NovelToon NovelToon

TriAngel

TA 01

TA 01

Ziva Pov

“Zi, elo di kelas mana?”

“Kelas X-6” jawabku malas, “Ada yang sekelas sama gue gak?” tanyaku sambil melihat 3 orang temanku. Tapi nyatanya mereka pada menggeleng, alamat kayak orang ilang ini, keluhku.

Namaku Zivara Anastasya, Biasanya ada yang manggil Zizi, Ziva, Zia, suka-suka mereka. Saat ini aku baru memasuki masa abu-abuku, dunia SMA. Dan Alhamdulilah aku ketrima di salah satu SMA Negeri yang favorit.

Kalau kalian pikir aku adalah siswa teladan yang nilainya serba angka 9, tentu aja kalian salah. Nilaiku hanya pas-pasan, dan bisa ketrima di SMA ini adalah sebuah keajaiban menurutku. Bahkan saat tau aku ketrima Mama langsung bikin syukuran kecil-kecilan.

“Kayaknya Renata sekelas sama elo deh Zi” ucap Nia santai, sambil mainin gadgetnya.

“What?” ucapku kaget.

Setelah melihat papan pengumuman dan ngobrol sebentar dengan teman-temanku aku berjalan gontai ke kelas, dan nyatanya saat masuk ke dalam kelas aku melihat banyak sekali teman ku satu SMP, walaupun kebanyakan gak aku kenal Cuma sekedar tau.

Karena SMPku dulu juga termasuk salah satu SMP favorit, jadi banyak yang lanjut di SMA ini, bisa dibilang kayak bedol desa, hehehe…

Dan seperti sudah kebiasan, kita milih tempat duduk juga berkelompok, aku kumpul sama temanku satu SMP, dan kita seperti menguasai kelas ini karena hampir 80% isi kelas berasal dari SMPku dulu.

Aku duduk sebangku dengan Renata, dulu waktu SMP kita pernah sekelas dan bisa dibilang kita kayak satu geng. Jadi aku gak perlu repot-repot lagi beradaptasi. Dibelakangku ada Resti dan Nindi, kita dulu juga satu SMP, tapi aku gak terlalu kenal karena gak pernah sekelas.

Saat semua anak kurasa udah masuk kelas aku mulai mengedarkan pandangan ke seluruh anak, tentu saja banyak wajah yang ku kenal, tapi ada juga wajah yang sama sekali aku baru liat, dan kurasa temanku sekelas cukup menyenangkan semua. Selamat datang di dunia putih abu-abu.

Hari ini Cuma ada pembagian kelas, juga pengumuman tentang acara MOS, perkenalan singkat dengan teman sekelas juga kakak Pembina OSIS. Setelah itu kita semua diperbolehkan pulang, Karena mulai hari senin acara MOS akan mulai berlangsung selama 3 hari.

Seperti zaman SMP dulu, aku pulang pergi kesekolah naik angkot, dan beda dengan yang lain aku gak bisa nyari angkot di depan sekolah, jadi harus berjalan dulu ke pasar baru ada angkot yang mengarah ke rumahku. Untungnya ada beberapa teman yang rumahnya searah jadi kita bisa jalan kaki bareng sambil bercanda.

“Untung gak suruh bawa aneh-aneh waktu MOS” kata Mala temenku yang berbadan bongsor.

“Udah gak jamannya kali Mal”

“Udah gak sabar mau mantengin kakak kelas yang ganteng, bakal ketemu lagi sama Mas Arya, Mas Bayu, Mas Dika… sapa lagi ya Zi?” Tanya Agnes sambil nginget-nginget.

“elo tuh pikirannya Cuma cowok aja” protesku

“Iyalah Zi, mereka tuh ibaratnya vitamin kehidupan” kata Agnes.

Aku dan Mala hanya geleng-geleng denger omongan Agnes, tapi bener juga sih kata dia, yang bikin semangat tiap hari datang ke sekolah salah satunya karena bakal banyak wajah baru yang bisa buat cuci mata. Hehehe…

***

Namaku Zivara Anastasya, kurasa gak ada yang perlu aku banggakan dari diriku. Bisa dibilang aku cewek yang Biasa aja. Wajahku juga bukan termasuk golongan yang cantik, tapi banyak yang bilang aku manis. Tinggiku juga Cuma 150cm, cukup kecil memang, tapi apalah daya. Terima nasib aja.hehehe…

“Dek, entar kalau sekolah wajib pake hijab, awas lu!” ucap kakakku sambil menjitak kepalaku pelan.

“Iya bawel!” kesalku.

Dia adalah kakakku satu-satunya, namanya Arga Syahputra. Saat ini dia sedang kuliah semester akhir, jarak umur kita sekitar 6 tahunan. Bisa dibilang kita gak terlalu deket, hanya saat butuh aja aku bakal deketin dia, karena dia termasuk cowok yang sok sibuk, biasa aktivis kampus. Pulang kerumah aja jarang, tapi dia termasuk over protektif ke aku, terutama yang berhubungan dengan agama.

