Menjadi anak tunggal dari keluarga kaya raya tidak membuat hidupku bahagia, justru harta yang melimpah yang di wariskan almarhum mamaku, membuatku berada dalam bencana.
Namaku Ayudia Larasati, putri tunggal pasangan
Adhi Prakasa Gumilang dengan almarhum Eldrea Inez Jovanka yang merupakan putri seorang pengusaha asing.
Aku mewarisi kecantikan mamaku yang berdarah Portugal,sehingga sejak masih kecil aku selalu menjadi primadona ,berlanjut hingga aku kuliah. Namun semua itu tak membuatku jadi sombong, justru terkadang aku hanya ingin menjadi orang biasa saja, kepopuleran membuatku tersiksa.
Setelah kepergian mama, papa menikah kembali dengan seorang wanita yang tak lain adalah sahabat mamaku sendiri.
Awalanya aku menentang keras hubungan mereka, terlebih aku sudah mengenal tante Amelia atau kerap aku panggil Tante Lia dengan baik, bukan aku tak menyukainya, hanya saja ini teramat canggung bagiku. Bagaimana seseorang yang biasa menjadi tanteku , sebentar lagi menjadi mama tiri ku???
Namun aku tak tega melihat papa terus bersedih dan terpuruk setelah kepergian mamaku yang meninggal setelah melahirkan ku.
Papa yang shock karena kehilangan wanita yang dicintainya membuatnya sering melamun dan mabuk-mabukan.
selama ini Tante Lia yang selalu datang dan merawat papa, mungkin karena itu pula timbul benih-benih cinta diantara mereka, aku tak tahu pasti.
yang jelas kini papa terlihat lebih baik dan bisa menerima kepergian istri tercintanya, semua berkat Tante Lia.
Demi kebahagiaan papa, akhirnya aku meluluskan keinginan papa, untuk menikahi Tante Lia yang notabene nya adalah seorang janda beranak satu.
Ya, Tante Lia memiliki seorang anak seumuran denganku bernama Aurellia.
Jujur aku tak menyukai anak Tante Lia, sejak sekolah menengah atas Aurellia satu sekolah denganku, namun kami tidak pernah bertegur sapa.
Bukan karena tak kenal, namun Aurellia membenciku yang entah apa alasannya, terlihat dari pandangan matanya atau ucapan menyindirnya saat aku dan kawan-kawan ku berjalan melewati Aurellia dan genk nya.
Satu bulan kemudian papa menikahi Tante Lia.
Awal pernikahan Tante Lia dan papa, semua berjalan baik-baik saja.
Tante Lia berusaha berperan sebagai mama pengganti yang baik untukku
Ia juga terlihat perhatian dan sayang padaku, membuat papaku lega dan senang, jika pilihannya menikah dengan Tante Lia adalah tepat untuk kami sekeluarga.
Namun seiring waktu semuanya berubah.
satu tahun sudah mereka menikah.
sifat asli Tante Lia akhirnya keluar juga.
Aku tak pernah menyangka, sahabat mamaku yang kini menjadi ibu tiri ku ternyata membenciku, walau itu hanya saat papa tidak berada di rumah, Tante Lia dan Aurellia selalu menggangguku dan menindas ku.
Aku tak pernah mengatakan pada papaku perbuatan mereka, karena aku tak mau papaku sedih, atau mungkin tak percaya dan menuduhku memfitnah istrinya karena aku belum bisa menerima Tante Lia. Tante Lia selalu pintar memainkan perasaan papa, itu semua karena Tante Lia selalu bermuka sedih saat aku membentaknya, ia berperan sebagai istri dan ibu yang baik depan papa.
Pernah suatu ketika aku mengeluhkan kelakuan Tante Lia, namun yang ku dapat hanya nasihat papa yang panjang dan ujungnya menyalahkan ku, sehingga percuma aku mengadukan apa yang terjadi padaku.
Hingga puncaknya papa menjodohkan ku dengan salah satu anak rekan bisnisnya, terlihat sekali jika Aurellia sangat iri.
terlihat dari sorot mata mama tiri dan kakak tirinya itu , saat papa mengumumkan perjodohanmu.
