Seorang pria kemeja hitam melangkahkan kakinya ke dalam sebuah perusahaan di kota K. Rahang pria itu tampak mengeras dengan kedua tangan disaku celananya. Matanya penuh dengan kemarahan, dibelakangnya ia diikuti oleh sekertaris pribadinya dan puluhan anak buah yang tak kalah tinggi.
"Han. Apa aku langsung membunuhnya saja?
"Menurutku, kita bisa bermain main dengannya sebentar, Tuan. Mungkin itu bisa membuat anda terhibur."
Seringai kejam tampak memenuhi wajahnya. Ia setuju dengan saran dari Sekretaris Han.
Mereka masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai 10.
Di ruangan berbeda seorang lelaki tengah uring uringan. Ia menyusupkan tangannya ke rambut memijatnya frustasi.
"Arrrghhh.... Sial...Sial!" Teriaknya frustasi.
BRAKK!
Suara tendangan pintu membuat pria paruh baya itu membuat tubuhnya semakin gemetar hebat. Ia segera menghampiri sosok yang sedang menatapnya tajam penuh amarah. Pria paruh baya itu langsung bersujud dan mencium kaki pria itu.
"Tuan Javier... Maafkan saya tuan.. saya salah.. tolong jangan hukum saya.."
Javier menendang kakinya membuat pria itu tersungkur ke belakang. "Enyahlah dari kakiku!!"
Pria itu tak mau menyerah ia kembali memeluk kaki Javier , kali ini dengan terisak penuh ketakutan. "Kumohon Tuan.. saya akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan saya..."
Javier menghela nafas kasar tatapannya datar. "Han, hukuman apa yang cocok untuk karyawan yang berkhianat dan menggelapkan uang perusahaan ini?"
"Mungkin dengan memotong satu tangannya cukup tuan. Karena saya tahu, tuan masih berbaik hati untuk tidak membiarkannya mati."
Mendengar itu tubuh pria paruh baya semakin bergetar ketakutan. Ia terus menangis memeluk kaki Javier.
"J-jangan Tuan.. A-ampun.. saya.. saya akan memberikan Pu-putri saya untukmu Tuan sebagai gantinya."
Mendengar itu Javier langsung berjongkok mencengkram keras dagunya dan menatap tajam wajah yang sedang meminta ampun itu.
"Beraninya kau membantu O'Conner group untuk menjatuhkan perusahannku disaat nyawamu berada digenggamanku pak tua!! Kau yang sedang memainkan nyawamu sendiri tapi kau libatkan putrimu dalam masalah ini!!" Geram Javier.
"Saya tidak tahu harus menukar kesalahan saya dengan apa Tuan. Satu satunya yang saya punya hanya putri saya."
"Aku ingin bagian dari tubuhmu!!"
"Saya mohon Tuan.. saya mohon.. ampuni saya..."
Javier menghela nafas. "Baiklah. Biarkan aku melihat putrimu itu."
Sekertaris Han yang mendengar itu langsung membulatkan mata terkejut. Benarkah? Benarkah Tuannya berani menukar sebuah pengkhianatan dengan seorang gadis?
Pak Tua itu tampak sedikit lega ia kembali menundukan diri dilantai seraya mengucapkan terimakasih berulang kali.
Javier pun keluar dari ruangan diikuti sekretaris dan bodyguard nya. Ia kembali masuk ke mobil setelah salah satu bodyguard membukakan pintu.
"Tuan, apa anda tidak bercanda. Dia membuat kesalahan besar dan hukuman ini terlalu ringan untuknya?" Tanya sekretaris Han sangat amat penasaran.
Javier hanya tersenyum kecut. "Aku hanya penasaran dengan putrinya. Jika aku tidak suka akan ku tukar balik dengan nyawanya."
Sekretaris Han hanya mengangguk, dia pikir Javier berubah memiliki hati yang lembut.
"Kirim data mengenai putri si pak Tua itu. Aku tunggu malam ini."
Sekretaris Han pun mengangguk dan melajukan mobil untuk sampai ke mansion utama Javier De willson.
Ketika sampai Javier disambut oleh beberapa pelayan yang segera menunduk. Ada delapan pelayan wanita dan satu pria tua menyambut kehadirannya.
"Selamat malam Tuan. Makan malam sudah siap." sapa Pak Liam dengan suara seraknya dengan membungkukan badan memberi hormat kepada Tuannya.