Keluargaku hanya orang dengan ekonomi menengah. Papa hanya karyawan di sebuah pabrik, sedangkan Mamaku hanya ibu rumah tangga yang kadang suka jadi pengusaha catering dadakan. Biasanya Cuma nerima pesanan dari saudara atau tetangga yang lagi ada acara, karena Mama hanya jadiin usaha catering buat sampingan, beliau bilang tenaganya udah gak kuat, biasa faktor U.

Jujur kadang aku ngerasa minder sama keadaan ekonomi keluargaku, walaupun bisa dibilang kehidupan kita cukup. Kalau dari lingkungan tempat tinggalku malah bisa dibilang keluarga kami sangat berkecukupan, tapi kalau dibanding dengan teman-teman sekolah tentu sangat jauh, apalagi gengku waktu SMP dulu.

Kebanyakan mereka adalah orang kaya, entah gimana ceritanya aku bisa bergabung dengan mereka, tapi bergaul dengan mereka membuatku mencari banyak akal untuk mendapatkan uang lebih. Bahkan aku pernah berbohong sama Mama minta uang untuk beli buku yang lumayan mahal, padahal uangnya aku buat untuk jalan sama teman-teman. Dan itu berlangsung gak Cuma sekali-tapi berkali-kali.

Terlalu memaksa memang, tapi begitulah kenyataanya. Aku sendiri juga merasa nyaman sama mereka, sebenarnya teman-temanku itu bukan termasuk golongan orang kaya yang sombong yang suka senang-senang. Bahkan sebenernya mereka adalah tipe anak rajin yang gak neko-neko. Cuma untuk masalah gaya hidup aku akui mereka sangat selektif, bahkan masalah makan pun mereka gak mau di warung pinggir jalan.

Tapi untungnya mereka semua bisa diandelin dalam banyak hal, terutama pelajaran. Dan dengan mereka aku juga jadi lebih semangat buat belajar, walaupun kadang suka nyontek mereka saat aku lupa ngerjain PR. Itulah gunanya teman, ada saat kita membutuhkan.

***

Hari ini adalah hari pertama MOS, kami masih menggunakan seragam SMP, kecuali mereka yang memang beli seragam yang langsung jadi. Tapi itu bukan jadi masalah sih. Saat ini kami lagi di aula dengerin ceramah dari salah satu guru Pembina.

Entah apa yang beliau omongin di depan, tapi yang aku tau hampir semua anak merasa bosan dan mengantuk.

Kita semua baru semangat saat Kakak-kakak OSIS mengambil alih acara. Terlihat temen-temenku cewek pada heboh, ternyata kak Rio sang ketua OSIS lagi ngasih sambutan serta perkenalan singkat petinggi OSIS juga petinggi MPK (Majelis Perwakilan Kelas).

Dia Salah satu most wanted sejak SMP dulu, ganteng, cerdas dan aktiv dalam setiap kegiatan sekolah. Idaman cewek banget.

Dan aku Cuma bisa senyum, Karena aku sadar diri, ngerasa malu sebenernya tapi yang utama karena dia bukan tipeku.

Mataku malah terus ngeliat ke jajaran anak MPK, salah satunya ada Kak Nabil. Dia juga salah satu kakak kelasku saat SMP, badannya tegap, punya lesung pipit dan maniis banget kalau senyum.

MPK itu adalah organisasi yang hampir mirip dengan OSIS, berisi seluruh perwakilan kelas dari kelas X-XII. Setahuku tiap kelas mewajibkan dua anak untuk masuk di MPK, hanya itu yang aku tau, karena aku sama sekali gak berminat dengan organisasi seperti itu. Selain para anggotanya yang bertebaran wajah ganteng.

“Memalukan!” gumam Renata yang duduk disampingku.

Aku menoleh “Kenapa?”

“Kesel aja liat mereka yang kayak gak punya urat malu gitu, heboh sendiri liat cowok ganteng.”

“Wajarkan Re”

“Iya tapi gak segitunya kan” kesalnya.

Renata itu salah satu gengku saat SMP, tapi diantara semua temanku Cuma dia yang suka berbicara lantang kalau gak sesuai sama pemikirannya. Dia suka ceplas-ceplos dan entah kenapa banyak yang gak suka dengan cara berbicara dan sikapnya, termasuk aku.

“Dibuat santai Re, anggap aja hiburan daripada bosen dengerin pak Aziz ceramah” kataku sambil terus ngeliatin kak Nabil yang lagi ngomong, dan ternyata dia ketua MPK.

