Seorang gadis berjalan menyusuri lobby hotel, wajahnya nampak penuh keraguan. Ia terlihat bimbang ketika akan masuk ke dalam lift. Bagi gadis seperti Tika, datang ke tempat seperti ini sangat membuatnya tak nyaman. Saat sudah melangkah masuk ke dalam lift, Tika menatap pantulan dirinya.
Gadis itu merasa begitu tidak percaya diri, apalagi saat ia melihat beberapa wanita cantik masuk dan bergabung bersamanya di lift. Ya ampun, aroma mereka sangat wangi? Sedangkan Tika? Gadis itu tersenyum kecut. Tika bahkan bisa mengendus bau ampas kopi pada baju serta kulitnya yang coklat eksotis. Kulit pribumi, ya sawo yang masih belum matang. Nggak coklat-coklat banget. Tapi bila berdiri sejajar dengan gadis-gadis di sampingnya. Jelas sekali aura dekil Tika.
Tika bagai batu kerikil di antara hamparan swarovski. Mencolok, ya sangat mencolok dan tidak indah. Melihat pemandangan yang sangat kontras itu, kakinya perlahan mundur teratur. Tika memilih berdiri menjaga jarak di pojokan. Meratapi nasib dan memandang iri pada gadis-gadis cantik di depannya. Bila ia terlahir kaya, mungkin ia juga bisa memiliki wajah dan pakaian bagus seperti mereka. Tiba-tiba bibirnya melengkung, gadis itu tersenyum kecut.
Namun, lamunan Tika terpotong, ketika beberapa wanita cantik bersamanya keluar satu persatu. Ia lantas melihat catatan yang ia bawa. Lantai yang sama, ia pun ikut keluar. Dengan merapikan baju yang ia kenakan, agar tidak terlihat lusuh, Tika berjalan sesuai arahan kertas yang ia bawa.
Beberapa saat lalu, seorang pengunjung cafe, tidak sengaja meninggalkan dompet di tempatnya bekerja. Karena pemilik dompet adalah langanan setia, yang sering datang ke cafe. Akhirnya atasan Tika meminta Tika menghubungi pemilik dompet tersebut.
Setelah melihat kartu nama di dalam dompet, Tika langsung menelpon nomor tersebut. Dan sampai lah ia kini menyusul Nyonya Mira. Di sebuah hotel bintang lima di tengah kota.
"Tunggu sebentar!"
Seorang pria menghentikan langkah Tika. Gadis itu langsung menoleh.
"Pelayan dilarang masuk!" sentak penjaga yang berdiri di depan pintu.
"Tapi saya mau bertemu Nyonya Mira, beliau bilang saya disuruh menemuinya di sini," ucap Tika sembari menatap pria tegap berpakaian rapi di depannya. Perawakan atletis, mungkin seorang bodyguard, pikir Tika masih sambil menatap pada penampilan pria di depannya.
Pria itu langsung mengamati Tika dari atas sampai bawah. "Nyonya Mira?" tanya pengawal bernama Kris tersebut.
Tika mengangguk cepat.
"Tunggu!"
Kris langsung melambaikan tangan, memanggil teman yang lainnya. Yang juga berdiri tidak jauh dari sana. Dua orang itu kemudian berbisik, dan salah satunya langsung pergi.
"Tunggu sebentar!" ucap pengawal Kris.
Tika kembali hanya mengangguk.
Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Tika langsung mengalihkan pandangan. Matanya yang tadi kosong menatap lantai marmer, kini beralih kepada sosok wanita cantik yang menolak tua.
Usianya sudah 50 tahun, tapi Nyonya Mira terlihat awet muda. Lihat pipinya, masih kencang. Seperti agar-agar jelly. Kenyal dan tidak kendur. Kerutan di mata juga hampir halus tidak terlihat. Entah ramuan apa yang dipakai Nyonya Mira untuk melawan usia. Kecantikan yang tidak memudar walau dimakan usia.
Kalau tidak melihat dompet Nyonya Mira, mungkin ia akan menduga wanita itu masih berusia 30an. Cantik seperti artis, sangat awet mudah sekali.