Javier melepaskan jasnya dan Pak Liam segera menggambilnya. Pak Liam adalah pemimpian pelayan di mansion utama. Ia yang mengatur ratusan pelayan di mansion itu.
Sebuah meja yang besar dengan beberapa kursi tampak tertata rapih. Berbagai hidanganpun tersedia diatas meja. Tapi Javier hanya makan seorang diri, beberapa pelayan hanya berjejer disamping kanan dan kiri sembari menundukan pandangan dan sekretaris Han juga Pak Liam berdiri tak jauh dari sana.
"Tuan bagaimana makanannya?" Tanya Pak Liam.
"Good."
Javier bangkit dari duduknya pergi ke ruang kerja diikuti sekretaris Han.
"Han, bacakan semua data tentang perempuan itu." Kini Javier sudah duduk di kursi kebesaran miliknya diruang kerja.
Sekretaris Han mulai membacakan identitas lengkap anak dari si pengkhianat.
"Nama Sky Alexander-"
"Stop!! Siapa namanya?"
"Sky Alexander."
Javier menaikkan satu alisnya. "S-sky." Ia menahan senyum gelinya. "Nama yang aneh," lanjutnya.
"Artinya langit Tuan."
Javier mendelik tajam ke arah Sekretaris Han. "Aku tau!! Lanjutkan."
Usia 20 tahun pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas. Bekerja di cafe X sebagai pelayan dan anak pertama dari tiga bersaudara. Dan-"
"Stop!! Bukankan si Pak Tua itu bilang dia putri satu satunya?"
"Memang Tuan, dia putri satu satunya dari istri pertamanya. Dia bersaudara tiri dengan kedua adiknya dan Ibunya meninggal ketika Sky masih kecil karena kecelakaan."
"Apa kedua adiknya juga perempuan?"
"Satu perempuan dan satu laki laki tuan."
"Kenapa harus anak pertamanya yang dia tukar. Kenapa bukan anak kedua," gumam Javier.
"Karena hubungan Sky dan Ayahnya tidak berjalan dengan baik Tuan. Itulah mengapa Pak Tua itu menukar anaknya dengan hukuman darimu."
Javier tersenyum. "Sudah kuduga. Mana mungkin seorang ayah tega menikahkan putrinya dengan-"
"Iblis sepertimu," potong sekretaris Han pelan dengan nada menyindir.
Javier mendelik tajam. "Punya nyawa berapa kau Han?!!"
"Sepuluh Tuan," jawabnya asal.
"Nyawamu tinggal sembilan sekarang!!" Javier bangkit dari duduknya melewati sekretaris Han yang sedang membelalak kaget. Ah padahal ia hanya menjawab asal.
Javier kembali berbalik. "Akan kubunuh kau jika nyawamu tinggal satu Han!!"
"T-tuan-" belum selesai bicara Javier sudah menghilang masuk ke kamarnya. Sekretaris Han menghela nafas pasrah dengan kemarahan Tuannya. "Huufftt ada apa dengan bibir sial*n ku ini!"
Javier membuka baju membiarkan bagian atasnya polos tanpa satu helai benangpun, ia duduk di sofa, mengambil rokok di meja dan menghisapnya dalam dalam mengeluarkan hembusan asap diudara.
Tiba tiba ponselnya berbunyi dan nama perempuan tertera disana. Carla.
"Sayang aku merindukanmu..."
"Berapa yang kau butuhkan?"
"Ish .. kau ini .. aku merindukanmu bukan meminta uang .."
"Cepatlah katakan. Atau tas yang kau pegang akan menjadi milik orang lain."
Carla yang sedang di toko tas ternama pun terkesiap. Dari mana Javier tahu kalau dirinya sedang shopping dan memegang tas branded yang sangat mahal.
"A-aku..."
"Lima ratus juta."
Tut tut tutt
Javier mematikan ponselnya setelah menyebutkan nominal yang akan ia transfer untuk Carla.
Carla adalah istrinya. Pernikahan mereka hanya sebatas pernikahan bisnis. Pernikahan yang menyatukan dua perusahaan untuk bekerja sama, Javier tidak benar benar mencintai Carla, bahkan menyentuhnya setelah dua tahun pernikahan pun tidak pernah. Mereka selalu tidur dikamar masing masing, walaupun tidak dipungkiri Carla sangat amat mencintai Javier, perempuan itu selalu berusaha mendobrak masuk ke hati Javier tapi selalu gagal karena terhalang oleh benteng kuat masa lalu pria itu.
