NovelToon NovelToon

I Know Your Secret

Inilah Rahasiaku

Aku berjalan melewati lorong kampus sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang membuat rambut panjang hitam bergelombangku menjadi tidak karuan. Setiap aku lewat pasti ada saja yang menyapaku dan aku selalu membalas sapaan mereka dengan senyuman manis.

"Dasha!" panggil seseorang dari belakangku. Aku pun menoleh kearah orang itu, "Elisa." ucapku saat Elisa sudah berdiri didepanku.

"tungguin aku." ucapnya sambil mengibas rambutnya yang kusut setelah lari mengejarku.

"tumben,kau jam segini datang?" tanyaku sambil melirik jam tangan dipergelangan tanganku.

"hari ini orangtuaku keluar kota,jadi tadi abis ngantar mereka ke bandara." jelas Elisa. Kami berjalan menuju kelas.

"kau hari ini tampak berbeda Sha." seru Elisa menatap diriku dari kepala hingga ujung kaki.

"apanya yang berbeda,aku terlihat sama saja kok."

"nggak,kali ini kau terlihat lebih dewasa." gelaknya langsung aku menjitak kepalanya pelan, "cih,aku kira tadi ada yang aneh."

"hmm kali ini aku serius Sha,kau makin cantik." pujinya lagi membuatku hanya bisa tersenyum simpul padanya. Aku melirik seluruh ruangan,baru hanya kami berdua yang datang ke kelas itu. aku merasa bosan hanya berdiam diri menatap papan tulis didepanku,sedangkan Elisa ia tengah menikmati sarapan paginya.

"El,nanti siang ada jam kosong nggak?" tanyaku melirik kearah Elisa. Elisa terdiam sebentar,lalu ia mengeluarkan catatan kecil dari tasnya.

"hmm nggak ada Keknya,kita full hari ini." jawab Elisa lesu,hanya dijawab anggukan olehku.

oh tidak,waktuku. gerutuku dalam hati sambil memandang malas kearah papan tulis. Tibalah dosenku datang dan langsung duduk ditempatnya,mengabsen nama kami satu persatu dan tibalah namaku. Aku terkekeh pelan melihat dosenku menarik napas dalam saat mau menyebutkan namaku.

"Adibah Dasha Elnara Kamania Salsabilah." panggilnya dengan satu napas,aku pun langsung mengangkat tanganku.

Terdengar suara helaan napas dari mulut beliau,bukan dia saja yang seperti itu,dosen yang lain pun ikut sepertinya.

"pfft,lama-lama semua dosen mangap nyebut nama kau Sha." bisik Elisa terkekeh pelan.

"ya mau gimana lagi,ibuku yang memberikan namaku seperti itu." ucapku pasrah.

"Dasha." panggil seseorang disamping sambil berbisik.

"yaa?" tanyaku saat mengetahui jika orang itu adalah Afran. Yap,Afran salah satu lelaki populer dikampusku. Banyak yang ingin menjadi kekasihnya namun,Afran satupun tidak ada melirik kearah mereka entah apa alasannya.

"nanti bisa kita bicara sebentar." jelasnya lagi.

"nanti?" tanyaku menyerngit bingung.

"iya sore ini."

"ooo okee." jawabku setuju.

Setelah berkutat didalam kelas akhirnya jam pertama pun selesai,aku dengan girang langsung menarik Elisa keluar menuju kantin.

"haiiss kau ini nggak sabaran sekali,nona populer." ledek Elisa,aku hanya mencurutkan bibirku saat julukan itu keluar dari mulut Elisa.

"ya ampun,jangan cemburut gitu dong,iya...iya aku nggak akan bilang kau kek gitu lagi." seru Elisa hanya pasrah mengikuti kemauanku.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan julukan itu,tapi aku merasa risih dengan panggilan itu. Yah walaupun kata orang aku paling cantik,baik hati,segala macamlah. Tapi itu tidak membuatku bahagia malahan menjadi beban yang aku pikul.

Seperti biasanya, setiapku dan Elisa lewat banyak yang memuji kecantikan kami. Bahkan ada juga yang beberapa nekat ingin menjadikan kami pacar mereka. Aku yang berpegang prinsip untuk say no pacaran, harus berputar otak mencari alasan untuk menolak mereka tetapi tidak menyakiti perasaan mereka.