"Pa, papa gak bisa dong main jodohkan aku dengan anak teman papa, aku baru selesai kuliah pa, aku masih ingin kerja dan bermain bersama teman-temanku"protes Ayudia langsung meletakkan sendok dan garpu yang sedang ia pegang
”Ini semua demi kebaikanmu nak, anak om Baskoro baik, dan papa percaya nak Arjuna akan menjadi imam yang baik” ucap Adhi pada putrinya
”Tapi gak langsung di jodohkan gitu dong pa, kami saja tidak saling mengenal, ini bukan jaman Siti nurbaya” ucap Ayudia masih tak terima dirinya di jodohkan
"Mas, jangan memaksakan Ayu, dia masih mau bebas” ucap Tante Lia terlihat penuh perhatian pada Ayudia
”Aku gak bisa menolak sahabatku Lia, Abraham Baskoro Stein dulu pernah membantuku, aku banyak hutang budi padanya" ucap Adhi pada Lia
ingin sekali Ayudia bertepuk tangan melihat akting mama tirinya itu, namun ia mengendalikan diri dan tersenyum sinis
"Iya pa, beri Ayu waktu berfikir. Aurel yakin Ayu tahu bagaimana berbakti pada orangtua"sindir Aurel membuat Ayudia tertawa dalam hati
"Katakan saja jika kau iri Aurel, aku sangat tahu kau selalu ingin merebut apa yang ku miliki, termasuk merebut kekasihku"ucap Ayudia dalam hati
"Terima kasih Aurel, aku bukan anak yang tak tahu berbakti, gak usah kamu ingatkan aku bagaimana aku harus bersikap.
Oh ya, kenapa gak kamu bilang aja kalau kamu ingin menggantikan aku dalam perjodohan itu????" ucap Ayudia ketus menatap tajam Aurel
”Ayudiaaaa” teriak Adhi marah pada putrinya.
Ia tak habis pikir dengan kelakuan Ayudia yang beberapa waktu ini di nilai Adhi sangat buruk.
Putrinya itu selalu penurut dan sopan, namun makin hari tingkahnya makin keterlaluan.
sementara Aurel berakting sedih, ia sampai menitikkan air mata buaya di depan papa
"Maafkan maafkan anak Tante ya sayang, kami tahu diri, tidak seharusnya kami ikut campur dalam urusan keluarga kalian”ucap Lia seakan menambah minyak di kayu bakar, menyulut emosi Adhi, Lia sampai berkata seakan dia tidak pernah dianggap mama oleh Ayudia
"Sayang, kamu sudah menjadi bagian dalam keluargaku setelah kita menikah, dan Aurel juga anakku, maafkan kelakuan putriku.
Aku merasa terlalu memanjakan Ayu"ucap Adhi menenangkan Lia yang nampak bersedih
Sementara Ayudia hanya melongo melihat drama anak dan ibu di depannya, tangannya mengepal kencang menahan amarah, bagaimana kedua orang itu bisa sangat lancar bersilat lidah
"Dengar Ayudia, papa tidak menerima penolakan mu, dan satu lagi, jangan pernah anggap Lia sebagai orang lain , dia mamamu dan Aurel saudarimu. ingat itu!!!!" ucap Adhi menatap tajam kearah putri semata wayangnya, ia hanya berusaha bersikap adil di depan keluarganya.
"Tante Lia, tidak akan pernah jadi mama Ayu, karena bagi Ayu mama tidak pernah mati, selalu ada di hati Ayu” ucap Ayudia bangkit dan meninggalkan meja makan, selera makannya menguap begitu saja
Ayu masih bisa mendengar Tante Lia sedang berusaha memenangkan papanya yang emosi, Ayu hanya bisa tertawa sinis, hatinya sakit karena papanya bisa bersikap seperti itu padanya hanya karena membalas istri baru dan anak tirinya.
Ayu masuk kedalam kamarnya, mengambil foto mamanya dan menangis pilu.
Sejak mamanya meninggal ia merasa kesepian, papa yang dulu sangat perhatian dan menyayanginya kini telah tiada seiring datangnya wanita lain dalam kehidupannya
"Ma, Ayu kangen mama, Ayudia kesepian ma.
papa tidak sayang Ayu lagi"ucap Ayudia terisak.
Entah sudah berapa lama Ayu menangis hingga akhirnya ia tertidur.
Suara ketikan pintu kamarnya membangunkan Ayudia dari tidurnya, ia merasa pusing karena terlalu lama menangis, matanya terlihat sembab dengan kantung mata hitam menghias wajah cantiknya
"Non, ini bik Ijah, buka pintunya non" ucap bik Ijah dari balik pintu kamar Ayudia
Dengan malas Ayudia membuka pintu kamarnya, ia tak bisa begitu saja mengabaikan bik Ijah, karena bik Ijah lah orangtua kedua setelah mama papa nya, Bik Ijah lah yang mengasuhnya sejak kecil.
Setelah pintu terbuka, terlihat bik Ijah membawakan semangkuk seblak ceker dengan segelas ice teh manis di tangannya, itu makanan kesukaan Ayudia.
