Aiyra menghela nafas panjang saat duduk di belakang kemudi sambil melepaskan jas putih nya. Dia menyandarkan kepalanya ke jok mobil sambil memejamkan mata. Ya! dia sangat lelah hari ini karena di UGD cukup ramai dengan pasien lakalantas.
"Ya ampun kenapa bisa seperti ini?"
Gumam Aiyra sambil membayangkan apa yg terjadi saat dia bekerja sebagai Koas di sebuah rumah sakit di kota C.
Seperti biasa dia dan teman-temannya sesama koas memeriksa pasien yg datang ke UGD di dampingi dokter penanggung jawab.
Waktu menunjukkan pukul 9.30 WIB saat tiba tiba sirine ambulan datang beriringan membawa pasien lakalantas begitu banyak nya,saat itu kondisi yang agak lenganpung tetiba begitu sibuk dan panik. banyak terikan dan tangisan.
"sakit...sakit...."
teriak beberapa pasien. ada juga yang menangis,ada juga yang hanya merintih. semua petugas sibuk dengan perannya masing-masing dalam menjalankan tugas.
"Aiyra tolong pasang infus di pasien ini,guyur cairan infus dengan cepat spertinya dia bnyak mengeluarkan darah,kita harus cepat memasukan cairan pengganti sementara"
ucap seorang dokter.
Tanpa basa-basi aiyra melakukan tindakan infus pada pasien yg spertinya cukup terluka parah. Oxygen terpasang, infus terpasang tpi spertinya laki laki ini masih begitu mengkhawatirkan, mukanya pucat dan tanganya dingin.
"Dokter! nadinya melemah"
ucap aiyra sambil meemgang pergelangan tangan pasien. Dokter segera menghampiri dan memeriksanya kembali. Dokter kemudian melakukan CVR,,,tidak berhasil lalu memakai alat pacu jantung.
Lama dokter melakukan itu namun sayang semuanya sia sia, laki laki itu menghembuskan nafas terakhirnya. Aku melihat seseorang meninggal untuk pertama kalinya,tubuhku gemetaran keringatku bercucuran, kami yg ada di ruangan hanya menghela nafas.
"Tidakkk...."
teriak seseorang dari arah belakangku. Seorang wanita dengan keadaan perut besar. Ya , wanita itu sedang hamil dan yang meninggal adalah suaminya.
Wanita itu menangis tanpa air mata, aku tau bukan karena dia pura pura tapi dia terlalu sakit menyaksikan suaminya pergi, nafasnya tersengal-sengal dengan kondisi perut besar dan nafas yang seperti itu aku tau kalau di biarkan kelamaan pasti akan pingsan, dan benar dugaanku wanita itu ambruk. Petugas mengangkat wanita hamil itu ke atas bed dan memberikan oxygen.
Waktu terus berjalan dengan kondisi yang masih begitu sibuk sampai aku yg shif pagi pun baru berhenti bekerja saat jam 15.30 tidak mungkin aku pergi dengan pasien darurat semua.
Lagi lagi Aiyra menghela nafas panjang dan menyalakan mesin mobilnya. sebelum dia pergi hpnya bergetar. "ayah" bisik dia liri.
"Halo Yah..."
"Ra kamu dimana? bukankah shif pagi kok belum pulang?" tanya Ayah khawatir.
"Iya Yah tadi sibuk karena ada pasien lakalantas, maaf gak ngasih kabar,gak sempet soalnya" ucap Aiyra menyesal.
"Oh ok ! gak masalah, kamu pulang jam berapa?"
"Sekarang udah mau jalan tapi Rara angkat tlp Ayah dulu" ucap Aiyra manja. Rara, ya itu panggilan kesayangan keluarganya.
"Ya udah hati hati di jalan ya nak" ucap Ayah lembut.
"Siap komandan" canda Aiyra sambil tersenyum manis. dan kemudian menutup telepon nya.
Aiyra melanjutkan perjalanan nya yg sempat tertunda tadi. Pulang menuju rumahnya.
60 menit kemudia Aiyra sampai di rumahnya yg mewah, begitu masuk gerbang terlihat kemewahan hanya dengan melihat corak pagarnya saja, pintu otomatis terbuka. gerbang terbuka langsung terlihat air mancur yg indah disana. Aiyra memarkiran mobilnya.
dia bertemu Ayah dan Mama nya dan langsung bercerita tentang pengalaman nya hari ini. setelah ngobrol sana sini Aiyra pamit ke kamar.
Aiyra masih memandangi wajahnya di depan cermin lengkap dengan make up minimalis nya, matanya sedikit berkaca kaca masih merasa tidak yakin bahwa hari ini akan tiba.
"Wisuda" ucap nya haru.
" Tuhan setelah berapa lama berjuang ahirnya aku wisuda juga" tambahnya lirih.
