Seorang gadis menghela nafas pelan, lelah menghampirinya sedari tadi namun ia tidak dapat beristirahat karena sekarang ia sedang mencatat dan memotret apapun yang tengah diteliti oleh atasannya.
Asisten seorang arkeolog. Yah, itulah pekerjaannya selama libur semester tahun keempat ini.
Sebenarnya bisa saja dia menolak pekerjaan ini, selain bukan bidangnya ini juga sangat melelahkan, mengingat sebentar lagi ia akan wisuda pastinya banyak hal yang harus ia kerjakan, salah satunya sidang skripsi.
Satu hal yang membuatnya menerima pekerjaan ini karena arkeolog itu adalah orang yang ia sukai selama ini.
"Lelah?"
Tanya Arga, sang arkeolog dan juga merupakan dosen di universitasnya. Tampan dan terlihat masih muda, padahal usianya sudah hampir 30.
"Hm... Belum sampai pingsan kok pak dosen"
Jawab gadis yang terduduk di tanah didalam terowongan buatan.
Arga tersenyum mendengar jawaban Amanda.
"Kalau lelah jangan dipaksain, nanti saya dituduh nyuruh kamu kerja rodi"
Amanda terpana diberikan senyuman manis oleh laki laki pujaannya, wajahnya memerah karena malu.
"Wajah kamu kenapa merah? demam?"
Huffh, laki-laki memang tidak pernah peka.
Yaampun pak dosen ini, tidak tau apa? hatiku jadi dag dig dug diliatin kayak gini
"Eh pak dosen itu apa?"
Tanya Amanda, berniat mengalihkan fokus Arga.
Amanda menunjuk sebuah benda bersinar yang berada didekat objek penelitian mereka, terlihat kotor karena tanah.
"Hm?"
Pak dosen mengalihkan pandangannya kearah tempat yang ditunjuk oleh Amanda, ia mengambilnya dan membersihkannya dengan air mineral yang mereka bawa.
Sebuah cincin berwarna perak dengan kristal berwarna ungu ditengah-tengahnya mulai menampakan diri, Amanda yang sedang terduduk tak jauh dari Arga juga mulai mendekat untuk melihat benda itu.
"Wah indah sekali"
Ucap Amanda terlihat senang.
"Boleh aku mencobanya pak dosen?"
Tanya Amanda.
"Hm boleh, tapi hanya mencoba tidak menjadikannya milikmu"
Bagaimanapun barang ini ditemukan didekat objek penelitian mereka, dan tentunya cincin ini juga harus ikut diteliti.
"Baiklah"
Amanda berucap dengan sedikit cemberut, namun tak urung untuk mencobanya.
Saat cincin itu sudah terpasang indah dijari manisnya, rasa kantuk mendadak menghampiri. Amanda perlahan menutup matanya, yang ia lihat terakhir kali adalah wajah panik Arga– pak dosennya.
TRANG...
TRANG...
TRANG...
Terdengar suara benturan keras dua benda panjang serta pipih, benda itu adalah pedang. Suara benturan itu saling sahut menyahut dengan suara ledakan lainnya yang tak kalah nyaring.
Ditengah pertarungan itu mereka semua tidak menyadari adanya wanita yang terduduk dengan menyandar ke dinding terowongan sebelah kiri tak jauh dari tempat mereka bertarung, jelas suara pertarungan itu mengusik si wanita yang sepertinya tertidur.
Wanita itu perlahan membuka mata, matanya menyipit karena terowongan itu hanya diterangi dengan obor obor kecil dalam jarak 5 meter per-obor.
"Berisik sekali, tidak tau apa orang lagi cape digangguin"
Omel Amanda masih terduduk di tanah, mencoba untuk berdiri.
Amanda menengok ke kanan kiri, arah yang saling berlawanan, ujung terowongan satu dengan ujung terowongan satunya lagi. Amanda merasa heran dengan kondisi terowongan yang seperti menjadi lebih rapi, dibuktikan dengan banyaknya obor di sisi kanan dan kiri.
"Eh? Wait wait. Pak dosen kok gak ada? Tega banget ninggalin aku sendiri, cuma barang barang aku yang diabawain aku malah ditinggalin. Huh keterlaluan!"