Bik Ijah sengaja membuatnya karena dari kejauhan bik Ijah melihat apa yang terjadi di meja makan, ia tahu majikan kecilnya belum makan dari siang
"BI, ini...???" Ayudia terpaku, ia terharu karena bik Ijah sangat perhatian padanya, Ayudia menatap nampan yang di sodorkan bik Ijah
"Sudah kesal boleh, marah boleh, tapi perut gak boleh kosong, biar bisa melanjutkan kesal dan marahnya.
karena kan perlu tenaga juga"goda bik Ijah mampu membuat Ayudia tersenyum lebar
"Masuk bik, Ayu lagi gak mau makan sendiri” ucap Ayudia
"Kalau begitu sebentar, bibi ambil seblak punya bibi juga, biar kita kepedesan berjamaah" gurau bik Ijah berlalu menuju ke dapur.
Ayu tertawa kecil mendengar ucapan bik Ijah, beliau selalu bisa membangkitkan mood Ayudia yang memburuk.
Sudah dua Minggu sejak Adhi mengumumkan perjodohan untuk Ayudia, Ayu tak tahu harus berbuat apa lagi agar papanya membatalkan rencana perjodohannya.
segala cara sudah ia lakukan dari mogok makan, mogok bicara, namun Adhi tetap pada pendiriannya, sehingga akhirnya Ayudia pasrah.
Ayudia tak mau tahu tentang pria yang akan jadi suaminya, saat papanya menyodorkan fotonya, Ayudia langsung membuangnya tanpa melihatnya, membuat Adhi hanya menggeleng pelan, ia dan putrinya memiliki sifat yang sama, sama-sama keras kepala.
Sepeninggalan mereka, Aurellia yang melihat pertengkaran ayah dan anak itu mendekati tempat sampah dimana Ayudia membuang foto calon suaminya, Aurellia melotot hingga bola matanya akan keluar.
Pria dalam foto tersebut, bukan hanya sangat tampan, juga sangat berkarisma,
”Seorang pria sempurna"pekik Aurel dalam hati, ia merasa sangat cemburu dan iri dengan nasib baik Aurellia sangat membenci Ayu yang di nilainya sangat beruntung.
Ia sangat iri karena Ayudia selalu mendapatkan apa yang ia mau, selalu di nomor satukan, selalu mendapat perhatian papanya.
Aurel benci, ia sangat ingin kasih sayang papa yang sesungguhnya, karena sejak kecil ia sudah menjadi yatim.Ia ingin papa Ayu hanya menyayanginya seorang. sungguh egois dan tak tahu malu.
Dalam hati Aurel ingin sekali menyingkirkan adik tirinya itu, namun bagaimana caranya???? agar semua perhatian papa tirinya hanya untuknya, termasuk perjodohan itu, Aurel jatuh cinta saat pertama kali melihat foto pria itu.
Tanpa Aurel ketahui, di sudut dapur bik Ijah menatap Aurellia sambil mencibir, ia sangat tidak suka melihat ibu dan anak itu.
Bu Ijah mengetahui sesuatu yang hanya dirinya dan Almarhum nyonya rumah ini yaitu nyonya Eldrea, dan kematian Eldrea ada sangkut pautnya dengan wanita itu. Bi Ijah tidka bisa meninggalkan rumah Adhi walau sebenarnya ia sudah tak betah, ia bertahan hanya karena Ayudia.
Secara diam-diam bik Ijah juga merekam setiap apa yang di lakukan anak dan ibu itu jika kebetulan ada kesempatan.
Aurelia berjalan menuju kamarnya sambil membawa foto pria yang akan di jodohkan pada Ayu, ia langsung loncat ke kasur nya begitu sampai kamar, berguling-guling kesana kemari sambil memeluk foto itu, menciuminya, tingkahnya lebih mirip orang yang hilang akal.
Lia mengetuk pintu kamar putrinya, namun tidak ada sautan sehingga ia masuk ke dalam kamar, di lihatnya putrinya itu nampak bahagia tertawa cekikikan sendiri,
"Apa itu???? foto? foto siapa yang ia cium seperti itu, sungguh anak bodoh, bisa-bisa orang yang melihatnya mengira ia gila!!!!” gerutu Lia yang melihat anaknya berguling-guling sambil menciumi foto di tangannya.
