NovelToon NovelToon

Mafia Couple Love

Seperti Mimpi

Seorang wanita tengah duduk di kursi sebuah ruangan yang luas, yang sangat diyakini itu adalah sebuah kamar. Ia hanya mampu menatap ke arah jendela yang sedang terbuka. Tatapan tajam mendominasi manik mata wanita tersebut.

"Ini seperti mimpi, aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa aku dinikahi oleh tuan Fino, lelaki kaya raya nan angkuh yang selalu saja menghinaku" gumam wanita tersebut.

"Aku seperti wanita yang paling beruntung di dunia ini" ucap wanita itu yang tersenyum pilu.

"Namun nyatanya, hingga beberapa hari terakhir, lelaki itu tidak pernah menyapaku apalagi menganggap ku sebagai istrinya. Jangan terlalu berharap kepada lelaki itu, bisa saja aku tenggelam di lautan lepas"ucap wanita itu sambil tersenyum tipis.

Ya dialah Milan sosok gadis pekerja keras dan pantang menyerah. 'Jika kau memukul ku dengan balok, aku pun akan memukul mu dengan besi'. Ya seperti itulah prinsip hidup gadis yang bernama Milan.

Kilas balik cerita Milan yang sudah sepuluh tahun terakhir menggeluti dunia hitam, yakni mafia, ia bergabung dengan anggota The Tiger cukup lama , iapun dijuluki sebagai gadis Mafia oleh rekannya.

Selain itu, iapun diangkat menjadi sekretaris di perusahaan boss besarnya, karena kepiawaiannya dalam bekerja yang cukup bagus dan mampu memecahkan masalah dengan cepat, membuat dirinya semakin dikenal oleh kalangan elite.

Terdengar suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Iapun melangkahkan kakinya untuk membuka pintu ruangan itu.

Cklek

"Waktunya untuk sarapan nona Milan" ucap wanita paruh baya yang begitu ramah, yang sangat diyakini pelayan di rumah tersebut.

"Baik Bi"ucap Milan.

Kemudian ia pun berjalan mengikuti langkah kaki wanita paruh baya itu.

Milan duduk di kursi meja makan seorang diri, ia sudah terbiasa sarapan seperti itu. Entah karena perbedaan status sosial membuat Suaminya enggan untuk sarapan bersama dengannya. Milan tidak ambil pusing dengan masalah tersebut, yang ia takutkan hanyalah, jika Fino mengetahui dirinya yang sudah tidak suci lagi.

Apa yang akan ia lakukan, mungkinkah Fino akan membunuhnya dan melemparnya ke lautan lepas untuk menjadi santapan para hiu.

Itulah ketakutan Milan saat ini, yang sampai sekarang tidak dapat menemukan pelakunya.

"Apa tuan Fino sudah berangkat ke kantor bi" ucap Milan.

"Sudah nona, pagi-pagi tuan dijemput oleh tuan Chiko" ucap Sri yang merupakan kepala pelayan di rumah itu.

Kasihan nona Milan, bahkan tuan Fino sama sekali tidak ingin menyapanya apalagi melihat nya. Ditambah ia harus menyebut suaminya dengan sebutan tuan. Sepertinya mereka menikah tanpa cinta. Batin Sri.

Milan pun menghabiskan makanannya, setelah itu, ia memilih berjalan-jalan menuju pos penjagaan.

"Apa aku boleh memeriksa koper ku pak" ucap Milan yang sudah berada di pos penjagaan.

"Bisa nona, yang jelas kopernya tidak dibawah masuk" ucap penjaga keamanan.

Milan lalu membuka kopernya dan mengambil beberapa barang yang sempat ia bawa. Sebuah belati kecil dan pistol kesayangannya yang belum sempat ia ambil. Dan barang lainnya berupa baju dan setelah jasnya ia hanya simpan di koper. Takutnya ia mendapat teguran dari kepala pelayan yang tidak ingin barang-barangnya berada di kediaman suaminya.

Malam harinya......

Suasana rumah tampak sepi, beberapa pelayan mulai berada di dalam kamar mereka masing-masing. Seperti halnya Milan yang berada di dalam kamar yang ia tempati yang berada tepat di samping kamar tamu tengah berbaring di tempat tidur.