Selama 3 hari MOS, acara masih sama, kebanyakan hanya ceramah dari guru. Dan ini adalah hari terakhir, tandanya kita bisa berbaur dengan anak-anak kelas XI-XII. Karena hari ini adalah acara gebyar ekstrakurikuler. demo semua ekskul yang bertujuan untuk mencari anggota baru dari para siswa baru.

Dan sepanjang mata memandang, ternyata memang banyak kakak kelasku SMP yang lanjut SMA disini. Dan aku sendiri sangat terpesona dengan penampilan semua ekskul, boleh dibilang semuanya keren.

“Mau ikut ekskul apa Zi?”Tanya Resti temanku sekelas.

“Belum tau”

“ Gak pengen gabung OSIS atau PK?”

“Ogah! Buang-buang waktu” kataku beralasan

“Tapi kan harus milih ekskul, wajib 2 ekskul malahan katanya” Nindi ikut menimpali.

Aku menghela nafas sambil membuka lembaran-lembaran pengenalan ekskul yang tadi pagi sempat dibagiin sama anak-anak OSIS.

“Liat entar deh” kataku akhirnya.

***

TA 02

TA 02

Satu bulan kemudian…

Hari-hariku sekarang jadi lebih berwarna, selama sebulan ini aku sudah beradaptasi dengan temanku sekelas. Terutama dengan teman segengku, sebenarnya karena tempat duduk kita yang berdekatan menjadikan kita sering satu kelompok belajar dan akhirnya suka ngumpul bareng.

Mereka adalah Renata, Resti, Nindi, Saras dan Dewinta. Kita berenam seperti cewek penguasa kelas, mungkin itu adalah julukan yang kita sendiri yang mengakui. Kenapa penguasa kelas?

Sebenarnya bukan karena kita siswa pandai, cantik, atau kaya. Tapi lebih karena kita adalah sekumpulan cewek berisik penggembira kelas.

Rasanya kita udah gak peduli sama beberapa anak yang nganggep kita pembuat onar kelas, atau apalah itu. Tapi dengan adanya anak seperti kita itu yang membuat suasana kelas jadi rame.

Sebenernya yang bikin kita berisik gak jauh-jauh dari acara ngegosip dan cowok sih, apalagi kalau udah jam istirahat dimana kakak kelas cowok lagi jalan berbondong-bondong buat sholat dhuha di Masjid sekolah yang kebetulan harus lewat depan kelas. Rasanya itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan mata dan hati.

“Zi, bapak lewat tuh” bisik Resti.

Seperti saat ini, kita berlima lagi duduk didepan kelas ketika sekumpulan anak cowok kelas XII A2 lagi lewat.

Aku senyum malu-malu bikin anak-anak pada nahan tawa.

Cowok itu adalah Kak Tama, ketua kelas XII A2, dia dijuluki ‘Bapaknya’ anak XII A2 yang bertabur cogan, sejak tau itu kita jadi manggil kak Tama “Bapak’ sekedar nama julukan dari kita berenam.

“Ya Ampun meleleh aku liatnya” gumamku sambil terus liat kak Tama yang udah jauh.

“lagi gosipin siapa sih?” Bisik seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahku, sambil nyomot snak yang tadi aku beli.

“Ya Allah, Tukang kredit! Ngagetin aja!” teriakku kaget. Cowok ini malah nyengir, ngeselin.

Cowok itu bernama Radit, dia temenku sekelas yang terkenal jahil. Terutama ke gengku. Waktu SMP kita pernah sekelas, tapi gak deket, malah SMA ini kita jadi sering ngobrol dan bercanda. Dia ini cowok cungkring yang badannya tinggi, sangat beda sama aku yang bertubuh kecil. Karena itu dia sering ngisengin aku.

“Yang jelas lagi gosipin cowok ganteng, bukan cowok ngeselin kayak kamu!” jawabku malas.

“Yaelah, sensi amat sama gue. Ujung-ujungnya ntar cinta”

“Dih PD banget! Ngaca sono. Meskipun gua sadar gue gak cantik, tapi malas banget sama cowok kayak elo”

Eh, dia malah ngakak denger omonganku, semprul emang.

“Ngaku jelek? Elo sendiri lo dek yang bilang”

“Iya, seneng lo? Puas?” kesalku sambil lanjut makan snack.

“Duh kalian tuh ribut terus deh, bosen gue dengernya” protes Resti.

“Kenapa sih? Cemburu?” goda Radit.

“Rugi banget gue cemburu sama elo!Ck…” ucap Resti malah “Gak ngapel lo? Anteng banget di kelas”

Radit ini udah punya pacar, teman satu sekolah juga Cuma beda kelas. “ Ini lagi ngapelin selingkuhan” ucapnya sambil noleh ke arahku.