"Ehmm, ehem" Lia berdehem membuat Aurel tersentak kaget dan menghentikan. kegiatannya
"Mama ih, masuk kamar Aurel bukan ketuk pintu, bikin kaget aja, kalo Aurel jantungan terus mati gimana?" gerutu Aurel mengerucutkan bibinya
"Kalau mati ya di kubur, susah amat"ucap Lia santai lalu duduk dengan anggun di sofa yang terdapat di kamar itu
"Maaamaaaaa” teriak Aurel kesal karena mamanya mudah sekali berkata seperti itu
"Lagi kamu itu ya, sadar gak kamu tuh seperti orang gila, bikin malu saja, terus foto itu, foto siapa?
jangan bilang foto kekasih barumu.
Dengar Aurel mama bosan menasihati kamu.
belajarlah sedikit pintar, cari pria yang bisa memenuhi semua kebutuhan selamanya, jangan seperti almarhum papamu" cibir Lia tanpa perduli perasaan putrinya
"Ma, tolong mama jangan menjelekkan papa, bagaimanapun dia papa Aurel" ucap Aurel tak terima
"Memang itu kenyataanya" jawab Lia cuek
”Kalau mama datang ke sini buat menjelekkan papa, mama mending pergi. Aurel tahu jika papa masih hidup, beliau belum mati seperti yang mama bilang" ucap Aurel menatap tajam mamanya.
Lia membeku di tempatnya, ia terkejut, tak menduga putrinya tahu, namun hanya sebentar saja.
beberapa saat kemudian wajahnya kembali tenang.
”Mama tanya foto siapa yang kamu ciumi tadi?" tanya Lia mengalihkan pembicaraan
"Bukan urusan mama" ucap Aurel sinis
"Tentu jadi urusan mama, jika pria yang kau taksir tidak berguna dan miskin" ucap Lia sinis
”Dia calon suami Ayu" ucap Aurel menundukkan kepalanya
"Hah, apa kamu sudah gila menyukai calon suami adikmu sendiri????” tanya Lia setengah berteriak membuat Aurel loncat dari kasurnya dan membekap mulut mamanya
”Gak sekalian mama pakai toa mesjid, biar papa dan anak manja itu dengar" ucap Aurel sewot, ia memang tak pernah akur dengan mamanya, terutama jika menyangkut kekasih, semua pria yang mendekatinya di bawah standar Lia.
”Ups Mama kaget, lagi kamu suka aneh ya, kaya gak laku aja" cibir Lia
"Huh mama, kalau mama liat siapa pria itu, mama juga akan ngiler" ucap Aurel cekikikan
"Anak kurang ajar , mama sudah punya suami, apa kamu lupa???"
"Maka dari itu aku bilang mama akan ngiler, setelah ku cek pria itu seorang pengusaha muda yang sukses, dan ahli waris dari orang terkaya di kota ini ma" ucap Aurellia berjalan menuju kasur dan mengambil foto tadi dan menyerahkan pada mamanya.
"Benar-benar tampan" gumam Lia lirih membuat Aurel cekikikan
"Apa Aurel bilang, dan lihat nih ma" ucap Aurel menyerahkan ponselnya
”Apa mama gak pengen punya mantu seperti dia???" tanya Aurel menaik turunkan alisnya
"Aku iri dengan Ayu ma, dia mendapatkan apapun yang ia mau, aku benci dia ma" gerutu Aurel
” Mama juga tidak suka dengan ayu, tapi kita masih butuh papanya untuk menyokong hidup kita, ditambah mama sangat mencintai Adhi, sejak kuliah mama menaruh hati padanya" ucap Lia
"Dasar sudah tua masih bucin" goda Aurel
"Biarin, daripada jomblo" ucap Lia tak mau kalah
"Jadi ma, mama mau bantu aku menyingkirkan wanita itu?”tanya Aurel
"Menyingkirkan, mama masih belum bisa sekarang, namun membuat ia tak jadi menikah dengan pria itu, sepertinya mama punya cara” ucap Lia.
"Serius ma, cepat katakan"ucap Aurel tersenyum licik. Lia membisikkan sesuatu, terlihat Aurel mengangguk dan tersenyum,
"Baik, kapan kita lakukan??? si wanita manja itu sungguh bodoh, di jodohkan dengan pria tampan dan kaya raya gak mau.
Ditambah meminta papanya merahasiakan pernikahan mereka sementara sampai ia selesai kuliah, sungguh bodoh" ucap Aurel
"Biarkan saja, yang penting kita jalankan rencana kita besok, lebih cepat lebih baik.
seminggu lagi ia akan menikah, jangan sampai gagal.
mama akan yakinkan ia untuk ikut kita jalan-jalan"ucap Lia dan Aurel tertawa
Keesokan harinya,
Lia mengajak Ayu keluar rumah, mereka bertiga menghabiskan waktu dari perawatan sampai shopping, Ayudia bukan tipikal orang yang suka menghamburkan uang, ia hanya mengikuti mama dan kakak tirinya berbelanja, hingga tak terasa hari sudah malam.