"kau mau apa Sha?" tanya Elisa sambil melihat menu yang ada di kantin.

"aku mau hmm...mie goreng pedas level lima." serunya langsung dianggukan Elisa. Elisa langsung memesan makanan mereka.

"ya ampun Dasha cantik sekali yaa."

"iyaa,wah dia termasuk orang beruntung mendapatkan kecantikan seperti itu."

"hmm apa aku bisa seperti dia?"

"apalagi dia bisa semua,ckckck pokoknya perfect lah."

Aku mendengar suara desas-desus tentangku,aku hanya bisa menghela napas pelan tidak menanggapi apapun yang merek bilang tentangku. Sampai makanan ku tiba,aku langsung melahap mie goreng favoritku.

"oi,apa nggak pedas?" tanya Elisa sedikit ngeri melihat mie goreng milikku.

"nggak kok,ini enak." seruku sambil melahap mie gorengnya.

Elisa hanya menggeleng heran kearahku, lalu ia pun melanjutkan makan makanannya.

"oh ya,tadi Afran bilang apaan?" tanyanya smabil mengunyah baksonya.

"dia bilang ingin menemui ku,katanya ada yang mau dibicarakannya." jelasku.

"apa jangan-jangan dia mau nyatakan perasaan? ya ampun kali ini kau harus terima Sha." seru Elisa antusias menunggu perubahan status single ku menjadi sepasang kekasih.

"hahahaha itu tidak akan mungkin terjadi." ucapku membuat Elisa menatapku datar, "mau sampai kapan kamu menjomblo terus? ayolah kapan lagi kan menikmati masa muda." bujuk Elisa padaku.

"haiss kau seperti tidak tau aku aja,aku akan tetap berpegang teguh dengan prinsip ku El," tegasku tidak ingin dibantah,Elisa hanya menghela napas pelan melihatku.

"lagian kau sendiri juga masih jomblo." ejekku.

"tolong jangan samakan aku dengan dirimu Sha." Elisa cemberut menatapku,Aku terkekeh pelan.

"kita impas bukan?"

***

Seharian dikampus memanglah terasa menyenangkan tapi juga melelahkan. Melelahkannya itu adalah membuat tugas yang begitu banyak dan deadlinenya pun kadang berdekatan dengan tugas lain. Aku selalu menyempatkan waktuku ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas itu semua. Kadang aku selalu membantu penjaga perpustakaan membersihkan buku.

Karena hal itu juga membuatku terkenal dengan kebaikan hati seperti malaikat. Setelah siap mengerjakan tugasku,aku dengan semangat berjalan menuju mobilku.

"Dasha!" panggil Afran berlari kecil menghampirinya.

astaga bagaimana bisa aku lupa jika dia ingin menemuiku. gumamku dalam hati.

"hosh...hosh,aku ingin mengatakan sesuatu padamu." serunya sambil mengatur napasnya akibat lari tadi.

"apa itu?" tanyaku. Dalam hatiku rasanya ingin cepat pulang segera.

"aku menyukai mu Sha,apa kau mau menjadi pacarku?" seru Afran menatap lekat kearahku.

Aku hanya diam sebentar melirik bunga yang dipegang Afran. Mencari alasan untuk menolak adalah prioritasku agar tidak membuatnya sakit hati.

"terimakasih sudah menyukaiku tapi maaf Ran,aku tidak bisa menjadi pacarmu. Orang tuaku melarangku untuk berpacaran." tolakku secara halus.

syukurlah ide itu tiba-tiba terlintas diotakku. gumamku bangga tetapi tidak menunjukkan ekpresi senang itu dihadapan Afran. Terlihat raut kecewa dari wajah pria itu.

"kita bisa berpacaran diam-diam." usulnya menatap harap padaku.

"maaf sekali lagi tidak bisa,jika ketahuan ayahku akan memarahiku. Aku sangat takut dengan amarah ayah." lirihku tertunduk pelan.

bagus,bagus teruskan seperti itu Sha. pekiknya dalam hati,aku pun sempat melirik jam tanganku menunjukkan pukul enam sore.

