How do I say goodbye to what we had?
The good times that made us laugh.
Outweigh the bad.
I thought we’d get to see forever.
But forever’s gone away.
It’s so hard to say goodbye to yesterday.
Lagu berjudul It’s so hard to say goodbye to yesterday dari Boyz II Men, terdengar sangat menyakitkan di telinga Queen yang sedang berendam di bathtub. Ia memejamkan kedua matanya dan meresapi setiap lirik lagu yang hampir mirip dengan kisah yang sedang ia lalui.
Queen terpaksa memutuskan hubungan nya dengan Antoni, calon suami nya yang sudah mengisi hari-harinya sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Air mata bergulir dari sudut mata indah Queen. Sebenarnya, ia merasa berat untuk berpisah dengan Antoni. Tetapi, semua itu harus ia lakukan karena Antoni tidak sama sekali mengerti dengan keadaan yang sedang ia hadapi.
Adik semata wayang Queen tertimpa musibah kecelakaan yang mengakibatkan dirinya lumpuh, hingga harus di rawat berbulan-bulan di rumah sakit. Tidak hanya itu, adik nya yang bernama Athar harus melakukan terapi pemulihan di negeri tetangga, Singapura dan baru saja berangkat beberapa minggu yang lalu.
Tentu saja itu menjadi beban pikiran oleh Queen yang akan segera menikah 2 bulan lagi. Mendengar belum ada kemajuan pada Athar, Queen pun memutuskan untuk menunda saja pernikahan dirinya dan Antoni. Karena ia merasa tidak ingin menikah tanpa kehadiran adik dan Ibundanya yang sedang menemani Athar terapi di Singapura.
"Tapi Mas, pernikahan kita harus ditunda. adik ku sedang sakit, Bunda juga masih di Singapore. Kalau pernikahan tetap dilaksanakan, masa Bunda dan Athar tidak hadir Mas?" Ucap Queen yang sedang berdebat dengan calon suaminya di salah satu restoran Jepang.
"Tapi Queen, orang tua ku juga tidak bisa menunggu lama. Kita nikah saja ya, tanpa kehadiran Bunda dan Adik kamu, kan masih ada Ayah kamu Queen," Antoni mencoba meyakinkan Queen untuk tetap melangsungkan pernikahan mereka tanpa kehadiran adik dan Ibunda Queen yang belum tahu akan tinggal berapa lama di Singapura.
"Segampang itu kamu mengatakan hal itu? Kamu hanya membutuhkan apa yang kamu inginkan, tetapi kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan ku, Mas?" Tanya Queen dengan tatapan yang tak percaya.
"Tapi Queen..."
"Mas, lebih baik gagal menikah daripada menikah dengan orang egois kayak kamu !" Ucap Queen sambil beranjak dari kursinya.
"Queen !" Panggil Antoni.
Queen tidak peduli, ia terus berlari keluar dari restoran itu.
Antoni mengejar Queen dan menarik lengan gadis itu.
"Queen, dengarkan aku dulu !"
"Apa? Apa lagi yang harus aku dengarkan?"
"Queen Please, jangan seperti ini !"
"Lalu apa? Kamu mau memaksakan kehendak mu kepadaku? Gak bisa Mas ! Keluarga bagiku nomor satu. Aku ingin mereka hadir di pernikahan kita. Kalau kamu tidak bisa menerimanya, aku tidak keberatan untuk mengakhiri hubungan kita !" Ucap Queen sambil melepaskan tangan Antoni dengan kasar. Lalu, ia beranjak masuk kedalam mobil miliknya dan meninggalkan Antoni begitu saja di depan restoran itu.
Air mata menetes di tebing pipi Queen. Gadis cantik itu terlihat kesal dengan keadaan. Bagaimana tidak, calon suaminya terlalu memaksakan kehendak. Padahal, ia sudah memberitahukan kepada Antoni, bila mengundur pernikahan enam bulan lagi saja. Tetapi, keputusan nya itu di tentang habis-habisan oleh Antoni dan keluarga calon suaminya itu.
"Maafkan aku mas, mungkin kita tidak berjodoh." Gumam nya disela tangisan nya yang semakin pilu.
.