Ya, ada masa lalu yang membuat Javier tak mampu membuka hati untuk siapapun, termasuk istrinya Carla.
***
Pagi harinya Javier kembali ke kantor setelah sarapan. Setiap hari selalu seperti itu, ia kembali ke mansion hanya untuk tidur dan makan. Terkadang ia juga melewatkan malam panjang dengan teman temannya dimansion kedua miliknya.
"Aku sudah membuat jadwal temu kita bersama nona Sky. Kita akan bertemu malam ini di restaurant S."
Javier hanya berdehem lalu masuk ke mobilnya.
Sementara itu di sebuah rumah sederhana tampak seorang gadis sedang meregangkan ototnya. Ia sesekali menguap seraya mengucek kedua matanya. Tapi ia tiba tiba mendengar suara ribut dibawah.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu?" Tanya seorang perempuan.
"Ya. Aku tidak punya pilihan lain."
"Lalu siapa yang akan mengerjakan pekerjaan rumah disini?"
"Kau bisa suruh Aleza dan Aliandra."
"Ahhh.. mereka ituu.. tidur saja seperti orang mati. Bagaimana bisa aku menyuruh mereka."
Pertengkaran mereka dikejutkan oleh suara seorang gadis yang baru turun dari tangga.
"Mama... Papa.."
"Sky," ucapnya bersamaan.
"Kenapa pagi pagi udah bertengkar?"
Herry ayahnya meminta Sky duduk. Dan Sky pun menuruti ia duduk di depan ayahnya, sementara Elsa duduk di samping Herry.
"Papa tidak mau bertele tele.. papa akan menikahkanmu dengan seseorang."
Sky sangat kaget sampai ia berdiri dan menatap Herry. "Apa?!" Teriaknya.
"Duduklah, tidak sopan berbicara tinggi dengan orangtua," pekik Elsa.
"Lalu apakah sopan menikahkan seseorang secara tiba tiba?!!"
Herry menjelaskan. "Pernikahan ini masih belum resmi. Kau akan bertemu dengan pria itu terlebih dahulu, Sky. Jika dia menolak maka pernikahan gagal."
Sky bernafas lega lalu kembali duduk dengan menyilangkan kedua tangannya didada. "Oh kalau begitu akan kubuat pernikahan ini gagal," ketusnya.
"Jangan coba coba kau!! Aku harap kau beri kesan yang baik agar dia mau menikahimu!!" Bentak Herry.
Sky hanya mendengus lalu kembali naik ke kamarnya, membiarkan Herry terus menerus meneriaki namanya.
"Matilah kau kalau anak itu tidak mau menikah!!"
"Diam Elsa!! Apa kau ingin suamimu ini mati hah?!! Lagi pula kau juga dalang dari semua ini!!"
"Kenapa aku? Aku hanya memberi saran untukmu. Kau saja yang terlalu ceroboh sampai ketahuan!"
Herry merasa kepalanya hampir meledak. Setelah diancam oleh Javier, Elsa malah terus berbicara menyalahkan dirinya. Padahal ide menggelapkan uang perusahaan juga dari Elsa sendiri.
"Mama.." panggil Aleza.
"Sayangku.. kemari.."
"Ada apa ini ma?"
"Duduk disini," Pinta Elsa. Aleza pun duduk di depan kedua orang tuanya.
"Kakakmu.. Sky akan menikah.."
"Hah? Menikah? Sama siapa, Ma?"
"Sama seseorang," jawab Elsa.
Herry pun menatap Aleza, putri keduanya juga tak kalah cantik dengan Sky.
"Bagaimana kalau Aleza saja yang kita nikahkan dengan Tuan Javier?"
PLAK
Elsa memukul bahu Herry. "Sedikit saja kau sentuh anakku. Aku keluar dari rumah ini!"
"Kau-" geram Herry.
"Sky kau akan menikah?" Tanya Aleza yang baru saja melihat Sky turun dari tangga dengan blezer coklat, jeans hitam dan rambut dikucir satu.
Sky tak menjawab ia hendak pergi keluar tapi.
"Hey jawab pertanyaan anakku!!" Teriak Elsa.
Sky menghela nafasnya kasar lalu berbalik. Padahal ia sudah didepan pintu.
"Apa kalian rela aku menikah dan meninggalkan rumah ini?"
