NovelToon NovelToon

Stuck With You

Babak belur

Awan hitam di sertai gemuruh yang saling bersahutan menambah suasana semakin mencekam. Langit tak seindah biasanya, bahkan bintang-bintang nampak bersembunyi seolah takut dengan kemarahan alam malam itu.

Kilatan petir yang menghujam bumi menjadi penerang di antara kegelapan, kekuatannya bagai aliran listrik ribuan volt yang mampu menghanguskan apa saja yang di sentuhnya.

Suara teriakan dan makian para gerombolan bocah kurang kerjaan tak begitu terdengar, tertelan bisingnya gemuruh yang memekakkan telinga.

"Bngs*t Lo!!" Teriak salah seorang pria dengan kaos putih berjaket hitam.

"Mati aja Lo anj*ng!" Seru lawannya membalas.

Dua manusia saling pukul dengan tangan kosong di bawah langit gelap sambil melemparkan kata kata mesra yang indah.

Gerombolan laki laki berkaos hitam mengitari laki laki berkaos putih. Sebut saja nama laki laki itu Adelion Zyldzyan Febriano.

Yups, Delion adalah putra sulung Rayhan Febriano dan Kanaya. Laki laki yang kini sedang di keroyok oleh orang yang tak di kenalnya.

Geng motor dengan logo Cobra di bagian punggung jaketnya, tengah mengeroyok Delion yang saat itu sedang berkendara sendirian, sepulang dari berkumpul bersama teman-temannya.

Sayangnya Delion saat itu sedang apes, ia pulang sendirian dan tidak ada satu manusia pun yang lewat disana, bahkan ia tidak sempat untuk menghubungi Arsen.

"Banci Lo semua!!" Delion meludah dengan darah yang cukup kental dari mulutnya.

"Diem Lo taiii!!"  Geano membentak sambil melayangkan pukulan di perut Delion.  Ia tidak terima di sebut banci, meski kenyataannya memang begitu.

Reyga geano putra adalah sang pimpinan geng Cobra yang baru saja memukuli Delion.

Geano berjalan menuju motornya untuk mengambil sesuatu, dan kembali lagi dengan mengacungkan kunci Inggris berukuran besar di tangannya, untuk di hantam kan ke kepala Delion.

"Santai men, gak usah buru-buru" kata Arka mencoba menenangkan Geano. Bukan berarti ia memihak lawan, tapi ia tidak mau terlibat dalam pembunuhan.

"Diem lo, Gua mau ngirim dia ke Neraka" kata Geano menggebu-gebu, ia sudah di kuasai amarah. Hingga akal sehatnya tertutup oleh nafsu untuk menghabisi nyawa Delion.

"Emang Lo tau neraka dimana?" Delion tertawa sampai terbatuk-batuk karena tersedak darahnya sendiri.

Entah bagian mana yang lucu hingga membuat laki laki berambut gondrong itu tertawa.

"sakit nih orang"

"Itu efect pukulan Ano, otaknya jadi geser." Temannya lagi menimpali.

"Tinggalin aja udah" Arka kembali bersuara, laki laki itu menyulut api pada rokoknya dan menghisapnya.

"Gak, gua mau dia mati sekarang!!"

Delion berusaha menopang tubuhnya yang lemah, menatap gerombolan kecoa di depannya dengan berani. Seolah menantang Geano untuk kembali menyerang dirinya.

Kembali Geano mengangkat senjatanya, menganyunkan dengan kekuatan penuh. Namun ketika benda besi itu nyaris menyentuh kepala Delion, dengan jarak tiga centi lagi. Sebuah petir tiba-tiba menyambar aspal yang berada tepat di samping motor sport Delion. Kemudian di susul hujan yang turun cukup deras.

Dahsyatnya sambaran petir itu membuat bumi terasa seperti berguncang. Sontak saja mereka semua ketakutan, tak terkecuali Geano.

Namun laki laki itu tak mau meninggalkan musuhnya dalam keadaan baik baik saja. Di bawah guyuran hujan deras yang menjadi saksi, Geano menghantamkan kunci ingris berukuran besar itu ke wajah Delion sampai tubuh laki laki itu terhempas ke aspal. Dan Geano langsung pergi dari sana bersama teman temannya, setelah yakin Delion sudah tak bergerak lagi.

