Cassey menatap salah satu club ternama di New York dengan ragu, dia merogoh handphone dari kantong jaketnya.
"Jo, benarkah ini alamatnya?" Cassey menggigiti bibir bawahnya merasa ragu.
"Hey, mana mungkin aku bercanda. Lagipula apa salahnya orang di club memesan pizza? Sudah, cepat selesaikan dan segeralah pulang. Ini sudah larut malam!" jawab Joshua kesal lalu menutup sambungan telefon tanpa menunggu jawaban Cassey. Cassey menghela nafas, entah kenapa dia merasakan suatu firasat yang buruk. Dengan menguatkan tekat, dia berjalan memasuki bar itu dengan langkah mantap.
===
"Zack!" Seorang gadis bergaun merah menatap kedua orang yang bercumbu di depannya dengan geram. Bahkan teriakannya itu tidak menghentikan kegiatan mereka.
Dengan geram, gadis itu menarik rambutnya wanita yang sedang bercumbu dengan Zack, kekasihnya.
"Yak, jalang! Apa maksudmu?" teriak wanita itu kesal karena kegiatannya di ganggu orang asing bahkan kepalanya terasa berdenyut akibat perilaku brutal wanita di depannya ini.
"Rebecca?" seru Zack terkejut melihat siapa yang menginterupsi kegiatannya.
"Dasar bajingan, aku kira kau sudah berubah. Ternyata sama saja, kita putus." gadis itu menampar pipinya Zack dengan keras, dan menuangkan alkohol pada wanita yang tadi dicium oleh Zack.
"Tadi itu apa? Katamu kau belum punya kekasih, dasar." teriak cewek yang dicium Zack tadi marah, menampar pipinya Zack dan pergi.
"Woah! Dalam lima menit kau ditampar dan diputuskan dua pacarmu, bro?" Ray tertawa sambil bertepuk tangan, Zack hanya mengembangkan smirknya.
"Dalam lima menit juga aku bisa mendapatkan ganti mereka berdua." ujar Zack sombong yang membuat Ray berdecih,
"Aku mengatakan hal yang benar, siapa yang bisa menolak pesona seorang Zack Maxwell?" Ray kembali berdecih, kadang dia benci dengan sikap seenaknya temannya ini.
Dia akui dia juga playboy, tapi tak separah Zack. Jika dirinya hanya bergonta-ganti wanita,namun Zack? dia bahkan mengencani 6 wanita dalam waktu yang sama. Seolah menganggap wanita itu hanya boneka mainannya.
"Apa yang terjadi disana?" Ray menatap bingung dancefloor yang terlihat ada keributan.
"Oh, tadi ada seorang perempuan yang mengantar pizza, tapi ketika diberikan kepada cowok yang berbaju hitam itu. Dia bilang dia tidak pesan," Ray menatap wanita dalam pelukannya dengan bingung,
"Lalu kenapa ada keributan?"
"Kau tidak melihatnya? perempuan pengantar pizza tadi di dorong. Itu dia masih terduduk di bawah." Rey menatap perempuan itu dengan iba, dia ingin menolong. Tapi jika dia menolong, kekasihnya yang memiliki tingkat kecemburuan tinggi ini. Pasti akan marah,
"Zack, aku akan mengakui jika tidak ada yang menolak pesonamu. Jika kau bisa menaklukkan dia." Ray menunjuk perempuan yang terduduk di dancefloor, Zack berdecih.
"Aku tak butuh pengakuanmu,"
"Oh, bilang saja kalau kau memang tidak bisa menakklukkan dia. Karena dia terlihat gadis baik-baik, tidak seperti jalang yang menjadi kekasihmu." rahang Zack mengeras, tanpa menjawab Zack langsung berdiri meninggalkan Ray.
===
"Aku, kan sudah bilang. Aku tidak memesannya, apa kau tuli heh?" bentak cowok itu yang membuat Cassey mendongakkan kepalanya menatap cowok itu dengan tajam.
