NovelToon NovelToon

Setidaknya Lihat Aku Suamiku

ANAK TUNGGAL.

💌 Setidaknya Lihat Aku Suamiku 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Zionathan Lucius terlahir menjadi anak tunggal dari pasangan Alberto Lucius dan Davina Lucius. Pengusaha properti terkenal di kota xx. Ayahnya sering dijuluki pendekar di segi tiga emas. Julukannya ini di dapat karena Alberto berhasil membangun beberapa proyek di tiga lokasi sekaligus. Grup ini terkenal dalam kecepatannya membangun proyek mereka serta mempunyai tim yang handal di antaranya, tim arsitek, interior, desain dan kontraktor.

Zionathan Lucius sekarang menjabat seorang direktur utama di perusahaan Group Lucius. Di perusahaan yang dirintis oleh ayahnya. Zio berkontribusi dalam menyumbang strategi bisnis dalam memenangkan persaingan dengan para pesaing. Hal ini dilakukan dengan cara membidik lokasi-lokasi strategis di perkotaan yang belum dibidik oleh para pesaing. Di bawah kepemimpinannya, Ia berhasil melakukan ekspansi ke beberapa daerah di kota xx. Perusahaan Group Lucius berada di posisi ketiga dalam daftar sepuluh orang terkaya versi majalah Globe Asia dengan total kekayaan yang tak bisa disebutkan.

Semasa sekolah dulu Zionathan selalu mendapat pertanyaan dari teman masa sekolahnya mengatakan anak tunggal itu punya segalanya dan paling dimanja. Ya... Awalnya Zio nggak masalah. Tapi, lama-kelamaan kok ia merasa kayak di hakimi gitu ya. Mereka kayak seakan-akan mengerti dan pernah ngalamin gimana rasanya jadi anak tunggal. Padahal nggak begitu-begitu juga kali ya.

Rasanya jadi anak tunggal itu, ya biasa aja. Banyak yang menganggap dirinya sebagai "anak emas" karena dianggap selalu mendapatkan setiap keinginannya. Gak juga sih! Jika mereka tahu, sebenarnya Ibunya paling cerewet sedunia. menerapkan disiplin yang terlalu ketat, dalam hal apapun itu. Apalagi jika saat Zio terlambat pulang dari sekolah. Seisi rumah bisa bergetar hanya sekali teriakan dari ibunya. Zio akui Ia dibesarkan dalam pola asuh otoritatif.

Pertanyaan berikutnya yang sering dilontarkan dari sahabatnya. "Kamu gak kepingin punya adik, gak kesepian ya?" atau "Enak dong! Apa-apa diturutin sama mama papa ya?"

Busyet dah... lagi-lagi Zionathan hanya bisa menggeleng pasrah. Cara tebak-tebak mereka membuat Zio pusing tujuh keliling. Kalau di bilang kesepian, nggak juga! Zio punya orang tua, dia punya teman-teman, dia punya sahabat dan punya pacar. Soal orang tua, Ia nggak pernah kehabisan bahan obrolan dengan ayah ibunya. Bahkan sampai gaulnya mereka, kadang nonton bersama, berlibur bersama dan menghabiskan waktu dengan olahraga raga bersama. Karena orang tua Zio tipe orang yang ekspresif dan suka menceritakan apa pun yang kita alami setiap harinya, bareng-bareng.

Letak Zio kesepian itu dimana coba? salah besar, jika teman-teman bilang jadi anak tunggal itu kesepian. Zio gak merasa sendirian tinggal di bumi yang luas dan tak berujung ini. Banyak hal-hal positif yang bisa ia lakukan. Memiliki orang tua yang baik dan menghirup napas dalam-dalam sebagai tanda bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup hari ini.

"Karena kita tidak akan menemukan kebahagiaan jika terus menuntut kesempurnaan. Syukuri apa yang kita miliki, maka di sana akan kita temukan kebahagiaan."

Sampai di situ paham ya...

⭐⭐⭐⭐⭐

SORE HARI DI KANTOR LUCIUS.

Hari yang cukup panjang akhirnya berlalu. Pekerjaan yang benar-benar menumpuk hari ini akhirnya selesai juga. Zio tersenyum sambil merenggangkan otot-ototnya dan sedikit memijit bagian tengkuk belakangnya. Bibirnya mengulas senyuman lagi. Setelah selesai, Zio melangkah meninggalkan ruangannya. Ia tersenyum saat berpapasan dengan karyawannya. Ia tersenyum dan terus melangkah saat berada di koridor. Menaiki lift dan turun ke lantai bawah. Begitu lift terbuka, Ia berjalan menuju pintu utama perkantoran. Zio segera menuju parkiran mobilnya dan meninggalkan perkantoran.

Mobil mewah miliknya memasuki halaman di kediaman Lucius. Zionathan keluar dari mobilnya sambil bersiul-siul dengan semangat.