Kini tersisa Delion saja di sana dengan kondisi yang parah. Laki laki itu tak sadarkan diri, bersama tetesan hujan yang membasahi seluruh tubuhnya.

***

Seorang laki laki yang tengah tertidur pulas di balik selimut tebalnya nampak terganggu, berkali-kali ia bergerak seolah sedang menyingkirkan sesuatu dari tempat ternyaman nya.

"Aww"

Suara kesakitan yang berasal dari makhluk lain di kamarnya, membuat laki laki berambut ikal itu membuka paksa matanya. Ia menyingkap selimut, dan menoleh ke arah sumber suara.

Arsenio El Gattan putra semata wayang dari Raka dan Davina itu menajamkan penglihatannya.

Laki laki itu mengacak-acak rambut ikalnya,  berusaha mengumpulkan nyawa yang masih tersangkut di dalam selimut. Di tatapnya sekali lagi makhluk yang masih meringis kesakitan sambil meringkuk di atas tempat tidurnya.

Arsen menghela nafas, ini bukan kali pertama Delion menyelinap masuk ke dalam kamarnya dan numpang tidur. Namun kali ini Delion pulang dalam keadaan bonyok.

"Kenapa muka Lo?" Arsen menguap dan bersandar di punggung ranjang, netra coklatnya menilik keseluruhan tubuh Delion yang tanpa baju. Terlihat noda biru yang mulai kehitaman di beberapa bagian tubuh Delion.

"Gua di keroyok semalem" Delion memegangi rahangnya yang terasa sakit.

"Sama siapa?"

"Gua gak tau, tapi mereka pake jaket samaan, dan ada logo Uler cobranya." Hanya itu yang Delion ingat, ia tidak mengenal satupun dari para pecundang itu.

"Lo deketin cewenya kali..." Tebak Arsen.

"Kalo di balik mungkin. Cewenya yang deketin gua... Itu baru bener." Sanggah Delion membela diri.

Arsen menggelengkan kepalanya mendengar jawaban adik sepupunya yang memang di gilai banyak gadis. Ia lalu beranjak turun dari tempat tidur, memakai kaos hitamnya dan keluar dari kamar.

Setelah melihat Arsen keluar, Delion kembali merebahkan tubuhnya, bersembunyi di balik selimut. Ia ingin pingsan rasanya, tulang-tulang di tubuhnya terasa remuk. Lebih baik ia tidur saja.

Sambil memejamkan mata Delion memikirkan bagaimana caranya ia pulang ke rumah. Bundanya pasti akan cemas melihat dirinya pulang dalam keadaan bonyok seperti ini.

Tidak lama berselang, terdengar pintu kamar Arsen kembali terbuka. Di susul derap langkah seseorang yang berjalan mendekat ke arah ranjang.

"Nih, buruan makan, terus Lo kompres luka-lukanya. Dhita ada di bawah nyariin Lo." Katanya sambil meletakkan nampan di atas nakas.

Refleks Delion membuka selimut, dan menyembulkan kepalanya keluar. "Serius? Sama bunda juga gak?"

Arsen menggeleng, "dia sendiri"

Delion menghela napas lega, kemudian mendudukkan dirinya di tepian ranjang. Untung saja adiknya datang seorang diri, kalau sama bunda Kanaya juga, bisa habis ia di ceramahi dan berbuntut ayah Ray yang turun tangan.

"Siapa yang lakuin ini sama Lo?" Arsen menyentuh rahang Delion yang masih menyisakan darah kering disana.

"Asshh, sakit woiii" ringisnya sambil menampik tangan Arsen menjauh dari wajahnya.

"Cengeng ah, nempel doang juga." Sahut Arsen membela diri. Laki laki itu meraih segelas susu yang ada di nampan dan meminumnya.

"Lo belom ngerasain sih, sakit banget ini." Delion menggerakkan rahangnya yang terasa kram. Lalu mencomot es batu yang ia letakan di dalam handuk,  dan mulai mengompres di bagian yang sakit.

Arsen terdiam, menatap Delion lekat. "Lo balik kesini sama siapa?"

"Sendiri."

Alis Arsen terangkat, kemudian menilik penampilan Delion sekali lagi.  Mana mungkin orang babak belur begitu bisa bawa pulang motor seorang diri. "Lo ngga lagi boongin gua kan?"

Delion mengehentikan gerakan mengompresnya, merubah posisi duduknya menghadap Arsen. Dan mulai bercerita.