Sebenarnya Cassey ingin membalas menendangnya, namun pasti dia akan kena marah bosnya lagi jika dia menyakiti pelanggan dan tidak membawa uang.
"Hey, bitch! Berani sekali kau menatapku dengan pandanganmu itu." teriak cowok itu lagi, Cassey menyadari saat ini dia menjadi pusat perhatiannya semua orang.
Malu? Jangan ditanya lagi, tentu saja. Tapi Cassey tidak akan melawan, Cassey kembali menundukkan kepalanya.
'Bugh!' Cassey menganggkat kepalanya mendengar suara pukulan, tak lama kemuadian terdengar suara gelas pecah berturut-turut.
"Butuh bantuan manis?" suara bass itu membuat Cassey mendongak, ketika melihatnya. Cassey merasa seluruh waktunya terhenti,
'Dia sangat tampan.' itulah yang terlintas diotak Cassey.
"Hey?!" ujar suara bass itu lagi yang membuat Cassey tersadar,
"Ketika seseorang mempermalukanmu atau menyakitimu, kau jangan diam saja. Balas saja, kau memiliki hak untuk membalas mereka." entah kenapa, Cassey langsung mengangguk mendengar perintah itu.
Dia menerima uluran tangan cowok bersuara bass itu, Cassey merasa terkejut. Ketika dia menyentuh tangan cowok itu, dia merasakan sebuah sengatan yang menyenangkan. Dalam perutnya terasa seperti banyak kupu-kupu berterbangan. Cassey menyukai sensasi ini,
"Mari aku antar keluar."
"Tunggu, bisa aku ambil pizzanya terlebih dahulu?" ujar Cassey yang membuat cowok itu mengembangkan senyumnya,
"Tentu, itu merupakan hak-mu manis." setelah mendapat persetujuan, Cassey langsung berjalan dengan tertatih-tatih menuju pizza di meja bar. Agak sulit, karena Cassey merasakan nyeri di pergelangan kaki kanannya.
"Kakimu kesleo?" tanya cowok bersuara bass tadi yang kini sudah membantu Cassey untuk berjalan.
"Mungkin." gumam Cassey mengambil pizzanya, tapi setelah Cassey berbalik dia malah merasa dirinya melayang.
"Apa yang kau lakukan?" pekik Cassey karena cowok itu menggendongnya ala Bridal style.
"Jika kau memaksakannya untuk berjalan, nanti kakimu bisa bengkak. Kau bawa kendaraan?"
"Turunkan aku di situ saja, aku akan cari taksi." Cassey menunjuk ke trotoar jalan.
"Kau mau membawaku kemana?" seru Cassey panik karena cowok bersuara bass itu malah terus menggendongnya, dan ketika sebuah mobil sport merah berhenti di depan mereka.
Cowok itu mendudukkan Cassey ke kursi penumpang dan memasangkan seatbelt pada Cassey, sejenak Cassey terdiam mencium aroma yang di kuarkan cowok itu. Aroma yang mampu membuatnya merasa mabuk, musk dan kayu-kayuan.
"Rumahmu dimana?" tanya cowok bersuara bass itu setelah duduk di kursinya.
"Sungguh, terimakasih. Tapi aku bisa pulang naik taxi." keukuh Cassey merasa tidak enak.
"Arah selatan atau utara?" cowok bersuara bass itu tidak memperdulikan protesan Cassey sama sekali.
"Selatan."
"Zack," Cassey menatap cowok itu dengan dahi berkerut bingung.
Cowok itu malah terkekeh,
"Namaku Zack, nona." ujar cowok itu dan Cassey hanya ber'oh'ria.
"Kalau kau?" tanya Zack karena Cassey tidak memperkenalkan dirinya.
"Uhm, Cassey Heaton."
"Nama yang manis." setelah Zack mengatakan itu, kesunyian menyelimuti mereka.
"Apa kau memang seperti ini atau aku kurang mempesona?" pertanyaan itu sontak membuat Cassey menatap Zack dengan dahi berkerut bingung.