"Tentu saja," jawab Aleza. "Aku senang kau tidak ada disini. Aku ingin hidup tenang tanpa ada pertengkaran dirumah ini!" Lanjutnya.
Sky memutar bola matanya malas. "Padahal kalian sendiri yang memulai duluan."
Sky menatap Aleza. "Dan kau Aleza. Sudah siap jadi babu dirumah ini?"
"Apa maksudmu? Anak cantikku tidak akan menjadi babu." pekik Elsa.
"Oh tidak akan. Lalu siapa? Apa itu mama?"
"Aku juga tidak mau tanganku yang lembut ini berubah menjadi kasar!"
Sky akhirnya menatap Herry. Herry tampak frustasi tapi ia tetap dalam keputusannya.
"Kita akan bicarakan nanti soal siapa yang akan mengurusi pekerjaan rumah ini. Dan kau Sky, kau tetap harus bertemu terlebih dulu dengan Tuan Javier!" Perintahnya lalu beranjak meninggalkan ruang keluarga.
Sky sedang membersihkan meja di sebuah Cafe. Pagi ini memang jadwal kerjanya sebelum berangkat ia membereskan pekerjaan rumah terlebih dahulu, seperti mencuci baju, mencuci piring kotor, mengepel, menyiram tanaman serta menyiapkan sarapan untuk keluarganya.
"Sky kau kenapa? Hari ini kau tampak muram, apa ada masalah?" Tanya Liana temannya.
Sky menghela nafas kasar dan membanting lap ditangannya. "Menurutmu aku ini bagaimana?"
Pertanyaan itu membuat Liana mengernyitkan dahi nya bingung. "Bagaimana apanya?"
"Sikapku? Penampilanku? Apa aku cocok menjadi istri seorang bos?"
"Eum.. sikapmu baik, kau ramah tapi sedikit m-menyebalkan." Liana sedikit hati hati dengan kata 'menyebalkan'.
"Dan penampilanmu menjadi istri seorang bos seperti tidak cocok," ucapnya canggung. "karena biasanya orang seperti itu akan memiliki gadis yang sexy dan pandai merias diri."
"Sementara kau-" Liana melirik dari atas sampai bawah. "Kau tak mengunggah selera, Sky... Ups..." Liana langsung menutup mulutnya.
"Apa menurutmu aku ini tidak sexy?!"
"S-sexy. Tapi tepos." Liana melirik ke dad* Sky.
Spontan Sky menutup dad* miliknya. "Kau benar benar!!" Ia pun pergi meninggalkan Liana yang berteriak memanggil dirinya.
"Sebenarnya ada apa, aku kan hanya bicara jujur," gumam Liana.
Sky menelungkupkan wajahnya di meja lain ia menghela nafas berkali kali. "Aku harus membuat kesan buruk untuk si J-ja... Ja siapa ya tadi namanya." Sky mendongkak kembali mengingat nama si Tuan yang akan bertemu dengannya.
Ia mendesis. "Duh siapa sih... Ja.. Jamal.. eh bukan deh.. ah tau ah.." Ia kembali menelungkupkan wajahnya frustasi.
"Apa aku membayar kalian untuk bermalas malasan seperti ini?!!" Teriak seorang Pria.
Mendengar itu Sky spontan berdiri dan menundukan kepalanya. "Maaf pak."
Liana pun tak kalah tegang ia berlari ke arah Sky dan berdiri disampingnya.
"Antarkan pesanan untuk perusahaan De Willson."
"De Willson?" Ucapnya bersamaan.
Lalu pria pemilik cafe itu pun pergi dari pandangan Sky dan Liana.
"Kau saja yang antar, Li. Aku sedang badmood."
"Hari ini jadwalmu, Sky sayang."
Sky mengerucutkan bibirnya yang disambutan senyum kemenangan dari Liana.
Sky pun mengantar pesanannya dengan motor. Diperjalanan ia tak henti hentinya memikirkan pernikahannya dengan bos Ayahnya. Di sepanjang jalan ia terus membatin.
"Apa yang harus aku lakukan supaya pernikahan ini gagal," batin Sky.
"Aku harus memberikan kesan yang buruk agar dia membenciku."
"Arghh... Tapi bagaimana caranya.."
Tiba tiba matanya membinar ketika otaknya mendapatkan ide.
Tiiiittttt...