Saat itu dirinya tak sadarkan diri setelah mendapat pukulan keras di bagian pelipisnya. Guyuran air hujan yang masuk ke dalam hidung dan mulut, membuat dirinya sadar karena tersedak sampai terbatuk-batuk. Lalu ia mecari tempat untuk berteduh, sambil menunggu hujan reda.

Arsen yang mendengar itu merasa tidak terima, dia akan mencari tahu, siapa yang suda berani menyakiti sepupunya.

🍁🍁🍁

Gimana?

Lanjut gak?😌

Adelion Zildzyan Febriano

Anindhita Cheisya Febriano

Simalakama

Delion menuruni anak tangga bersama Arsen yang berjalan di sampingnya. Laki laki berambut gondrong itu sudah mandi, sarapan dan memakai kaos milik Arsen. Rambutnya yang biasanya di ikat atau di pakaikan bando pun, kali ini sengaja dibiarkan terurai untuk menutupi luka luka di wajahnya, meski percuma karena lebam itu masih terlihat di bagian mata dan sudut bibirnya.

Delion berdehem sekali, begitu langkahnya mulai memasuki ruang keluarga Arsen.

Di hadapannya sudah ada Davina yang sedang bergelayut manja di lengan Raka, juga ada Anindita yang sedang menatap lekat ke arahnya.

"Morning Dad, Mom.. Tha." Sapa Delion pada ketiga orang disana.

"Morning too Lion." Sahut Davina, sedang raka hanya mengangguk. Lalu dua manusia itu kembali asik mengobrol berdua sambil menatap layar ponsel.

Sejak kecil Delion memang memanggil Raka dengan sebutan Daddy, dan sebutan Mommy untuk Davina. Karena bagi Delion, Raka dan Davina juga orang tuanya. Dan Arsen adalah abangnya, meski dirinya lebih tua satu tahun di banding Arsen.

Arsen dan Delion pun langsung duduk di samping Anindhita.

Namun si cerewet Anindhita tetap diam tak merespon sapaan abangnya, gadis itu malah mematung mengunci pandangannya pada Abang kembarannya yang hanya terpaut beberapa detik itu. Arsen yang melihat itupun merasa gemas dan mengacak-acak rambut gadis itu.

"Ihh bang Acen, berantakan tau..." Anindhita berdecak sebal sambil merapikan rambutnya, tapi Arsen malah ketawa.

"Abis kamu lucu sih." Tutur Arsen.

Anindhita malah menjulurkan lidahnya meledek. Lalu kembali menatap Delion.

"Abang kenapa semalam gak pulang? Di telpon juga gak aktif. Bunda khawatir tau."

Delion menghela nafas panjang. Ia bingung harus menjelaskan darimana pada Anindhita. Jika Anindhita tau, maka ayah dan bundanya juga pasti akan tau sebentar lagi. Dan tentunya akan semakin bertambah rumit.

"Semalem Abang kumpul sama temen-temen. Hape Abang abis batre, lupa ngecas." Dustanya, padahal hapenya hancur karena insiden semalam.

"Masa?"

Anindhita merasa kurang yakin dengan jawaban Delion, di tambah ia melihat gelagat yang aneh dari laki laki berambut gondrong itu. Lantas Anindhita pun mendekatkan wajahnya, hingga terlihat jelas lebam di wajah Delion.

"Abang abis berantem lagi ya? Hayo ngaku!" Cecar Anindhita.

Delion sontak mengalihkan wajahnya ke arah lain."Gak, ini... Ini cuma jatoh dari motor."

"Yakin jatoh dari motor? ko lukanya cuma di bibir sama mata?"

Pertanyaan Anindita membuat Delion berpikir keras, di tambah tatapan mengintimidasi dari gadis itu.

"Tanya aja sama Arsen kalo gak percaya." Delion melimpahkannya pada Arsen.

Dan laki laki yang di sebut namanya hanya tertawa pelan, " dia jatohnya aesthetic Tha, makanya gitu lukanya."

"Mana ada jatoh aesthetic, Coba sini liat."

Anindita langsung menarik kerah kaos oblong sang Kaka hingga laki laki itu spontan mendekat tanpa sempat menolak. Dan di singkapnya rambut gondrong Delion yang menutupi luka robek di pelipisnya.

