, sedari tadi protes tetapi tidak terlalu dihiraukan oleh Rafael, sampai Shifa mengerucutkan bibirnya melirik Rafael yang cuek mengikuti kursi roda yang didorong oleh suster menuju ruang rongsen.

Saat Shifa ada didalam ruang rongsen, Rafael menghubungi satu bodyguard sekaligus asisten pribadinya yang bernama Zain Hidayat (putra dari Andrew Hidayat yang lama dipersiapkan oleh inspektur Ahmad untuk menjadi asisten Rafael) memerintahkan untuk mengambilkan mobil yang ada di parkiran kampus dan tas milik mahasiswi baru jurusan ekonomi bisnis bernama Shifa.

"Siapa bos namanya?" tanya Zain saat diperintahkan El untuk mengambilkan tas.

"Namanya Shifa Fatmala T" balas El singkat.

"Apa tidak salah bos, baru kali ini bos memerintahkan padaku perihal cewek?" Zain kaget dengan rekan kerja sekaligus bosnya.

"Tidak usah banyak protes kerjakan saja" kesal El sambil menekan tombol merah pada handphonenya.

"Eee ternyata bos El bisa juga berurusan dengan cewek, jadi penasaran seperti apa dia" sambil monolog sendiri Zain dengan cepat melaksanakan tugas yang diberikan oleh El padahal dia sedang berkutat dengan berkas yang menumpuk di kantor.

Setelah rongsen dan dokter menyatakan tidak ada keretakan pada tulang kering dikaki Shifa, diberikan obat anti nyeri, anti biotik dan obat radang untuk mengurangi pembengkakan, Shifa diperbolehkan pulang.

Bersamaan Rafael keluar dari UGD dengan mendorong kursi roda datang Zain dengan membawa kunci dan tas milik Shifa.

"Ini kunci mobil dan tasnya nona cantik" Zain mengulurkan tangannya memberikan kepada El sambil memandangi wajah gadis yang duduk di kursi roda dengan lekat.

"Terima kasih, jaga matanya awas gue colok baru tau" ancam El berbisik ditelinga Zain yang mengikutinya berjalan disamping El.

""Eeee kejam kali sih bos, siapa dia, gebetan ya bos?" celoteh Zain tetap berbisik kembali.

"Diam lo" bentak El lagi.

"Kakak El, saya nak ke kampus saja, kereta eee mobil saya masih di kampus, nanti saya pulang sendiri tak nak diantar, nanti merepotkan kakak" Shifa sedikit mendongak memandangi wajah El yang tegas dan berwibawa.

"Mana kunci mobilmu, coba pinjam sebentar!" tangan Rafael mengulurkan tangan kirinya dan tangan kanannya tetap mendorong kursi rodanya.

Tanpa menunggu lama Shifa mengambil kunci mobil didalam tas yang baru saja diberikan oleh Zain tadi.

"Ini kuncinya kak, dipinjam untuk apa memangnya?" tanya Shifa tanpa curiga sama sekali apa yang akan dilakukan El.

"Zain, ini elo ambil di kampus antar ke apartemen Wika City no 15 lantai 6, gue ditunggu disana!" titah El cepat tanpa menengok Zain yang tampak bengong karena ucapan El.

"Darimana kak El tahu alamat saya?" tanya Shifa kaget, hanya dijawab senyuman oleh Rafael.

"Kakak...."

"Tadi gue membaca formulir pendaftaran untuk rumah sakit" dengan datar El menjawab tanpa ekspresi sedikitpun.

"Ooooo" Shifa hanya membulatkan bibirnya ber-o ria, sambil bergumam sendiri walaupun mukanya datar ternyata ketua senat mahasiswa ini penuh perhatian ternyata.

Zain langsung meninggalkan Rafael dan Shifa setelah Rafael membelokkan kursi roda ketempat parkiran rumah sakit, kembali dia menggendong bridal Shifa didudukkan di depan samping setir, memasukkan kursi roda di jok belakang, memasangkan seatbelt dan meluncur ke apartemen tanpa ada suara yang keluar dari mulut keduanya sampai diparkiran apartemen, turun memutari mobil dan mengambil kursi roda depan cepat.

Takut digendong lagi oleh Rafael, Shifa bergegas membuka pintu turun dari mobil dengan satu kaki berdiri tepat disamping pintu mobil.

"Kenapa tidak menunggu, jangan turun sendiri, nanti semakin bengkak kakinya?" kata Rafael sambil menatap tajam mata Shifa.

"Saya baik-baik saja kak, saya kerap mengalami seperti ini bahkan lebih saat latihan, tak usah khawatir" jawabnya singkat.

"Ini beda Shifa, lukamu karena menyelamatkan aku, aku akan merawatmu sebagai tanda terima kasih" El merasa bersalah karena kakinya terluka karenanya.