Semenjak berada di rumah Fino. Sepasang suami istri itu, menempati kamar yang berbeda, layaknya pisah ranjang. Kamar Fino tetap berada di lantai dua yang tidak bisa diganggu gugat. Sedangkan Milan menempati kamar yang biasa di tempati nyonya Ratu jika berkunjung ke rumah Fino.

Fino baru saja sampai di kediamannya tepat pukul 22.00 waktu setempat. Wajah Fino yang terlihat kusut menambah kesan bahwa dirinya begitu lelah seharian bekerja.

Sri yang masih berada di dapur, mendengar suara pintu utama terbuka, dengan cepat ia menghampiri sang empunya yang ia yakini majikannya, lalu mengambil alih tas kerja yang ditenteng Fino.

"Siapkan semangkuk bubur ayam untukku" ucap Fino kepada Sri. Lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Baik tuan Fino" ucap Sri sambil menunduk.

Kemudian berjalan menuju ruang kerja tuannya untuk meletakkan tas kerja yang ia bawa. Setelah itu menyiapkan bubur ayam untuk Fino.

Milan mulai gelisah di dalam kamarnya, ia belum bisa tidur, tiba-tiba saja ia menjadi lapar dan ingin memakan bubur ayam. Milan kemudian bangkit dan memilih berjalan menuju toilet untuk membasuh wajahnya.

Lalu iapun berjalan menuju ruang makan.

Mata Milan berbinar saat mendapati semangkok bubur ayam yang tampak hangat tengah siap di meja.

Iapun melihat disekelilingnya, namun tidak menemukan siapa-siapa.

"Apa bi Sri menyiapkan untukku, sepertinya ia begitu perhatian" ucap Milan, lalu menarik kursi untuk ia duduki.

"uuumm... aromanya sangat nikmat, kayaknya enak nih".

Milan lalu memakan bubur ayam itu dengan lahap, sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Fino yang sudah berada tepat di samping nya yang sedang menatapnya dengan tajam.

Sementara Sri yang berada di belakang tuannya, hanya mampu menutup mulutnya.

"Hebat sekali kamu, bahkan bertingkah laku seperti majikan di rumah ini" ucap Fino dengan suara bass-nya.

Milan menjadi bungkam, untuk pertama kalinya Fino berbicara dengannya semenjak berada di rumah itu. Walaupun dengan kata-kata menyakitkan.

"Ini bubur ayam nya tuan" ucap Sri yang dengan sigap mengambil sisa bubur ayam yang sempat ia buat.

"Aku sudah tidak berselera makan" ucap Fino kesal.

Milan pun bangkit dari duduknya. Sedangkan Sri memilih menghindari mereka.

"Aku tidak pernah bertingkah seperti majikan di rumah anda tuan, maaf karena aku tidak sengaja memakan bubur ayam ini" ucap Milan.

Sementara Fino menghentikan langkahnya mendengar ucapan Milan.

Milan pun berjalan mendekat ke arah Fino.

"Jika anda tidak ingin, aku menikmati semua makanan di rumah ini tidak masalah. Aku akan mencari makan di luar saja" ucap Milan dengan tatapan tajam.

"Beraninya kau...." ucap Fino marah lalu mencengkeram kuat lengan Milan.

"Kau tahu....aku sangat tidak menyukai mu gadis tua, dan mulai sekarang kau tidak boleh mengakui ku sebagai suami mu di luaran sana. Karena jika itu terjadi, aku tidak segan-segan untuk menghabisi mu " ucap Fino dengan tatapan membunuh yang siap menerkam mangsanya.

"Baiklah jika seperti itu tuan, aku pun tak masalah. Lagian aku hanya gadis tua, yang sangat tidak pantas untuk anda" ucap Milan yang tak kalah tegas.

Fino lalu melepaskan tangannya, ia lalu berjalan menjauhi Milan. Sementara rasa sesak mulai menyerang Milan. Dengan mata berkaca-kaca melihat kepergian Fino. Berkali-kali ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia tidak boleh lemah dihadapan Fino yang sudah berstatus sebagai suaminya.

Bersambung.....

Assalamualaikum teman-teman....