"Selamat sore tuan," Sapa Ibu Vero wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di kediaman Lucius. Bahkan sebelum Zionathan lahir. Jadi anda bisa tebak sedekat apa mereka.

"Selamat sore juga bu Vero." Sapa Zio dengan senyum hangat. "Ibu belum pulang?"

"Belum tuan."

"Oke, terima kasih ibu Vero."

Ia berlari kecil saat menaiki anak tangga. Perasaannya begitu bahagia. Karena hari ini Zio akan menghadiri pesta ulang tahun yang diselenggarakan oleh seniornya.

Zio selesai membersihkan tubuhnya. Ia keluar dengan telanjang dada sambil menggunakan handuk. Wajahnya sudah terlihat segar. Tetesan air di ujung-ujung rambutnya masih terjatuh. Otot-ototnya yang bidang terlihat menonjol dan sedikit basah. Sepertinya air nakal dari rambutnya belum ingin lepas dan mengalir dari pelipis hingga ke dada. Zionathan menatap dirinya di cermin. Ia memiringkan kepalanya, seakan menikmati tubuh indahnya. Zio sangat menjaga tubuhnya dengan baik. Ia rutin melakukan olahraga di setiap kesempatan yang ada.

Wajah Olivia Christa menari-nari dalam benaknya, gadis mungil pujaan hati yang sudah satu tahun dipacarinya. Wajah kekasihnya itu selalu memenuhi aktivitasnya. Setelah rapi mengenakan baju yang cocok dikenakan untuk party. Zio mengambil handphonenya untuk menghubungi kekasihnya. Bibirnya mengulas satu kali senyuman saat menekan tanda panggil.

Dddrrrttt... Dddrrrttt...

Terdengar suara getaran dari handphone Olivia. "Hmmm...Hmmm..." Ia bergumam dalam tidur, tangannya menelusuri sprei lembut, mencari-cari handphonenya. Olivia memicingkan matanya, menatap layar handphonenya itu.

"Zio?" Olivia mengerutkan dahinya menatap jam yang ada di atas nakas. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. "Astaga sudah sore?" Ia tersentak dengan posisi duduk. Dengan cepat ia menggeser tanda panggil pada handphonenya.

"Iya, sayang?"

"Sudah siap?

"Ini mau mandi?" ucap Olivia dengan nada mendayu manja gitu.

"Bersiaplah, aku akan datang menjemputmu." Kata Zio lagi.

"Oke sayang, satu jam aku pastikan sudah selesai." ucap Olivia meyakinkan kekasihnya.

"Ingat, jangan pakai gaun yang menonjolkan dirimu. Pakai gaun yang benar-benar membuatmu nyaman. Kau mengerti?" Zionathan mengingatkan.

Olivia terkekeh saat mendengar kalimat itu. Pacar posesif membuatnya sedikit tidak nyaman. "Hmm pasti. Malam ini aku tidak akan membuatmu cemburu."

"Cih..." Zio tersenyum kecil.

"Oke, aku bersiap dulu sayang." Ucap Olivia mengakhiri panggilan teleponnya.

"Hmm."

"Sampai bertemu sayang." Olive memberikan ciuman sebelum panggilan terputus.

TIT!

Olivia membuang napas panjang dan meletakkan kembali ponselnya. Dia sudah menyiapkan gaun terbaiknya untuk acara malam ini. Olivia membuat penampilannya senatural mungkin. Semua berpadu padan menampilkan wajahnya yang cantik.

⭐⭐⭐⭐⭐

"Olivia?" Panggil Zio sambil melambaikan tangannya.

Mata Olivia terbelalak dan sedikit berlari menuju halaman rumahnya. "Hai sayang? Sudah lama? aku pikir kamu masih dijalan."Kata Olivia tersenyum sambil mencium pipi Zio.

Zionathan tersenyum bahagia saat mendapatkan kecupan singkat. Ia langsung memeluk pinggang Olivia dan membalas kecupan itu.

"Kau cantik sekali sayang." Bisik Zio.

"Benarkah?" Olivia memutar tubuhnya agar kekasihnya bisa melihat jelas bentuk tubuhnya.

"Hmmm, kau cantik dan sempurna." puji Zio tersenyum.

"Gombal," Olivia tersenyum malu sambil mencubit lengan Zio dengan lembut.

"Aku tidak bohong sayang."

"Oke deh..Terima kasih atas pujiannya."

Zio mencium puncak kepala Olivia. "Sekarang kita pergi." kata Zio memegang lengan kekasihnya.

Olivia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia menunggu Zio membuka pintu untuknya.

"Silakan masuk putri cantik." Zionathan mempersilakan Olivia masuk.

Olivia terkekeh. Wajahnya bersemu merah saat mendengar kalimat itu.

BRUKKK!

Zio menutup pintu mobilnya. Olivia masih tetap menahan senyumnya dan melihat kekasihnya mengitari mobil bagian depan untuk sampai ke sisi kemudi. Mata Olivia mengikuti sosok itu sambil tersenyum, lalu Zionathan duduk di sampingnya.