Amanda terus saja mengatai dan mengutuk tingkah pak dosennya yang menurutnya keterlaluan, meninggalkannya seorang diri.
Amanda mulai berjalan ke kerumunan yang bising tadi sambil membersihkan debu dan tanah yang menempel dipakaiannya.
"Wah wah wah wah! Apakah ini sedang syuting film kolosal?"
Berpikir seperti itu, karena pakaian yang mereka pakai sama dengan film film kolosal China yang ia tonton akhir akhir ini. Amanda terlihat kagum melihat pertarungan didepan matanya, namun sedikit takut juga melihat banyaknya orang yang terluka.
Sangat loyal dan totalitas
Saat sampai pada adegan dimana seorang pria seperti akan menebas kepala lawannya Amanda berteriak, jelas ia sangat kaget melihatnya.
Ini sih sudah sangat keterlaluan, demi film saling membunuh dengan tindakan nyata, apakah sepadan?
"Stop! Stop! Kalian gila?"
Amanda berteriak menggunakan Bahasa Inggris mix Bahasa Mandarin, kebetulan di universitasnya ia mengambil jurusan Kebudayaan dan Bahasa Mandarin. Itulah juga alasan Arga–dosennya itu meminta Amanda untuk ikut dalam penelitiannya ke negri Tirai Bambu–China.
Seakan tidak mendengar teriakkan Amanda, orang-orang didepannya ini sama sekali tidak mempedulikan teriakannya.
"Ini pak sutradaranya kemana sih? Kalau hp aku ada udah aku videoin laporin ke polisi, biar sutradaranya ditangkap"
Amanda jelas marah.
Ini nyawa manusia. Okey!
Dengan terpaksa ia berlari masuk ke tengah-tengah pertarungan, menarik salah satu lengan pria yang ia tebak sebagai pemimpin salah satu kelompok itu. Lelaki berbaju putih seperti baju berkabung itu mencoba menoleh melihat siapa yang berani menarik tangannya hingga menghentikan dirinya untuk menebas lengan lawan, dilihatnya perempuan dengan pakaian yang menurutnya aneh tengah menarik narik lengannya.
"Lepaskan!"
Lelaki itu berkata dengan dingin, perkataannya lebih seperti nada perintah.
"Yang benar saja, aku tidak akan membiarkanmu membunuh manusia"
Ucap Amanda memelototi lelaki itu.
Terdengar tepuk tangan dari lawan pria yang lengannya sedang Amanda peluk entah sejak kapan, mereka berdua spontan menengok ke arah suara tepuk tangan itu.
"Ternyata saudara Zhi Xi tidak seperti rumor yah, mengajak seorang wanita kedalam misi, sungguh sangat mencitainya kah?"
"Hei aku ini bukan wanitanya, apa-apaan mencintai"
Amanda dibuat agak kesal mendengarnya.
Mana mungkin aku mengkhianati pak dosen.
"Wah galak sekali, apakah tipe wanitamu memang yang galak dan tidak sopan seperti ini? Penampilannya... Ck ck ck benar-benar rendah"
Ada penekanan dikata terakhir.
"Jangan keterlaluan kamu, Tian Zhu"
Zhi Xi berbicara masih dengan nada dingin dan datar seperti papan yang disimpan di bongkahan es.
Benar-benar datar dan dingin.
"Haha sudahlah sudahlah, karena untuk menghormati nona cantik ini aku tidak akan membunuhmu hari ini"
Menujuk dengan menggunakan pedang kearah lelaki yang dipanggil Zhi Xi.
"Membunuh apanya? Padahal tadi kamu yang sudah terdesak, seharusnya kamu berterima kasih kepadaku"
Amanda malah cemberut, tak terima perkataan lelaki didepannya.
"Haha tak kusangka mulutnya juga berbisa, tapi aku suka"
Seketika Tian Zhu berada beberapa langkah didepan Amanda, mengulurkan tangannya hendak memegang dagunya. Amanda yang kaget spontan mengeratkan pelukannya pada lengan Zhi Xi.
BAAMM..