Gawat,aku harus pulang sebelum ayah pulang. Kalau tidak habislah aku. seru ku panik,lalu mendongak kearah Afran.

"maaf sekali lagi Ran,kita bisa menjadi teman baik kok. Aku harus pulang segera,ayahku bentar lagi pulang. Bye." pamitku langsung terburu-buru masuk kedalam mobil.

"ta—" ucapan Afran berhenti dikala mobilku sudah melaju dengan kecepatan tinggi keluar dari parkiran kampus.

Dengan kelihaianku membawa mobil,akhirnya aku sampai dirumah dengan selamat. Aku langsung bergegas masuk kedalam rumah.

"Assalammualaikum." seruku mau melangkah masuk kedalam rumah. Saat diriku melangkah melewati batas antara teras dan ruang tamu disitulah sifatku berubah seratus delapan puluh derajat dari sifatku diluar rumah.

"kesayangan kalian pulang!!" pekikku menggema seluruh rumah, Dengan bahagia aku berlari kecil menuju dapur menghirup aroma masakan ibuku.

Ibu menghela napas melihatku seperti cacing panas yang selalu mondar-mandir tidak jelas.

"bisa tidak kamu diam sebentar,iiih ya ampun nak." gemas ibu melihatku dengan lancangnya mengambil kue yang barusan saja beliau masak.

"enak Bu." jawabku sambil mengunyah kue buatan ibu.

"huft,hei seharusnya kau cuci tangan dulu baru makan. ckckck jorok sekali." gerutu ibu,aku hanya terkekeh pelan. Aku pun langsung meneguk sekali teguk air putih.

"oh ya dimana ayah sama abang?" tanyaku tidak melihat siapapun kecuali ibunya.

"ayahmu bentar lagi pulang,abangmu katanya nginap dirumah kawannya." jelas ibu sambil menyajikan makanan untuk makan malam.

"syukurlah aku pulang duluan," ucapku bernapas lega,ibu hanya menggeleng pelan melihat kelakuanku.

"aku ke kamar ya Bu." ucapku langsung ibu dianggukan ibu.

Aku berjalan cepat menuju kamarku,melempar asal sepatu dan tasku. Aku langsung menghempaskan badanku ke kasur, "kasurku." seruku sambil berguling-guling dikasur.

"inilah yang aku suka,menjadi anak rebahan adalah cara ninjaku." gumamku bangga lalu turun dari kasur berjalan menghampiri meja komputernya.

"woah,sudah naik level,aku harus menamatkan game ini." tekadku sambil memainkan game di komputer.

Inilah rahasiaku dan hanya keluargaku saja yang tau kelakuan abstrudku dirumah. Bahkan sahabatku sendiri tidak mengetahui kelakuanku dirumah. Orang lain yang menyebutku anggun,cantik,baik hati,pintar,dan lain-lain hanyalah anak pemalas yang memiliki banyak hoki dibaliknya.

~thank you~

Dia Sangat Menyebalkan

Bunyi alarm diponsel membuatku bangun dari mimpi indahku,sambil mengucek mata melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat subuh. Aku menghela napas,sebentar lagi Ibuku akan menggedor pintunya.

"satu,dua,tiga,empat,lima." ucapku sambil menunggu kedatangan Ibu. Seperti dugaanku,Ibu menggedor pintu memanggil namaku. Aku dengan berjalan gontai membukakan pintu, "iya Bu?" tanyaku lesu.

"waktunya ngebabu!" ucap Ibu langsung pergi dari kamarku,aku menghela napas pelan sambil menggaruk kepalaku. Memang sudah menjadi rutinitas keluargaku bangun jam empat subuh untuk membersihkan rumah. Walaupun aku pemalas,tetapi tidak bisa lepas dari Ibu. Tugas kami bagi-bagi setiap anggota keluarga. Aku bagian mencuci piring,mengelap kaca jendela, membersihkan tempat tidur. Abangku,Gazza dia mendapatkan tugas menyapu halaman,mencuci mobil,dan menyiram bunga. Ibu memasak,mencuci pakaian,dan menjemur pakaian. Sedangkan Ayah,tugasnya setiap pagi adalah hanya meminum kopi buatan istrinya tercinta sambil menonton siaran kesukaannya.

dunia tidak adil.gumamku lesu tapi aku tidak bisa mengomentari apa-apa.