"Ini sebenarnya acara apa sih?"

"Acara ulang tahun."

Zio mengambil tangan Olivia dan menciumnya. "Baru ini aku membawa pasangan ke acara teman-temanku."

"Kenapa seperti itu?" Tanya Olivia dengan dahi mengerut.

"Kau tahu sendiri bagaimana ibu, dia tidak ingin aku jatuh ke dalam pergaulan bebas dan membawa wanita sembarangan."

Olivia mengangguk. "Itu berarti ibumu menyayangimu sayang."

"Dan aku bersyukur memiliki kekasih sepertimu."

Olivia lagi-lagi dibuat tersipu. Ia melempar pandangannya ke samping sambil menjepit bibirnya. Kupu-kupu bermacam-macam spesies langsung berterbangan dari hatinya. Hari ini Zio benar-benar membuatnya di mabuk cinta. Ia kembali menegakkan badannya untuk mengatur posisi duduknya. Pandangannya menghadap ke depan.

"Oke sayang. Buat aku bahagia dan jangan pernah mengkhianati cintaku ya. Aku ingin menjadi bagian keluarga Lucius."

Zio Mengulum senyum sambil mendekat ke arah Olivia.

Glek!

Olivia menelan salivanya. Menyadari Zio semakin mendekat. Ia melirik kekasihnya ke samping. Jantungnya seketika terpicu kencang. Mata Zio selalu sanggup mengaktifkan mode jantungnya.

DEG DEG DEG...

Zio semakin maju, jarak mereka semakin dekat. Napas Olivia semakin tertahan di dada. Namun dengan cepat Olivia mengecup bibir Zio.

CUP!

"Heuh?" Mata Zionathan terbelalak. Ia tidak menduga Olivia akan menciumnya. Olivia menahan senyumnya.

"Kau menciumku?" Zio menaikkan alisnya dan tersenyum nakal. "Aku hanya ingin memasang sabuk pengamanmu, sayang." bisik Zio, hembusan napasnya terasa dekat ke wajah Olivia. Zio masih terus menatap wajah kekasihnya itu. Mata mereka saling berpandangan.

Olivia menahan malu, "Astaga ada apa ini. Aku pikir Zio ingin menciumku." ia membuang mukanya tak ingin memandang kekasihnya.

"Lihat aku sayang," Kata Zio memegang dagu Olivia agar melihat ke arahnya.

Olivia menunduk. "Aku malu,''

CUP!

"Tidak apa-apa. Aku senang kok." ucap Zio tersenyum. Ia menjauhkan diri setelah memberikan Lmatan singkat pada bibir sang kekasih. Olivia reflek menjepit bibirnya.

"Sekarang kita pergi." Ucap Zio melepas tatapan intimidasinya. Ia tersenyum kecil penuh kemenangan.

Olivia membuang napas tanpa bersuara. Jantungnya masih berdegup sangat kencang. Dan sekarang ingin melompat dari rongga dadanya. Rasanya bunga-bunga cinta itu semakin tumbuh subur dan bermekaran di dalam hatinya.

DALAM PERJALANAN.

Mereka hanya diam menikmati suasana perjalanan yang tenang. Saling melempar senyum. Olivia tersenyum tipis, sambil menundukkan kepalanya. Zio memegang tangan kekasihnya. memandang tangan Zio di pangkuannya. Ia menggenggam tangan itu dengan hangat. Olivia tidak menduga akan mendapatkan cinta tulus dari seorang lelaki seperti Zio. Rasanya mendebarkan, Zio selalu berhasil membuatnya berdebar. Tidak ada momen sebahagia ini dalam hidupnya.

BERSAMBUNG.....

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang.

Ini Novel keenam saya.

^_^

MENGHADIRI PESTA

💌 Setidaknya Lihat Aku Suamiku 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Ban mobil terus berputar, mereka melaju menyusuri jalan. Beberapa puluh menit akhirnya mereka tiba di rumah mewah dengan konsep desain Mediterania. Terlihat dari ukiran pada eksterior dinding serta patung-patung berukuran kecil. Deretan mobil-mobil mewah sudah memenuhi parkiran yang telah disediakan. Berbagai karangan bunga ucapan selamat ulang tahun berjejer di sepanjang area pesta. Beberapa orang security terlihat sibuk mengatur parkir mobil-mobil berharga selangit itu. Melihat hal itu Olivia bertambah nervous.

Acara ulang tahun, di jaga ketat oleh security. Para undangan wajib menunjukkan kartu undangan agar bisa masuk. Setelah Zio memberikan kartu undangnya, mobil mereka dibiarkan masuk. Pada pintu masuk dihiasi dengan nuansa bunga yang dibentuk seindah mungkin. Hanya acara ulang tahun aja sudah semewah ini? Benar-benar sesuatu. Olivia mengedarkan pandangannya, menatap sekitarnya.