Shifa akhirnya hanya diam saja sampai didorong kembali sampai apartemen yang ditempatinya, tanpa sungkan Rafael ikut masuk dan duduk di ruang tamu apartemen itu setelah membuka pintu dengan menekan nomor kode apartemen oleh Shifa.

"Disini kau tinggal sendiri?" tanya El singkat.

"Saya tinggal bersama bibi, tetapi dia tidak tidur disini setiap sore dia pulang" jawab Shifa singkat sambil menganggukkan kepalanya Rafael konsentrasi pada handphone, ternyata dia sedang memesan makan malam untuk mereka berdua.

"Bisakah bibi kamu panggil khusus untuk malam ini, untuk merawatmu?"

Sambil mengangguk Shifa mencoba untuk berdiri dari kursi roda perlahan, tetapi saat Rafael melihatnya, meletakkan handphone dan mendekatinya.

"Apa yang akan kamu lakukan, mau kemana?" El mendekati Shifa dan memegangi lengan Shifa tanpa permisi.

"Saya nak ke bilik mandi, eee kamar mandi kak El disini saja ya".

"Aku antar sampai depan pintu, duduklah" Rafael mendorong kursi roda sampai ke depan kamar mandi.

Dengan dibantu berdiri dan dipapah sampai didalam dan menutup pintu menunggu didepan pintu masuk kamar mandi, hampir sampai setengah jam gadis itu tidak kunjung keluar, membuat El berkeringat, saat ingin mengetuk pintu, handle pintu bergerak.

"Cekkek"

"Kakak masih disini?"

"Ayo aku bantu lagi duduk dikursi roda lagi"

Sampai diruang tamu, bertepatan dengan bel berbunyi, El membuka pintu ada ojek online mengantar pesanan makan malam untuk berdua, disusun dengan rapi oleh El.

Ada notifikasi pesan WA pada handphone El, bergegas membuka dengan cepat dan membacanya.

"Bos, coba lihat di media sosial ada bos dan gadis itu sedang viral" tulis Zain dalam pesannya.

Rafael membuka media sosial dengan cepat, sudah jutaan yang melihat aksi Shifa saat menolongnya di panggung kampus siang itu, sambil tersenyum Rafael membaca judul vedio viral itu "Gadis perkasa melindungi pangeran kampus".

Rafael hanya bergumam sendiri seolah olah gadis itu yang tangguh sedangkan dirinya lemah dan hanya sebagai korban.

Ternyata vedio itu sampai ditelinga Papi dan Mami, tidak berselang lama handphone berbunyi lagi suara Mami yang sangat menghawatirkan dirinya.

"El ada dimana sekarang, Mami khawatir?" suara Mami yang sedikit terisak.

"El baik-baik aja Mi, jangan khawatir, ini masih ada urusan sedikit, sebentar lagi El pulang" jawab Rafael sedikit berbisik melirik Shifa yang masih fokus melihat handphone.

"Ya sudah cepat pulang Mami tunggu".

"Iya Mi, El tutup dulu, da da Mami" belum sempat Rafael menutup handphonenya suara lembut Shifa mengagetkan Mami yang ada di balik handphone.

"Kakak El siapa yang menyebarkan ini?" tanya Shifa sambil menyodorkan handphone menunjukkan vedio viral dirinya dengan El.

"Sayang suara siapa itu, halo sayang sayang?" teriak Inneke mendengar ada suara seorang wanita yang sedang berbicara dengan Rafael.

Tetapi Rafael langsung mematikan handphone dengan menggeser warna merah dengan cepat.

"Saya tidak tahu siapa yang menggugah peristiwa itu ke media sosial, kau sudah lapar makanlah!" perintah Rafael mendorong kursi roda mendekati meja makan.

Setelah selesai makan ada bel berbunyi lagi, dan El keluar membuka pintu, ternyata ada wanita paruh baya yang berdiri didepan pintu.

"Maaf mas, nona Shifa ada?" tanya bibi Tin membungkukkan badannya hormat.

"Ooo masuklah"

Setelah selesai makan, Shifa ada yang menemaninya akhirnya El pamit pulang karena handphone tidak berhenti berbunyi berkali-kali suara notifikasi pesan masuk, baik dari adik, sahabat, keluarga bahkan anggota agen rahasia juga mengirimi banyak komentar

03. Tentang Rafael

Rafael Sanjaya Wiguna pemuda berumur dua puluh tiga tahun putra dari Faro Sanjaya Wiguna dan Inneke Farissa memilik satu adik perempuan bernama Najma Saghira Sanjaya Wiguna.

Rafael memiliki badan tinggi kekar, rahang yang kokoh, mata tajam, kulit kuning Langsat, dan rambut lurus, dada seperti roti sobek, wajah dingin sayangnya jarang tersenyum dan bersifat kaku, akan hangat jika bersama keluarga dan sahabat saja, dia selalu jahil dan usil jika berdua dengan adik kesayangannya yang dipanggil Najja.