Alhamdulillah... akhirnya cerita Milan dan Fino mulai hadir menyapa teman-teman. Semoga kalian terhibur dengan kisah mereka 🤗

Jadi mohon dukungannya ya, biar aqyu semangat nulisnya😁

Memasak

Milan memilih berjalan menuju kamarnya, ia sudah terlihat baik-baik saja. Dia tampak enjoy berjalan melewati Fino yang sedang duduk di ruang tengah sambil memainkan ponselnya.

"Kenapa tuan Fino belum pergi ke kamarnya, aku seperti diawasi olehnya" gumam Milan, lalu menutup pintu kamarnya.

Milan lalu berjalan menuju toilet untuk menyikat gigi. Setelah itu, ia pun naik ke tempat tidur.

Milan terlebih dahulu menepuk-nepuk bantal yang ia gunakan untuk tidur.

"Bangunkan aku jam 5 pagi".

Pakk

Pakk

Pakkk

Milan terus memukuli bantalnya, yang merupakan kebiasaannya sebelum tidur, yakni mengajak bantalnya berbicara dan itu sebagai alarm praktis baginya yang tidak perlu menyetel di ponselnya. Dan sampai saat ini, apa yang ia lakukan mujarab.

Milan lalu membaringkan tubuhnya, sambil menghirup udara sejuk dari AC kamar itu. Ia pun tak lupa berdoa sambil memejamkan matanya, berharap bisa tidur nyenyak.

Tak berapa lama kemudian, Milan akhirnya tertidur pulas.

Fino yang masih berada di ruang tengah tampak senyum-senyum sendiri, entah apa yang sedang terjadi, yang jelas membuat lelaki dingin itu tersenyum dengan lepasnya. Malam semakin larut, tapi ia masih betah berlama-lama di ruang tengah yang asyik memainkan ponselnya.

"Untuk apa exel menghubungi ku"ucap Fino dengan raut wajah yang berubah. Saat melihat panggilan masuk Exel.

"Ada apa menghubungi ku malam-malam begini" ucap Fino kesal.

"Santai bro, pasti aku menganggu malam hangat pengantin baru yang satu ini" ucap Exel diujung telpon yang sengaja menggoda Fino.

"Cepat katakan, mengapa kau menelpon ku" ucap Fino dengan tegas.

"Aku hanya ingin mengajakmu camp minggu depan, untuk mempererat hubungan persahabatan kita dengan teman-teman sesama rekan bisnis kita, sekaligus ngenalin istri mu kepada teman-teman yang lain dan bisa juga rayain bulan madu mu di sana.... ha ha ha" ucap Exel sambil tertawa terbahak-bahak.

"Aku malas ikut camp, buang-buang waktu ku saja" ucap Fino malas.

"Nanti kamu nyesel bro, soalnya teman yang lain akan mengikuti camp sambil membawa istri dan pasangan mereka masing-masing, termasuk aku yang akan membawa kesayangan ku. Dijamin seru, pasti kamu akan bersenang-senang sepuasnya. Jadi pikirkan baik-baik, lalu kabari aku ya"ucap Exel, lalu mengakhiri sambungan telepon nya.

"Buang-buang waktu dan tenaga, aku bahkan sudah mengetahui sifat asli yang lainnya, mereka pasti malah asik bermesraan dengan pasangannya" ucap Fino terdengar kesal yang masih mengingat pengalamannya ikut camp. Dimana teman-temannya membawa pasangan mereka masing-masing dan melakukan hubungan terlarang di tenda mereka masing-masing.

Sedangkan dirinya hanya mampu berdiam diri di dalam tenda yang ia tempati, karena dirinya yang sama sekali tidak pernah berhubungan dengan yang namanya seorang wanita. Ia pun hanya mampu gigit jari dan kedinginan di dalam tenda, tanpa adanya pasangan yang menemani.

Fino kembali tersenyum tipis saat sebuah pesan masuk di ponselnya. Ia sama sekali tidak tahu dengan siapa ia bertukar pesan. Yang jelas obrolan mereka begitu nyambung.

"Orang ini lucu juga" ucap Fino sambil tersenyum tipis.

Ia bahkan lupa waktu karena sibuk chatting dengan seseorang di dunia maya. Tidak biasanya lelaki dingin itu meladeni seseorang jika sama sekali tidak penting.

'Selamat malam, semoga kamu mimpi indah' sebuah pesan singkat kembali masuk di ponselnya.