"Acaranya di rumah sayang?" tanya Olivia dengan dahi mengerut. Saat mobil sudah terparkir dengan baik.

"Ehmm, Felicia memang selalu membuat sensasi. Tiap tahun dia memilih tema pesta yang berbeda. Ulang tahunnya pernah dirayakan di restoran eksklusif, vila asri, dan pantai. Dan tahun lalu, Felicia merayakannya di sebuah ballroom hotel terkemuka di kota ini. Kali ini bertema garden."

"Wah...pasti menyenangkan." ucap Olivia tersenyum sumringah.

"Hmmm." Zio mencondongkan badannya dan membelai pipi Olivia dengan lembut. "Aku bisa membuat perayaan ulang tahun seperti ini untukmu sayang."

Olivia menggeleng sambil menunduk. "Aku tidak suka pesta. Aku lebih suka sederhana, asal itu bersamamu, itu sudah membuatku bahagia."

"Kau tidak menginginkan pesta seperti ini?" tanya Zio tak percaya.

Olivia mengangguk cepat. "Hmm. Aku tidak suka pesta." ucapnya lagi.

Zio membuang napas lesu. "Sangat disayangkan." Kata Zio keluar lebih dulu. Ia tahu Olivia adalah gadis kaya dan memiliki segalanya.Tapi Olivia selalu hidup sederhana. Itu yang membuat Zio sangat mencintainya dan berjanji akan selalu menjaganya.

Olivia melepaskan sabuk pengaman. Ia tersenyum saat Zio membuka pintu untuknya. Zionathan menekuk tangan kirinya, mempersilakan wanitanya untuk menggandeng tangannya. Olivia tersenyum menyambut tangan itu dengan senang hati. Ia diperlakukan seperti putri bangsawan. Zio begitu gentle dengan sikap lembutnya. Olivia benar-benar bahagia. Ia tak akan pernah melupakan malam ini. Olivia juga tak akan berhenti bersyukur karena Tuhan telah mempertemukannya dengan pria tampan ini.

Seorang pelayan menyambut mereka dan mengarahkan tamu langsung ke taman belakang. Mereka terus melangkah mengikuti pelayan itu menuju tempat acara perayaan ulang tahun Felicia. Tapak kaki Olivia terasa seringan kapas. Gaun putihnya melambai di setiap langkahnya. Malam ini Olivia berpenampilan anggun dan elegan.

Hingga mereka sampai di taman yang begitu luas dengan dipenuhi dekorasi yang sangat cantik. Dekorasi glamor di setiap sudut taman benar-benar indah sekali. Ada tambahan lampu dan lilin sebagai penerangan untuk menambah suasana menjadi tetap kesan hangat dan romantis. Lilin ditambahkan sebagai hiasan pada meja makan, sedangkan lampu di gantungkan pada pohon. Rangkaian bunga yang tersebar di setiap sudut ruangan dan halaman rumah menjadi lebih cantik. Sementara pada meja dan kursi di hias dengan pita dan kain berwarna senada dengan tema garden.

"Wow, pestanya benar-benar mewah!" pekik hati Olivia begitu takjub. Tak hanya ada hiasan bunga-bunga segar saja, ada dekorasi balon juga dan ranting-ranting kering sebagai hiasan. Indahnya obor-obor taman dan lampion aneka warna digantung di beberapa sudut pesta. Lampu-lampu taman bersinar temaram, memberikan nuansa romantis. Di dalam kolam renang, lampu taman juga menyala, sehingga menampilkan bayang-bayang air. 

"Astaga tempat ini indah sekali." ucap Olivia merekahkan senyum, takjub. "Apa undangannya hanya teman satu kuliahnya saja?"

"Felicia hanya mengundang teman dekatnya saja. Mungkin sekitar 250 undangan teman, relasi, kolega, dan keluarganya yang khusus di undang dari luar negeri juga."

"Orangnya yang mana sih?" tanya Olivia penasaran.

Zio tersenyum mencari sosok Felicia yang membuat kekasihnya begitu ingin tahu. "Itu dia!" Tunjuk Zionathan ke arah Felicia yang tampak menyapa beberapa tamu undangan. Ia mengenakan gaun rancangan Jean-Louis.

"Dia seperti princess, benar-benar cantik." Gaun berbahan halus, mungkin sejenis sifon, namun Olivia tidak begitu yakin. Kakinya yang jenjang, sangat jelas terlihat. Penampilannya malam itu begitu memukau. "Pantas saja banyak mengaguminya." batin Olivia.

"Tapi kau jauh lebih cantik." Bisik Zio begitu sensual ke telinga Olivia. Hingga membuat Olivia bergidik. Ia sempat terdiam merasakan sensasi hembusan napas dari Zio. "Bukankah begitu?" tanya Zio lagi.

Wajah Olivia bersemu merah. "Rasanya aku ingin terbang Zio. Bisa turunkan aku," Kata Olivia menahan senyum.