Ibu sengaja tidak memakai asisten rumah tangga,karena Ibu ingin kami semua mandiri. Ada juga sih untungnya melakukan hal ini,waktu menjadi babu ada batasnya yaitu dari jam empat subuh sampai jam tujuh. Jika lewat dari jam itu dilarang ngebabu lagi. Lucu bukan? tapi sangat menguntungkan untuk orang pemalas sepertiku.

Itu artinya waktu rebahanku jauh lebih banyak dari pada waktu kerjaku,dan itu berlaku jika aku tidak ada kegiatan kampus.

Setelah semua tugasku selesai,Ibu menghampiriku dengan senyum lebarnya. Tetapi,aku tau senyuman itu. Perasaanku tidak enak melihat senyuman Ibu.

tunggu,bang Gazza bukannya menginap dirumah kawan kan? itu artinya... gumamku langsung menoleh kearah Ibu.

"Abang kamu kan dirumah kawannya,nah sekarang kamu nyapu halaman sama nyiram bunga yaa." ucap Ibu sambil menepuk pundakku pelan. Aku mengangguk pelan,dan berjalan keluar rumah.

sial kau kabur dari tugasmu kan bang?! gerutuku kesal tetapi aku tetap melakukan tugas yang diberikan Ibu.

***

Inilah waktu yang kutunggu-tunggu,betapa gembiranya saat mendengar kabar jika dosen yang masuk kedalam kelasku sedang berhalangan hadir. Untung saja aku belum bersiap-siap pergi ke kampus.

"hmm apa yang harus ku lakukan hari ini yaa??" gumamku sambil berpikir sesuatu. Lama berpikir membuatku menghela napas berat.

"apa lebih baik aku baca komik aja?" gumamku langsung menuju rak buku disisi kasurku. Aku mengobrak-abrik komik-komik itu tetapi tidak ada satupun yang membuatku tertarik untuk membacanya.

"huft,ini sudah semuanya aku baca. Aha! apa lebih baik aku baca komik perpustakaan aja,siapa tau ada komik yang baru terbit." gumamku senang sambil menyambar handuk ke kamar mandi.

Dengan mandi ala bebek,tidak memakan waktu lama aku selesai memakai Hoodie moka kesukaanku dipadukan dengan celana jeans hitam dan tak lupa sepatu sneakersku.

"nice." pujiku sambil mengikat kepang satu rambutku. Aku langsung menyambar ranselku dan keluar dari kamar.

"kamu kemana?" tanya ayah dengan nada dinginnya menatapku. Aku langsung terdiam ditempat menunduk kearah ayah.

"mau pergi ke perpus Yah." jawabku pelan.

"oo,sama siapa?" tanya Ayah mengintrogasi.

"sendiri Yah,tenang saja aku hebat bela diri kok." bela ku agar dibolehkan pergi.

"jangan pulang lama,ingat jam lima sore sudah harus dirumah." tegas Ayah sambil membaca laporan pekerjaannya. Aku langsung mengangguk yakin,aku langsung mencium punggung tangan Ayah.

"aku pergi dulu Yah, assalammualaikum." pamitku langsung berjalan keluar rumah. Saat aku keluar,baru saja abangku pulang dari rumah kawannya.

"hai bang!" sapaku berlari kearahnya, Gazza hanya menatapku lalu berjalan mendahuluiku.

"oi bang!" panggilku tetapi Gazza tidak mengacuhkan panggilanku. Ia tetap berjalan masuk kedalam rumah.

"apa dia lagi badmood yaa?,ya sudahlah nanti saja aku gangguin dia lagi hehehehe." ucapku sambil tersenyum licik. Aku pun langsung melajukan mobil menuju perpustakaan umum.

Sesampai disana,aku langsung berjalan menuju tempat komik. Melirik satu persatu jejeran komik yang mungkin akan menarik bagiku.

"eh ini kayaknya baru deh." ucapku saat melihat komik itu dibagian rak atas. Dengan ketinggian 165 cm tidak membuatku patah semangat melompat-lompat mengambil komik itu. Tidak membuahkan hasil,aku pun melirik sekeliling mencari alat atau barang yang bisa membantuku untuk mengambil komik itu.