Queen menenggelamkan wajahnya dalam genangan air di bathtub itu. Ia benar-benar ingin mati saja, hubungan yang sudah terjalin bertahun-tahun hanya berakhir seperti ini dan terasa sangat sia-sia.
Saat itu juga bayangan wajah Ibundanya dan adik semata wayang nya pun terlintas di benak Queen. Ia pun segera mengeluarkan kepalanya dari dalam genangan air itu dan duduk terdiam disana.
"Ya Allah... Ya Allah..." Batin nya terus menyebut nama sang pencipta. Betapa pendek nya keputusan yang ia pilih bila ia mati sia-sia hanya karena patah hati dengan Antoni.
Queen beranjak dari bathtub dan meraih handuk bersih dan melangkah keluar dari dalam kamar mandi.
Queen meraih ponselnya setelah ia selesai berpakaian. Ia berniat menghubungi Bundanya untuk mengabarkan keputusan yang sudah ia ambil. Ia sudah berusaha untuk benar-benar ikhlas dan tidak akan ada pernikahan antara dirinya dan Antoni.
Nada panggilan berbunyi beberapa kali, saat Queen menghubungi Bundanya yang sedang di Singapura. Tak lama kemudian, Bundanya pun menerima panggilan dari Queen dan menyapa Queen dengan penuh suka cita. Tetapi, Bundanya pun mulai menyadari sesuatu yang tidak baik terjadi kepada diri Queen.
Suara Queen tidak terdengar bersemangat seperti biasanya. Queen yang ceria, kini terdengar seperti orang yang sedang menangis. Suaranya serak dan terdengar pelan.
"Ada apa Queen? Apa yang terjadi kepadamu?" Tanya Bundanya dari ujung sana.
"Tidak apa-apa bun, Queen hanya ingin mengatakan bila Queen tidak jadi menikah dengan Antoni," Ucap Queen dengan berterus terang.
"Apa !"
"Kok bisa Queen?" Sambung Bundanya dengan nada suara yang terdengar sedih dan khawatir.
"Tidak apa-apa kok Bun, mungkin belum jodoh," Ucap Queen yang berusaha untuk tenang.
"Ini semua gara-gara Bunda ya Queen?" Tanya Bundanya dengan ujung suara yang tercekat.
"Enggak kok Bun, ini hanya takdir," Ucap Queen yang menahan tangisnya.
"Maafkan Bunda ya nak... gara-gara Bunda kamu jadi gagal menikah." Terdengar isak tangis dari ujung sana.
"Ini hanya takdir Bunda, tidak apa-apa. Mungkin Queen akan bertemu dengan lelaki yang lebih baik," Ucap Queen yang mencoba menenangkan Bundanya.
"Bunda benar-benar minta maaf, seharusnya Bunda tidak membawa Athar ke Singapura. Bunda benar-benar menyesal Queen."
"Sudahlah Bun, kalau memang itu yang terbaik untuk Athar, kita harus mengupayakan Athar untuk bisa berjalan normal kembali. Ini benar-benar tidak ada hubungan nya dengan apa yang terjadi. Queen dan Antoni memang tidak berjodoh saja. Queen sudah menerima semuanya, ikhlas dan tidak mempermasalahkan itu semua. Yang penting, setidaknya Queen tidak terjebak pernikahan dengan orang yang salah. Itu saja Bun, sisi positif yang Queen yakini," Queen sedikit berbohong demi menutupi inti masalah dari gagalnya pernikahan dirinya dan Antoni, agar Bundanya tidak terus-menerus merasa bersalah kepada dirinya.
"Ya sudah Queen, bila memang itu keputusan kamu, Bunda bisa apa? Yang terpenting, kamu ikhlas dan bisa hidup lebih baik lagi. Bunda selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."
"Iya Bun, terima kasih. Bunda dan Athar sehat-sehat disana ya.... Queen sayang kalian berdua," Ucap Queen.
"Kamu juga ya nak..."
"Iya Bun, Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam.."
Queen menghela nafasnya dengan berat. Ia menaruh ponselnya di atas meja nakas dan meraih foto dirinya dan Antoni dari meja tersebut.
"Ya, kita tidak berjodoh. Mari kita tutup buku dan memulai kisah masing-masing," Ucap nya sambil melemparkan foto itu kedalam tempat sampah yang berada di samping pintu kamar nya.