Zio tersenyum tak menjawab, ia kembali memeluk pinggang Olivia dengan posesif. Menikmati lagu dari penyanyi artis yang diundang khusus untuk memenuhi acara ini.

"Wow...Kue ulangtahunnya saja setinggi itu?" Lagi-lagi tanpa sadar Olivia berdecak kagum. Olivia adalah gadis rumahan yang tak pernah pergi ke acara seperti ini.

Zio hanya tersenyum. Ia mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang ditunggunya. Zionathan tersenyum saat melihat sahabatnya itu sedang berbicara dengan seorang gadis.

"Astaga, dia sama sekali tidak berubah." Gumam Zio hampir tak terdengar oleh Olivia.

"Siapa?" Tanya Olivia dengan cepat merespon.

"Ferdinand,"

"Ferdinand teman satu kuliahmu dulu?"

"Hmm, kita ke sana,"

"Aku ambil minum dulu ya?"

"Kau mau minum? biar aku yang ambilkan!"

"Tidak, biar aku saja sayang. Kau bisa temui Ferdinand. Nanti aku menyusul."

"Baiklah, jangan lama-lama ya." Kata Zio mengingatkan. Ia mengusap lembut pipi Olivia dengan lembut.

Zionathan pun berjalan ke arah Ferdinand yang tengah asyik berbincang dengan seorang gadis.

"Dude..." Panggi Zio saat tidak terlalu jauh dari Ferdinand.

Saat mendengar suara itu, Ferdinand dengan cepat berbalik. "Hei Zio?" Ferdinand membuka tangannya dan memeluk Zio dengan antusias "Apa kabar?"

"Baik, seperti yang kau lihat." Zio membuka tangannya menujukkan dirinya baik-baik saja.

"Kau sendiri?" Tanya Ferdinand.

"Aku datang bersama Olivia."

"Tadi aku sempat berpikir, aunty tidak mengizinkanmu datang ke acara seperti ini." ledek Ferdinand dengan senyum menyeringai.

"Itu sudah lama dude, jangan ungkit lagi."

"Hahahaha." Ferdinand tertawa awkward. "Kau lemah dengan alkohol. Aku sempat takut saat kau tidak sadar dude."

"Aku tidak mau mengingat itu dude, kita bicarakan hal yang lain saja." Ucap Zio lagi.

"Oke...oke... sorry bos!"

Ferdinand pun mengalihkan pembicaraan mereka. Ia sengaja membicarakan seputar bisnis, yang marak diperbincangkan atau pun pendapat-pendapat lain terkait investasi, modal, pasar yang bersinabungan dengan hal itu. Ferdinand tahu dalam hal bisnis, Zionathan sangat cerdas soal perkonomian. Otaknya penuh dengan pengetahuan bisnis. Cara berbicaranya sangat fasih, tenang dan dewasa.

Sementara Olivia menikmati pesta itu bersama teman satu sekolahnya dulu. Ia sampai melupakan kekasihnya. Chelsea juga ternyata sahabat dekat Felicia, teman satu kantornya.

"Kau tahu Olivia, Felicia menyukai kekasihmu." kata Chelsea menari dengan iringan musik yang asyik. "Wuih … rasanya aku tak mau pulang!" ucapnya menghentakkan badannya.

"Apa?" tanya Olivia. Ia tak bisa mendengar karena suara musik lebih besar dari suara Chelsea.

"Felicia menyukai Zio, kekasihmu." ucapnya setengah berteriak karena suara musik lebih besar dari suaranya.

Olivia terdiam, sambil menikmati makanan kecil yang diberikan pelayan kepada mereka. Ia tak ambil pusing. Olivia tak bisa melarang siapapun untuk menyukai Zio. Ia memilih percaya kepada Zio. Dari perhatian Zio dan cinta yang diberikannya, dia yakin bahwa Zio bukan tipe orang suka mendua.

Berbagai acara telah di mulai, pemotongan kue ulang tahun setinggi 2 meter menggunakan pedang yang dihias bunga. Felicia begitu bahagia saat ini. Semuanya tamu bisa merasakan kemeriahan acara pesta ulang tahun sambil menyanyikan happy birthday.

"Astaga, kau masih ingat Vincent?" tanya Chelsea ditengah-tengah acara.

"Vincent siapa?"

"Aihh...kau pura-pura lupa, lelaki yang pernah nasir sama kamu."

"Astaga lelaki cupu itu?"

"Lihat, sekarang dia lumayan tampan. Apalagi dengan kemeja abu-abu tua dibalut tuksedo putih, wah...bisa jatuh cinta kamu Oliv. Kita samperin yuk!" Dengan cepat Chelsea menarik tangan Olivia untuk mendekati Vincent yang tengah asyik makan.

"Ck ck ck, cowok seganteng ini ternyata hobi makan juga." Ucap Chelsea tersenyum menggoda.