Fino pun meletakkan ponselnya di atas meja. Ternyata ia lupa waktu, bahkan waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Fino memilih berjalan menuju ruang makan, sepertinya ia mulai kelaparan karena asyik chattingan dengan seseorang.

Fino membuka lemari pendingin untuk mencari cemilan yang bisa mengganjal perutnya. Karena tidak mungkin ia membangunkan pelayan untuk membuatkannya makanan. Berbagai cemilan berupa snack tertata dengan rapi di lemari pendingin. Fino mengambil salah satu snack berbahan dasar kentang dan mengambil buah apel sebagai makanan tambahan.

Kemudian ia pun duduk di kursi meja makan sambil menikmati cemilannya.

Milan pun terbangun, ia kembali merasakan lapar, entah mengapa ia merasa aneh dengan tubuhnya yang selalu saja cepat lapar. Milan lalu turun dari tempat tidur dan berjalan gontai menuju toilet, karena ia masih ngantuk namun perutnya tidak bisa diajak kompromi.

Setelah selesai cuci muka, Milan kembali melangkahkan kakinya menuju ruang makan untuk mencari makan pastinya.

Milan terlonjat kaget, saat mendapati seseorang tengah duduk di kursi dengan suara renyahan snack yang begitu berisik yang sedang membelakanginya.

"Siapa disana" ucap Milan yang sama sekali tidak mengenali orang itu. Ditambah lampu penerangan ruangan itu tidaklah terang, kesadaran Milan yang belum sepenuhnya on karena baru saja bangun tidur membuatnya berpikiran negatif thinking.

"Tidakkah kau lihat siapa aku hah!" Ucap Fino dengan suara yang menggema di ruangan itu.

"Maafkan saya tuan, saya pikir...."ucap Milan yang tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Kamu hobi sekali berkeliaran di jam seperti ini, apa kau ingin maling di rumahku hah?" potong Fino. Karena ia pun sempat mendapati Milan berada di ruang makan di jam seperti itu.

Milan pun mengepalkan tangannya dan tidak ingin berlama-lama berada di ruangan itu. Ia ingin kembali ke kamarnya, namun tidak tahu malunya perutnya tiba-tiba saja berbunyi.

Krukk

krukk

krukk

Milan pun menunduk sambil memegangi perutnya yang tidak bisa diajak kompromi itu.

"Sepertinya kamu menjadi rakus semenjak berada di rumahku" ejek Fino.

"Benar sekali dugaan tuan, saya bahkan sangat senang berada di rumah tuan, hingga selera makan saya bertambah. Ingin rasanya saya menghabiskan semua makanan enak di rumah anda"ucap Milan dengan tatapan tajam sambil mengepalkan tangannya.

"Tapi setidaknya kamu sadar diri sedang berada di rumah siapa" ucap Fino enteng.

Milan hanya mampu menunduk, ia tidak ingin lagi menimpali ucapan Fino, bisa-bisa ia naik pitam dan melewati batasnya sebagai seorang istri.

Milan lalu berjalan dengan acuh membuka lemari pendingin, Ia harus mencari makanan lalu kembali ke kamarnya. Namun ia hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat cemilan yang tidak berkhasiat untuk nya.

"Sepertinya aku harus memasak" gumam Milan, lalu mengeluarkan beberapa sayur segar yang akan ia buat menjadi makanan enak.

Milan pun menyambar appron yang tergantung di dinding tembok, ia lalu memakainya. Rambut panjangnya yang tergerai indah, ia gulung keatas dan mengucirnya. Milan pun mulai memotong-motong sayuran itu dengan lincah layaknya seorang chef profesional.

Fino sempat melirik ke arah Milan yang sedang asik memasak.

Bahkan aroma masakan Milan begitu menggugah selera makan. Milan pun mencicipi sedikit masakannya, untuk mengetahui rasanya apakah sudah pas atau tidak.

"emm sudah pas, ini sangat lezat sekali, sup ayam buatan ku memang yami" ucap Milan tersenyum yang memuji masakannya.

Milan lalu mengambil mangkuk dan menyajikan makanannya dengan begitu percaya diri untuk menghabiskan nya.