"Terima kasih, sudah mau mengantar. Maaf merepotkan," ucap Nyonya Mira. Wanita yang menolak tua itu pun mengambil beberapa lembar uang kertas warna merah dari dalam dompetnya.
Tika hanya tersenyum, ia menepis uang dari Nyonya Mira. "Tidak, Nyonya. Saya tidak bisa menerimanya. Karena dompet ini sudah saya berikan. Saya akan pulang dulu." Tika langsung berbalik.
"Hey!" panggil Nyonya yang tidak tahu siapa nama gadis yang mengantar dompet padanya. Yang ia tahu, Tika hanya seorang pelayan cafe di tempat langanannya.
Tika berbalik sebentar, tersenyum pada Nyonya Mira kemudian kembali meneruskan langkah kakinya.
"Tunggu!"
Kaki Tika langsung berhenti mendadak.
***
Di sebuah aula yang luas, besar dan mewah, dengan hiasan bunga-bunga cantik di mana-mana. Terlihat sepasang pengantin sedang berbincang pada para tamu undangan.
Dewa adalah salah satu tamu undangan, bila yang lain sedang bersenda gurau dan bincang santai. Lain dengan pria tampan namun memiliki tatapan dingin tersebut.
Ia menatap tajam dan penuh benci pada mantan kekasihnya. Tanpa sengaja matanya menangkap pemandangan yang membuat ia muak dan marah.
Ini adalah pesta pernikahan teman keduanya, seperti reuni. Mantan kekasih itu bertemu di tempat ini.
Tidak jauh dari sana, gerombolan cewek-cewek elite berkelas sedang membicarakan keduanya. Telinga Dewa terasa gatal, rumor mengatakan Luna sengaja memutuskan Dewa karena pria itu diragukan kejantanannya. Sungguh sial, Dewa tersenyum getir. Siapa yang meluncurkan gosip tidak berkelas tersebut? Menjijikkan! Dewa dibuat makin geram.
Hati terlanjur panas, tanpa sengaja ia menoleh. Dilihatnya Nyonya Mira berjalan bersama gadis manis dan cantik. Dewa langsung menghampiri Nyonya Mira, pria itu berbisik. Kemudian meraih lengan gadis yang semula bersama Nyonya Mira.
"Siapa namamu?" bisik Dewa, ia mendekatkan wajahnya ke samping kepala Tika. Sekilas bukan seperti orang yang berbisik, bila tidak jeli, mungkin orang lain akan salah paham.
"Sartika Sarasvati," jawab Tika pelan.
"Ikuti perintahku! Hari ini kamu calon istriku!" ucap Dewa. Bersambung.
Yuk kenalan sama penulis.
IG : Sept_September2020
FB : Sept September
Baca juga novel Sept yang lain
Dinikahi Milyader
suami Satu Malam
Dipaksa Menikah
Wanita Pilihan CEO
Dea I love you
Kanina Yang Ternoda
cinta yang terbelah
menikahi pria dewasa
Pernikahan Tanpa rasa
The Lost Mafia Boy
Menikahi pria Cacat
suamiku Pria Tulen
dokter Asha and KOMPOL Bimasena
crazy Rich
selengkapnya kalian bisa klik profile Sept
Terima kasih
Jerat Cinta Tuan Muda #2
Oleh Sept
Rate 18+
"Maksud Tuan?" Tika mengerutkan alis. Namun, kakinya tetap melangkah mengikuti pria yang mengandeng tangannya. Kapan lagi digandeng oleh pria tampan dan sepertinya tajir. Aura kharismatik dan bau parfumnya, mengatakan bahwa pria itu bukan orang biasa. Tika malah menikmati moment itu. Kebetulan, sebulan yang lalu ia baru putus dengan Romy.
Alasannya simple, Romy habis dipecat karena pria itu ketahuan ngutil di swalayan. Tidak mau hidup susah dalam jerat kemiskinan, apalagi Romy kalau pacaran nggak modal. Sering mintak paketan data pas awal bulan saat Tika gajian. Kalau makan minta dibayarin, kadang alasan dompet ketinggalan. Akhirnya, Tika minta putus. Sudah susah, tidak mau makin susah. Dibilang matre juga tak apa, Tika hanya bosan hidup melarat.
"Hey ...!"