Mata Vincent terbelalak saat melihat Chelsea datang bersama Olivia. "Olivia?"

"Hai, Vincent apa kabar?" Sapa Olivia ramah.

Vincent salah tingkah. Pertemuannya dengan Olivia tidak seharusnya begini. Mulutnya dipenuhi makanan sementara di tangan kanannya tergenggam sepotong chocolate cake.

"Sepertinya kau masih ada rasa untuk Olivia, lihat wajahmu memerah saat ada didekat Olivia."

Vincent tersedak, "Uuhukkkk...! Uuhukkk...! wajahnya berubah merah. Napasnya tidak stabil. Vincent mencengkeram piring yang dipegangnya. Ia menarik napas singkat dan menahan di dada. Wajahnya berubah gugup.

"Sudah Chelsea, kau membuatnya malu." Ucap Olivia melangkah mendekat ke arah Vincent. "Kau tidak apa-apa?" Olivia segera menepuk-nepuk punggung Vincent dan langsung memberikan tissue di meja lalu menyerahkannya kepada Vincent.

"Kau tidak berubah, Pantes saja Olivia gak tertarik sama kamu. Wajah sudah oke, tapi makannya masih seperti itu." Ejek Chelsea menggeleng sambil tertawa geli.

Vincent masih terdiam, seakan menikmati detakan jantungnya, apalagi Olivia begitu perhatian kepadanya.

"Vincent, kau tidak apa-apa?" Tanya Olivia lagi sambil menyentuh lengan Vincent. Ia memiringkan kepalanya untuk menatap wajah lelaki itu secara dekat.

"Maaf, aku tidak apa-apa." Ucap Vincent tidak nyaman dengan tatapan Olivia. Ia membuang mukanya setelah mengambil tissue dari tangan Olivia.

"Sungguh, kau tidak apa-apa. Wajahmu sempat merah. Aku takut makanan itu masuk ke dalam paru-parumu."

"Dia bilang tidak apa-apa. Jangan memperbesar masalah Olivia." Keluh Chelsea menatap malas kepada Olivia. Jangankan manusia, Kucing masuk ke dalam selokan aja, dia bantu dan bawa ke dokter hewan. Ya itulah Olivia.

Tidak jauh dari posisi Olivia, Zio membuang napas panjang. Hal itu membuatnya tidak nyaman dan terlihat sangat gelisah. Konsentrasinya pecah, ketika Ferdinand selalu mengajaknya bicara tiada henti. Zionathan mengepalkan tangannya. Membakar api cemburunya. Kesabarannya mulai hilang. Zionathan memohon permisi kepada Ferdinand dan ingin membawa Olivia pergi dari pesta ini.

BERSAMBUNG.....

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang.

Ini Novel keenam saya.

^_^

ZIONATHAN CEMBURU.

💌 Setidaknya Lihat Aku Suamiku 💌

 

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Tidak jauh dari posisi Olivia, Zio membuang napas panjang. Hal itu membuatnya tidak nyaman dan terlihat sangat gelisah. Konsentrasinya pecah, ketika Ferdinand selalu mengajaknya bicara tiada henti. Zionathan mengepalkan tangannya. Membakar api cemburunya. Kesabarannya mulai hilang. Zionathan memohon permisi kepada Ferdinand dan ingin membawa Olivia pergi dari pesta ini.

Tiba-tiba lampu berubah menjadi temaram dan semua tamu hening. Lampu sorot dari berbagai arah tertuju kepada Felicia. Semua mata tertuju padanya. Felicia tersenyum kepada para tamu undangan sembari melambaikan tangan sekilas. Sebelum Felicia memulai untuk berbicara, Ia mengejamkan mata, menarik napas dalam-dalam dan membuka matanya secara perlahan.

"Selamat malam teman-teman semua, saya ingin berterima kasih kepada semua tamu yang sudah hadir di acara spesial ini, terima kasih telah membuat saya merasa bahagia. Kalian ikut merasakan hari yang paling istimewa dan indah ini. Hal ini pun menjadi bentuk syukur atas karunia dari Tuhan. Sejumlah ucapan terima kasih di hari ulang tahun ini yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Untuk membalas kebaikan kalian semua. Malam ini spesial buat anda semua, kita akan mengadakan games berhadiah. Sekarang saya serahkan kepada MC untuk memulai acara ini." Felicia memberikan microfon kepada pembawa acara.

"Oke, Terima kasih Felicia. Anda cantik sekali. Huuuuu saya gemas deh..."Ucapnya dengan gemulai. Ia kembali menghadap penonton. "Baiklah, sesuai tema malam ini, saya akan memimpin acara games di acara ini." Sesaat pria itu terdiam, dia mengambil wadah yang berisi kertas. "Ini sesuai permintaan dari Felicia. Saya harap kita semua bisa bekerja sama untuk memeriahkan acara ini. Semua Setuju'kan?!" ucap pria bertubuh gempal itu dengan centil.