"Ehh...ehh... Hei .. supir si*lan!!" Teriak Sky yang tiba tiba sebuah mobil mewah hendak menyerempet motornya.
Untung saja Sky tidak terguling dengan motornya karena ia bisa menjaga keseimbangan walaupun tubuhnya sempat oleng.
Sky menyipitkan matanya berusaha melihat dengan jelas plat nomor mobil itu.
Ia mendengus kesal dan melajukan motor dengan cepat. Setelah sampai di perusahaan De Willson, Sky segera menitipkan pesanan itu kepada satpam tapi.
"Maaf Nona, Presdir meminta anda sendiri yang mengantar ke ruangan."
"Presdir?"
"Ya. Pemilik perusahaan ini. Silahkan Nona naik ke lantai 10."
"Baiklah." Dengan malas Sky pun melangkah menuju lift membawa tentengan pesanan presdir. Tapi sesampainya di lift.
Maaf lift tidak bisa digunakan. Silahkan gunakan tangga darurat.
Sky pun ternganga. Tangga darurat sampai ke lantai 10? Apa perusahaan ini ingin membuat kakinya lumpuh.
"Cih. Perusahaan sebesar ini lift nya bisa rusak juga!!"
Ditengah tengah kekesalannya ponselnya tiba tiba berbunyi.
Ia menyimpan ponselnya ditelinga diapit oleh lehernya karena kedua tangannya penuh dengan kresek sial*n pesanan presdir.
"Hallo. Apa ini benar dengan nona Sky pelayan cafe X?"
"Ya, benar Tuan. Saya sudah dibawah tapi Lift nya rusak dan saya tidak bisa menggunakan lift khusus presdir. Bisakah Tuan kebawah?"
"Maaf nona, saya sibuk."
"Sibuk tapi masih bisa telpon!" Batin Sky.
"Nona hallo..."
"Y-ya Tuan."
"Bisakah anda segera naik?"
"Tuan bagaimana jika cancel aja pesanan ini, saya tidak keberatan," ucap Sky enteng.
"Ah, baiklah nona. Kalau begitu saya akan menghubungi pemilik cafe untuk memberitahu kinerja salah satu pelayannya sangat buruk."
"O-oke Tuan. Oke tuan. Saya naik sekarang!"
Sky mematikan telponnya dengan kesal setelah meremas ponsel dengan kuat.
"Dasar orang kaya sombong!"
Sementara disebuah ruangan Javier sedang tersenyum seraya duduk dikursi kebesarannya.
"Apa dia akan benar benar naik?"
"Sepertinya begitu Tuan."
"Ternyata gadis itu tidak mudah menyerah."
"Apa ini tidak berlebihan Tuan?"
Javier menaikkan satu alisnya menatap sekretaris Han. "Berlebihan? Bahkan ini belum termasuk permulaan," ucapnya dengan senyum kecut.
"Terserah kau saja lah. Kau yang paling berkuasa," batin Sekretaris Han.
lima belas menit kemudian pintu terbuka menampakan sosok seorang gadis dengan wajah semrawut. Keringat membasahi pelipisnya, rambutnya yang semula rapih dengan ikatan kini berantakan karena kelelahan dan wajahnya yang merah perpaduan lelah dan kekesalan yang terpendam.
"Lihatlah gadis kecil ini, berani masuk tanpa mengetuk pintu," batin Javier.
Sekretaris Han segera mengambilkan segelas air dan memberikannya kepada Sky.
"Atur nafasmu dulu. Baru kau boleh minum." Ia melihat nafas Sky terengah engah.
Sky acuh, ia langsung meneguk segelas air itu tanpa sisa sampai sebagian tumpah ke bajunya. Sky pun mengelap bibir kasar dengan punggung tangannya.
Matanya menatap tajam Javier yang sedang duduk dengan santai.
"Hai pelayan, bersikaplah ramah. Pembeli adalah raja!"
Ia langsung menghampiri Javier dan menyimpan pesanan diatas meja dengan kasar.
"Apa ini yang dimaksud dengan sibuk?!! Hanya duduk di kursi?!! Apa kau sedang mempermainkanku?!!" Tanyanya berkobar kobar dengan kemarahan.
"Berani sekali gadis kecil ini," batin sekretaris Han.
"Apa begini sikapmu melayani pelanggan?" Tanya Javier.
"Maaf Om Sa-"
"Tuan.. panggil tuan nona," potong Sekretaris Han.