Tika langsung menoleh, gadis itu malah asik melamun.
"Ikuti saja kata-kataku! Lakukan sandiwara ini sebaik mungkin. Setelah itu, aku akan memberikan imbalan yang sepadan."
Tika pun terdiam, kepalanya langsung memikirkan imbalan. Kira-kira apa yang ia akan dapat? Uang sebesar satu juta? Dua juta? Apa lima juta? Bibir Tika mengembang, kebetulan ia ingin membeli motor. Kalau hanya berakting lalu dibayar, ia jadi bersemangat. Lumayan, buat tambahan DP motor, pikir gadis yang tidak terlahir kaya tersebut.
"Siapa tadi namamu?" tanya Dewa sekali lagi.
"Tika!"
"Hemm ... Tika, nanti kalau ada yang mengajakmu berbicara, lebih baik jawab dengan senyum. Jangan katakan apapun."
"Baik, Tuan!"
Dari jauh Nyonya Mira memperhatikan keduanya, wanita yang merupakan Tante Dewa tersebut terus menatap keponakannya.
Telinga Nyonya Mira juga terasa gatal, saat para tamu undangan membicarakan hal negative tenang Dewa. Tanpa sengaja Tika datang, Nyonya Mira dan Dewa pun melakukan sebuah konspirasi.
***
"Eh, mantan kamu tuh?" Roy tersenyum mengejek kepada kekasihnya. Dua pasangan fenomenal, si seksi dan si pria perkasa. Atlet sepak bola yang digandrungi banyak kaum hawa. Dadanya ditumbuhi bulu-bulu halus dan terlihat kekar. Jas yang ia kenakan terlihat press body. Pokoknya cocok buat iklan produk susu pria.
"Sial lo!" rutuk Luna, mantan kekasih Dewa. Gadis itu lantas mencubit lengan Roy dengan manja. "Apa seleranya turun drastis? Lihat gadis itu?" batin Luna menatap Tika dari kejauhan. Nggak level, kulitnya saja terlihat tak seglowing kulitnya. Ia tersenyum tipis, melihat sosok wanita di sisi Dewa, tidak berkelas.
"Ngapain lihat sampek mata mau keluar gitu? CLBK ya?" ledek Roy. Menangapi ucapan Roy, bibir Luna langsung mengerucut.
Sementara itu, Dewa terus saja menghampiri dan menyapa kenalannya di sana. Ia sengaja membaur, ingin mengatakan pada semuanya. Bahwa gosip itu tidak benar.
Ketika tiba di acara puncak. Kedua pengantin sudah berganti pakaian yang cocok untuk dansa. Alunan musik mengiringi para tamu undangan yang ikut larut dalam pesta dansa tersebut.
Tidak mau ketinggalan, Luna langsung menarik tangan Roy. Dua orang itu berdansa dengan sangat panas. Dari pada dansa, Luna dan Roy malah terlihat seperti lagi pamer kemesraan di muka umum.
Panas, Dewa tidak mau kalah.
"Bisa dansa?" bisik Dewa di telinga Tika.
"Dansa?" Tika mengulang kata dari pria di depannya. Kalau joget dangdutan Tika bisa, apalagi joget Tok Tok! Dansa? Gadis miskin seperti dia mana tahu cara dansa. Tika pun menggeleng pelan.
Melihat hal itu, Dewa menghela napas panjang. Sepertinya ia salah mencari patner. "Oke! Ikuti saja arahanku!" serunya pada Tika. Tidak peduli bisa atau tidak, terlanjur panas karena melihat aksi Luna. Dengan nekat, Dewa menarik Tika ke lantai dansa.
"Ikuti intruksi dariku!" bisik Dewa, ia lakukan seolah terlihat seperti mencium leher Tika. Dan hal itu tertangkap oleh mata Luna. Hati wanita seksi itu jadi panas seolah terbakar.
Bila Luna menari dengan gaya erotisnya, selalu menempel pada lawan mainnya. Berbeda dengan Dewa, ia bermain dengan lembut dan terlihat elegant. Sesekali berbisik kepada Tika, padahal ia sedang memberi intruksi bagaimana langkah selanjutnya. Tapi, para audience melihatnya seolah pria itu sedang mencium Tika.