"Astaghfirullah Abang" Pekik Anindita histeris ketika melihat luka di pelipis Delion.

Delion sendiri sampai menjauhkan wajahnya karena suara cempreng Anindhita.

"Gak usah teriak juga kali Tha..." Protes Delion, sembari tanganya menggerai rambutnya kembali.

Raka dan Vina pun menoleh ke arah sumber berisik, dan bertanya "Dhita kenapa, kok istighfar?"

"Abang berant... Mmmm" Delion langsung membekap mulut Anindhita, gadis itu sontak berontak berusaha melepaskan bekapan di mulutnya.

"Abang... mmmm, kenapa?" Tanya Vina, tidak paham.

"Dhita kebelet katanya Mom, aku ajak dia ke atas dulu." Delion langsung menyeret Anindita menjauh dari sana. Sedang Davina hanya mengangguk saja.

Segera Delion melepaskan tangannya dari mulut Anindhita setelah menaiki tangga, dan gadis itu langsung menghirup napas banyak banyak.

"Aku gak bisa napas bang. Tega..." Cicit Anindhita.

"Abis kamu berisik." Kata Delion, sembari tangannya membuka pintu kamar Arsen, sedang si pemilik kamar malah kaya tamu.

"Jadi bener kan Abang abis berantem?"

"Lebih tepatnya di keroyok Tha, modelan Delion mana mau berantem. Buang energi sia sia katanya" Arsen menyahut.

Delion pun mengangguk bangga, sambil menjentikkan jari telunjuknya ke arah Arsen. "Arsen aja paham. Masa kamu gak."

"Dihh, aku mana ngerti jalan pikiran Abang." Anindhita membela diri.

"Jangan kasih tau bunda sama ayah soal ini. Abang gak mau bunda khawatir, terus ayah jadi turun tangan." pinta Delion serius.

"Ada syaratnya"

"Apa?" Tanya Delion.

"Pinjem motor Abang..."

"Gak bisa, Abang gak mau di salahin ayah kalo kamu jatoh" Delion menolak.

"Yaudah aku aduin sama bunda" Anindita meraih ponsel pink nya, dan bersiap menelpon.

"Ehh ehhh, jangan gitu dong..." Delion bingung, seperti menelan buah si malakama. Kalo gak di pinjemin bakal di aduin, kalo di pinjemin bakal di bantai sama ayah.

"Biar gua yang jagain Dhita."

Arsen menawarkan diri, bak dewa penolong bagi Delion.

***

Di tempat tongkrongan geng Cobra.

Geano dan teman-temannya masih tertidur pulas di atas sofa, padahal saat itu jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Botol minuman, kacang kulit, bungkus snack dan Vape bergeletakan di atas meja sisa pesta semalam.

Berbagai macam gaya tidur mereka, menambah kacau pemandangan di dalam ruangan itu. Ada yang saling berpelukan, ada yang saling menumpang kaki ada juga yang tubuhnya menjadi bantalan temannya. Hanya Geano yang tidur nyaman di sofa besar nan empuk seorang diri.

Hingga terdengar suara dering ponsel yang berasal dari saku Geano menjadi pengganggu pagi indah mereka.

"Woiii, hape siapa itu, berisik banget" laki laki berambut cepak itu mengomel sambil merem.

Arka yang tidur dekat Geano pun bangun, karena suara gaduh dari temannya dan nada dering aneh yang berasal dari ponsel Geano.

"Ano, hape lu bunyi tuh" Arka menguap sambil memukul kaki Geano.

Namun si pemilik ponsel nampak masa bodoh, cuma ganti posisi saja, dan kembali pulas.

"Dihh, dasar kebluk!!" Arka ngomel, lalu dia merogoh saku Geano, di ambilnya hape canggih super slim itu. Di layar tertera nama bokap dakjal.

"Ano, bangun!! Bokap Lo nelpon!" Arka langsung menepuk bokong Geano, agar laki laki itu bangun.

Geano sontak membuka matanya lebar, dan berbalik badan. "Bokap gua? Bokap dakjal maksud Lo?"

Arka mengangguk sambil menunjukkan layar ponsel yang masih menyala. "Sialan!!"

"Kenapa?"

"Gua lupa ke rumah Lula" Geano panik, ia melupakan perintah ayahnya. Buru-buru Geano mengambil benda pipih itu dan menjauh dari sana. Mencari tempat sepi untuk menjawab panggilan ayahnya.