"Baiklah..." Ia menghela nafas sejenak. "Om tua," ucapnya lantang dengan menatap tajam Javier.
Javier terkesiap, begitupula dengan sekretaris Han. Ini pertama kalinya ia di rendahkan oleh seorang gadis kecil.
"Om tua.. tugasku sudah selesai. Aku harus pulang dan kau tidak perlu memberiku bintang lima. Cafe ku tidak membutuhkannya!"
Sky berbalik hendak pergi tapi Javier berhasil menghentikan langkahnya.
"Ah padahal pemilik cafe mu mengemis memintaku memberikan bintang lima untuk cafe kecil itu. Tapi karena pelayanannya sangat buruk aku tak akan memberikan satu bintangpun. Dan ku pastikan cafe tempatmu bekerja akan bangkrut dalam beberapa jam kedepan!!"
Sky mengepalkan tangannya, Javier dan Sekretaris Han melihat itu. Mereka sama sama menahan tawa.
Sky berusaha tenang ia menghembuskan nafas berkali kali sebelum berbalik kembali menatap Javier.
Senyum palsu pun terukis diwajah Sky. "Om-- eh maksudku Tuan. Maafkan saya." Ia sedikit membungkukan badannya. Dan itu membuat Javier dan sekretaris Han semakin tersenyum puas.
"Pergilah! Akan kupikirkan nanti apa yang harus aku lakukan."
"Ku harap tuan tidak gegabah," ucap Sky membungkukan kembali. Ia pun pergi dari ruangan dan.
BRAK
Ia menutup pintu dengan keras, Sky tidak sengaja itu hanya reflek kekesalan yang tersalur lewat tangannya.
"Maaf Tuan!! Sepertinya pintumu yang salah!!" Teriaknya dari luar ruangan.
Sekretaris Han menggelengkan kepala dengan tersenyum tipis. "Menggemaskan," gumamnya.
"Ya. Menggemaskan," timpal Javier.
Dan Javier pun menyadari sesuatu lalu menatap Sekretaris Han. "Apa kau bilang? Kau bilang dia menggemaskan? Berani sekali kau ini!!"
"Maaf Tuan," sekretaris Han pun menunduk.
"Jangan berani merebut mainanku sekretaris Han!! Dan sekarang nyawamu tinggal delapan." Sekretaris Han menghela nafas.
Disebuah cafe, Liana sedang asik berselfie dan ia terkejut dengan kedatangan Sky dengan wajah penuh amarah. Dan yang paling membuat Liana bingung mengapa penampilan Sky begitu lusuh.
"Sky.. Sky.. kau kenapaa?" Liana membolak balikan wajah Sky ke kanan kiri. Melihat apakah ada tanda tanda kekerasan. Oh tidak ada ternyata.
Sky melepaskan tangan Liana dengan kasar. "Diamlah, Liana. Aku sedang kesal."
"Apa pelanggan itu menyebalkan?"
"Dia tidak menyebalkan. Tapi dia kejam!"
Sky menghela nafas kasar lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menghentakkan kakinya berkali kali. Ia sangat frustasi hari ini.
"Aaaaarrkkhhh..." Jeritan Sky membuat Liana kaget.
"Kau tau Li? Dia menyuruhku naik ke lantai sepuluh melewati tangga darurat. Lalu dia juga mengancamku akan membuat bangkrut cafe ini."
Liana terkesiap mendengar informasi itu. "T-tapi kenapa dia sampai mengancam seperti itu, Sky? Kau membuat kesalahan apa?"
"Aku tidak bisa menjelaskan." Sky pun menelungkupkan wajahnya dimeja dengan pasrah. Pasrah jika setelah ini ia harus dimarahi oleh Pak Dimitri-- pemilik Cafe.
Dan benar saja tiba tiba ada notif masuk dari ponsel keduanya. Liana membuka ponselnya lebih dulu. Ia terbelakak dengan informasi di ponselnya.
"Sky.. Sky.. kau lihat ini.." Liana menunjukan ponselnya ke wajah Sky. Dan Sky pun mendongak untuk melihat.
Artikel dengan judul
Presdir De Willson Grup menceritakan kisahnya bertemu dengan pelayan dari cafe X yang sangat buruk.
Dan disana juga terdapat video yang diambil dari cctv dimana Sky menaruh pesanan dengan kasar dan membanting pintu dengan keras.