Suara benturan keras terdengar sampai membuat dinding terowongan retak, suaranya bahkan sampai menghentikan pertarungan yang lainnya, suara itu berasal dari pukulan telapak tangan Zhi Xi ke dada Tian Zhu.
"Keughh..."
Tian Zhu memuntahkan darah segar.
Orang-orang yang bertarung tadi langsung melesat mendekati ketuanya, Zhi Xi. Dan separuhnya lagi menghampiri Tian Zhu, tentunya itu berarti mereka adalah kelompok dari Tian Zhu.
"Tian Zhu, kau baik-baik saja?"
Tanya seorang pria yang ternyata adalah teman dekatnya, bernama Shu Feng. Tian Zhu mengabaikan pertanyaan temannya itu dan berdiri dengan susah payah.
"Kau... Tunggu pembalasanku, semuanya ayo pergi"
Perintah Tian Zhu pada kelompoknya.
Kelompok Tian Zhu pun berlari keluar terowongan, oh jangan lupa dengan Tian Zhu yang digendong oleh temannya itu, terlihat sangat menggelikan.
"Dasar pengecut, huh"
Amanda berkata sambil menjulurkan lidahnya, mengejek Tian Zhu.
"Zhi Xi, wanita ini...."
Melihat penampilan wanita yang masih memeluk erat lengan temannya itu.
Penampilannya sangat aneh.
Bagaimana tidak? Amanda saat ini memakai kaos putih yang tidak menutupi sikunya, celana jeans yang jelas tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...****************...
......................
^^^Majalengka, 08 Agustus 2021^^^
^^^Ttd. Author^^^
Hallo👋
Ini pertama kalinya aku bikin yang gendre kayak gini, semoga suka ya!
Amanda yang tidak memperhatikan orang yang menatapnya, ia malah bertanya pada Zhi Xi.
"Zhi Xi, siapa nama aslimu? Aku merasa tidak nyaman kalau memanggilmu dengan nama palsu. Oh ya dimana sutradara kalian? Aku ingin protes karena telah menyuruh kalian melakukan akting yang sangat sangat tidak berperasaan ini. Lihatlah lengan, kaki dan wajah kalian penuh luka dan darah. Aku jadi takut melihatnya dan juga tidak tega, benar-benar tidak berprikemanusiaan"
Amanda bertanya dan terus berbicara tanpa membiarkan mereka menjawab.
Mereka semua melongo melihatnya, antara tidak mengerti dan juga merasa aneh dengan wanita yang memang terlihat tidak sopan ini. Pantas saja Tian Zhu tertarik dengan wanita ini, bagian atasnya jelas tidak seperti wanita lain yang rata.
Benar-benar berisi.
Ya ampun apa yang aku pikirkan? Guru Zhou Xu maafkan kami yang tidak bisa untuk tidak melihat ini. Tetua Tiga jangan berikan hukuman yang berat **bagi** kami.
Mereka semua membatin melihat Amanda yang tubuhnya tercetak karena memakai pakaian dengan ukuran pas dibadannya.
Zhi Xi yang seakan mengerti dengan maksud dari tatapan serta perkataan yang tidak dilanjutkan temannya itu langsung mengeluarkan jubah dari cincin penyimpanan yang ia pakai di jari tangan kiri, menyodorkan kehadapan Amanda tanpa berkata-kata.
"Apa ini? Aku sedang bertanya pada kalian, kenapa kamu malah mengeluarkan pakaian putih itu?"
Mendongakkan kepala melihat wajah Zhi Xi yang datar dan dingin tanpa ekspresi.
"Dan juga.. darimana kamu mendapatkan baju itu? Aku tidak melihatmu membawa tas atau semacamnya"
Tanya Amanda dengan jari telunjuk mengetuk-ngetuk dagunya masih menatap Zhi Xi.
Wajah Amanda terlihat bodoh di mata mereka yang ada disana.
"Nona, temanku ini memintamu untuk memakainya. Penampilan nona sangat..ekhem..mengganggu"
Amanda melotot diabuatnya.
What? Mengganggu? Memangnya aku ini hama?
"Mengganggu bangaimana?"
Tanya Amanda kesal melipat kedua tangannya di dadanya, yang membuat dua gunung itu semakin tercetak jelas.