"apa aku minta tolong aja yaa??" gumamku lalu melirik kearah pria kacamata yang tengah membaca buku tebal dipojok dekat jendela yang tak jauh dari tempatku berdiri. Aku langsung menghampirinya untuk meminta tolong.

"permisi." sapaku membuat lelaki itu menoleh kearahku, ia hanya menatapku tanpa merubah posisinya.

"apa aku boleh minta tolong?" tanyaku menatap kearahnya.

Ia menaikkan alisnya, "tolong apa?" tanyanya menatapku.

"bisa tolong ambilkan komik disitu,daritadi aku kesusahan mengambilnya." ucapku sambil menunjuk kearah komik yang terletak diatas itu.

"oo ternyata kau orangnya yang loncat-loncat nggak jelas disana." ucapnya membuatku menyerngit bingung.

"aku berusaha mengambilnya tadi,tapi nggak dapat-dapat." ucapku sabar.

"suara hentakan kakimu mengangguku saat baca,makanya tinggi dikit." ketusnya berdiri dari tempatnya

bede**h sialan,karena itulah aku meminta bantuan mu. kesalku saat dikatai pendek oleh pria asing tinggi itu. Kalau dilihat-lihat tinggi pria itu sekitar 180 cm.

Pria tadi langsung mengambil komik yang ku maksud dan memberikannya padaku, "lain kali,kalau mau mengambil sesuatu yang tinggi jangan menyusahkan orang lain." ucapnya kembali duduk fokus membaca buku tebalnya.

"jadi,kau tidak ikhlas membantuku?" tanyaku sedikit kesal menatapnya. Ia hanya melirik sekilas kearahku, "untung sadar." ucapnya langsung menutup buku tebalnya dan berdiri.

Ia sedikit menunduk menatap wajahku, "dasar pendek." ledeknya lalu berjalan santai mendahuluiku.

Rasanya ingin berkata kasar padanya karena meledekku,tapi aku sadar diri untuk tidak memaki orang yang telah mengambilkan komik untukku walau tidak ikhlas lahir dan batin.

"huft, moodku langsung rusak karena dia. Eh tapi aku belum berterimakasih padanya." ucapku sambil celingak-celinguk mencari pria yang menolongku tadi. Setelah berjalan sedikit kedepan,Aku langsung dapat melihat dari kejauhan pria itu. Aku langsung berlari kecil menghampirinya.

"tunggu." ucapku pelan saat sudah berada didepannya,Ia menatapku heran. "kenapa lagi?"

haiss pria ini arogan sekali,aku sudah capek-capek kesini untuk mengucap terimakasih tapi sudah membuat moodku rusak. batinku sambil menghela napas berat.

"terimakasih,maaf tadi aku belum sempat berterimakasih padamu." ucapku langsung dianggukan pria itu,ia pun langsung keluar menuju pintu tanpa mengucap satu katapun atau menoleh kebelakang.

"huft sabar-sabar." Aku langsung berjalan ketempat duduk pria tadi. Tempat itu sangat cocok untuk membaca komik,apalagi cuacanya mendung ditambah secangkir coklat panas yang ku pesan tadi membuat hatiku jadi tenang dan damai. Ketenangan itu tidak lama saat aku melihat bayangan seseorang berdiri didepanku. Aku mendongak kearah bayangan itu. Terkejut melihat pria itu sudah berada didepannya.

perasaan tadi dia keluar lah,kapan masuknya ya?. gumamku heran menatap pria itu.

"ada apa?" tanyaku.

"kunci." ucapnya membuatku menyerngit heran,

"kunci?"

Pria itu menghela napas,dan menatap datar kearahku. "kunci motorku ada dilaci tempat kau duduk." jelasnya,aku pun langsung mengambil kunci milik pria itu.

"ooo bilang dong,aku kira tadi apa." celutukku. Ia pun langsung pergi dari tempatku.

"hei,apa kau tidak berterimakasih padaku?" cegahku membuatnya menoleh kearahku.