Pemuda yang banyak prestasi yang diraihnya karena memiliki IQ diatas rata-rata, bisa dengan mudah membantu Papi memimpin perusahaan, menjadi anggota agen rahasia milik pemerintah, memiliki ilmu beladiri yang handal, matanya sangatlah tajam dia termasuk sniper terbaik dunia, menjadi aset pemerintah yang sangat dibanggakan bersama dua sahabatnya Kanno dan Cello.

Bahkan sejak duduk di bangku SMU Rafael dan kedua sahabatnya sudah menjadi anggota agen rahasia yang dipimpin oleh detektif Conan setelah meninggalnya jenderal Hendro saat kecelakaan yang merenggut nyawanya saat Rafael duduk di bangku SMP kelas dua belas.

Memiliki kemampuan meracik berbagai macam obat dan ramuan rahasia bersama detektif Conan dan Papi Faro yang selalu dilakukan di laboratorium mini yang berada dilantai empat dirumahnya sendiri.

Karena kesibukan itulah Rafael tidak banyak memiliki banyak waktu untuk mengenal lawan jenis, juga karena sifatnya yang seperti Papi Faro tidak mudah jatuh cinta walaupun banyak gadis yang mendekati dan merayunya, sampai Papi, Mami dan Najja sendiri curiga bahwa dia tidak menyukai lawan jenis.

Di kampus Rafael juga juga ketua senat mahasiswa yang sangat di segani baik oleh mahasiswa ataupun jajaran dosen dan dekan universitas negeri ternama di Jakarta.

Bahkan hampir seluruh mahasiswi semua tergila-gila padanya, banyak yang mencari perhatian dan cintanya, baik mahasiswi baru ataupun seangkatan bahkan yang senior juga banyak yang tergila-gila padanya.

Hanya sayangnya Rafael sangat susah diraih, susah ditaklukkan, bahkan mendekatinya saja sangat sulit, semakin didekati dia akan semakin bersikap dingin.

Hanya Kanno dan Cello yang sangat mengenal bagaimana sifat Rafael semakin gadis mendekati tanpa henti dengan berbagai cara dia akan semakin ilfil, sering Kanno lah yang diuntungkan, karena sifat Kanno yang suka gonta-ganti pacar seperti daddy-nya saat muda, sering merayu gadis yang mendekati Rafael.

Karena vedio Shifa menjadi pahlawan menyelamatkan Rafael bergulir bak angin menyebar keseluruhan negeri banyak komentar yang beragam di media sosial, Shifa menjadi idola baru, sedangkan Rafael menjadi yang lebih lemah, tidak punya kemampuan seperti Shifa, ini sangat menguntungkan bagi Rafael karena memang masyarakat umum tidak ada yang mengetahui siapa Rafael sebenarnya, anggota agen rahasia juga hanya keluarga inti saja yang tahu, seperti Papi Faro dia selalu menyembunyikan identitasnya, bahkan pemerintah juga tidak pernah mempublikasikan siapa sebenarnya Rafael, Kanno dan Cello.

Masyarakat hanya tahu bahwa mereka bertiga adalah mahasiswa berprestasi baik dalam akademik ataupun non akademik, dan putra dari pengusaha ternama di Jakarta.

Sampai malam hari Rafael belum juga tiba di rumah, Inneke begitu khawatir padahal saat menghubungi Rafael sore tadi bilang sebentar lagi akan pulang, karena istrinya gelisah akhirnya Faro menghubungi Zain dan menanyakan kepada asistennya hanya dalam waktu setengah jam Zain tiba di kediaman Faro.

"Apa yang sebenarnya terjadi, sampai sekarang kenapa El belum pulang?" tanya Faro saat Zain sudah duduk diruang tamu duduk berhadapan dengan Faro dan Inneke.

"Setelah kejadian itu El mengantar gadis itu ke rumah sakit, ke apartemennya tetapi setelah itu saya tidak tahu lagi kemana bos, dia tidak menjawab saat saya bertanya, saya malah diusirnya" cerita Zain dengan semangat.

"Coba Zain ceritakan yang lebih rinci tentang gadis itu?" pinta Inneke dengan penuh harap.

Belum sempat Zain membuka mulutnya untuk bercerita Kanno dan Cello datang mencari Rafael, dikiranya dia sudah pulang setelah mengantar Shifa ke rumah sakit.

"Papi, Mami, El dimana?" tanya Cello ikut duduk didepan Zain yang kaget dengan kedatangan mereka.

"Lho....kirain El bersama kalian sampai sekarang dia belum pulang?" Faro justru heran setelah mereka berdua datang.