"Setujuuu," Jawab semua tamu undangan serentak.

"Baiklah games kita malam ini, Di dalam wadah ini," Pria itu mengangkat wadah yang ada di tangannya. "Saya akan mengeluarkan kertas yang berisikan lima nama wanita dan lima nama pria dari wadah ini. Kalian harus berdansa sesuai pasangan yang sudah ditentukan sesuai kertas yang keluar. Dan satu pria yang beruntung diantara kalian akan berdansa dengan Felicia. Apa kalian sudah mengerti teman-teman semua? " Kata pria bertubuh gempal itu memberikan instruksi.

Terdengar sahutan serentak, bahwa mereka mengerti dengan petunjuk yang diberikan. Kelima pasangan yang akan berdansa malam ini sudah disebutnya. Wajah Zionathan berubah saat ia tidak di pasangkan dengan Olivia. Ia menggeram tanpa mengeluarkan suara ternyata pasangan Olivia adalah Ferdinand. Ditambah lagi Olivia tersenyum menyambut tangan pria itu. Hatinya benar-benar panas dan terbakar.

"Oke ke lima pasang sudah lengkap ya. Sekarang saya akan bacakan siapa lelaki yang beruntung akan menjadi pasangan Felicia untuk berdansa malam ini." Pria itu menujukkan gestur berpikir sambil mengambil salah satu kertas dari wadah yang ada didepannya. "Hmmm Siapa ya? pasti semuanya penasaran, kan?" Pria itu sesaat terdiam, membuat semua tamu undangan menegang. Senyum di wajahnya seakan mengundang rasa penasaran dari tamu undangan lainnya.

"Semua siap? " tanyanya tersenyum sambil menaikkan alisnya dan melepaskan senyum terbaiknya.

"Aku harap dia di pasangkan denganku." terdengar seorang tamu menyerukan kata-katanya berulang kali. Karena Felicia memang cantik. Siapa yang tidak mau dipasangkan dengan dia?

"Pasangkan dengan aku saja." kata seseorang lagi.

"Ulala...saya deg-degan nih... Satu, dua....Zionathan Lucius." Ucap pria itu dengan teriakan histeris.

Zio tersentak, ketika menyadari namanya dipanggil untuk menjadi pasangan Felicia. Semua orang tiba-tiba bersorak. Sementara Felicia tersenyum penuh arti di sana.

Olivia juga ikut terkejut, "Apa ini direncanakan? atau hanya kebetulan saja?" Batin Olivia. Ditambah ia mengingat ucapan Chelsea bahwa Felicia menyukai Zio. Olivia menggeleng untuk mengembalikan pikirannya, ia berusaha menepis prasangka buruk. Tidak ada yang berubah. Ia percaya cinta Zio sepenuhnya hanya untuknya. Olivia sudah berjanji tidak akan meragukan cinta itu. Ia berusaha mengatur napasnya.

"Ayo ganteng, maju ke depan! "Kata MC tersenyum lebar. Membuat Zio tersadar akan lamunannya. Ia mengembuskan napas panjang lalu berjalan pelan menuju ke arah Felicia.

"Wow, dari dekat ganteng banget sih..." Pria lemah gemulai itu berdecak kagum. Ekspresi genitnya mengundang gelak tawa. Bersorak dan bertepuk tangan. Rembulan juga seakan turut bahagia di sana.

Zionathan tampak kesal, ia begitu marah dengan situasi ini. Napasnya berhembus tidak beraturan. Kilatan marah jelas terpancar di wajahnya, saat melihat Olivia sama sekali tidak melihat ke arahnya.

Felicia bangkit dan berjalan ke tengah lingkaran dimana ia akan berdansa dengan Zio. Ia mengatur napasnya, mencoba menstabilkan debaran-debaran yang tercipta dari dalam dadanya. Sudah cukup lama Felicia menyukai Zio. Tapi ia tidak bisa menggapainya. Zionathan terlalu mencintai Olivia kekasihnya.

"Dude, lakukan yang terbaik...ini tidak lama kok. Tenang saja!" Seru Ferdinand tersenyum geli. Ia mengerlingkan salah satu matanya. Ferdinand tersenyum, ia puas bisa membuat Zio kesal.

Olivia menelan salivanya. Walau suasana begitu dingin namun keringat dingin mulai membasahi dahinya. Ferdinand dengan gentle menarik tangan Olivia ke bahunya.

"Jangan tegang, aku ingin lihat reaksi Zio saat kita dipasangkan menjadi teman dansa." ucapnya tersenyum sambil mengerlingkan salah satu matanya.

Olivia memilih tak menjawab. Ia hanya menunduk saat Ferdinand menatapnya. Sementara hati Felicia berbunga-bunga. Ia begitu senang saat rencananya berhasil. Jantungnya berdetak kencang saat Zio melangkah mendekat ke arahnya. Ini kesempatan untuknya, setidaknya menikmati dansa di hari spesial untuknya.