"jadi kau tidak ikhlas membantuku?" tanyanya persis seperti pertanyaanku tadi.

sial,dia malah membalikkan kata-kataku tadi. Dasar pria menyebalkan.

Pria Ini Semakin Menyebalkan

Dengan perasaan kesal aku menghentakkan kaki keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumah. Amarahku yang meluap-luap tadi menguap saat mendengar ada suara tamu didalam rumahku. Aku langsung mengubah eskpresiku,dan masuk dengan sopan.

"assalammualaikum." ucapku saat tiba didalam ruang tamu,mereka semua yang berada disana menoleh kearahku, "wa'alaikumsalam." ucap mereka bersamaan.

Aku menyerngit bingung melihat tamu yang tampaknya asing bagiku,tapi aku tetap menyalami punggung tangan mereka semua sambil menunduk tanpa melihat wajah mereka semua.

"Thalia,ini anak gadismu yaa?" ucap salah satu wanita disamping Ibu.

"iyaa,namanya Dasha." Jawab Ibu menoleh kearahku. Aku langsung duduk disamping Ibu.

"cantik yaa." ucap Wanita tadi,aku hanya melemparkan senyum padanya. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang.

Astaga aku kecepatan pulangnya,haiiss moodku hancur karna pria brengsek tadi. gerutuku dalam hati mengingat pertemuannya dengan pria menyebalkan itu.

"ibu aku izin ke kamar dulu." pamitku pada semuanya,Aku berjalan pelan menuju kamarku.

ceklek. Aku langsung masuk dan menutup pintu pelan. Meletakkan asal ranselku,aku langsung menghempaskan badanku ke kasur.

"melelahkan." lirihku sambil meletakkan tanganku diatas wajah.

Tiing. Aku mendengar notif dari ponselku,dengan malas aku membukanya.

Dasha gawat,tugasnya dikumpul besok. Pesan masuk dari Elisa. Aku langsung bangkit dari tempat tidurku,dan menelpon Elisa.

"tugas yang mana?" tanyaku panik mengingat tugas yang dimaksud Elisa. Padahal selama ini tugasnya selalu tuntas sebelum pulang.

"itu lhoo yang menggambar,aku tidak pandai menggambar hehehe." cengirnya dari sana. Aku langsung menghela napas pelan saat tau tugas yang dimaksud Elisa yang sudah kukerjakan minggu lalu.

"aku sudah ngerjain,ku kira ada tugas baru tadi." gerutuku.

"nah,karna kau sudah siap,mari bantu aku yang lemah menggambar ini. Kau kan pandai gambar Sha." seru Elisa membuatku terkekeh pelan.

"kalau mau aku bantuin datang ke rumahku cepat." ucapku langsung dijawab Elisa dengan semangat. Aku langsung mematikan telepon itu sepihak.

"huft,sementara dia dijalan,aku mau main dulu lah." ucapku sambil menghidupkan komputer.

"nak." panggil Ibu dari balik pintu,Aku langsung membukakan pintu untuk Ibu, "ada apa Bu?" tanyaku menyerngit melihat Ibu membawa sesuatu ditangannya.

"ini untukmu." seru Ibu sambil memberikan kotak kecil padaku.

"ini dari siapa Bu?" tanyaku sambil melihat kotaknya.

"ini dari teman Ibu yang tadi." jawab Ibu aku langsung berooria mengetahui hal itu, "ooo,kalau gitu tolong sampaikan terimakasihku padanya Bu." ucapku hendak menutup pintu. Ibu langsung menahan pintuku, "eitss, tunggu."

Aku kembali membuka lebar pintuku menunggu penjelasan dari Ibu. "kamu sendiri yang berterimakasih padanya. dia akan senang tuh."

"kenapa tidak Ibu saja?"

"haiss kotaknya kan untuk kamu, otomatis kamulah yang berterimakasih padanya." ucap Ibu membuatku mencurutkan bibir.

Ibu hanya tertawa pelan lalu berjalan kearah dapur. Aku menghela napas lalu aku menutup pintu. Penasaran dengan kotaknya aku langsung membuka kotak itu.

"waaah headsetnya comel sekali." seruku memegang headset yang baru saja diberikan oleh temannya Ibu.