Tika sendiri merasa sangat gugup, seumur-umur baru kali ini diajak dansa. Karena Dewa membimbing dirinya langkah demi langkah, ia pun bisa mengimbangi. Apalagi saat lantunan musik berakhir, tiba-tiba saja Dewa mengecup bibirnya. Sangat singkat, karena Dewa tidak benar-benar berniat ingin mencium gadis tersebut. Ia hanya ingin aktingnya terlihat nyata dan total. Eh parah penonton malah baper dan meminta lebih.
"One more ... one more!" Semua malah menyerukan Dewa mencium gadis itu lagi.
Dewa kemudian menurunkan wajahnya, kembali berbisik kepada Tika. "Cium dengan panas, aku beri 20jt!" Bersambung.
Mata Tika jadi ijo, lumayan bisa buat beli motor cash! Wkwkwk
Baca juga ya, Istri Gelap Presdir, Rahim Bayaran, Kesetiaan cinta. Terima kasih.
Jerat Cinta Tuan Muda #3
Oleh Sept
Rate 18+
"Apakah Tuan mau menipuku?" Tika balik berbisik. Ia memang tidak pernah makan bangku kuliah, tapi ia juga nggak bodoh-bodoh amat. Mana ada sekali cium 20 juta, 10 kali cium ia bisa beli mobil second. Gadis itu tiba-tiba tersenyum miris. Heran dengan jalan pikirannya sendiri. Bisa-bisanya habis mikir beli motor sekarang lari ke mobil. Tika merasa benar-benar dilahirkan sebagai cewek matre.
Dewa mengerutkan dahi, "Aku serius, cium aku sekarang. Lebih panas dari pasangan itu. Aku tambah 50 juta!" ucap Dewa pelan, takut yang lain dengar. Semua mengira dua orang itu lagi bisik-bisik masalah cinta, padahal lagi nego harga sebuah ciuman.
Tika lantas menatap arah yang dituju oleh Dewa, sepasang anak manusia yang berdansa. Bukan berdansa sih, mereka terlihat sedang pamer kemesraan.
"50 jt? Cash kan?" tanya Tika dengan mata yang berbinar-binar. Gebokan uang merah muda sudah menari-nari di pelupuk mata.
Dewa mengangguk pelan.
Lima puluh juta sudah di depan mata, Tika tidak mau kehilangan kesempatan emas. Rejeki nomplok, kapan lagi dapat duit segitu banyaknya?
"Ciuman yang panas itu seperti apa?" batin Tika yang akan menempelkan bibirnya. "Ayo Tika, kerahkan kemampuanmu. Cuma sekali aja, lima puluh juta!" suara hati Tika menyemangati.
CUP
Pertama, Tika langsung saja nekad menempelkan bibirnya, entah apa yang ia pikirkan. Pokoknya cium dulu, sebelum lima puluh juta melayang. Dan detik berikutnya, Tika dan Dewa malah sama-sama memejamkan mata. Duo soang dadakan itu pun memulai aksi mereka.
Dengan lembut Tika mengigit lidah Dewa, pria itu hampir tersentak kaget. Ciuman panas yang ia maksud, bukan gigitan liar yang membuat ia meringis sakit.
Ingin menunjukkan pada Tika dan semuanya, ciuman panas yang sebenarnya seperti apa. Kini Dewa yang menjadi nahkoda. Pria itu menyesap habis sampai membuat Tika merasa kering dan tersengal.
Tika yang merasa sesak seolah kehabisan oksigen, tangannya pun meremas pinggang Dewa. Seakan jadi tanda, agar Dewa mengurangi kekuatan vacuum cleanernya. Dewa terlalu bersemangat.
Pria itu malah terlihat larut, menikmati ciuman senilai 50 jeti tersebut.
"Kopi! Aku suka ... aroma kopi!" ucap Dewa yang sudah melepaskan bibir Tika. Jarinya mengusap bibir Tika yang sudah belepotan. Sia-sia Nyonya Mira memoles wajahnya, kini muka Tika terlihat berantakan. Merah merona dengan lipstick yang coreng moreng.