“Gue? Sembarangan!” ucapku sambil ngelirik kelas sebalah, karena aku tau pacar Radit lagi duduk di depan kelasnya yang emang bersebelahan sama kelasku.Radit malah ketawa, gila emang nih cowok, sekate-kate kalau ngomong. gimana kalau pacarnya denger gdan salah paham.

“Cocok sih kalian. Saling melengkapi gitu” ucap Andi teman sekelasku yang tiba-tiba ikutan nimbrung sambil ngukur tinggi badan kami,

Pelecehan ini namanya, dan sontak temen-temenku pada ketawa. Dan seperti biasa tinggi badanku akan jadi bahan bullyan mereka. Menyebalkan memang tapi selama mereka bisa ketawa aku sabar ajalah. Emang faktanya kayak gitu.

“Eh bu Rika katanya udah cuti hamil ya? Aman dong. Siapa ya yang gantiin?” Tanya Saras saat mereka udah puas ngebully.

“Asal jangan bu Ririn aja. Keluar kandang singa masuk kandang harimau itu namanya” kata Andi.

Benar, Bu Rika adalah guru Kimia kami, beliau lagi hamil besar dan denger-denger bakal melahirkan. Beliau sebenernya baik tapi beliau setiap ngajar selalu nunjuk siswa buat maju kedepan ngerjain soal dadakan dari beliau, kata anak-anak Andi dan Radit adalah siswa kesayangan bu Rika karena selalu kena tunjuk. jatuhnya lebih ke apes sih sebenernya.

Sedangkan bu Ririn, beliau sebenernya yang terkenal killer. Menurutku semua guru MIPA memang menakutkan, karena aku sama sekali gak menguasai bidang itu. Rasanya selalu deg-degan tiap mau pelajaran, dan mulutku selalu merapalkan doa apapun sebisaku, yang penting bisa nenangin hati.

“Itu kenapa rame-rame sih?” tanyaku saat ngeliat beberapa anak lagi ngumpul di ruang BK. Teman-teman yang lain pada noleh.

“Tauk!” jawab Renata, akhirnya kita kembali bahas gossip-gosip receh seputar temen sekolah kita.

“AAArrrrggghhh….”

Kita semua noleh ke sumber suara, tepatnya di kelas sebelah, kelas pacarnya Radit. “Ada apaan?” gumamku

Radit langsung berlari ke sebelah, mungkin mastiin kalau itu buka jeritan pacarnya, karena setelah suara jeritan itu anak-anak pada heboh, dan masih terus terdengar jeritan lain. Kita sebenernya Kepo tapi lebih milih nunggu cerita dari Radit, Tak berapa lama beberapa guru masuk dalam kelas itu. Suara jeritan semakin kencang.

“Ada apaan Ra?” Tanya seseorang sambil nepuk bahuku, aku sontak menoleh.

Deg…

Ternyata Kak Rivaldi, kakak kelasku yang bertanya, tapi bukan dia yang bikin aku deg-degan melainkan Kak Tama yang juga ada disamping kak Valdi. Kedua orang itu masih ngeliat ke arahku, juga sesekali ngeliat ke sumber suara yang terus jerit-jeritan.

“Ra?”

“Hah? Belum tau kak, tadi tiba-tiba ada yang jerit-jerit tapi Pak Budi sama Pak Toni udah masuk ke dalam” terangku masih dengan suara kaku.

Kak Rivaldi ini salah satu kakak kelasku yang juga sekelas sama Kak Tama. Dulu waktu ujian SMP kelasku dan kelasnya pernab digabung dan kebetulan aku sebangku sama kak Valdi ini. jadi kita cukup saling kenal. Dan beberapa hari setelah masuk SMA kita gak sengaja papasan, dan ternyata dia masih ingat sama aku.

Dari awal kenalan dia selalu manggil aku dengan nama Ara, katanya aku tuh masih kayak anak kecil gak cocok sama nama Ziva yang terdengar dewasa, cocoknya dipanggil Ara. Aku sempet aneh sama nama itu, tapi aku biarin aja, susah kalau debat lawan dia.

Kak Valdi ngangguk-ngangguk, “Terus kamu ngapain jinjit-jinjit disini?”

Aku memutar mataku malas “Penasaran kak pengen tau, tapi gak keliatan”

“Badan sekecil gitu, udah sono balik ke kelas!” godanya, ini nih makhluk nyebelin lainnya selain Radit.

“Ck… penghinaan itu namanya Kak!” protesku.

“Udah terima nasib aja” capnya sambil senyum, untung ganteng. sesekali aku melirik kak Tama yang kayak gak peduli sama obrolan ku dan Kak Valdi. Dia lebih penasaran sama kerumunan di depan kelas.