Tapi ngomong-ngomong kenapa dia memberikan hadiah padaku? kan aku belum mengenalnya. gumamku dalam hati memandang headset berbetuk Teddy bear itu ditanganku.

"hmm aku tadi tidak fokus melihat semua tamu tadi,yang mana yaa orang yang berbaik hati memberikanku hadiah secomel ini." gumamku tersu berpikir mengingat tamu-tamu yang datang ke rumahku tadi,tetapi karena aku menunduk tidak fokus melihat wajah mereka satu persatu.

"haiss sekeras apapun berpikir tidak akan aku ingat kalau tadi aku tidak melihat wajah mereka." gerutuku langsung duduk didepan komputer.

Aku menaikkan satu alisku melihat notif masuk digame yang sedang aku mainkan,karena penasaran aku membuka pesan itu.

"eh siapa pula nih?" tanyaku saat melihat nama akun yang meminta izin untuk menjadikanku temannya. Tanpa berpikir panjang aku langsung menambahkannya masuk sebagai temanku.

"wow level dia lebih tinggi dariku ternyata,ckckck kenapa dia mau menambahkanku sebagai teman?" gumamku lagi. Aku pun langsung mengajaknya ikut bermain mencari misi. Ternyata bermain dengannya sangat mengasyikkan sampai-sampai kami bermain dengan cepat memenangkan misi dalam game itu. Sebenarnya aku ingin mengajaknya main lagi,tapi mengingat Elisa akan kesini dengan terburu-buru aku langsung mematikan komputer,dan merapikan semua yang berserakan dikamarku.

tok.tok. Aku langsung membuka pintu dan mendapati Elisa sudah berada didepan kamarku.

"eh? sudah sampai?" tanyaku langsung mempersilahkannya masuk. Elisa dengan senang hati langsung duduk ditepi kasurku.

"hmm aura anak rajin memang beda yaa." ucapnya melirik buku yang terbuka diatas mejaku. Aku mengikuti arah pandangnya,dan menyerngit bingung.

Sejak kapan buku itu terbuka yaa?? gumamku heran,mungkin saja aku tak sengaja membuka buku pelajaran itu.

"Sha,ini masih jam tiga keluar yuk." ajak Elisa melirik jam dinding kamarku.

"hei,kerjakan dulu tugasmu."

"iyaa, tapi diluar yok." bujuk Elisa dengan matanya yang berbinar.

Aku menghela napas, "tidak,kau harus membuat tugasmu dulu El." tegasku menatap Elisa. Elisa memberengut menatapku.

"huft,aku bantu kau membuat tugasnya abis ini kita keluar." usulku langsung membuat wajah Elisa sumringah.

"kau memang sahabat terbaikku Sha." pekiknya sambil mengeluarkan alat-alat untuk menggambarnya. Elisa langsung duduk didekat ku, "nah,aku kurang pandai gambar bagian sudut desain ini,kau bantu aku yang itu biar sisanya aku yang kerjakan." jelas Elisa.

"okee." jawabku langsung menggambarkan yang dimaksud Elisa. Tidak membutuhkan waktu yang lama,gambar desain rumah itu hampir jadi,selebihnya Elisa yang mendesain bentuk dan ketajaman gambarnya.

"yey selesai." ucapnya senang melihat tugasnya jadi. Aku menggeleng pelan melihat tingkah Elisa,lalu berdiri mengambil minum diatas nakas.

"kuy pergi." ajaknya sambil membereskan peralatan nya,Aku langsung melirik jam dinding dinding yang menunjukkan pukul empat.

Masih ada satu jam lagi sebelum ayah datang. gumamku langsung menyambar ranselku.

"Ibu,kami pergi dulu yaa sebentar." pamitku langsung dianggukan Ibu. Kami keluar menuju mobilku.

"Dek." panggil bang Gazza dari arah balkon,aku menoleh keatas menatapnya,dan terkejut melihat seseorang disamping Gazza yang tampak tidak asing bagiku.

"belikan kami dua mie cup yaa." ucap Gazza tersenyum seringai padaku. Ia tau kalau aku tidak suka disuruh membelikan sesuatu kecuali jika orangtuaku yang menyuruhku.