Ekor mata Arka mengikuti pergerakan Geano yang terburu-buru, lalu menghilang di balik pintu keluar.

"Lula, Lula, Lula..." Arka merapalkan nama itu, mencoba mengingat siapa pemilik nama yang tidak asing itu. Tapi yang ada kepalanya malah tambah pusing karena tak kunjung mengingat.

"Ahh bodo amat" Arka bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil.

Sementara di samping rumah, Geano sedang menyadarkan tubuhnya di tembok karena masih ngantuk. Ponselnya sengaja ia jauhkan karena makian sang ayah yang nyaris membuat syaraf di telinganya rusak.

"Kenapa kamu gak kerumah Lula semalam?"

"Ano lupa Pih, semalam ngerjain tugas kampus sama Arka sampe ketiduran." Katanya berbohong, padahal semalam abis mukulin anak orang terus kobam.

"Yaudah, sekarang papih minta kamu kerumah Lula. Jangan sampai gadis itu lepas"

"Iya pih, Ano siap siap dulu..." Kata Geano, lalu menutup panggilan telepon itu. Kembali Geano masuk ke dalam basecamp dengan raut kusut, membanting tubuhnya ke sofa dan meremas rambutnya sambil menutup mata.

"Kenapa bokap Lo?" Tanya Arka yang baru saja kembali dari kamar mandi.

Geano mengangkat wajahnya, menatap Arka yang duduk di sampingnya.

"Kepala gua rasanya mau pecah, bokap nyuruh gua ke rumah Lula sekarang." Keluhnya, efect mabok semalam belum sepenuhnya hilang, malah di suruh ngapelin cewe pagi pagi.

"Emang siapa sih Lula? Kayaknya kesayangan banget. Bini muda bokap Lo?"

Plak!!

"Bacot Lo sembarangan" kesal Geano.

"Sakit beg**" Arka mengusap kepalanya yang sakit bekas geplakan Geano.

"Buruan Lo mandi, terus siap siap." Titah Geano.

"Ngapain mandi? Mandi itu cuma buat orang orang kotor, gua gak kotor ya..." Arka membela diri dengan argument nya.

"Si gblok!! Lo cium ketek Lo, bau janda..."

Reflek Arka mencium keteknya. "Eh iya, bener. Kok Lo tau? Lo nyium ketek gua ya semalem?

"Najizzz... Buruan mandi atau gua suruh marbot buat mandiin Lo?" Bentaknya.

"Iya iya, galak banget sih Lo, kaya ibu ibu mau lahiran aja."

Geano melempar botol air mineral bekas tepat mengenai punggung Arka.

🍁🍁🍁

Sampe sini dulu ya... Gimana? Penasaran gak?

Visual Alula Carletta di bab selanjutnya, kalo buat Geano belom nemu...😂😂😂

Ayo spam komen, like dan vote 😍😍

Arsenio El Gattan.

Serangan jantung

Anindhita pulang ke rumah di antar sama Arsen, tentunya memakai motor sport milik Delion, dan gadis itu yang duduk di jok depan sedang Arsen membonceng di belakang.

Syarat yang konyol.

Harga diri Arsen sebagai laki laki tulen jatuh seketika, karena di bonceng sama perempuan.

Harusnya sih tidak jadi masalah karena mereka memakai helm full face. Tapi pakaian dan bentuk tubuh Anindhita yang begitu kentara, menunjukkan si pengendara itu adalah perempuan. Untungnya jalanan pagi itu tidak terlalu ramai.

Arsen mau pegangan sama Anindhita tapi bingung mana yang harus di pegang, gak pegangan takut jatoh. Karena Anindhita bawa motornya belum terlalu lancar, dari tadi ngerem-ngerem terus. Tadi saja Anindita hampir menyerempet tukang bakso malang yang melintas di depannya, untung Arsen cepat-cepat mengalihkannya dan si Abang bakso pun selamat.

"Tha, jangan ngebut, pelan pelan aja." Arsen berseru dari balik punggung Anindhita.

Dan gadis itu hanya mengangguk dua kali, dan mulai mengurangi kecepatannya, Arsen pun bisa bernapas lega. Tapi sayangnya detik kemudian dari arah belakang sebuah motor hitam melintas di samping Anindhita dengan kecepatan tinggi dan menyenggol bahunya. Anindhita yang kaget sontak memaki pengendara tidak sopan itu.