Secepat kilat Zhi Xi memakaikan jubah yang ia keluarkan tadi ke tubuh Amanda sebelum teman-temannya berdosa karena menatap tubuh Amanda.
"Kau ini..disini sangat gerah"
Amanda hendak melepaskan jubahnya namun ditahan oleh Zhi Xi.
Tatapannya seakan berkata 'pakai atau kubunuh,' Amanda dibuat takut melihatnya.
"Baiklah baiklah aku pakai"
Menampilkan wajah kesal.
Melihat Amanda yang menurut membuatnya mengangguk-anggukan kepalanya.
Setelahnya Zhi Xi berjalan keluar terowongan diikuti yang lainnya termasuk Amanda. Udara dalam terowongan sangatlah panas, tak sabar untuk menghirup udara segar Amanda berlari mendahului Zhi Xi dan kelompoknya. Saat benar-benar berhasil keluar Amanda malah dibuat kaget.
Wait wait wait. Ini dimana? Kok berubah drastis gini? Kenapa jadi hutan?
Amanda menatap curiga ke arah Zhi Xi dan yang lainnya.
"Zhi Xi. Can you explain what happened to the environment around this tunnel?"
[ Zhi Xi. Bisakah kamu jelaskan apa yang terjadi dengan lingkungan di sekitar terowongan ini? ]
Zhi Xi hanya memasang ekspresi datar.
"Do you know what I'm saying?"
[ Kamu ngerti gak aku ngomong apa? ]
Wajah Zhi Xi masih saja datar namun tidak dengan yang lainnya, jelas mereka sedang merasa bingung.
"Kalian ngerti tadi aku ngomong apa?"
Amanda bertanya untuk membuktikan dugaannya atas perubahan yang ada di tempatnya berpijak.
"Nona.. Tadi memangnya bicara apa?"
Tanya salah seorang dari mereka.
"Kalian tidak pernah mendengar ada orang lain yang berbicara seperti aku tadi?"
Tanyanya lagi.
"Tidak pernah nona"
Ini gak mungkin kan, seorang aktor kayak mereka yang sering main film gak pernah denger Bahasa Inggris. Padahal ini China loh..
Amanda mengerutkan dahinya, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dahinya pelan, namanya juga lagi berpikir keras.
Bukannya jadi aktor juga gak boleh terlalu bodoh kayak gini? *Ma**sa belum pernah denger* **sih**? Atau jangan-jangan....
Mata Amanda membulat, iamenatap Zhi Xi dengan tatapan sulit diartikan.
"Zhi Xi, tahun berapa masehi saat ini?"
Pertanyaan konyol, ya ampun.
"Hmm..masehi? Apa itu masehi?"
Tiba-tiba tenggorokannya terasa kering, nafasnya tidak stabil dan mata yang mulai berair.
Habis sudah....aku benar-benar ada di jaman kuno, di negara orang lain lagi.
Amanda tertunduk menangis sesenggukan masa bodo dengan orang-orang didepannya, ia saat ini hanya ingin pulang ke Bandung tempat kelahiran tercintanya.
"Nona..kenapa kamu.."
"Aku ingin pulang"
Ucap Amanda masih dengan air mata di pipinya.
"Memangnya rumah nona dimana? Biar saya antarkan!"
Tawar salah seorang dari mereka.
"Aku dari jauh kalian tidak akan tau, tapi aku ingin pulang, Zhi Xi"
Mengoyang-goyangkan lengan Zhi Xi.
Tingkahnya ini seperti anak yang menangis ingin dibelikan permen.
"Pantas saja wajah nona dan penampilannya juga sangat asing bagi kami, ternyata datang dari jauh"
Wajahnya memang sangat asing, hidung mancung, mata besar, bibir mungil sangatlah berbeda dengan mereka.
Setiap orang masih saja berusaha bersuara agar Amanda berhenti menangis karena suara tangisnya itu sungguh sangat mengganggu.
"Nona, kenapa bisa ada didalam terowongan tadi? Terowongan tadi sangatlah berbahaya"
"Aku...juga tidak tahu"
*T**idak mungkin kan aku bilang 'Aku berasal dari abad 21. Aku dari Bandung. Aku kesini untuk sebuah penelitian, lalu tiba-tiba aku berpindah dimensi ke jaman kuno ini setelah... setelah*..'