Sedangkan pandangan mata Fino tidak lepas dari Milan dengan masakannya. Sepertinya ia juga ingin mencicipi sup ayam buatan Milan. Namun harga dirinya yang begitu tinggi, yang tidak mungkin meminta kepada Milan untuk berbagai makanan dengannya, padahal Milan yang berstatus sebagai istrinya sudah sepatutnya memasakkan makanan untuknya.

Milan pun menyadari sedari tadi Fino menatapnya, ia pun kembali mengambil mangkuk untuk membagi masakannya kepada Fino. Walaupun ia begitu kesal dengan lelaki itu, tapi bagaimana pun ia tidak enak hati memakan masakannya seorang diri, sementara sosok lelaki menyebalkan masih duduk di kursi meja makan.

"Sup ayam lebih cocok buat mengganjal perut, cemilan seperti itu tidak berkhasiat bagi orang kelaparan" ucap Milan sinis, iapun membawa semangkuk sup ayam menuju kamarnya, tidak mungkin ia makan bersama dengan Fino, bisa-bisa laparnya hilang dengan kata-kata menyakitkan Fino.

Setelah Milan benar-benar sudah berada di dalam kamarnya. Fino sempat melirik ke kiri dan ke kanan. Setelah merasa aman, ia pun mendekati pantry lalu mengambil semangkuk sup ayam itu untuk ia nikmati.

Fino sempat ragu untuk memakan masakan Milan, namun perutnya masih lapar. Ia pun mencicipi sedikit demi sedikit sup ayam buatan Milan. Fino tersenyum, ternyata selera lidahnya tidak salah juga. Fino dengan lahap memakan sup ayam buatan Milan bahkan menghabiskan nya.

Namun ia sama sekali tidak menyadari keberadaan Milan yang sedang menggambil air minum.

"Bagaimana masakan saya tuan" ucap Milan berbangga diri.

"Lumayan, tapi kamu tidak perlu lagi memasak makanan untukku karena tidak sesuai dengan seleraku"ucap Fino dengan penuh dusta, yang sama sekali tidak ingin memuji masakan istrinya.

"Oh baguslah jika seperti itu, kapan-kapan aku akan menghabiskan masakan ku sendiri" ucap Milan yang tidak mau ambil pusing, ia pun memilih berjalan menuju kamarnya.

Bersambung.......

Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏🙏🙏

Meminta Izin

Milan terbangun di jam 5 pagi, ia lalu berjalan menuju toilet untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, sebelum memulai aktivitas nya. Milan keluar dari toilet hanya menggunakan handuk dengan rambut basah yang tergerai indah.

Milan lalu berjalan menuju lemari pakaian untuk mencari baju yang layak ia pakai. Karena sepertinya baju-baju dalam lemari pakaian itu merupakan baju yang cukup terbuka dan terkesan seksi menurutnya yang membuatnya susah untuk bergerak. Dan harganya jangan ditanya lagi, pastinya mahal dan susah dijangkau olehnya.

Bagi Milan, penampilan seseorang tidak perlu diukur dengan baju yang harga fantastis. Karena buat apa harga fantastis, namun kita tidak merasa nyaman mengenakan nya, intinya kenyamanan tidak perlu diukur dengan nilai mata uang.

Walaupun baju terbilang cukup murah, yang jelas kita tetap nyaman mengenakan nya. Membuat kita lebih percaya diri, di bandingkan baju yang super branded, namun kepercayaan diri kita berkurang, sama saja bohong.

Begitu halnya dengan hubungan rumah tangga yang tidak selamanya berjalan dengan mulus pasti berbagai cobaan dan ujian berat akan menerpanya. Satu tahun dan seterusnya akan selalu di datangkan sebuah cobaan.

"Hufff, semua baju ini tidak layak pakai. Sepertinya aku tidak perlu keluar rumah dengan mengenakan baju seperti ini" ucap Milan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat koleksi baju di lemari itu.

"Tapi...aku ingin ke toko swalayan untuk berbelanja bahan pokok. Emm nanti aku pikir-pikir kembali" ucap Milan lalu menarik salah satu baju dengan motif bunga-bunga.

Milan terlihat manis dengan mengenakan baju bermotif bunga-bunga berlengan seperempat diatas lutut yang sangat pas di badannya. Milan lalu mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Setelah itu ia pun menguncir nya, ia memang lebih suka menguncir rambutnya jika berada di dalam rumah. Milan lalu berjalan menuju ruang makan untuk sarapan.