"Maksudku apakah kau orang yang memang dasarnya pendiam atau aku memang tidak membuatmu tertarik sama sekali?" Zack melirik Cassey yang malah tertawa mendengar penjelasannya.
"Bukan keduanya, aku tidak berbicara karena memang tidak ada topik yang bisa aku perbincangkan denganmu."
"Jadi kau akan menjadi cerewet ketika kita sudah dekat?" Zack menatap Cassey menggodanya, dan lagi Cassey hanya menanggapi dengan senyuman.
"Lalu yang kedua?" Cassey kembali menatap Zack dengan bingung,
"Kenapa aku perlu menjawabnya?" jawaban Cassey tersebut membuat Zack menggedikkan bahunya.
"Aku seorang cassanova dimanapun." Cassey tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan narsisnya Zack.
"Apakah itu hal yang lucu?"
"Aku rasa kau orang yang narsis."
"Aku tidak narsis, itu memang fakta jika aku itu tampan." lagi-lagi Cassey tertawa mendengar jawaban dari Zack.
"Okey, aku akui kau memang tampan. Tapi apa kau selalu memamerkan ketampananmu seperti itu?"
"Aku hanya memamerkan pada orang yang tidak terpesona denganku." Zack melirik Cassey.
"Jadi kau kira aku tidak terpesona denganmu?" tanya Cassey yang membuat Zack kembali menggedikkan bahunya.
"Ah! Turunkan aku di depan toko bunga itu." Cassey menunjuk toko bunga di sebelah kanan jalan.
"Uhm, thanks for all. Maaf aku jadi merepotkanmu." Cassey berbalik akan keluar, tapi gerakannya terhenti karena Zack menahan tangannya Cassey yang akan membuka pintu mobil.
"Jadi, apa aku tidak menarik bagimu?" Zack masih menahan tangannya Cassey.
"Kenapa kau ingin sekali mendengar jawabanku?"
"Karena aku tertarik padamu." setelah itu Zack langsung menjatuhkan bibirnya tepat di bibir plumnya Cassey, hanya menempel.
Tapi setelah melihat reaksi diamnya Cassey, Zack mulai melumat bibir Cassey dengan lembut. Cassey terdiam, tidak melawan maupun menolak.
Tapi setelah Zack menekan tengkuknya Cassey untuk memperdalam ciumannya, Cassey mulai terlena dan mengikuti permainannya Zack. Mereka baru melepaskan tautan bibir mereka karena kehabisan oksigen, tapi Zack tidak menjauh.
Zack malah menautkan kedua kening mereka, sejenak mereka masih dalam posisi itu sambil terengah-engah karena kegiatan mereka baru saja.
"Akan aku jemput kau besok sugar," ujar Zack lalu membukakan pintu mobil di belakang Cassey. Tapi ketika Cassey akan berbalik, Zack kembali menarik Cassey. Kemudian dia mengecup bibirnya Cassey ringan,
"Good Night, sugar." Zack tersenyum manis yang membuat pipi Cassey bersemu.
Tanpa menjawab Cassey langsung menutup pintu mobil, ketika mobil itu telah pergi dari pandangannya. Cassey berteriak-teriak tidak jelas, dia menangkup kedua pipinya yang memerah.
Tak sedikitpun dalam benaknya untuk berfikir, bahwa dia disukai bahkan dicium oleh orang setampan itu.
Udara dinginnya pagi membuat Cassey menarik selimut tipis yang menutupi tubuh mungilnya, berharap bisa memberikan kehangatan pada tubuhnya.
Ketika mendengar suara berisik dari alarmnya, Cassey menggerutu. Merasa kesal karena dia belum puas tidur, dengan mata yang masih terpejam. Cassey mendudukkan diri, melawan egonya.
Setelah cukup sadar, dia segera melangkah masuk kedalam kamar mandi.
Cassey memang tinggal di rumah sederhana itu senduri, dia yatim piatu.