Mereka memutuskan makan malam di luar.
Lia mengusulkan makan malam di sebuah hotel berbintang, karena ia tahu makanan disana enak. sebelumnya mereka sudah memberi kabar Adhi.
Adhi sangat bahagia akhirnya anak dan istrinya bisa menjadi keluarga yang utuh.
Mereka bertiga makan malam dengan lahap karena sudah kelaparan dan cape,
tiba-tiba Ayu merasa pusing, tak lama kemudian seorang pria datang dan mengangguk. Bellboy itu membantu memapah, Ayudia yang tak bertenaga hanya pasrah.
Sebelum pergi Aurel mengambil foto Ayudia dan pria itu, lalu ia berbisik pada Ayu
"Ya Tuhan Ayudia kamu pasti kelelahan ya???,
Ya sudah kamu istirahat dulu ya,nanti kami susul" ucap Aurel sinis
Ayudia tak bisa mengucapkan apapun , ia terlalu lemah. untuk membuka matanya saja ia sulit, Ayudia berusaha membuat dirinya tersadar, ia mencubit tangannya keras hingga ia meringis kesakitan, rupanya ini semua rencana ibu dan kakak tirinya.
Ayu melihat ia di bawa naik lift, ia dipapah masuk ke lorong kamar, si pemuda yang membawanya tiba-tiba berbelok ke sebuah kamar, mengetuknya setelah terbuka pria itu mengangguk sopan
”Saya mengantar kiriman"ucap pria itu lalu memapah tubuh Ayu dan membaringkannya di kamar, ayu yang dalam pengaruh obat perangsang mulai kepanasan dan bergerak-gerak tak karuan ,hingga dress-nya tersingkap dan menampilkan kemolekan tubuhnya, wajah nya merona merah, si pemuda yang sejak tadi meneguk wine tersenyum licik, ia merasa tergoda melihat tingkah wanita di depannya sungguh mengairahkan.
Pria itu tak pernah menyangka jika koleganya akan mengirimkan seorang wanita demi sebuah tender.
wanita yang terlihat sederhana namun luar biasa cantik dan memiliki body sintal di balik penampilannya yang sederhana. walau kamar itu dalam pencahayaan remang- remang
Pria itu menghampiri Ayu, terlihat Ayudia malah menarik pria itu mendekat dan langsung ******* dengan rakus bibir pria itu, tangannya terus mengelus dan meraba, hingga akhirnya keduanya tanpa sehelai kain, pria itu lalu melakukan penyatuan, ia terkejut mendapati wanita itu meringis kesakitan, ia berhenti sejenak agar wanita itu bisa beradaptasi lalu kembali melakukan aksinya hingga entah beberapa kali pelepasan dan keduanya terkulai lemas dan tertidur.
Keesokan paginya pria itu bangun, ia menatap wanita di depannya yang masih tertidur dengan wajah polos wajahnya tertutup rambutnya yang berwarna blonde namun masih terlihat kecantikannya.
Wanita itu tertidur seperti bayi.
Pria itu terkejut saat melihat bercak darah pada sprei dan berdecak
"Kasihan sekali, wanita ini mengorbankan kesuciannya demi uang" gumam pria itu, ia berjalan menuju jasnya lalu mengambil buku cek, menuliskan sebuah nominal yang menurutnya pantas , lalu meninggalkan kamar hotel itu.
Tak berapa lama kemudian , Ayu terbangun, ia merasakan pusing dan nyeri di bagian kewanitaannya, ia menangis melihat bercak darah di sprei, samar-samar terbayang kejadian semalam, Ayu menangis, hidupnya hancur.
Satu jam kemudian
Ayu sudah sedikit tenang, walau ia masih terisak, ia meremas rambutnya yang berantakan, bagaimana ia harus mengatakan pada keluarganya, pada papanya tentang apa yang terjadi, bagaimana dengan suaminya nanti???
Ayudia frustasi, ia mengacak rambutnya kesal
Jika ia bunuh diri, papanya pasti sedih dan almarhum mamanya juga pasti sedih.
Ayudia jelas sangat tahu jika Allah sangat membenci Orang yang bunuh diri, namun ia sudah kotor, hidupnya hancur.
Awalnya ia berfikir akan lari dari pernikahannya dan mengejar cita-citanya, namun kini ia sudah hancur tak ada lagi yang tersisa.
"Ayu duduk di tepi kasur, matanya menerawang jauh, ia menyadari satu hal bahwa ia sudah di jebak oleh mama dan kakak tirinya, namun ia juga tak bisa membatalkan pernikahan yang tinggal satu Minggu.