"Queen...!" Panggil Amira, teman sekelas Queen yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Gadis manis berwajah blasteran, dengan bulu mata yang lentik itu menoleh kearah suara yang memanggil namanya.
"Ya," Sahut Queen sambil menatap Amira yang berlari mendekati dirinya.
"Lu mau langsung pulang atau mau kemana dulu?" Tanya Amira yang nafasnya tersengal setelah mengejar Queen dari lorong hingga sampai ke depan gerbang sekolah itu.
"Mau langsung pulang, kenapa Mir?"
"Anterin gue dulu yuk, kerumah saudara gue, please..." Amira menatap Queen dengan wajah memohon.
"Memangnya lu gak dijemput sama supir lu?"
"Mobil gue masuk bengkel, nah supir gue itu dipecat sama mama gue, gara-gara nabrakin itu mobil ke tiang listrik."
"Ya Ampunn..." Queen memasang wajah prihatin saat mendengar cerita Amira.
"Ya, ya, ya... please. Gue tuh disuruh kesana sama mama, disuruh kasih ini untuk tante gue." Ucap Amira sambil memamerkan sebuah bungkusan kehadapan Queen.
"Itu apaan?" Tanya Queen penasaran.
"Ini tuh pesanan tante gue, gak tau isinya apaan."
"Mama gue, gak sempat kerumah tante gue hari ini, sedangkan ini harus di kirim hari ini juga. Gue juga bingung sama mama gue, padahal tinggal kirim lewat kurir aja sih susah banget. Kenapa harus membebani anak nya yang cantik jelita ini, malah pulang sekolah, gak ada yang ngaterin. Haizzzz!" Keluh Amira dengan wajah yang memelas.
Queen menghela nafasnya, lalu ia mengangguk setuju untuk menemani Amira ke rumah tantenya.
"Asikkkkk....! Thanks ya Queen, lu memang temen gue yang baik!" Amira melompat girang sambil memeluk Queen.
Mobil yang menjemput Queen pun tiba di depan gerbang sekolah nya. Queen dan Amira pun menghampiri supir yang dikirim oleh Ayah Queen untuk menjemput dirinya setiap pulang sekolah.
"Sore non Queen," Sapa Pak Ucup supir keluarganya, saat Queen baru saja masuk kedalam mobil itu dengan Amira.
"Sore Pak." Queen tersenyum ramah, saat ia menjawab sapaan Pak Ucup.
"Hmmm, ini non Amira mau ikut ke rumah?" Tanya Pak Ucup saat menyadari Amira ikut masuk kedalam mobil.
"Enggak kok Pak, Amira mau minta tolong antarkan dia kerumah tante nya, bisa kan Pak?"
"Bisa non, tapi rumah tante nya non Amira dimana?" Tanya Pak Ucup sambil menoleh kebelakang, dimana Queen dan Amira duduk dengan manis di kursi penumpang.
"Di Menteng Pak, bisa kan Pak?" Tanya Amira sambil tersenyum manis.
"Bisa dong non," Sahut Pak Ucup dengan bersemangat.
"Terima kasih ya Pak," Ucap Queen dengan sopan.
"Sama-sama non," Ucap Pak Ucup sambil menjalankan mobil itu.
Walaupun Queen terlahir dari dua orang tua yang berada, tetapi ia tetap di ajarkan sopan santun kepada semua orang tanpa memandang status sosial dan usia.
Hal itulah yang membuat Queen terkenal sebagai anak yang manis dan di sukai semua orang, termasuk para siswa di sekolah nya. Termasuk siswa bernama Langit.
Langit adalah kakak kelas Queen yang kini duduk di kelas 3. Lelaki yang sangat menyukai olahraga basket itu pun sangat tergila-gila dengan Queen yang ceria. Segala macam usaha untuk mendekati Queen telah ia lakukan. Berbagai rintangan pun juga ia hadapi saat banyak siswa lain yang berusaha menjatuhkan dirinya saat bersaing untuk mendapatkan Queen.
Nasib baik bagi Langit, satu bulan sebelum pentas seni diadakan di sekolah nya, ia mendapatkan peran sebagai Rahwana, salah satu tokoh pewayangan. Sedangkan Queen berperan menjadi Sinta, wanita yang dicintai Rahwana.