Sebenarnya dia punya paman, namun dia tidak mau pindah ke Paris. Tempat pamannya tinggal, jadi pamannya hanya terus mentransfer uang yang dia sama sekali tidak menggunakannya.
Dia merasa sungkan, dia hidup dengan uang hasil kerja paruh waktunya. Suatu saat nanti dia akan mengembalikan uang pamannya itu.
Cassey keluar rumah, menuju toko bunga peninggalan ibunya. Yang kini masih beroperasi, namun dia pasrahkan pada karyawan kepercayaannya.
Walaupun cukup ramai, namun Cassey juga harus mencari kerja sampingan. Karena hidup di New York tidaklah murah.
"Pagi Casy." Cassey balas tersenyum pada Wendy, karyawan toko bunganya.
"Pagi Wen,"
"Kau sudah sarapan? ini aku membawa sandwich." Cassey menggeleng, dia tau. Sandwich itu adalah bekal makan siangnya Wendy.
"Aku buru-buru Wen, nanti aku bisa telat. Aku diluan, Bye!" Cassey melambai sembari melangkah menjauh, sebelum Wendy memaksanya untuk membawa sekotak sandwich itu.
Zack menyeringai menatap seorang gadis yang berdiri di halte bus sendirian. Dia mempercepat laju mobilnya, dan menghentikannya tepat di depan gadis itu berdiri.
"Hey, sugar?!" tubuh Cassey menegang mendengar suara yang sudah familiar baginya, walaupun baru sebentar dia mengenal pemilik suara itu.
"Ayo aku antar, kau mau sekolah bukan?" Zack menawari dari dalam mobil, berbicara dengan Cassey lewat jendela mobilnya yang terbuka.
"Aku, naik bus saja."
"Ayolah, aku tak pernah berangkat pagi. Dan hari ini aku berangkat pagi karena menjemputmu." Cassey menggigit bibir bawahnya, merasa bingung.
"Ayolah Cass, jika kau tidak segera naik aku juga bisa terlambat. Aku juga sekolah."
Akhirnya Cassey memiliha masuk kedalam mobilnya Zack, dia merasa tidak enak dengan Zack. Mereka bahkan baru kenal tadi malam.
"Kau sekolah di Glam Senior High School?!" Cassey mengangguk menanggapi pertanyaannya Zack.
"Sekolah kita searah." Cassey menatap Zack, lebih tepatnya seragam yang dikenakan Zack.
Matanya Cassey membulat, menyadari dimana sekolahan yang mempunyai seragam yang dikenakan Zack.
Zack terkekeh menatap raut wajah terkejutnya Cassey, dengan bangga dia menepuk-nepuk celana seragamnya.
"Ya, aku sekolah di KingDom Senior High School." Cassey tersenyum kikuk mengetahui Zack menatapnya.
KingDom Senior High School, adalah salah satu sekolah elit terbaik di Amerika Serikat yang bertempat di New York. Bukan hanya karena prestasi, namun karena mayoritas yang sekolah disana adalah artis, anak pejabat, biliobare, pokoknya jenis manusia terpandang di negara ini.
"Jangan menatapku seolah kau sedang menatap malaikat." Zack menyunggingkan seringaiannya.
Cassey tertawa mendengar penuturan Zack yang sangat pede.
"Kenapa kau menjemputku?"
"Kemarin, kan aku bilang akan mengantarmu." Cassey hanya mengangguk. Setelah itu hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua.
"Uhm, sekali lagi. Thank's Zack, kau terlalu baik." Cassey tersenyum, hendak keluar dari mobil. Namun terhenti karena Zack menahan tangannya.
"Biar aku buka." setelah itu Zack keluar, berlari ke arah pintu. Dan membukakan pintu mobil iti untuk Cassey, Cassey tersipu. Dia tidak pernah diperlakukan semanis ini oleh seorang lelaki.
"Okay, kau berterimakasih padaku bukan?" Cassey menganggukkan kepalanya dengan raut bingung, apa Zack tidak ikhlas menolingnya.