Ayudia melihat sebuah kertas di nakas, ia meremas kertas itu yang ternyata adalah sebuah cek senilai seratus juga, ia merasa hina, pria itu membayarnya, ia seperti wanita murahan.
Ayudia membersihkan diri ,lalu memakai pakaiannya, ia berjalan keluar hotel sambil menunduk, menghentikan taksi dan langsung pulang kerumahnya dengan perasaan berkecamuk di dadanya.
Ibu dan kakak tirinya telah menjebaknya, ia harus membuat perhitungan pada kedua manusia terkutuk itu
Ayudia turun dari taksi, dengan sigap pak selamet security yang sudah bekerja sejak Ayu kecil, membukakan pintu gerbang intuk Ayudia, terlihat alis pak selamet berkerut seolah bertanya darimana majikannya itu baru pulang.
Ayudia berjalan masuk, namun kemudian langkahnya terhenti, ia teringat akan ulah ibu dan kakak tirinya yang sudah menjebaknya, ia tak mau papanya tahu tantang apa yang menimpanya, sebelum ada bukti.
"Pak Slamet, Ayu mohon bapak bisa merahasiakan jika Ayu pulang pagi, terutama dari papa, Ayu mohon pak"ucap ayu menangkup kedua telapak tangannya,
Pak Slamet mengangguk pelan
"Terima kasih pak" ucap Ayu lirih lalu kembali berjalan, ia sengaja menggunakan pintu samping, pintu dapur, agar tidak harus melihat muka mama tirinya, atau ia bisa kalap dan membunuhnya.
bik Ijah sedang memasak di dapur, ia terkejut melihat kedatangan Ayu, terlihat kekhawatiran di wajah bik Ijah
"Non kok baru pulang?”tanya bik Ijah yang mungkin tahu ia tak pulang semalam, hanya bik Ijah yang selama ini tulus menyayanginya, Ayu memeluk bi Ijah lalu menangis, membuat bik Ijah kaget, ia mengelus rambut panjang Ayu, menduga jika kepulangan Ayu di pagi ini ada sangkut pautnya dengan wanita ular itu dan anaknya.
”Duduklah dulu, tenangkan dirimu, bibi ambilkan minum dulu" ucap bik Ijah lembut, menuntun Ayu duduk di kursi yang terdapat di dapur.
BI Ijah menyodorkan air putih yang langsung di teguk Ayu, pandangan mata Ayu kosong, sesekali air matanya menetes.
"Dia sudah menjebak ku BI, wanita itu dan anaknya sudah menjebak ku sampai aku, aku...."Ayudia kembali menangis, bi Ijah merasa sangat marah, dugaannya benar, jika ini berkaitan dengan Lia dan anaknya.
"Bibi tak tahu apa yang menimpamu, tapi kamu harus tegar, kita balas perbuatan mereka"ucap bi Ijah penuh kemarahan begitu juga bi Mana yang ada di sana juga
"BI, bagaimana aku bisa hidup bi, hidupku dan masa depanku hancur semalam, dia menjebak ku untuk tidur dengan pria asing, huhuhu" Ayudia tak kuasa menahan tangisnya, ia sesenggukan di dalam dekapan bi ijah, tangan bi Ijah mengepal menahan marah,
Bi Nana dan bi Ijah sudah bekerja lama di kediaman Adhi, mereka sudah tahu bagaimana malangnya anak itu. Namun Bi Nana baru masuk ketika bi Ijah sudah ada di sana, ia menggantikan BI Kokom sepupunya yang pulang kampung.
Bi Nana merupakan asisten rumah tangga, sementara bi Ijah bukan asisten rumah tangga, ia hanya membantu urusan dapur jika luang dan tugasnya hanya membantu keperluan ayudia
Di depan pintu berdiri pak Slamet yang mendengar semua, mata tua pak Slamet memancarkan amarah, seperti istrinya, wajahnya menggelap, Bi Nana memberi tanda suaminya untuk meninggalkan mereka.
Bi Nana memilih menuju ke dapur membuatkan minum sementara bi Ijah sedang menenangkan anak majikanya itu.
BI Ijah menuntun Ayu masuk ke kamarnya, membantunya berbaring dan menyelimuti tubuh Ayudia.
Keningnya terasa panas sekali, terlihat jika Ayudia trauma dan merasa kesakitan di **** ************* karena kejadian semalam.