Tak berapa lama Radit nyamperin kita “Ada apaan Dit?” tanyaku penasaran

“Itu si Uli, kesurupan”

“Hah?” tanyaku dan yang lainya kaget

***

Semenjak kejadian Uli yang mengalami kesurupan, beberapa anak jadi ikutan kesurupan. Dan ternyata bukan disekolahku aja, di sekolah lain malah ada yang siswanya sampai dipulangkan karena banyak siswa yang kesurupan.

Kedengerannya memang seperti mustahil kejadian kayak gitu ada dijaman modern kayak gini, tapi itu bener-bener kejadian di depan mataku. Bahkan teman sekelasku juga ngalamin.

Namanya Nova, dia salah satu teman sekelasku yang berparas cantik, anak yang cuek, tapi dia bukan tipe cewek cantik yang sombong, gayanya yang polos malah sering bikin kehibur.

Beberapa kali dia menjerit kesurupan, tapi untungnya gak berlangsung lama. Anak-anak juga selalu support. pihak sekolahpun juga udah ngupayain banyak hal, terutama doa bersama ditiap kesempatan.

Bahasan tentang kesurupan lama-lama udah hilang, karena memang mereka udah gak ada yang kesurupan. aktivitas sekolahpun kembali normal seperti biasa.

"Zi, temenin ke ruang tatib yuk! " ajak Nova

"Boleh, kebetulan mau balikin buku ke kak valdi" ucapku sambil berdiri. "Mampir ke taman tengah ya"

Semenjak midtest dulu aku emang jadi deket sama kak Valdi, deket dalam artian kakak kelas biasa, aku kadang suka pinjem bukunya dia, atau tanya-tanya masalah sekolah dan sekedar saling bully di chat.

Rivaldi ini menurutku juga ganteng dan manis, meskipun gak sepopuler kak Rio atau yang lainnya. Tapi yang aku suka dia bisa bersikap baik dan biasa ke adek kelas kayak aku yang notabene gak cantik. Maklum kebanyakan kakak kelas cowok lebih suka sama adek kelas yang cantik. Dulu dia sering bantuin aku ngerjain soal ujian.

"udah selesai? bawa aja, siapa tau ntar butuh lagi" kata Valdi saat aku ngembaliin buku, dia melirik ke Nova.

Hadeh, dasar cowok sama aja, gak bisa liat cewek bening dikit main langsung lirik aja. batinku.

"Enggak kak, udah beli bukunya kemaren" jawabku santai. "Yaudah kak balik duluan ya. makasih, jangan kapok kalau aku repotin"

Dia cuma ngangguk-ngangguk sambil mainn ponselnya. "ati-ati baliknya" pesannya.

Sok perhatian banget sih, orang cuma mau ke tatib terus ke kelas. hadeee...

Setelah itu aku nganter Nova ke ruang tatib, ketemu Pak Toni. Setah kejadian kesurupan kemaren dia memang dijadwalkan beberapa kali konsul ke Pak Toni. Entah membahas apa, aku malah asyik ngecek ponsel. Dan ternyata ada chat dari Kak Valdi.

Kak Valdi : ati2 sama temen sebelah kamu, banyakin baca doa

Apaan coba maksut nih kakak kelas,

Ziva : Siap bos, dia udah jinak

Kak Valdi :Kadang yang kita liat belum tentu sama

Ziva : iya deh yang punya mata elang, Ck....

Keesokan harinya anak-anak sekelas pada heboh, mereka bilang Nova kemaren jadi bahan tontonan saat jam istirahat di kantin.

"Beneran Nova kayak gitu? " tanya Resti saat kita lagi ngumpul di kelas.

"Iya, orang gue juga liat sendiri, dia nyanyi-nyanyi sendirian gitu, mana lagu jawa yang horor semua anak sampek pada liatin" terang Saras.

"Bentar deh, kemaren itu jam istirahat Nova sama gue terus lo. kita ke taman tengah terus ketemu sama Pak Toni. baru balik kelas pas bel masuk" terangku.

"hah? " Saras kaget "Jangan ngaco lo, orang jelas-jelas dia dikantin"

"Dia sama gue Ras, kalau gak percaya tanya kak Valdi orang dia juga nemenin gue balikin buku ke kak Valdi, atau tanya Pak toni deh"

"Hayo lo kog Nova ada dua? dalam satu waktu? " Renata heboh. "Zi waktu jalan sama dia lo gak merinding? "Aku hanya geleng.

Sejak saat itu kelas jadi rame lagi, apalagi saat ditanya emang Nova ngejawab saat itu dia ketemu Pak Toni sama aku. Jadi harus antisipasi ini, gak boleh pergi berduaan sama Nova. horor euy...

"Nov, gimana udah hafal pesanan saya kemaren? " tanya Miss Ana

Aku jadi inget minggu lalu Miss Ana minta Nova buat hafalin ayat kursi, karena emang setelah kejadian Nova ada 'dua' semua jadi heboh lagi. Miss Ana ini guru bahasa Inggris, entah kenapa malah sekarang jadi lebih kayak guru agama.