Amanda langsung melihat jemarinya, dan cincin itu ternyata masih terpasang indah di jari manisnya.
Apa mungkin gara-gara cincin sialan ini?!
Haiihh... Bahasa Inggris yang sudah mendunia saja mereka tidak tahu, apalagi mengenal Negara Indonesia, sangat tidak mungkin.
Mereka mulai berjalan untuk keluar dari hutan, Amanda yang memang takut tersesat mencoba merapatkan diri dengan Zhi Xi.
"Jadi rencana nona saat ini mau kemana?"
Tanya salah seorang dari mereka.
"Hm..."
Amanda melirik ke arah Zhi Xi lalu tersenyum, sepertinya ia tau harus ikut ke siapa.
"Aku akan tinggal bersama Zhi Xi"
Ucapnya dan langsung meraih lengan Zhi Xi untuk dipeluk.
Teman-teman Zhi Xi jelas merasa heran dengan tingkah ketua kelompoknya itu yang terlihat tidak menolak sama sekali baik tindakan Amanda ataupun perkataannya tadi, namun perkiraan mereka salah.
"Tidak"
Ucapnya tegas namun tidak berniat untuk melepaskan pegangan pada lengannya itu, Zhi Xi benar-benar menolaknya dengan satu kata.
Irit sekali bicaranya, padahal untuk berbicara tidak harus membayar **kan**? *B**enar-benar menjengkelkan*.
"Kamu tega sekali, aku ini tidak mungkin pulang jadinya aku hanya bisa tinggal di dunia kuno ini, kamu memangnya tidak kasihan padaku?"
"Dunia kuno?"
Beo teman dekat Zhi Xi, Luo Feng.
Amanda berdekhem menyuruh mereka untuk tidak terlalu memikirkannya, Luo Feng menghela nafas sepertinya ia yang harus menjelaskannya.
"Bukannya begitu nona, hanya saja kami ini tinggal di sekte dan tentunya hanya murid sekte saja yang bisa masuk dan tinggal, jadi kami tidak bisa membawamu"
"Huh pelit sekali"
Amanda cemberut dengan mata berkaca-kaca.
"Atau mungkin nona bisa ikut dalam perekrutan murid baru tahun ini yang beberapa hari lagi akan dibuka"
Usul salah seorang dari mereka.
"Tapi aku bukan pendekar seperti kalian, menyentuh pedang saja aku tidak pernah apalagi menggunakannya"
"Nona tenang saja, fokus utama penilaian ini ada pada warna bakat saja yang terburuk pun bisa tetap bergabung, jadi tidak perlu khawatir."
"Oh ya?"
"Dan lagi kami ini kultivator bukan pendekar"
"Memangnya apa bedanya? Sama-sana saling membunuh bukan? Dan lagi aku ini tidak ingin jadi kejam seperti Zhi Xi yang dengan wajah datar dan dinginnya itu menggores bahkan menebas manusia"
"Nona, di dunia ini memang seperti itu, setiap hari pasti ada yang berkelahi dan ada juga yang kehilangan nyawa. 'Yang kuat dihormati yang lemah mati.' Nona juga pasti pernah mendengarnya, ini seperti sebuah aturan tidak tertulis"
Orang-orang kuno ini benar-benar tidak berperasaan.
"Kalian ini benar-benar psikopat"
Ucap Amanda pelan.
Tidak terasa kini mereka sudah keluar dari hutan dan mulai memasuki pedesaan. Sebelum keluar hutan tadi mereka sempat mengganti pakaian serta mengobati luka-luka mereka dengan obat dan energi spiritual.
Amanda memanggil Zhi Xi, Zhi Xi hanya berdekhem tanpa menoleh, Amanda mendengus kesal.
"Isshh.. Aku lapar, kalian memangnya tidak lapar?"
"Tidak"
Hanya itu yang Zhi Xi katakan.
Orang ini...huh sabar.
"Nona, kultivator tidak butuh makan"
"Ha? Kultivator kan juga manusia, kenapa tidak makan? Apakah kalian memakai energi spiritual agar bisa tetap kenyang?"