Dengan telaten BI Ijah membantu membukakan baju Ayudia, menyiapkan air hangat untuk mandi, setelah itu ia membantu Ayudia mandi. Hati bik Ijah terasa sakit dan penuh kemarahan, anak yang ia sayang sejak kecil kini seperti mayat hidup tanpa cahaya hidup.
Setelah berpakaian dan mengeringkan rambut Ayudia, bik Ijah membaringkan Ayudia di kasur.
Ia berlari ke dapur, di sana pak selamat dan bi Nana baru selesai membuat bubur, ia juga sudah menyiapkan teh hangat untuk Ayudia
"Gimana keadaanya Mbak??" tanya pak selamet parau
"Menyedihkan pak", semoga anak itu bisa melewati nya dan tetap tegar.
Beberapa hari kedepan saya akan tidur sama anak itu, takut dia nekad melakukan sesuatu" ucap bik Ijah pada Bi Nana dan suaminya
"Baik Mbak, bapak juga khawatir. apa perlu kita sampaikan kejadian ini sama tuan???" tanya pak selamet yang di balas gelengan bi Nana
"Percuma pak, mamak yakin Pak Adhi enggak kan percaya" ucap Bik Nana lirih, membuat pak Selamat diam dengan tangan terkepal
Satu Minggu kemudian
kediaman Adhi sudah ramai dengan sanak famili yang datang, karena besok adalah acara pernikahan Ayudia, putri semata wayangnya dengan Eldrea,
karena permintaan Ayu, pernikahan mereka di jalankan secara sederhana dan di rahasiakan sementara waktu sampai Ayudia selesai kuliah
Ayudia juga tak perduli dengan siapa ia akan menikah, Sejak pagi ia sudah di make up, Ayudia menggunakan kebaya putih khas Sunda dengan, hiasan kembang goyang di kepalanya, ia terlihat sangat cantik dan anggun.
Lia menuntun putri tirinya itu, dibantu oleh adik kandung papanya, Tante Maria, Lia tak berani macam-macam, walau dalam hatinya memaki Ayu yang tetap menikah walau ia sudah tidak virgin lagi.
Ayudia sudah duduk di tengah ruangan, kemudian Tante Maria memakaikan kerudung diatas sanggul Ayu, sementara Ayu terus menundukkan kepala, ia tak mau ayahnya melihat jika ia tak ada hasrat sama sekali menikah, tak lama duduklah seorang pria di sampingnya, acara akad pun dimulai.
Ayudia mencium aroma parfum yang tak asing, tubuhnya bergetar, parfum pria itu, tapi bagaimana dia di sini, ini tidak mungkin, dan suara calon suaminya seperti tak asing, tapi dimana ia pernah mendengar??? tanpa Ayudia sadari, acara ijab selesai, ia masih terus menunduk, tak ada keinginan untuk menatap pria yang kini sudah jadi suaminya itu.
Pria itu menyematkan cincin di jari tangan Ayu, begitupula sebaliknya, kemudian Ayu di minta mencium punggung tangan suaminya, setelah itu acara foto, keduanya terlihat kaku dan tak saling memandang, setelah selesai akad, Ayu meminta tantenya mengantarnya ke kamarnya, ia beralasan kepalanya pening, ayu memilih tiduran di kamar alih-alih bertemu dengan keluarga besarnya dan keluarga suaminya.
Lima jam kemudian acara selesai, namun Ayu sudah berganti pakaian dan tidur memunggungi pintu masuk kamarnya
"Cih, wanita aneh, aku juga tak ingin menikah denganmu jika bukan karena terpaksa" ucap Arjuna kesal karena istrinya sudah terbuai mimpi.
Arjun memilih tidur di sofa,. karena besok ia harus melakukan perjalanan bisnis, ia akan meminta asistennya yang akan mengantarkan Ayu ke kediamannya.
Keesokan paginya
Arjuna sudah terbangun pagi-pagi sekali, ia sudah berpakaian rapih karena ia harus segera mengejar pesawat, setelah berpamitan pada kedua mertuanya ia langsung pergi menuju bandara.
Sementara itu Ayu masih tertidur, sudah seminggu sejak kejadian waktu itu namun ia masih trauma dan terkadang mimpi buruk, ayu terbangun dan mendapati jika kasur sebelahnya kosong dan masih rapih, rupanya suaminya tidak tidur si sana, namun ayu tak perduli, begitu selesai mandi ia langsung ke meja makan, disana ia langsung di ceramahi Lia, membuat nafsu makannya hilang, Ayu memilih kembali ke kamarnya daripada harus merasa kupingnya bengkak karena ocehan Lia Yangs seolah ibu yang baik.