Deg deg deg

Zionathan hanya mematung ditempatnya. Ia terkejut, ketika Felicia dengan agresif meletakkan telapak tangannya dipundak Zio. Ia menggenggam tangan kanan Zio. Zionathan terdiam mematung di posisinya. Ia melirik sekilas kekasihnya. Kelima peserta menahan senyum saat alunan musik terdengar di sana. Melihat tubuh Zio yang kaku dan tegang, Felicia mulai memberanikan diri mendekat ke arahnya. Ia membisikkan sesuatu ke telinga pria yang disukainya.

"Kita lakukan dengan baik Zio, tubuhmu terlalu tegang dan ikuti gerakanku dengan baik. Aku sangat ahli dalam hal berdansa." Kata Felicia tersenyum tipis. Ia mulai menuntut Zio dalam gerakan tempo lambat.

Sementara Olivia menikmati irama musik, ia terus berucap ini hanyalah permainan saja. Kelima peserta seakan mengikuti irama dengan baik dan tidak gugup lagi. Mereka melakukan gerakan dengan tempo lambat dan penuh penghayatan, terkadang tatapan mereka bertemu.

Tepukan tangan dari yang menonton semakin membuat suasana bertambah seru. Felicia hanya bisa tersenyum tipis. Tidak tahu apa arti dari senyumannya itu. Yang jelas ia sangat bahagia.

⭐⭐⭐⭐⭐

Belum lagi acara dansa selesai. Zionathan sudah meninggalkan Felicia dan menghampiri kekasihnya.

"Olivia! " Suara Zionathan terdengar begitu tegas dan terdengar berat. Jelas sekali pancaran matanya menunjukkan rasa cemburu yang dalam. Ia tidak tahan saat melihat Ferdinand menuntunnya dengan lembut dan seakan menikmati irama musik itu dengan baik. Semua terdiam saat melihat ekspresi Zio yang begitu marah.

"Hai dude..Acara dansa ini belum selesai?"

Olivia tersentak saat Zio sudah berdiri di depannya. Napasnya tertahan ketika melihat raut wajah Zionathan mengerut serius.

Zionathan tidak menanggapi ucapan Ferdinand sama sekali." Kita pergi! " Kata Zio menatap Olivia.

"Hei dude, kenapa kau bersikap seperti ini? Ini hanya permainan saja. Jangan terlalu dibawa ke hati." Ferdinand tersenyum kecil saat melihat kemarahan Zionathan.

Zionathan langsung maju dan menarik tangan Olivia agar jauh dari Ferdinand.

"Tapi, Aku? " Olivia sedikit protes karena sikap Zionathan terlalu berlebihan.

"Aku bilang kita pergi Oliv." ucap Zio tanpa melepaskan tatapan tajamnya kepada Ferdinand.

"Kau cemburu dude?"

"Jangan pernah ganggu kekasihku Ferdi. Kau mengerti? " tegas Zio menekan setiap kalimatnya dan terus menarik Olivia hingga memunggungi Ferdinand.

"Menganggu apa maksudmu? kita semua tahu ini hanya bagian dari acara ulang tahun Felicia. Aku tidak ada mengganggu Olivia."

"Aku tahu siapa dirimu Ferdi."

"Ayolah dude, jangan terlalu berlebihan. Kau saja berdansa dengan Felicia, Olivia tidak marah. Pantas saja Olivia tertekan dengan sikap posesifmu yang terlalu berlebihan. Kau benar-benar membosankan." tukas Ferdinand tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Zionathan mengerutkan keningnya lalu melihat ke belakang. "Apa maksudmu? "

"Tanya saja Olivia, dia muak dengan sikapmu yang terlalu berlebihan itu. Bukankah seperti itu Oliv?"

Zionathan menahan napas, berusaha meredam rasa kesal yang mencuat dari dalam dadanya. Ia memilih tidak menjawab. Zionathan lalu membalikkan badannya dan terus menarik tangan Olivia meninggalkan acara itu. Dahi Olivia mengerut, ia terus melihat tangannya di tarik oleh Zionathan.

"Sayang, bisakah pelan-pelan? tanganku sakit." Keluh Olivia melihat pergelangan tangannya sudah memerah.

Ferdinand menarik napas dalam-dalam, ia sedikit merasa bersalah, namun karena besarnya rasa amarahnya, membuatnya tidak ingin minta maaf karena mengingat perkataan Ferdinand. Ia membuka pintu mobil agar Olivia segera masuk.

"Masuklah !" ucap Zionathan datar.

Olivia hanya pasrah, sepertinya Zio benar-benar sangat kesal. Zio sedikit berlari mengitari mobilnya dan langsung masuk. Ia menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Felicia. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam membisu. Olivia memandang Zionathan yang terus membawa mobil, memecahkan keheningan malam.

BERSAMBUNG.....

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang.

Ini Novel keenam saya.

^_^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!