Tebak Amanda yang memang sudah banyak mendengar dari film-film yang ia tonton.
"Tepat sekali nona"
Waw hebat! Ternyata hal seperti ini benar-benar ada.
"Lepaskan!"
Suara dingin si papan datar Zhi Xi benar-benar menganggu pendengaran.
"Tidak mau nanti kamu kabur lagi, aku masih belum tau akan tinggal dimana dan makan apa, aku tidak punya uang"
Menampilkan wajah memelas andalannya.
Benar-benar manis.
Batin mereka, tak terkecuali Zhi Xi. Namun ekspresinya masih tetap sama dengan saat pertama kali mereka bertemu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...****************...
......................
^^^Majalengka, 09 Agustus 2021^^^
^^^Ttd. Author^^^
Hallo👋
Gimana kabarnya nih? Kalau aku baik baik aja sih🙃
Tiba-tiba saja sesuatu melesat kearah mereka membuat kelompok Zhi Xi menarik pedangnya masing-masing, termasuk Zhi Xi. Pegangan Amanda pada lengan Zhi Xi otomatis terlepas, ia mundur beberapa langkah dan bersembunyi dibalik punggung Zhi Xi yang terlihat sangat kokoh.
TRANG..
TRANG..
Suara benturan pedang terdengar sangat nyaring sampai-sampai menghasilkan angin kejut yang lebih kuat dibandingkan dengan saat di terowongan. Para pedagang dan orang-orang sekitar langsung masuk ke rumahnya masing-masing, ada juga yang bersembunyi di sekitarnya.
"Zhi Xi aku takut"
Ucap Amanda pelan sambil menarik-narik lengan baju Zhi Xi.
Tanpa aba-aba Zhi Xi memeluk pinggang Amanda dan membawanya melayang dengan tangan kanannya memegang pedang, berbenturan dengan pedang lawan.
Wah wah! Aku bisa terbang tanpa naik pesawat. Ini..ini..sangat hebat!
Angin kejut dari benturan pedang menyadarkan Amanda dari lamunannya.
Benar-benar seperti mimpi, *me**layang-layang di udara seperti ini..tidakkah akan* **terjatuh**?
"Hahahaha ternyata benar kata saudara Tian Zhu, kau sudah mempunyai kekasih sekarang. Aku ingin lihat bagaimana ekspresi guru mu saat mengetahui hal ini"
"Berani? Huh"
Terjadi percakapan di sela-sela pertarungan mereka dengan pedang yang masih setia berbenturan.
Digerakannya pedang menebas orang didepannya yang berakhir di arah kanan kiri, yang terakhir adalah gerakan menyabet hingga berputar namun dapat dihindarinya.
SLASHH...
"Kau tidak menyangkalnya?"
Tanya Lian Li agak terkejut.
Lelaki yang menjadi pemimpin kelompok serangan itu.
"Hm"
"Haha bagus, kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi"
Lian Li mulai menyerang dengan lebih cepat berusaha untuk melukai gadis yang dipeluk Zhi Xi, Amanda yang merasa sedang diincar mencoba membenamkan wajahnya di dada kiri Zhi Xi sambil balik memeluk leher Zhi Xi.
Ya ampun, posisi itu sangat membuat iri orang yang melihatnya.
Batin salah seorang dari kultivator yang melihatnya
"Wow wow agresif sekali"
"Hei kau..lepaskan!"
Bentak Zhi Xi.
Tapi Amanda makin mengeratkan pelukannya.
Bukan masalah perempuan ini memeluknya, tapi karena posisi ini kurang menguntungkan baginya saat bertarung, alhasil Zhi Xi kelihangan fokusnya. Serangan Lian Li hampir saja mengenai Amanda bila ia tak membiarkan punggungnya menjadi tameng.
CRASHH....
"Keughh"
Zhi Xi memuntahkan darah segar.
Lian Li yang melihat tindakan Zhi Xi tertawa dan mengatainya bodoh, demi seorang wanita merelakan tubuhnya terluka.
Benar-benar bodoh.
"**Saudara Zhi Xi"
"Ketua**"
Teriak mereka melihat Zhi Xi terluka sampai memuntahkan darahnya, Luo Feng bergerak ingin membantu temannya itu namun dihalangi oleh 3 orang dari kelompok lawan.