"Aduuuhhhhh no no cry cry sekarang cwinnn,,,ntr make up nya belepong belepong kemenong menong"ucap seorang laki laki yang begitu gemulai dan cantik, ya dia yg melukis wajah Aiyra hari ini, Aiyra tersenyum geli. Hotel yang begitu megah di jadikan tempat perguruan tinggi tempat aiyra kuliah untuk merekam aiyra dan teman teman nya di resmikan sebagai dokter.
Acara di mulai dengan sambutan sambutan dan nyanyian nyanyian lagu wajib. Acara demi acara telah di lalui sampai akhirnya acara wisuda pun selesai.
"Syukurlah sekrang kamu sudah wisuda nak,,, Mama tinggal menyiapkan pernikahan ajah kan nantinya" candaan sang Mama di sela sela acara makan malam di sebuah restoran berbintang.
"Iiihhh Mama apaan sih" ucap Aiyra sambil memajukan bibir mungilnya ke depan beberapa senti.
"Tuh Yah liat anakmu,janji mau nikah udah wisuda pas di tagih malah gituh"
"Ya ampun Ma... Rara kan wisuda baru tdi siang" ucap Aiyra sambil menepuk jidatnya.
"Kalian ini bisa tidak sedetik saja tidak berantem" ucap ayah Aiyra. Mama dan Aiyra hanya tersenyum mendengar ucapan pak Pramono. makan malam berlanjut dengan hangat.
"Ra...." ucap Ayah pelan saat dalam perjalanan pulang.
"hemm.."
Sahut Aiyra santai dalam keadaan sedikit ngantuk, Aiyra menyandarkan kepalanya di bahu sang Mama. sambil di elus lembut Mama.
"Kamu mau melamar kerja kemana?" tnya Ayah.
"Belum tau Yah, Rara masih bingung...."
Hening.
"Tapi sebenarnya temen Rara nawarin sih Yah kerja di RS yg di kelola sodaranya,disana masih di butuhkan banyak tenaga medis." jelas Aiyra.
"Dimana?" Mama ikut bertanya. Aiyra hanya menghela nafas panjang saat Mama nya bertanya karena pasti akan menjadi perdebatan yang panjang kalau Aiyra menjelaskan bahwa RS yg dia maksud ada di luar kota.
"Ra,,,," Ayah bertanya karena Aiyra terdiam cukup lama.
"Rara ngantuk,boleh gak kita bahas itu lain hari" ucap Aiyra.
"Iya sayang,,bobo ya" ucap Mama memanjakan Aiyra, mobil pun melaju membelah kota di malam yg begitu tenang. Mata aiyra terpejam meski sebenernya dia tidakk tidur beneran. Pikirannya terus berjalan memikirkan reaksi orang tuanya kalau mendengar bahwa dia akan bekerja di luar kota.
Teman Aiyra berada di kota S, sodaranya mengelola sebuah RS baru yg masih membutuhkan bnyak tenaga medis. Yaa mereka masih sangat butuh karena hanya dokter dan tim medis yg punya keikhlasan luar biasa untuk kerja disana. Gaji tidak terlalu besar dan RS ini pasiennya di gratiskan, RS ini di dirikan untuk menolong mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya perawatan, jangkan buat berobat mungkin buat makan saja mereka sangat kesulitan,itulah yang membuat Aiyra sangat ingin beekrja disana.
Aiyra kembali menghela nafas sambil memeluk erat sang Mama. Mama nya bereaksi dengan memeluk erat aiyra juga.
****
5.30 wib
Aiyra membuka balkon rumahnya yg menghadap ke kebun sayuran milik Mama nya. Dia menghirup udara segar dalam dalam.
"semoga semuanya lancar" harap Aiyra dalam hati.
Aiyra melihat mama nya memasuki kebun sayur kesayangan nya,dengan gaun biru muda polos Mama terlihat begitu cantik, menenteng keranjang dan sebuah gunting di dalamnya, rutinitas pagi hari Mama adalah metik dayur untuk kami santap nanti di saat makan siang. Mama menyadari Aiyra sedang memperhatikan nya kemudian dia melambaikan tangan ke arah putri semata wayangnya dengan senyum yang merekah.
Aiyra membalas lambaian mama nya.
"ya ampun Ma....." tiba tiba Aiyra merasa begitu sedih dan tidak terasa menitikanair mata.
"Bagaimana bisa Mama mengizinkan Rara pindah ke luar kota?" gumamnya sedih masih dengan air mata yg menetes.
"Ma tapi disana banyak yang butuh Rara, kita sudah tau konsekuensinya kalau Rara jadi dokter" sesekali Aiyra menghapus air matanya.
"Rara bisa kerja dimana saja dengan bantuan Ayah, tapi Rara tidak menginginkan itu, Rara ingin kerja karena ingin membantu orang, Rara tidak butuh uang"
Kini Rara menangis sesenggukan sambil berjalan ke arah ranjangnya Aiyra takut Mama nya melihat dia sedang menangis. Aiyra kembali merebahkan badannya di atas kasur sambil memejamkan matanya dan berharap tidak ada acara termehek-mehek nantinya.