"Hafal bu, tapi belum lancar" jawab nova yang posisinya lagi duduk di belakangku.

Aku dan Renata yang emang sebangku saling lirik, karena jawaban Nova terdengar aneh menurutku.

"Coba baca sekarang! "

Nova mulai membaca ayat kursi, tapi dia keliatan kaku dan berhenti tengah jalan. dan tiba-tiba dia diem terus senyum-senyum. Kita semua pada heran.

"Gak mau baca ah, panas" kilahnya sambil terus senyum.

Aku uda ngerasa aura horor disini, samar aku dengar Renata baca ayat kursi pelan, kulirik dia sekilas, posisi duduknya di depan Nova pas.

Tanpa aba-aba Nova narik baju Renata ke belakang, aku sontak kaget dan menjerit nyoba bantu Renata biar gak ketarik dan jatuh. Untungnya Renata juga sigap dan langsung lari ngejauh. merinding disco aku jadinya.

"Jangan baca! "teriaknya. Renata akhirnya cuma meringis salah tingkah.

Nova mulai meracau dan menjerit, sepertinya kesurupan lagi. Alhasil heboh lagi di kelas, sejak saat itu Nova ada dibawah bimbingan langsung Pak Toni dan Bu Ika guru agama.

"Kan uda dibilangin waktu itu, ati-ati sama temen kamu. Gak gubris sih kalau dikasih tau" kata Kak Valdi saat aku ceritain kejadian di kelas beberapa hari yang lalu.

"Mana aku paham kak"belaku.

Saat ini aku sama Kak Valdi lagi makan mie ayam deket sekolah, gak berdua ada Resti sama Dewinta juga, tapi mereka lagi ke kosnya Winta bentar. jadilah kita cuma berdua sekarang.

Valdi senyum "bukannya aku sok ya, tapi lebih kesini harusnya kamu juga lebih perbaiki ibadah kamu. jangan sukanya ngeliatin kakak kelas yang lagi ke masjid, harusnya kamu juga ikutan sholat"

Aku ketawa "Keliatan banget ya"

"Ck... aku sampek heran, kelas kamu itu suka heboh kalau anak-anak kelasku pada lewat. pada ngapain sih? "

"Mengagumi makhluk ciptaan Allah kak" jawabku asal

"Gue maksutnya? "

"Pede banget!" dia malah ketawa.

"latihan Marching jam berapa? "

"Jam 3, ini mau balik kelas dulu ngerjain mading sama anak-anak" jawabku.

Kak Valdi ngeliat jam "Aku temenin sampek temen kamu balik sini deh. kasian kayak anak ilang"

"Udah balik aja sana, kakak kan ada tambahan jam pelajaran"

"Santai masih lama"

Kak Valdi memang udah mulai disibukan dengan rutinitas belajarnya, maklum bentar lagi ujian.

Sedangkan aku jadi disibukan dengan kegiatan ekskul. Dan akhirnya aku milih ekskul Marching Band, entah aku kesambet jin apa waktu milih ikutan ekskul ini. Sebenernya ini salah satu ekskul yang keren menurutku, tapi balik lagi aku ngerasa gak punya bakat di bidang ini, dan lebih ke ngikut temen-temenku yang lain.

Selain marching band, aku juga ikutan BDI (Badan dakwah Islam) itu juga karena disana ada Kak Tama yang jadi anggotanya,jadk aku bisa curi-curi kesempatan liatin dia. Dan itu juga gak luput dari paksaan kak Arga, karena dulu dia mantan ketua BDI disini, jadi dia pengen aku nerusin usahanya.

***

TA 03

TA 03

"Zi, titip uang ya, elo kan uda selesai praktik " ucap Resti, "habis praktik gue ambil "

Saat ini kita lagi mau Olahraga, dan kebetulan hari ini Praktik lari. anak-anak yang udah selesai penilaian milih duduk di tribun lapangan, nyantai sambil liat pemandangan.

Entah jodoh atau gimana, jadwal jam olahraga ku dan kelas XII A2 barengan, jadinya kita para cewek pada betah.

Aku sendiri juga gak paham,apa semua anak cewek sama kayak kita, suka heboh kalau liat kakak kelas ganteng, tapi aku gak peduli, karena menurutku ini menyenangkan.

"duh, Kak Rio makin keliatan macho kalau berkeringat gitu"Ucap Dewinta.

Aku hanya senyum, karena fokusku jelas ke kak Tama. saat ini dia lagi main voli sama temennya yang lain.

"ntar ketua OSIS yang baru bisa sekeren kak Rio gak ya? " tanya Winta.

"kalau menurut gue sih calonnya yang sekarang gak ada yang sekeren kak Rio." kataku sambil mengingat-ngingat.