"Hei lawanmu itu kami"
"Ck sialan"
Luo Feng serta yang lainnya kembali bertarung, tidak ada celah bagi mereka untuk melesat mendekati Zhi Xi. Mereka hanya berharap saat ini kondisi ketuanya itu baik-baik saja, mereka tau bahwa ketuanya tidak selemah itu.
Zhi Xi menapakkan kakinya ke tanah dengan posisi berdiri tegak, pelukan dilehernya juga sudah terlepas sedangkan Lian Li mendarat dengan indah.
"Kau kalah"
Menunjuk menggunakan pedang.
Zhi Xi hanya diam dengan wajah papan datarnya, matanya juga masih dingin sedingin kutub utara. Lian Li tersenyum kearah Zhi Xi sesaat lalu melirik Amanda yang terlihat panik.
"Haha kakak senior seperguruan sepertinya kamu menjadi sedikit lemah, tidak seperti biasanya"
Amanda terkejut mendengarnya hingga menghasilkan kerutan di dahinya yang indah.
Kakak senior eperguruan? *K**alau begitu kenapa kalian saling menyerang? Seperti kompetisi futsal antar kelas* **saja**!
"Zhi Xi.."
"Oh hallo nona, siapa namamu?"
"Kenapa aku harus memberitahumu?"
Jawab Amanda ketus yang sedang dalam mode kesal.
"Nona kau ini terlalu sombong, walaupun kau cantik tapi kalau kau sombong seperti ini, tidak akan ada yang memdekatimu"
"Tidak masalah"
"Aku sepertinya malah mulai menyukaimu, nona"
"Tapi aku tidak mau! Kau bahkan tidak lebih baik daripada Zhi Xi"
Blaaar...
Rasanya seperti tersambar petir.
Luo Feng yang mendengarnya hanya tertawa tertahan, apalagi saat melihat wajah Lian Li yang sudah merah padam. Meski saat ini ia sedang bertarung namun kata-katanya itu terdengar sangat jelas, ini karena suara cempreng Amanda yang berbeda dari wanita pada umumnya.
"Kakak senior seperguruan, tadinya aku ingin sedikit berlatih jurus baru denganmu tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat, jadi aku akan pergi sekarang"
Lian Li memanggil teman-temannya dan melesat pergi meninggalkan desa itu, Luo Feng mengajak Zhi Xi dan yang lainnya untuk istirahat saja dulu di penginapan. Zhi Xi menurutinya begitu pula dengan anggota kelompoknya serta Amanda, ia merasa sedikit bersalah telah menyebabkan si papan datar dingin itu terluka.
Saat Amanda menawarkan bantuan untuk mengobatinya, Zhi Xi menolak. Ia lebih memilih mengobati dirinya sendiri dan mengunci diri di kamar penginapan lantai dua sedangkan yang lainnya berkumpul di kedai makanan yang berada di lantai satu.
Amanda mendegus melihat makanan yang ada didepannya, rasanya ia seperti seekor kambing.
Kalian pikir aku Herbivora?
"Kenapa nona?"
"Aku ingin ayam geprek"
Ucap Amanda mengerucutkan mulutnya.
Ia paling tidak suka sayur, tapi apa ini? Semuanya sayuran, ia sangat..sangat..jarang makan sayur, bahkan mungkin bisa dihitung jari.
"Ha?"
Mulut Luo Feng sedikit terbuka dengan kerutan di dahinya.
"Kalian tidak tau ayam geprek?"
Amanda mengedarkan pandangannya pada para lelaki dihadapannya.
Haiiih.. Sudah pasti kalian orang kuno tidak akan tau.
Amanda mendadak lemas mengingat kalau sekarang ia sedang berada di dimensi yang berbeda.
"Apakah itu makanan?"
Amanda diam mendengar pertanyaan itu, tidak tau harus tertawa atau menangis.
Jelas-jelas aku menyebutkan kata 'ayam'. Tidak kah kalian **mengerti**?
"Aku ingin makan daging"
Ucap Amanda membenarkan kembali maksud dari ucapannya.
"Ooh..kenapa tidak katakan dari tadi nona"
Ya dewa.. Dasar orang-orang kuno.