Tika tidak terlalu konsentrasi dengan apa yang dikatakan Dewa, gadis itu sedang berusaha mengatur napasnya. Gila! Baru kali ini ia dicium sama penyedot debu. Aje gile, membuat ia engap dan sesek napas mendadak.
"Good job!" bisik Dewa kemudian, disertai seruan tepuk tangan dari tamu undangan yang ikut panas melihat aksi 2 pasangan tersebut.
Tika yang semula menunduk karena malu. Ia melirik Dewa sekalis, ada kepuasan di wajah pria tampan itu. Sepertinya akting mereka sukses.
Tidak jauh dari sana, sepasang mata menatap penuh iri dan dengki. Luna cemburu, tapi tidak mau mengakui.
Sedangkan Nyonya Mira, ia tersenyum dengan puas. Gosip keponakannya yang katanya nggak laki kini sudah terbantahkan.
***
"Kapan kalian menyusul?" tanya mempelai wanita yang tiba-tiba muncul di belakang Dewa dan Tika.
"Segera!" jawab Dewa mantap tanpa keraguan.
"Kamu diem-diem menghanyutkan, ya!" ucap mempelai wanita dengan nada bercanda.
Tika yang tidak tahu apa-apa hanya bisa ikut tersenyum seperti orang bodoh.
Setelah mempelai pergi, giliran Luna dan Roy yang mendekati keduanya.
"Apa kabar, Wa?" sapa Luna dengan wajah rubahnya. Wanita tersebut terlihat tersenyum manis, tapi hatinya mengutuk pada pasangan Dewa dan Tika.
Dewa menatap sinis, lantaran ia kesal. Gosip yang menyatakan ia tidak jantan itu pasti dari Luna. Wanita itu mungkin kecewa lantaran Dewa selalu gagal ia bujuk untuk melakukan anu.
"Baik!" jawab Dewa dingin.
"Pacar baru?" Luna menatap remeh pada Tika.
Mereka seperti musuh bila sudah bertemu, ingin memberi pembalasan. Dewa kembali melontarkan kebohongan.
"Bukan pacar ... calon istri!"
Bola mata Luna terlihat mau keluar. Sementara Tika, ia malah asik berpikir. Pulang dari sini ia mau beli apa saja, bahkan otak Tika sudah membuat daftar list. Benda-benda apa saja yang ingin ia beli.
"Aku tunggu undangannya!" sindir Luna dengan hati yang dongkol.
"Segera!" Dewa mengumbar senyum kemenangan. Setelah Luna pergi, senyum itu langsung hilang bak ditelan angin.
***
"Ikut denganku!" ucap Dewa yang berjalan mendahului Tika.
Dua orang itu terlihat keluar dari acara pernikahan yang barusan mereka hadiri. Kini keduanya sedang menuju mobil di area parkir.
"Ke mana?" tanya Tika yang tertinggal di belakang pria tersebut.
"Kamu tidak mau uangmu?"
Seketika bibir Tika langsung mengembang, yes! Mau pakai banget.
Di area parkir, Dewa berhenti tepat di sebuah mobil warna kuning.
"Masuk!" titah Dewa.
Tika terlihat ragu, lama-lama ia jadi curiga. "Tidak, saya tunggu saja di sini."
Dewa berdecak, "Kamu pikir saya ke mana-mana bawa uang cash?" sentaknya.
Tika beringsut, ia rasa sedang ditipu mentah-mentah. Pasti pria itu bohong, orang kaya kok nggak punya duit cash di dalam mobilnya? pikir Tika dengan polos.
"Kamu penipu, kan?"
Mata Dewa langsung terbelalak, harga dirinya terlukai. Gara-gara uang tidak seberapa ia dikatakan penipu.
Dengan gusar Dewa langsung masuk ke dalam mobil, "Tunggu di sini!"
"Yakkk ... dia kabur!" batin Tika menatap mobil yang terus melaju meninggalkan dirinya.
Keluar dari area hotel, Dewa memacu mobilnya menuju ATM terdekat. Ketika akan berbelok, mendadak sebuah mobil melaju sangat kencang menuju ke arahnya.
***
"Dasar penipu!" maki Tika, sudah dua jam lebih ia menunggu bagai orang bodoh. Bersambung.
Motor melayang .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!