Abang sialan,awas saja nanti. gerutuku dalam hati,aku tersenyum mengangguk pada Gazza. Lalu aku melirik kearah pria disamping Gazza,seketika aku teringat jika pria itu adalah pria yang menyebalkan tadi masih asyik dengan buku tebalnya. Sepertinya pria itu tidak menyadari keberadaanku.

Sial,kenapa dia bisa ada disitu?apa dia temannya Abang?. gumamku penasaran,tapi aku langsung masuk kedalam mobil.

"Sha,abangmu ganteng banget,serius." kagum Elisa mengingat wajah Gazza tadi. Aku menggeleng heran melihat sahabatku yang bisa-bisa menyukai orang seperti Gazza.

Jika kau tau sifat aslinya mungkin kau tidak akan betah satu atap dengannya. gumamku dalam hati.

"hehehe bisa aja,apa kau menyukai abangku?" tanyaku langsung membuat Elisa tersipu malu.

"apa dia punya pacar saat ini?"

"aku tidak tau,coba saja tanya pada dia. Kau mau nomor telepon nya nggak?" tawarku langsung dianggukan kuat oleh Elisa. "nah,buka aja ponselku cari nomornya." ujarku sambil memberikan ponselku pada Elisa,sedangkan aku fokus mengemudi mobil.

"oke sudah." ucap Elisa langsung meletakkan ponselku didalam tasku. Dapat kulihat raut wajahnya senang setelah mendapat nomor abangku.

"kita mau kemana?" tanyaku karena kami masih belum tau tujuannya. Elisa tampak berpikir, "gimana kalau kita belikan dulu mie cup abangmu? kita jajan disana aja." usulnya,aku hanya mengangguk pelan.

Setelah kami leluasa belanja di supermarket kami pun langsung pulang ke rumahku. Elisa langsung pulang dijemput supirnya karena ada urusan keluarga yang mendadak. Aku pun langsung masuk kedalam rumah.

Hehehe sekarang sudah bebas, tidak ada siapapun orang lain disini. Semangat ku membara lalu berlari kecil ke kamar Abang.

Aku langsung mendobrak pintu kamar abangku dan menghempaskan badanku ke kasur. Memang sudah menjadi tujuanku mengganggu abangku yang tampan itu.

"hmm apa aku siram air aja yaa kasurnya supaya Abang nggak bisa tidur semalaman,hehehehe tampaknya itu ide yang bagus." seruku sambil tersenyum licik. Tidak melihat adanya tanda-tanda Abangku masuk,aku langsung mengambil air sebaskom lalu aku siram ke kasur Abang. Beberapa kali aku menimbah air membuat kasur itu sekarang menjadi basah dan lembab.

"selesai hahahaha,aku yakin wajahnya pasti marah besar melihat ini semua." ucapku tertawa lepas,aku langsung menutupi kasur yang basah itu dengan selimut yang jatuh dilantai. Saat aku menariknya,selimut itu terlihat ditarik oleh seseorang dibalik selimut. Merasa curiga,aku pun berusaha menarik selimut itu dengan kuat.

"siapa kau?" tanyaku sambil menarik selimut itu,orang yang berada didalam itu langsung menarik kembali selimutnya dan membuatku sempoyongan jatuh diatas badannya yang dibalik selimut itu.

bruuk. Tidak ada sahutan dan hanya terdiam ditempat. Bersamaan itu pula,Gazza masuk dan terkejut melihat aku sedang menindih seseorang.

"oi,apa yang kau lakukan dek?" tanyanya langsung menarik ku dari orang yang dibalik selimut itu. Gazza pun langsung membuka selimut itu dan mendapati pria yang menyebalkan tadi.

"Kau tidak apa-apakan Yan?" tanya Gazza melihat temannya terduduk lemas. Pria tadi membetulkan kacamatanya dan menatap tajam kearahku.

"kau berat sekali." ucapnya ketus membuat diriku syok ditempat sedangkan Gazza berusaha menahan tawanya.

Sialan. umpatku dalam hati memandangnya tajam, beberapa detik kemudian aku menyadari sesuatu.

Tunggu apa dia melihat semua yang ku lakukan tadi? haiis pria ini makin menyebalkan!!. gerutuku melihat dirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!