Siangnya seorang supir menjemput Ayu, ia memberitahu jika Arjun yang memintanya pindah ke kediamannya, ayu hanya menurut, ia mengemasi pakaiannya dan ikut dengan supir yang di tugaskan oleh Arjun.
Dirumah besar itu hanya ada Papa, mama dan adik Arjun bernama
Mama Arjun wanita cantik yang angkuh, sedang Adik Arjjun sangat cantik seperti mamanya, sementara papanya Arjun tampan, entah wajah suaminya mungkin tampan seperti papanya, karena ia sendiri tak melihat wajah suaminya, sungguh pernikahan yang aneh.
Dua Minggu sudah Ayu tinggal di kediaman Orangtua suaminya, ia merasa sangat tak nyaman, terlebih mama serta kakak tirinya sering datang kesana dengan alasan menjenguknya, entah apa yang mereka bicarakan karena ayu sungguh tak berniat gabung dalam pembicaraan mereka, hingga suatu hari Aurel datang namun ia tidak beralasan bertemu dengan Ayu lagi,namun Ayu tak perduli.
Setelah kepergian Aurel sikap mama mertuanya berubah, ia memandang Ayu sinis dan tanpa di duga ia mendaratkan tamparan keras ke wajah Ayu
"Dasar pelacur, kamu sudah tidak suci lagi tapi kamu masih bersedia menikah dengan putraku?? sampah” teriak Deswita geram
"Ada apa ma"tanya Vera yang terkejut melihat mamanya menampar Ayu
"Wanita ini telah menjual dirinya pada laki-laki hidung belang, namun ia masih berani menikahi kakakmu"
"Apa benar begitu kakak ipar?"tanya Vera menatap tajam Ayu, Ayu gemetar tak tahu apa yang harus menjawab apa
"Lihat dia tak bisa menjawab, dia punya pergaulan bebas, kakaknya sendiri yang memberitahu mama" ucap Deswita geram
"Ma tapi itu hanya perkataan, tidak bisa jadi bukti"ucap Vera mencoba menjadi penengah
"Deswita berjalan menuju meja, lalu mengambil amplop, menyodorkannya pada Vera, Vera membukanya dan terkejut
"Tenangkan diri mama, biarkan kak Arjuna yang memutuskan ma"ucap Vera
Deswita menggeram kesal, ia kemudian melayangkan tendangan tepat diperut Ayudia membuat Ayudia ambruk sambil memegangi perutnya
Vera menarik mamanya menjauh, ia tak mau mamanya bertindak lebih brutal, walau ia tak suka dengan Ayu, namun bukan keinginan Ayu menikah dengan kakaknya, semua karena perjodohan konyol antara dua orangtua.
Ayu berusaha bangkit, ia berjalan tertatih ke kamarnya, tak ada seorangpun yang membantunya, semua terlihat ketakutan melihat nyonya besar mereka murka.
Setelah sampai kamar, Ayu merebahkan tubuhnya, ia menangis, bukan karena sakit saja namun juga merasa malu, terhina dan marah.
untuk kesekian kalinya Aurel mencelakainya
Keesokan paginya suasana kembali tenang, entah mengapa justru Ayu merasa firasat tak enak, seorang asisten rumah tangga mengantarkan bubur ke kamarnya, karena sejak siang kemarin Ayu tak makan, ia langsung menghabiskan buburnya, tiba-tiba ia merasa perutnya sangat sakit, Ayu mengerang berusaha bangkit namun pandangannya gelap, ia mulai merasa kedinginan, nafasnya terasa sesak
"Ya Allah, apa yang terjadi??? apa makanan itu sudah di racun??? Siapa?siapa yang tega berbuat itu?? tanya Ayu lirih ia muntah darah, matanya makin berat.
rasa sakit menusuk dan dadanya terasa sesak.
perlahan pandanganya kabur dan ia jatuh tersungkur dengan mulut mengeluarkan darah segar.
"Sepertinya aku akan mati, papa jaga dirimu, mama sebentar lagi aku akan menyusul mu" gumam Ayu dalam hati di tengah keputusasaan
Pintu kamar terbuka, Terdengar suara mama mertuanya dan seorang pria berusia sekitar dua puluh lima tahun, Ayu kenal pria itu adalah tukang kebun keluarga ini
"Parno bereskan wanita ****** ini, buang di tempat yang tidak ada yang bakal menemukannya, ingat dengan cara bersih, setelah itu pergi jauh dan jangan kembali"ucap Deswita melemparkan sesuatu,
tangan kasar membuka pakaiannya,
Cekrek, cekrek, cekrek
Ayu tak tahu bunyi apa, kesadarannya sudah mulai hilang hingga akhirnya gelap.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!