"Woii, sialan Lo!!" Anindhita teriak, tapi gak kedengaran. Karena suaranya teredam oleh helm dan masker.

Arsen yang mendengarnya cuma geleng-geleng kepala.

"Gak bisa di biarin, kurang ajar banget tuh orang. Maen senggol gak minta maaf lagi" Anindita masih ngomel di atas motornya yang masih melaju pelan. Lalu mulai menambah kecepatan.

"Eh ehhh ehh, kamu mau ngapain?" Arsen mulai panik.

"Kejar lah bang, aku gak terima. Kalo aku kena serangan jantung gimana?"

"Ya serang balik aja jantungnya." 

"Dihhh..." Anindhita melongo. Di saat ia sedang marah seperti ini, sempat-sempatnya si Abang bulenya itu melucu.

"Serah bang serah!!!" Anindita kesal, dan segera melajukan motor sport dominasi warna merah itu dengan kecepatan lebih tinggi dari yang tadi. Niatnya mau mengejar motor hitam yang sudah membuat bahunya sakit, dan hampir kena serangan jantung.

"Tha, jangan gila. Gak usah macem macem deh kamu, tar Abang yang di marahin sama uncle Ray." Arsen mengingatkan sambil berpegangan bahu Anindhita, namun Anindita seolah tuli. Karena kupingnya ketutup helm.

"Tha, biar Abang aja yang bawa motornya ya, kamu bonceng. Abang janji bakal kejar itu orang tadi." Kata Arsen lagi, tapi Anindita gak peduli.

Anindita terus memacu motor Ducati 959 Panigale itu semakin ganas, hingga akhirnya ketemu lampu merah, dan Anindita pun memelankan laju motornya, lalu berhenti.

"Alhamdulillah" Arsen berucap sambil menghel nafas lega.

Anindhita membuka kaca helmnya, sambil celingukan mencari si pengemudi motor hitam tadi. Barangkali saja dua berandalan itu ada di sana.

Arsen juga ikutan membuka kaca helmnya, dan bertanya pada Anindhita. "Masih penasaran sama yang naik motor tadi?"

Anindita mengangguk, matanya masih fokus menelusuri jajaran motor yang berbaris di depan zebra cross.

Namun sampai lampu lalu lintas berubah hijau, orang yang di carinya tidak ada disana. Mau tak mau Anindhita pulang dengan masih menyimpan kesal.

***

Geano memarkirkan motor hitamnya di depan rumah minimalis dengan dominasi warna cream dan emas itu. Lalu melepas helmnya, tapi belum turun dari motor. Geano menilik sekali lagi tampilan rumah Alula yang nampak sepi itu, hanya ada seorang wanita parubaya sedang menyiram tanaman di halaman depan.

"Turun gak nih, turun gak?" Tanya Arka yang masih nangkring di jok belakang.

"Turun lah, masa gak!"

Arka langsung turun dari atas motor, lalu di susul oleh Geano yang turun sambil merapikan pakaiannya. Helm tidak lupa di letakkan dulu di atas motor. Dan mulai berjalan menuju si  pemilik rumah, yang tak lain ialah ibunya Alula.

"Selamat pagi Tante" sapa Geano ramah dengan senyum manis, semanis gula biang.

"Pagi Tante" Arka ikutan menyapa.

Wanita itu lantas menoleh mendengar ucapan selamat pagi, tapi dia meletakkan benda di tangannya dulu sebelum mendekati dua remaja yang menyapanya tadi.

"Ehhh nak Reyga, pagi ganteng. Mau ketemu Lula ya?" Tanya si Tante tak kalah ramah, senyumnya saja pake lesung pipi.

"Iya Tante, Lulanya ada?" Ucap Geano dengan amat sopan. Arka saja sampe tidak percaya kalau teman sesatnya bisa sesopan dan seramah itu.

"Ada dong, masa gak ada. Ayo masuk dulu, nunggu Lulanya di dalam aja." Tante Laras, sebutnya namanya. Wanita itu mempersilahkan Geano dan Arka masuk kedalam rumah.

Geano dan Arka berjalan di belakang Tante Laras, mengikuti wanita itu masuk dan di persilahkan duduk di ruang tamu.

"Tunggu sini, Tante panggil Lulanya dulu." Wanita itu berpamitan, lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, karena kamar Lula ada di lantai dua.