"iya, mereka pada unggul di otak, masalah tampang standart semua."

"Betul, tapi menurut gue anak kelas XI emang gak ada yang ganteng, maksut gue yang bener-bener bisa narik perhatian kayak kelas XII gak ada"

"itu karena otak lo udah penuh sama 'Bapak' jadi mata lo ketutup!"

Aku ketawa" iya kayaknya! "

Setengah jam kemudian kita selesai ganti baju dan lagi santai di kelas, ada yang lagi ngobrol, main ponsel, ada juga yang lagi nyontek tugas.

"Zi, uang gue mana? " tanya Resti sambil duduk sampingku.

"bentar" aku mulai nyari uang Resti yang tadi aku taruh disaku celana olahraga, tapi kog...

"Res... "panggilku ragu

"Paan? " tanyanya lemas,keliatan capek habis olahraga.

"Uangnya gak ada" cicitku

"Maksut lo? gak usah ngeprank deh"

"serius Res, gag ada disaku. gue tadi beneran lupa gak ngecek lagi" ucapku bingung.

Uang yang dititipin Resti adalah uang kas kelas yang emang rencananya nanti siang mau dipake anak-anak buat beli perlengkapan mading. Cukup banyak Rp 425ribu.

akhirnya aku, Resti dan Dewinta pada kelabakan bertiga nyari uang. sengaja kita gak ngasih tau yang lain dulu, takutnya pada heboh kalau tau uang kas ilang.

"Gak ada Zi" ucap Winta "Mending lapor ke BK deh, sapa tau bisa dibantu"

Dan alhamdulillah, ternyata uangnya tadi ada yang nemuin di lapangan. mungkin jatuh saat aku jalan tadi, dan sesuai janji aku harus bilang makasih ke sang penemu. nyaliku langsung ciut saat tau siapa orangnya.

"Anak kelas XII A2, Namanya Pratama, kamu temuin dia dan bilang makasih" ucap Pak Widodo "Beneran bilang makasih, nanti saya kroscek langsung ke anaknya. sebagai pembelajaran biar kamu gak ceroboh lagi"

Winta da Resti keliatan cekikikan dibelakangku, sialaan. kalau udah kayak gini sindrom panik ku mulai jalan. biasanya kita bakal duduk rame di depan kelas sekedar ngeliat kakak kelas lewat, tapi sekarang, anak-anak sengaja ngerjain aku. Mereka pada gak ada yang mau nemenin.

Alhasil aku duduk sendirian di depan kelas, biasanya sangat berharap kak Tama lewat dengan temen-temen cowoknya sekelas. tapi beda dengan hari ini, aku berharap kak Tama lewat depan kelas seorang diri. tanganku semakin dingin saat ngeliat kak Tama,dia gak sendirian mungkin malah dia sama formasi anak cowok sekelas yang lengkap.

"Mampuus"gumamku pelan.

terdengar anak-anak di kelas pada heboh ngetawain aku, dasar teman lucknut emang mereka semua. Perlahan aku berdiri saat ngeliat kak Tama dan yang lain udah makin dekat.

Aku langsung berdiri menghadang didepannya yang berjalan paling depan "Kak Tama, Ma-Makasih" ucapku gugup.

."Hah? " dia keliatan kaget, dan mundur selangkah.

"I-itu, kata Pak Wid, tadi kakak nemuin uangku di lapangan, jadi aku disuruh bilang makasih." ucapku ragu.

"Owh iya-iya santai" balasnya "Udah kan? mau lanjut jalan dulu" ucapnya lagi sambil nunjuk teman-temannya yang udah jalan duluan.

Aku baru sadar kalau daritadi aku menghalangi jalannya. "ah, iya kak, sekali lagi makasih"

"yoi"jawabnya sambil berlalu.

"Ceroboh! " gumam seseorang dibelakang kak Tama.

Siapa lagi kalau bukan Kak Valdi, aku malah baru sadar kalau ada dia, karena fokusku cuma kak Tama. Aku masih melamun dengan terus ngeliat ke arah mereka berdua.

Malu. jelas aku malu, apalagi saat inget ekspresi kak Tama tadi, dia terlihat kaget dan kayak takut. semenakutkan itu kah aku. Aku sadar sih kalau tadi terkesan kayak agresif, tapi tadi kan cuma bilang makasih. Balik lagi, aku bener-bener ngerasa minder, coba kalau aku cantik, pasti dia bisa bersikap santai.

"hahaha"

Tawa kelima temanku membuatku langsung menoleh sambil manyun "punya temen pada gak punya akhlak emang ya! "kesalku sambil berjalan ke arah mereka yang sekarang lagi duduk manis di depan kelas.

"cie cie... yang barusan ngobrol" goda Renata

"Apaan, kesel gue. masak dia ngeliatin gue kayak yang takut gitu" omelku. Yang lain malah ketawa.