Setelah hampir dua pekan dari acara wisuda Aiyra masih belum meminta izin pada orang tuanya perihal keinginan nya untuk pergi ke kota lain. Hingga suatu malam setelah makan malam selesai.
"Ra,,,ada yg mau kamu bicarakan gak sama kami" tanya ayah perlahan.
"hemmm?" Rara agak kaget,lalu bangkit dari pelukan Mama nya yg sedang asik nonton drakor.
Aiyra duduk dan menyimpan toples kacangnya di meja. Aiyra melihat ada keseriusan di raut muka ayahnya.
"Yah apa harus sekarang? bisa kan nanti saja" tambah sang mama. aiyra makin bingung.
"Ra, beberapa hari ini Mama kamu curiga karena melihatmu sperti orang yang sedang gelisah,ada apa?" tanya Ayah lagi.
"Rara gak apa apa kok" jawab Aiyra ragu ragu.
"Temen kamu yang nawarin kerjaan itu Elis bukan"
DEG!
Aiyra kaget mendengar pertanyaan ayahnya itu "apa jangan jangan mereka sudah tau?kenapa?dan darimana?" pikiran Aiyra kusut.
srekkkkk.
Suara isak tangis Mama menambah pikiran Aiyra yang kalut.
"Ayah tau kamu ingin bekerja di luar kota bukan?"
"Yah...." ucap Aiyra pelan
"Kami tau semua nak dari Elis, dia menelepon kamu tiga hari lalu, tpi HP kamu gak aktif" jelas Ayah.
Aiyra berpikir keras tiga hari yg lalu ada apa dengan HP nya. Dia baru ingat waktu itu HP nya mati gegara dia lupa nyimpen charger dan memilih untuk membiarkan nya begitu saja
*****
3 hari yang lalu
kriiiiiiingggg..... kriiiiiiingggg....
suara telepon di rumah Aiyra berbunyi.
"Hallo....." ucap si mbok
"Ya hallo, dengan kediaman dokter Aiyra Pramono" tanya seseorang di sebrang sana.
"iya betul,dengan siapa?" tanya si mbok
"Saya temen dr. Aiyra, Elis. maaf dengan siapa sya bicara? dr. Aiyra nya ada?"belum si mbok menjawab Mama Aiyra datang menghampiri
"Siapa mbok" tanya nya pelan
"Dari temen neng Rara bu" ucap si mbok sambil menutup telepon dengan tanganya.
Mama Aiyra kemudian mengambil gagang telpon yang masih di pegang si mbok.
"Hallo.... saya Mama nya Aiyra, dengan siapa ini" tanya Mama lembut.
"Hallo tante, saya Elis tan temen Aiyra yang ngajak kerja bareng, saya telepon ke hp Aiyra tapi gak aktif, mau nanya kapan dia bisa segera ke kota S" ucap Elis panjang lebar.
"Tunggu El,,, maksudnya gimana? tante kurang faham" ucap Mama bingung.
Elis yang mendengar langsung faham kalau Aiyra belum bicara pada orang tuanya tentang pekerjaan nya di kota S.
"Oh begini Tante, mungkin Aiyra belum cerita sama Tante sodara saya mengelola sebuah RS, tapi RS sosial Tante jadi di khususkan untuk orang orang yang kurang mampu, kebetulan Aiyra tertarik dan ingin bekerja disini Tante tau kan Aiyra seperti apa?kalau untuk kemanusiaan dia pasti semangat 45"
Elis nyerocos tidak tau kalau Mama Aiyra menangis mendengar penjelasan dia yang panjang lebar.
"El, Tante tutup dulu tlp nya nanti Tante sampai kan sama Aiyra" suara Mama parau.
"Oh...ba..baik Tante" Elis mendengar suara Mama Aiyra parau. Dia merasa tidak enak hati.
Aiyra hanya duduk termenung mendengar kan penjelasan Ayahnya. Tangisan Mama masih belum berhenti. Tangan Aiyra sedikit gemetar ingin sekali dia memeluk Mama nya tapi mungkin memang ini saat yang tepat untuk meminta izin orang tuanya pikir Aiyra.
"Yah... Rara..." dengan ragu Aiyra ingin menjelaskan pada orang tuanya.
"Mama izinin kamu kok nak"
Mata Aiyra tak berkedip mendengar apa yang baru saja di ucapkan Mama nya.
"Kami mengizinkan kamu pergi nak, meski dengan berat hati tapi kami tau inilah konsekuensi nya saat memiliki anak nakal sepertimu" canda sang Ayah di sela isak tangis Mama nya.
Aiyra tersenyum kecil entah apa yg dia rasakan saat ini. Yang bisa dia lakukan hanya memeluk Mamanya erat mungkin ini akan sangat kurindukan nanti. Aiyra membatin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!