Tak sengaja Milan berpapasan dengan Fino yang baru saja melakukan joging di taman belakang. Milan terlihat santai melewati Fino yang sempat menatapnya. Fino pun memilih menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Para pelayan terlihat ramah menyapa Milan. Mereka senang Milan menjadi nyonya di rumah tersebut.

"Nona semakin cantik saja" ucap Pipit yang sedang menata makanan di meja makan.

"Terima kasih" ucap Milan tersenyum memperlihatkan deretan gigi ratanya.

Milan melihat semua aneka makanan tertata di atas meja. Namun semua makanan itu tidak membuatnya tertantang untuk mencicipi nya. Ia pun tersenyum saat salah satu pelayan membawa nampan berisi potongan buah pepaya yang begitu segar.

Milan lalu mengambil beberapa potongan buah pepaya lalu memakannya dan tak lupa meminum segelas susu hangat. Milan ingin bangkit dari duduknya, namun dia jadi bimbang melihat Fino baru saja duduk berhadapan dengan nya. Fino terlihat rapi dengan setelan jasnya yang sepertinya akan ke kantor.

"Tuan...eeh saya izin keluar sebentar. Ada sesuatu yang harus saya beli" ucap Milan yang meminta izin kepada suaminya.

"Kamu tidak perlu meminta izin kepadaku, aku tidak peduli dengan mu. Dan kalau perlu mulai sekarang carilah lelaki yang sepadan dengan mu, karena kemungkinan besar aku akan melempar mu keluar dari rumah ku secepatnya" ucap Fino dengan tegas disertai dengan seringai licik diwajahnya.

Milan yang mendengar penuturan suaminya ingin sekali menghajar wajah arogan suaminya. Namun apa daya hanya unek-unek di hatinya yang mampu ia lontarkan.

"Baiklah tuan, mulai sekarang saya tidak akan pernah meminta izin kepada anda dan satu lagi saya memang harus mencari lelaki yang bisa menerima saya apa adanya" ucap Milan dengan penekanan sambil mengepalkan tangannya.

"Percaya diri sekali kamu, apa kamu pikir masih bisa laku diusia mu seperti itu" ucap Fino sambil tersenyum sinis yang kembali merendahkan Milan.

"Astaga apa anda pikun, bahkan saya masih laku dinikahi oleh anda Tuan Fino Alexander yang terhormat...ha ha ha....jadi saya masih bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik bukan" ucap Milan yang tersenyum mengejek disertai dengan tawanya.

Brakk..

Fino menggebrak meja makan, ternyata omongannya malah memojokkan nya sendiri. Dia menatap Milan dengan tatapan membunuhnya. Wanita tua itu mampu melawannya dengan kata-kata.

"Saya permisi dulu tuan" ucap Milan lalu bangkit dari duduknya, ia tidak ingin berlama-lama bersama Fino apalagi melihat kemarahan Fino saat ini.

"Hey kau..."Fino begitu marah yang pandangannya terus tertuju kepada Milan. Sementara Milan tampak santai meninggal Fino m

Milan berhasil membuat Fino kesal dengan santai ia melepaskan kunciran rambutnya. Ia benar-benar tidak suka dengan ucapan Fino yang selalu saja menghinanya.

"Dasar lelaki aneh, sudah jelas-jelas dia menjadi suamiku malah meminta ku untuk mencari lelaki lain, apa dia akan menceraikan ku secepatnya. Terserahlah, aku akan membuktikan ucapan mu tuan Fino" gumam Milan yang sudah berada di halaman depan.

Milan sempat menghentikan langkahnya, ia kembali memperhatikan dirinya yang mengenakan baju diatas lutut yang hanya mengenakan sendal jepit. Tidak biasanya gadis itu mengenakan pakaian wanita, karena biasanya ia mengenakan setelan jas saat beraktivitas.

"Baju ini masih.....emm layak, aku harus pergi secepatnya" ucap Milan, lalu berjalan menuju pos penjagaan.

"Permisi pak" ucap Milan ramah.

"Ada yang bisa saya bantu nona" ucap salah satu penjaga di kediaman Fino.

"Saya ingin meminta tolong untuk diantarkan ke gerbang depan pak" ucap Milan.