Karena mereka mendapatkan peran itu di acara pentas seni, mereka berdua pun menjadi dekat, kesempatan itulah dipergunakan oleh Langit untuk memberikan perhatian lebih dan menyampaikan sinyal cinta nya kepada Queen.
Satu bulan berlalu, tibalah hari dimana pentas seni di gelar. Mereka berdua dan beberapa teman yang terlibat dalam drama itu bergegas naik ke atas panggung. Drama pun berlangsung disaksikan para Guru, murid dan juga para wali murid yang menyempatkan diri untuk menyaksikan pentas seni di sekolah putra putri mereka yang tercinta.
Salah satu adegan yang membuat Queen luluh saat melihat Langit memerankan Rahwana adalah, saat Rahwana mengatakan cinta kepada Sinta.
"Tidakkah kau juga mencintaiku Sinta? Tidakkah kau mengingatku walau sedikit saja, sebagai pria yg pernah kau cintai sampai mati"
Saat itu Queen merasa Langit mengatakan kalimat itu dari hati. Entah mengapa getaran cinta itu muncul saat ia menatap dua bola mata Langit, saat Langit mengucapkan dialog tersebut.
Setelah pentas seni berakhir, Queen mulai sering mencuri pandang kepada Langit. Ternyata gayung bersambut, tepat satu minggu setelah pentas seni berakhir, Langit menyatakan perasaannya kepada Queen di belakang gedung sekolah. Begitupun dengan Queen, ia juga mengungkapkan perasaan nya dengan Langit. Saat itu juga mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
.
"Eh, si Langit kan mau lulus, nanti hubungan elu sama Langit gimana Queen?" Tanya Amira penasaran.
Queen melirik Amira dan tersenyum simpul.
"Dia bilang dia mau masuk ITB. Yah, gue bisa apa? Itukan impian dia. Jadi, kita sepakat untuk LDR sementara waktu. Nanti gue juga mau kuliah di ITB, biar bisa dekat dengan Langit." Ucap Queen sambil tersenyum malu-malu.
"Oh gitu, ya bagus deh. Tapi, elu juga kudu hati-hati ! Cewek di Bandung cakep-cakep loh Queen. Bisa jadi Langit nanti selingkuh dengan cewek disana."
Queen tertegun, ia menatap Amira dengan seksama.
"Lu lagi nakut nakutin gue atau gimana?" Ucap Queen dengan wajah yang malas.
"Bukan begitu, banyak kok kejadian begitu saat LDR. Kakak gue aja nih ya, dia punya cowok ganteng banget. Eh, setelah cowok nya kuliah di Bandung. Eh, itu cowok nya terpesona dengan cewek disana. Yah, si cewek mana tau kalau cowok nya kakak gue punya pacar di Jakarta, ya kan.... Makanya, gue bilang hati-hati aja lu, belajar dari pengalaman kakak gue lah Queen!"
Queen menghela nafasnya dan melempar pandangan nya ke luar jendela mobil.
Sebenarnya ada kekhawatiran itu di benak Queen saat Langit mengatakan dirinya akan kuliah di Bandung. Walaupun Bandung dan Jakarta lumayan dekat, tetapi sudah dapat dipastikan Queen dan Langit akan sangat jarang bertemu.
Queen hanya bisa berdoa, semoga Langit selalu menepati janji setianya kepada Queen. Tidak bisa dipungkiri, Langit adalah cinta pertama Queen yang sudah banyak mengukir kenangan indah selama hampir satu tahun ini. Sudah dipastikan untuk melupakan Langit bukanlah hal yang mudah bagi Queen.
..
Laju mobil yang dikendarai Pak Ucup berhenti di depan sebuah rumah mewah berpagar tinggi. Seorang satpam menyambut mereka dan bertanya tentang keperluan mereka datang kerumah itu. Setelah Amira berbicara sebentar kepada satpam itu, mereka pun di izinkan masuk untuk menemui pemilik rumah tersebut.
Queen dan Amira pun keluar dari dalam mobil dan bergegas memasuki halaman rumah mewah itu. Sedangkan Pak Ucup memasukkan mobil kedalam halaman parkir yang berada di samping rumah mewah itu.