"Kalau kau berterimakasih, pulang sekolah nanti tunggu aku disini. Aku antar kau pulang." Zack menarik tangannya Cassey untuk mendekat padanya.
Dengan lembut, dia menangkup kepalanya Cassey dan mengecup kening Cassey dengan penuh perasaan. Wajah Cassey memerah, Zack terkekeh melihatnya.
"Aku pergi, see you sugar." Zack mengacak rambutnya Cassey pelan, meninggalkan Cassey yang masih terdiam di tempatnya dengan wajahnya yang semerah tomat.
Dia mengelus keningnya, tempat Zack tadi mengecupnya. Cassey tersenyum, dia seperti melayang. Zack begitu manis dan mendebarkan.
Dengan senyum yang merekah, Cassey berjalan memasuki sekolah. Tidak memedulikan orang yang membicarakannya akibat kejadian baru saja.
====!!=======
Hey?!🙋 Salam kenal ya. makasih udah mau baca ceritaku, uhm kalau bisa. tolong tinggalkan jejak ya?! biar aku tambah semangat updatenya. makasih 😁
Cassey melangkah memasuki sekolahnya dengan perasaan yang berbunga-bunga, kedua pipinya menampakkan semburat merah serta senyum yang menghiasi bibir plumnya. Dia melangkah dengan ringan, siapa saja yang menatapnya pasti bingung.
Cassey yang terkenal gadis cuek berwajah datar, kini malah berjalan masuk ke sekolahan dengan raut wajah berbinar. Siapapun tau raut itu, raut wajahnya seseorang yang sedang di mabuk cinta.
Cassey mendudukkan dirinya pada kursinya, masih dengan wajah sumringah dan senyum merekah yang menghiasi wajahnya pagi ini. Jangan lupakan juga semburat merah yang masih tampak pada kedua pipi chubbynya.
Nery, teman sebangkunya Cassey. Dia meletakkan telapak tanga kanannya pada dahinya Cassey.
"Kamu tidak panas." Nery menjauhkan telapak tangannya, dia menatap Cassey dengan intens.
"Aku bukan sakit Ner," Nery mengerutkan keningnya bingung, jika bukan sakit Cassey kenapa seperti ini? setahunya, 6 tahun dia kenal dengan Cassey. Dia tidak pernah melihat Cassey memasang raut wajah seperti ini.
"Aku rasa, aku jatuh cinta." gumam Cassey yang membuat Nery tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya yang terasa sakit akibat tawa kerasnya.
Dia penasaran sekaligus takjub, cowok hebat mana yang bisa menaklukkan hati kerasnya Cassey. Apalagi Cassey terlihat sangat ekspresif seperti itu,
"Jadi, siapa pria hebat yang bisa membuat si hati batu ini jatuh cinta?" Nery mencondongkan tubuhnya, siap mendengarkan isi hatinya Cassey.
"Dia orang hebat Ner, saking hebatnya. Aku tidak mungkin bersamanya." bahu Casseu meluruh lemah, Nery menaikkan sebelah alisnya bingung. Namun setelah itu dia tersunyum tulus.
"Cass, cinta itu buta. Dia tidak memandang siapa dan bagaimana orang yang dia cintai. Karena cinta itu merupakan keajaiban, dia datang dari hati." Nery menepuk bahunya Cassey, berharap tepukan dan ucapannya bisa menjadi kekuatan untuk Cassey. Bukannya semangat, Cassey malah semakin lemas mendengar penururannya Nery tersebut.
"Ya, memang buta. Berani sekali ya, aku menyukai orang yang berbanding terbalik jauh diatasku." gumam Cassey sedih yang masih di dengar Nery, Nery ikut tersenyum kecut.
"Apa dia anak Presiden Rusia, hingga kau sesedih ini?" Cassey terkekeh mendengar candaan Nery yang aneh,
"Dia tau perasaanmu?" Cassey menggeleng lemah, bagaimana dia mau memberi tau. Baru tadi malam dia bertemu dan kenal dengan Zack. Tapi bisa-bisanya dia langsung jatuh hati karenanya.