Amanda merutuki orang-orang kuno yang benar-benar kaku ini, bicara pun harus jelas.
"Nona tinggal pilih saja"
Wajahnya langsung berseri-seri ia kira semua manusia kuno itu herbivora, namun raut wajahnya itu dengan cepat berubah ketika daging yang disajikan ternyata daging seringala, harimau dan buaya. Ia mengetahuinya saat Luo Feng memperkenalkan daging terenak menurutnya.
Amanda menunduk menangis, wajahnya memerah menahan amarah dan kesal, detik berikutnya tatapannya menjadi sayu.
Terlalu tidak mungkin rasanya untuk hidup di dunia kuno ini.
Wuuunggg....
Para lelaki itu langsung mengeluarkan token mereka, tokennya mengeluarkan cahaya berwarna hijau.
"Bahaya! Ayo cepat pergi"
Ucap salah satu dari mereka, raut wajah serius terlihat jelas di wajah mereka.
"Ketua-"
"Sudahlah dia pasti sudah pergi terlebih dahulu, ayo! Kita harus cepat"
"Baik wakil ketua"
Jawab mereka serempak.
Mereka langsung bergegas keluar dari kedai penginapan dengan langkah besar setelah meninggalkan beberapa koin perak diatas meja.
"Hei hei hei aku bagaimana?"
Amanda hanya mampu menampilkan wajah lesu, lebih tepatnya ia sekarang sedang bingung, bingung harus bagaimana setelah ini. Ia sekarang sendirian di negara asing serta dimensi yang berbeda. Padahal ia berniat untuk memanfaatkan Zhi Xi serta yang lainnya untuk mencarikannya pakaian serta rumah.
Oh tidak tidak, penginapan saja sudah cukup, setidaknya sampai ia benar-benar lolos seleksi masuk ke sekte yang disebutkan Luo Feng itu.
"Ya ampun, sekarang harus bagaimana? Jangankan tempat tinggal pakaian saja aku tidak punya!"
Amanda berbicara sendiri menangkup kedua pipinya dengan sikut yang bertumpu pada meja. Ia sejenak berpikir, kenapa dirinya tidak bangun didalam tubuh orang lain saja yang memiliki keluarga, yah walaupun harus menempati tubuh 'si tidak berguna' atau 'si pembawa sial' seperti di novel-novel yang pernah ia baca, setidaknya ia memiliki tempat tinggal bukan?.
Eh tunggu tunggu! Dimana dan apa nama sekte si papan datar dingin itu? Ya ampun aku lupa tidak menanyakannya tadi.
Amanda menenggelamkan tangan dan wajahnya diatas meja dengan kaki yang ia hentak-hentakan dibawah meja karena merasa sial sekali hidupnya ini.
"Ah sudahlah sekarang yang harus aku pikirkan adalah bagaimana cara mendapatkan pakaian dan tempat tinggal"
Gumam Amanda seraya bangkit meninggalkan kedai penginapan itu.
Zhi Xi yang sedang bermeditasi untuk menyembuhkan luka pada tubuhnya membuka mata perlahan, ia mengambil sesuatu dari balik pakaian miliknya yang seperti pakaian berkabung menurut Amanda.
Alisnya berkerut saat melihat cahaya hijau yang dipancarkan benda ditangannya itu, benda itu tidak lain adalah sebuah token yang sama seperti Luo Feng dan yang lainnya.
Bahaya?
Zhi Xi memasukkan kembali token kedalam pakaiannya, ia berdiri dan membuka jendela kamar penginapannya lalu meloncat keluar namun tidak terjatuh melainkan melayang lebih tinggi dengan menaiki sebuah busur panah, ia lalu menapakkan kakinya di atas bangunan penginapan dan berlari dari satu bangunan ke bangunan lainnya, Zhi Xi mencoba menghemat sebisa mungkin energi spiritual yang ia pakai sebelumnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...****************...
......................
^^^Majalengka, 16 Agustus 2021^^^
^^^Ttd. Author✌^^^
Hallo👋...
Terima kasih buat yang udah mampir dan baca ceritanya..
Jangan lupa dukung novel ini setelah baca🤗🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!