Di beranda rumah, terlihat dua lelaki yang sedang bercengkrama. Salah satu dari dua lelaki itu tersenyum kepada Amira.
"Eh, Mir, tumben kesini?" Tanya lelaki yang bertubuh gemuk dan bercelana pendek.
"Bang Ahsan, aku disuruh mama kesini. Mau ngasih ini untuk tante Anisa. Tante Anisa nya ada?" Terang Amira sambil mengangkat bungkusan yang ada di tangan nya.
"Oh... ada di dalam, masuk aja," Ucap Ahsan sambil melirik kepada Queen.
"Ini siapa?" Tanya Ahsan sambil tersenyum malu-malu.
"Ini teman sekelas Amira Bang, nama nya Queen."
"Queen, kenalin ini sepupu gue, namanya Ahsan. Dia kuliah di UI loh," Ucap Amira.
Queen tersenyum dan menyodorkan tangan nya kehadapan Ahsan.
"Queen," Ucap Queen dengan ramah.
"Ahsan," Ahsan terpesona melihat wajah Queen yang cantik.
"Antoni," Ucap lelaki berjaket kuning yang duduk disamping Ahsan sambil menyodorkan tangan nya kehadapan Queen.
Queen menatap lelaki berjaket kuning itu. Lalu, ia melepaskan jabat tangan nya dari Ahsan dan menyambut tangan lelaki bernama Antoni itu.
"Queen," Ucap Queen sambil tersenyum manis.
Lelaki itu terus menatap kedua mata Queen dan menggenggam tangan Queen dengan erat.
"Ah bisa aja kadal aer, liat cewek bening dikit aja langsung beraksi !" Ucap Ahsan dengan wajah yang kesal kepada Antoni.
Antoni hanya tersenyum dan membiarkan Queen menarik tangan nya.
"Sudah masuk sana, bahaya kalau lama-lama disini," Ahsan memerintahkan Amira dan Queen untuk segera masuk kedalam rumah nya.
"Yuk," Amira menarik tangan Queen untuk mengikuti dirinya kedalam rumah Ahsan.
Mata Antoni terus menatap wajah cantik Queen yang berlalu dari hadapan nya. Ia terus menatap Queen hingga Queen menghilang dari pandangan nya.
"Edan! Cantik banget!" Ucap Antoni.
"Woooo...! Modus lu! Gue duluan yang minat, ngalah apa!" Ahsan terlihat kesal kepada Antoni.
"Terserah deh sama yang lain, tapi yang ini kayak nya jodoh gue San!" Ucap Antoni dengan bersemangat.
"Dasar kadal aer! Susah dah kalau saingan sama elu. Dari tampang aja gue udeh kalah telak, apa lagi badan. Nyerah dah gue sebelum bersaing," Ucap Ahsan sambil menyambar goreng pisang yang berada di atas meja.
Antoni tersenyum geli, menatap Ahsan yang mengunyah goreng pisang dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Bang, gue pulang dulu ya," Ucap Amira kepada Ahsan.
Ahsan yang sedang meneguk kopi nya, hampir saja tersedak dan menoleh kearah Amira yang berdiri disampingnya.
"Ngagetin aja lu, udahan ketemu mama?"
"Sudah bang, cuma nganterin itu doang," Ucap Amira sambil menggunakan sepatunya.
Antoni terus menatap Queen yang juga sedang memakai sepatunya.
"Duduk disini aja dulu," Ucap Antoni.
Queen menatap Antoni, pandangan mereka bertemu. Sorot mata Antoni membuat jantung Queen berdegup kencang. Lalu, ia pun menundukkan pandangan nya dan beranjak berdiri setelah kedua sepatunya terpasang di kaki mungil nya.
"Iya, duduk aja disini dulu. Kita ngobrol-ngobrol." Sambung Ahsan.
"Gimana Queen?" Tanya Amira.
Queen hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Amira.
"Nih ada goreng pisang, kalian mau minum apa? Biar abang bilang sama bi Inem, untuk membuatkan nya," Ucap Ahsan sambil menyodorkan sepiring Goreng pisang ke hadapan Amira.
Amira menyambar goreng pisang itu dan memberikan nya kepada Queen.
"Nih, laper kan lu. Ini makanan mewah, dirumah lu gak ada makanan kayak gini kan?"