"lo dikira mau malakin dia kali Zi, tiba-tiba berenti didepannya" sela Winta, diikuti tawa yang lain. Aku cuma manyun.

"Wajar lah Zi, kayak baru tau gimana Bapak, bukan muhrim, jaga jarak kurangi kecepatan " Nindi mencoba nenangin.

"Sohib tuh kayak Nindi nih, nenangin. somplak lu pada" kesalku yang ngeliat anak-anak masih ketawa ngeledek.

"Zi, ntar ngerjain mading kelas sama siapa aja? " tanya Andi saat kita lagi pada asyik ngobrol.

"Hari ini sih harusnya gue, elo, Renata, Bayu, Oka sama Rita" jawabku sambil ngingat-ngingat.

"masih kurang banyak emangnya?"

"kalau isinya udah selesai semua, tinggal ngehias sama nambahin warna kayaknya, tanya sama Ahmad sana. "

"elo kan koordinatornya" jawab Andi sambil duduk di depanku.

"sembarangan, enggak! gue cuma kebagian ngarang cerpen"

"Gue ijin gak ikut ngerjain ya. Mau rapat PK" kata Andi. "Nanti gue minta Radit deh buat bantuin"

"Radit mah bukan bantuin, ngerusuh iya" kata Saras

"Atau gak gitu, dia setor muka bentar terus ditinggal ngapel disebelah" Resti ikutan ngomong.

"Bener tuh, lagian Sering banget lo rapat, alesan ya!" tuduhku

"Ngawur! kan bentar lagi Dies natalis, pada sibuk nyusun acara kita" jawab Andi

Bener juga sih, bentar lagi emang dies natalis SMA ku. dan pastinya bakal banyak acara.

Dan akhirnya obrolan dilanjut seputar dies natalis dan rentetan acaranya, yang nantinya diakhiri pensi yang ngundang band ibu kota.

***

Sore ini jadwal latihan pramuka, untuk siswa kelas X diwajibkan ikut, aku sendiri sebenernya males buat ikutan. palingan nanti bakal disuruh ini itu sama kakak senior DA (dewan Ambalan).

Aku milih satu regu dengan gengku waktu SMP dulu, ada Renata, Nia, Gia, Via, ditambah anak-anak yang lainnya.

kita lagi duduk peregu dengan satu kakak DA. dia lagi jelasin tentang sandi dalam pramuka. Dan tentu aja itu aku anggap angin lalu. Untungnya kita kebagian kakak DA perempuan yang baik, dia kelas XI.

"Zivara yang mana ya dek? " tanya kakak yang bernama Dea itu sambil ngeliat sebuah kertas.

"Saya kak! " kataku

Beberapa minggu lagi akan diadakan malam persami untuk pengambilan badge, dan mulai hari ini semua regu harus menyiapkan diri.

Gengku ini mereka bisa dibilang kumpulan anak-anak rajin dan pendiam, mungkin cuma aku dan Renata yang berisik.

"Zi... " Panggil Renata

"Paan? "

"Menurut lo kak Dea gimana? "

"kak Dea? setahu gue dia baik, cantik, pinter, menarik"

Renata ngangguk-ngangguk "gue denger ya Zi, kak Dea itu banyak disukai anak cowok"

"Wajar dong"

"Lo tau gak gosip kalau dulu kak Dea sempet deket sama 'Bapak' lo?"

Aku kaget "Serius?"

"iya serius, mereka kan satu organisasi di BDI, tapi gak sampek pacaran. karena Bapak emang gak mau pacaran, paham kan teori halal haram buat dia"

Aku ngangguk, Bapak memang tipe religius dan mustahil juga dia ikutan tren berpacaran. "Alhamdulillah " kataku sambil terkekeh.

"Tapi denger-denger lagi sekarang kak Dea lagi pdkt sama salah satu sahabatnya 'Bapak', lo bisa bayangin gak gimana perasaan 'Bapak' lo?

"Sakiiiit" kataku drama "Tapi biarin dink, berarti Bapak bebas dong, milik bersama" kataku sambil ketawa.

"setaan lu! tapi elo gak penasaran gitu siapa yang nikung Bapak? "

"Biarin lah gak penting ini"

Renata memutar matanya jengah "Gue penasaran, tanyain ke kak Valdi lah. lumayan buat bahan ngegibah" ucapnya sambil nutup mulut.

"Dih ngapain, yang ada tuh orang malah ngejahilin gue, lo gak tau aja dia gimana. gue nanya apa dijawab apa. sampek gedeg gue kadang.apalagi kalau gue nanya hal begituan, bisa diketawain habis-habisan gue" keluhku.

"eh tapi lo kan sering tuh chat sama kak Valdi, gak ada gitu obrolan yang ngelibatin perasaan?"

"Maksutnya?"

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!