Di ketuknya pintu dengan tirai berwarna pink dan putih itu sampe tiga kali. "La, Lula... Kamu udah bangun sayang?, di depan ada Reyga mau ketemu sama kamu."

Lula yang sedang mengeringkan rambut pun menoleh ke arah pintu, di letakan hairdryer itu di atas meja rias, setelah dimatikan dulu.

"Iya sebentar mah" Alula berjalan menuju pintu. Kemudian di buka.

"Reyga? Ngapain dia kesini? aku males ketemu sama dia mah" Alula memasang wajah malas mendengar nama Reyga atau Geano.

"Loh, kenapa? Kamu berantem lagi sama dia?"

"Iya, abis dia ngeselin. Masa aku di marahin di depan umum, gara gara ada cowo yang nolongin aku pas aku mau jatoh. Dia nuduh aku selingkuh mah."

Lula curhat soal kejadian kemarin sama mamanya. Tapi si mamah malah ketawa pelan, padahal Lula gak ngelawak.

"Reyga itu cemburu sama kamu. Anak mamah kan cantik, imut, gemesin lagi. Wajar dia begitu, masa kamu gak paham sih sayang." Kata si mamah ngadem ngademin biar Lula gak marah lagi.

Lula pun jadi berpikir, ucapan mamanya itu ada benarnya juga. Mungkin karena posisinya kemarin ia di peluk sama cowo itu, jadinya Reyga cemburu.

Ngomong-ngomong soal cowo kemarin, ia jadi berhutang nyawa. Kalau saja cowo itu tidak datang tepat waktu mungkin ia akan terserempet mobil. Dan namanya akan berubah jadi almarhum.

"Yeee, anak mamah malah bengong, sana temuin Reyga." Mama Laras menjawil hidung Lula, sampe gadis itu terkejut.

"Ih mamah... Iya iya, aku ganti baju dulu." Lula kembali masuk ke dalam kamar setelah mama Laras menjauh dari kamarnya.

Cuma beberapa menit saja Alula mengganti baju, lalu ia pun turun kebawah untuk menemui sang pacar yang tak lain ialah Reyga Geano.

"Haii" sapa Geano dengan senyum manis begitu melihat sosok Lula berdiri di ambang ruangan.

"Hmm" sahut Lula.

"Hemm doang?" Arka menyela, padahal gak di sapa.

Geano dan Lula langsung melempar tatapan tajam ke Arka, maksudnya biar diem. Tapi malah makin jadi.

"Lo berdua kenapa sih? Lagi main bahsa isyarat?"

"Diem nyet!!" Geano mengeplak kepala Arka sampe kepalanya terhuyung kedepan.

"Bngkee!! Gua kan cuma nanya." Arka sewot.

"Lo berisik." Balas Geano lagi. Dan Arka pun diam. Dia jadi nyesel ikut Geano ke rumah Lula, cuma di jadiin patung pajangan doang. Gak boleh bersuara.

"Mau ngapain Lo kesini? Bukannya kemaren Lo udah mutusin gue?" Lula menyerang Geano duluan, nadanya gak bersahabat.

"Gua mau minta maaf soal kemaren La, gua salah udah marah marah sama Lo di depan umum. Maafin gua La"

Lula takjub, sempet gak percaya sama ucapan Geano. Yang notabenenya cowo keras kepala dan gak mau di salahin, apa lagi sampe minta maaf. Mana Geano memasang muka melas dan keliatannya juga nyesel. Kalo udah kaya gitu kan Lula jadinya luluh.

"Iya aku maafin, jangan di ulangin." Lula menyahut lembut.

"Jadi kita balikan nih?" Geano mencoba memastikan. Padahal sebenernya ia tidak terlalu cinta sama Alula, cuma karena Lula good looking dan cerdas, juga dukungan bokap dakjalnya, jadilah Geano pacaran sama Lula.

"Iya"

🍁🍁🍁

Nah gimana kelanjutannya ini? 😂😂Semoga kalian gak bingung.

ayo jangan ghosting ya beb, spam komen, like, vote dan rate bintang 5 ya 😂😂 komennya nanti aku balas kok.

gimana nih visual Reyga Geano, sama Lula, cocok gak ?

Reyga Geano Putra Bagaskara.

Alula Carletta

Arsenio El Gattan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!