Queen kembali tersenyum dan meraih goreng pisang itu dari tangan Amira.
"Siapa bilang, Bunda gue tiap hari bikin kok dan gue suka banget."
"Hah? Masa Queen? Anak orang kaya kayak elu? Bapak lu pejabat, emak lu pengusaha dan elu makan pisang goreng tiap hari?" Tanya Amira dengan terheran-heran.
"Yang kaya kan ortu gue, gue mah gak punya apa-apa. Makanan kayak gini memang nya gak boleh dimakan sama gue? Sehat kok, gak bikin sakit perut," Ucap Queen. Lalu, ia melahap goreng pisang itu.
Ahsan dan Antoni terpesona melihat kerendahan hati gadis cantik yang sedang berdiri di depan mereka.
"Ah iya, lu mau minum apa Queen. Biar gue bilang sama bi Inem."
"Apa aja terserah." Sahut Queen.
"Duduk dulu," Ucap Antoni sambil menarik kursi dan mempersilahkan Queen untuk duduk di sana.
"Terima kasih mas," Ucap Queen, lalu gadis itu duduk tepat di depan Antoni. Sedangkan Amira kembali kedalam untuk menemui bi Inem untuk meminta asisten rumah tangga tante nya itu, membuat dua gelas es teh manis.
"Kalau lulus sekolah, mau kuliah dimana?" Tanya Antoni yang mencoba akrab dengan Queen.
Queen menatap Antoni dan tersenyum simpul.
"Kayak nya mau di ITB aja."
"Kenapa harus di Bandung? Di Jakarta kan ada UI." Cecar Antoni.
"Tidak apa-apa."
"Mau ambil jurusan apa?" Tanya Antoni lagi.
Ahsan mencebik kan bibir nya saat melihat Antoni mulai meluncurkan aksi mendekati Queen.
"Sok akrab lu!"
"Diem... gue lagi serius," Ucap Antoni sambil mencubit bibir Ahsan.
Queen tertawa saat melihat tingkah dua orang lelaki di depan nya.
"Maaf ya Queen, dia memang suka sirik sama aku," Ucap Antoni sambil tersenyum manis kepada Queen.
"Huuuuu... sok baik." Keluh Ahsan.
"Belum tau mau ambil jurusan apa, soal nya masih kelas dua juga sih," Ucap Queen.
"Hah? Kirain sudah kelas tiga," Ucap Antoni dengan wajah tak percaya.
Ahsan menarik telinga Antoni hingga Antoni terpaksa mendekati Ahsan.
"Bocah bro, kena pasal kita kalau deketin bocah." Bisik Ahsan yang kuliah di jurusan hukum.
"Ya sudah, tunggu dewasa," Balas Antoni.
"Terniat amat lu!" Ahsan mendorong kepala Antoni dengan jari telunjuknya.
Antoni tertawa geli dan kembali menatap Queen.
"Kamu usianya berapa? " Tanya Antoni.
"Sudah tujuh belas kok mas. Baru minggu lalu." Sahut Queen.
"Sudah dewasa Bro..." Bisik Antoni kepada Ahsan, dengan wajah yang bersemangat.
"Lagi ngomongin apa?" Tanya Amira yang baru saja muncul dari dalam rumah Ahsan.
"Lagi ada yang modus," Ucap Ahsan dengan wajah yang kesal.
"Percuma modusin Queen, dia sudah punya pacar," Celetuk Amira.
Senyum di wajah Antoni perlahan sirna. Sedangkan Ahsan tersenyum puas sambil menatap Antoni yang kini terdiam membisu.
"Oh sudah punya pacar.." Ucap Antoni dengan suara yang nyaris tak terdengar.
"Iya, pacar nya Queen itu kakak kelas kita. Ganteng banget orang nya," Ucap Amira.
"Apaan sih." Queen tersipu malu dan menundukkan wajahnya.
Setelah mengetahui Queen memiliki kekasih, Antoni pun menjadi tidak banyak bicara. Ia menghargai Queen yang sudah memiliki kekasih dan ia merasa tidak pantas menggoda kekasih orang lain.
pembicaraan pada sore itu berjalan biasa saja. Mereka berempat berbicara tentang jurusan kuliah yang menjanjikan di dunia pekerjaan.