Ketiga penjaga itu saling pandang, bukankah di rumah itu terdapat 10 mobil yang terparkir rapi di parkiran. Kenapa istri majikannya malah meminta tolong kepada nya.

"Pak" ucap Milan yang melambaikan tangannya untuk membuyarkan lamunan mereka.

"Baik nona, tapi saya hanya mengenakan motor" ucap pak penjaga.

"Tidak masalah pak" ucap Milan cepat.

Dari pada Milan harus berjalan kaki yang lumayan jauh menuju gerbang depan.

Milan pun dibonceng motor oleh pak penjaga, mereka pun sempat mengobrol di atas motor hingga tiba di gerbang depan perumahan elit di pusat kota tersebut.

"Terima kasih pak" ucap Milan.

"Apa nona tidak masalah jika saya tinggal" ucap pak penjaga.

"Tidak kok pak, sekali lagi terima kasih karena sudah mengantar saya" ucap Milan sambil membungkukkan badannya.

"Kalau begitu saya permisi dulu nona" ucap pak penjaga itu.

Milan pun hanya mengangguk sambil tersenyum melihat kepergian pak penjaga. Sehingga ia hanya seorang diri untuk menunggu taksi yang melintas di daerah itu.

Milan lalu memilih duduk di sebuah bangku kayu. Ia merasa bodoh karena lupa memesan taksi online. Tak berselang lama kemudian, Mobil Fino melintas melewati gerbang depan.

"Bukankah itu nona Milan tuan" ucap Chiko yang memperlambat laju mobilnya yang mampu mengenali istri majikannya.

"Jalan" ucap Fino dengan wajah datar yang sama sekali tidak peduli dengan Milan, apalagi dia masih kesal kepada Milan yang sudah berani menyanggah ucapan nya.

Chiko hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia merasa kasihan kepada Milan yang sama sekali tidak dianggap oleh tuannya.

Tak berselang kemudian sebuah taksi melintas di daerah tersebut, dengan cepat Milan memberhentikan taksi itu.

"Ke toko swalayan pak" ucap Milan pada supir taksi itu.

"Baik mbak" ucap supir taksi. Lalu melajukan mobilnya menuju lokasi yang ingin dituju.

Milan hanya mampu menatap jalanan raya yang begitu padat oleh kendaraan. Tak sengaja matanya tertuju pada sebuah gerobak Mie ayam. Milan hanya mampu menelan ludahnya, ia menjadi ngiler untuk mencicipi mie ayam tersebut.

"Pak berhenti" ucap Milan yang sama sekali tidak ingin lepas dari mie ayam di depan matanya.

Supir taksi itu lalu menghentikan lajunya.

"Ini ongkos nya pak" ucap Milan lalu memberikan beberapa lembar uang tunai.

Padahal rencana awalnya ingin ke toko swalayan, tapi ia tergiur dengan mie ayam di gerobak dorong.

"Pak mie ayam nya satu porsi" ucap Milan yang sudah tidak sabar untuk mencicipi mie ayam tersebut.

"Siap mbak" ucap penjual mie ayam.

Tak berapa lama kemudian, pesannya pun datang. Dengan mata berbinar Milan lalu meracik kembali mie ayam tersebut sebelum mencicipinya.

Tak lupa ia membaca basmallah sebelum menikmati mie ayam tersebut.

Milan tampak lahap menikmati mie ayam itu. Diam-diam seorang lelaki duduk di samping nya sambil memperhatikan dirinya yang tengah menikmati makanan nya. Milan sama sekali tidak menyadari keberadaan lelaki di samping nya karena ia hanya fokus menikmati mie ayam.

"Enak ya" ucap lelaki tersebut sambil tersenyum melihat tingkah Milan.

"Ini mie ayam gerobak keliling yang paling enak, pokoknya dijamin anda tidak akan rugi menco....." Milan tidak mampu melanjutkan ucapannya, ia malah membulatkan matanya melihat sosok lelaki di samping nya.

"Kau .....".

"Senang bertemu dengan mu cantik" ucap lelaki itu sambil tersenyum menatap Milan.

Bersambung.....

Mohon saran dan masukan teman-teman, agar cerita ini lebih baik kedepannya 🙏

Terima kasih 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!