"Jadi, ini cinta sepihak?" Cassey mengangguk ragu.
"Aku jadi penasaran dengan cowok itu,"
"Kapan-kapan, jika mungkin aku bertemu lagi dengannya. Itupun jika mungkin." Cassey berkata ragu, mana mungkin Zack menjumpainya lagi.
Lagipula, dia dan Zack tidak ada urusan. Dia yang bodoh, karena bisa jatuh cinta pada orang yang baru pertama kali dia jumpai dan kenal. Lebih paahnya lagi, karena Zack adalah jenis laki-laki yang lebih dari sekedar sempurna.
=======
Zack bersandar pada mobil sport merahnya dengan kaca mata hitamyang bertengger manis diatas hidung mancungnya. Berkali-kali orang yang melewatinya menatapnya dengan kagum, dia hanya tersenyum miring.
Menjadi pusat perhatian, ya. Dimanapun dia berada, pasti dia akan menjadi pusat perhatian. Dia menatap jam tangan Rolex yang melingkar dengan indah pada tangan kirinya.
Setelah dia menemukan orang yang di carinya, Zack langsung melambaikan tangannya pada gadis bertubuh mungil yang sedang berjalan keluar dari sekolah. Gadis itu malah berhenti, menatap Zack dengan bingung.
Dengan mantap, Zack melangkahkan kakinya mendekati gadis itu.
"Hei, aku sudah menunggumu dari tadi." ucap Zack setelah berdiri di depan gadis itu.
"Menungguku? Kenapa?" Cassey menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah bingung.
"Kau tanya kenapa?" Zack menatap Cassey heran, dengan raut wajah bingung pula Cassey mengangguk.
"Aku yang mengantarmu berangkat, berarti kewajibanku juga untuk menjemputmu."
"Ayo!" tanpa menunggu jawaban atau persetujuan dari Cassey, Zack langsung menarik tangannya Cassey untuk berjalan. Lalu dia membukakan pintu mobil untuk Cassey.
"Seharusnya kamu tidak perlu melakukan ini." ujar Cassey setelah Zack duduk di belakang kemudi.
"Aku melakukannya karena aku mau." Zack tersenyum manis yang membuat jantung Cassey serasa akan melompat dari tempatnya.
"Okay, sebagai permintaan maafku karena telah memaksamu naik. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat." Cassey gelagapan mendengarnya, terpaksa? tentu saja dia tidak terpaksa. Lagipula Cassey juga memasuki mobil ini bukan karena paksaan dari Zack, tapi karena dia mau.
Jika dia tidak mau, jelas Cassey akan menolak saat Zack menariknya tadi.
"Kau tidak memaksaku, aku bahkan menurutimu. Jadi tidak usah minta maaf." Zack terkekeh mendengar nada khawatir terselip dalam ucapannya Cassey.
"Tak apa sugar, aku akan merasa senang jika kau mau menerima permintaan maafku." Cassey menatap keluar mobil.
"Baiklah, aku ikut kau." Bukannya Cassey tidak senang diajak pergi Zack, namun. Dia akan semakin jatuh cinta pada Zack jika Zack selalu sebaik dan semanis ini padanya. Zack tersenyum mendengar jawabannya Cassey.
===========
Cassey menatap pantai di depannya dengan takjub, pantai ini sangat indah, bersih, dan yang paling penting sepi. Cassey menatap Zack dengan horor, sepi?!
"Zack, jangan bilang ini pantai pribadimu?" Zack terkekeh ditatap dan ditanyai Cassey seperti itu.
"Aku tidak suka keramaian, ayo ikuti aku." Zack menarik tangannya Cassey, membawa Cassey mendekati pantai.
"Cass?!" Cassey menoleh menatap Zack, namun ketika melihat ombak datang kearahnya. Cassey akan berlari menjauhi ombak, tapi Zack menariknya. Mendekap tubuhnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!