Bahkan, mereka juga terlibat pembicaraan tentang kelakuan para mahasiswa dan pergaulan di dunia kampus.
Queen dan Amira banyak belajar dari Ahsan dan Antoni. Mereka jadi mengerti dunia kampus seperti apa dan bagaimana pergaulan mahasiswa dan mahasiswi jaman sekarang.
Hari beranjak malam, Queen pun sudah di hubungi oleh bunda nya untuk segera pulang. Queen dan Amira pun berpamitan kepada Antoni dan Ahsan.
Pertemuan antara Antoni dan Queen hanya sampai disitu. Mereka tidak sempat bertukar nomor ponsel dan tidak juga berniat untuk membuat janji bertemu.
Tetapi, bayang wajah Queen terus menghiasi malam-malam Antoni. Gadis cantik itu seperti hantu yang terus bergentayangan di sekitar Antoni. Bahkan, membuat dirinya yang sedang menyusun skripsi menjadi tidak fokus.
Tetapi, untuk menemui Queen atau mencari informasi tentang Queen, tidak ingin Antoni lakukan. Karena ia tidak mau mengusik Queen dan kekasih nya yang bernama Langit.
"Semoga segera putus, Aamiin!" Doa Antoni saat dirinya sudah tak tahan lagi membendung perasaan kepada cinta pada pandangan pertama nya itu.
..
Dari balik kaca jendela kelasnya, Queen melihat Langit yang sedang bersorak gembira. Lelaki itu berteriak dan berlari menuju lapangan sekolah, bergabung dengan para teman sekelasnya yang dinyatakan lulus dari sekolah itu.
Queen ikut bahagia melihat kebahagiaan Langit pada hari itu. Ia sudah menyiapkan sebuah kado untuk kekasih hatinya. Sebuah hoodie yang bertuliskan inisial nama mereka berdua.
Setelah jam istirahat, Queen menemui Langit yang sedang berkumpul dengan teman sekelasnya di belakang gedung sekolah.
Lelaki itu tersenyum dan menghampiri Queen yang berjalan mendekati dirinya.
Mereka pun memisahkan diri dari teman-teman Langit yang sedang duduk di rerumputan.
"Aku lulus Queen!" Ucap Langit dengan raut wajah bahagia.
"Alhamdulillah, aku ikut bahagia. Ini kado untuk kelulusan kakak," Ucap Queen sambil memberikan kotak kado dengan pita berwarna merah muda.
"Ini apa?" Tanya Langit dengan wajah yang penasaran.
"Buka aja," Sahut Queen.
Langit meraih kotak itu dan membukanya. Ia tersenyum saat melihat sebuah hoodie di dalam kotak tersebut.
"Hoodie?"
Queen mengangguk dan tersenyum manis.
"Suka kan?" Tanya Queen.
"Kenapa Hoodie?"
"Di Bandung kan dingin, Hoodie ini bisa kakak pakai saat kakak merasa dingin," Ucap Queen dengan bersemangat.
"Terima kasih ya..." Langit meraih tubuh Queen dan memeluknya dengan erat.
"Kapan kakak berangkat ke Bandung?" Tanya Queen, saat Langit melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Queen.
"Mungkin minggu depan. Soal nya mau mencari kost-kostan dulu," Ucap Langit.
"Kakak jaga diri ya, jangan....."
"Macam-macam?" Potong Langit sambil tersenyum geli.
Queen tersipu malu dan menundukkan wajahnya.
"Aku cinta kamu Queen, aku akan menunggu kamu lulus. Kamu kuliah di Bandung juga ya, biar kita bisa dekat lagi," Ucap Langit.
Queen menatap kedua mata Langit, lalu ia mengangguk dengan pasti.
Langit meraih dagu Queen dan mengecup lembut bibir kekasihnya itu.
"Aku janji, hubungan kita tetap akan seperti ini." Bisik Langit.
Queen berharap, apa yang dikatakan Langit memang benar adanya. Queen sangat mencintai Langit. Lelaki berparas tampan itu benar-benar membuat dirinya terbuai, hingga tiada malam tanpa memikirkan cinta pertamanya itu.
"Aamiin." Gumam Queen dengan penuh harapan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!