"Setelah kejadian itu Kanno dan Cello mengantar mereka ke rumah sakit, kami disuruh melanjutkan pekerjaan di kampus, setelah itu tidak tahu lagi Papi?" jawab Cello heran.

"Tapi Mami, sepertinya sekarang El mulai tertarik dengan wanita deh" cicit Kanno dengan senyum defilnya.

"Maksudnya bagaimana Kanno?" tanya Papi Faro penasaran.

Kanno dan Cello bergantian bercerita apa yang telah dilakukan Faro terhadap gadis cantik yang bernama Shifa, mulai dari menggendong bridal, menunggu saat dia dibawa ke rumah sakit bahkan nampak marah saat Kanno merayu gadis itu.

Faro menjadi merasa lega setelah mendengar cerita Kanno dan Cello tentang gadis yang bisa mengubah pandangan dan tidak ilfil dengan seorang wanita.

"Kak El mana ayam krispi titipan Najja?" teriak Najja keluar dari dalam lift mendekati ruang tamu.

Semua menengok kearah Najja yang teriak dengan suara manja.

"Najja, kapan menghubungi kakak El, sayang?" tanya Mami Inneke semakin khawatir.

"Sudah setengah jam yang lalu Mami, Najja kira sudah datang bareng kak Kanno dan kak Cello, memang belum datangkah Mi?".

"Belum sayang, ini semua sedang menunggunya" jawab Inneke tambah khawatir.

"Sebentar coba Papi hubungi lagi, Najja sini duduk dekat Papi" Faro menepuk sofa kosong yang ada disebelahnya.

Baru membuka handphone belum sempat menekan tombol hijau untuk menghubungi Rafael yang ditunggu datang dengan berlari kecil masuk ruang tamu membawakan ayam krispi pesanan Najja.

"Najja, nich ayam krispi titipanmu" El dengan santai memberikan kotak box dan duduk ditengah tengah antara Mami dan Papi menggeser Najja yang ada disamping Papi Faro.

"Kakak, Najja mau jatuh nich" cicit Najja mengerucutkan bibirnya kesal karena keusilan Rafael.

"Papi, Najja mau duduk dimana, gara-gara kak El nich iiiih" berdiri menghentakkan kakinya Najja ingin menggeser posisi duduk kakaknya lagi.

"Eit jangan macam-macam ya, kak El ambil lagi nich ayam krispinya, sono makan dimeja makan hus... hus...hus!" canda El dengan mengibaskan tangannya.

"Kakak, Najja bukan ayam enak aja diusir seperti ayam" tambah kesal karena diusir seperti ayam.

"Ha ha ha temannya ayam karena Najja suka makan teman sendiri" tambah Rafael menggoda adiknya yang manja.

"Mami, Papi kakak El nich ngeledek Najja terus"

"Dasar manja lo" Rafael melempar bantal sofa kearah Najja yang masih mengerucutkan bibirnya kesal.

"Sudah sudah aah, berdua kalau ketemu seperti Tom and Jerry aja, Najja dimakan sana ayam krispinya, atau sini Papi pangku" Faro melerai kedua anak kesayangannya.

"Kemana saja El seharian ini, karena setelah Mami melihat video viral itu mami sangat khawatir?" Mami Inneke memeluk putranya dengan penuh kasih sayang.

"Mami kenapa mengkhawatirkan El, Mami meragukan kemampuan El ya?".

"Mami tidak suka ya, kalau El punya gandengan?" celoteh Kanno sambil menyomot ayam krispi milik Najja.

"Kakak jorok tidak cuci tangan makan ayam krispi Najja!" protes Najja dengan memukul lengan Kanno, yang dipukul malah hanya nyengir kuda.

"Iya Mami, truk aja punya gandengan, El dari orok sampai jenggotan begini jomblo terus" ikut Cello berceloteh ria.

"Sembarangan aja, gue disamakan dengan truk, kwalifikasi gue tinggi, tidak layak elo semua cewek elo sosor tanpa sensor" geram Rafael sambil melempar bantal kearah Kanno dan Cello.

"Benarkah El naksir gadis itu, namanya siapa dia?" gantian Papi Faro penasaran karena celoteh sahabat putranya itu.

Rafael hanya mengerutkan keningnya, dadanya berdegup kencang hanya membayangkan gadis itu, apalagi dengan terus Papi dan Mami mencecar pertanyaan yang absurt.

"Papi dan Mami jangan dengarkan dua orang saplemg ini, El hanya merasa bertanggung jawab pada Shifa, karena menolong El kaki dia menjadi terluka" sanggah Rafael santai tanpa merasa bersalah.

"Mana ada kalau cuma niatan bertanggung jawab, gue mau kenalan aja dilarang" Kanno ikut menggoda El.

"Berisik lo, jangan macam-macam" ucap Rafael kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!