"Sky apa kau gila. Kau berani sekali menaruh pesanan seperti itu, membanting pintu pula. Kau memang hebat." Liana mengacungkan jempolnya.
"Kau ini memujiku atau menghinaku," pekik Sky. Tapi tiba tiba.
"SKY ALEXANDER!!" teriak Dimitri.
Keduanya terperanjak, berdiri lalu menundukan kepala.
"Kau..kau.." Dimitri menunjuk wajah Sky dengan geram, rahangnya mengeras dengan wajah merah.
"Mengapa artikel seperti ini bisa muncul. Dan kenapa kau berani sekali melayani pelanggan seperti itu!!"
"Dia yang mulai duluan," jawab Sky pelan.
"Apa kau tahu perusahaan De Willson itu seperti apa? Itu perusahaan terkenal dunia!! Kau menghancurkan peluang kemajuan cafe X. Menjadi kehormatan untuk usahaku yang masih merintis seperti ini, makanannya dipesan oleh seorang presdir terkaya dunia!!"
Sky dan Liana saling memandang bingung satu sama lain. Ia tidak tahu soal De Willson grup.
"Aku tidak mau tahu!! Kau harus kembali ke sana dan meminta maaf."
"B-baik pak.." jawab Sky terbata.
Setelah kepergian Dimitri akhirnya mereka bisa bernafas lega sesaat karena tadi udara seolah menolak masuk.
"Sky kau benar benar tidak tahu soal De Willson?"
Sky menggeleng dengan wajah sedih.
"Aku pun tidak tahu. Tapi setidaknya kau bisa melihat kuasa De Willson dari luasnya gedung itu Sky. Kau ceroboh."
Sky berdecak. "Sudahlah, aku harus pulang, ini sudah sore dan aku ada janji. Bye Liana."
Sky pun meninggalkan cafe dengan berjalan lesu menghampiri motornya untuk pulang.
Sesampainya dirumah ia disambut oleh tatapan tajam dari Elsa, Herry dan Aleza. Sementara adik bungsunya Aliandra hanya menatapnya datar.
Ia menghela nafas kasar, masalah dicafe belum selesai dan apa ada masalah baru yang sedang menunggunya?
"Kau mau kemana anak sial*n?" Tanya Herry melihat Sky acuh dengan keberadaan mereka.
"Kamar. Aku lelah," jawabnya pelan.
"Beberapa jam lagi kau harus menemui tuan Javier di restaurant S. Kau harus bersiap siap," ucap Elsa.
Sky pun berbalik suaranya meninggi. "Aku tidak akan bertemu dengannya!! Hari ini aku sudah lelah!! Bilang saja untuk bertemu besok!!"
Herry dan Elsa saling menatap, Ah anak ini memang keras kepala.
"Punya kuasa apa kau ini sampai berani mengubah waktu bertemu dengannya!!" Bentak Herry.
"Aku tidak punya kuasa apapunn!! Aku tidak mengenal dia dan... Dann..." Ia berusaha menetralisir kemarahannya. "Dan aku tidak akan mau menikah dengannya!!"
Herry menghampiri dan
PLAKK
"Kau memang anak tidak berguna Sky!! Kau anak menyusahkan!!"
Suasana semakin panas, tak ada senyuman diantara mereka. Semua saling menatap tajam terkecuali Aliandra yang sibuk dengan game nya, ia tidak tertarik dengan perdebatan keluarganya.
Nafas Sky memburu seiring kekesalannya yang meninggi ia tak mampu menjawab lagi. Hanya tangisan yang keluar dari kedua matanya, melihat itu Elsa dan Aleza tersenyum puas.
Akhirnya Sky pun terisak karena tak kuat lagi. "Aku... aku benar benar tidak mau... menikah... kumohon... Papahh... kumohon.."
"Kemari kau!!" Sky pun ditarik kasar oleh Herry sampai tubuhnya hampir saja tersandung kakinya sendiri.
Ia dibawa ke sebuah gudang gelap di belakang rumah. Sky yang sudah tahu hukuman yang akan ia dapatkan terus meronta.
"Pah... maafkan aku... aku tidak mau masuk kesana lagi... kumohon pah... aku takuttt... hiks..." Dan
BRUKHH
Herry mendorong Sky sampai keningnya menancap keras ke sudut meja yang tajam.
BRAKHH
Pintupun ditutup. Sky berusaha membuka knop pintu seraya terisak memanggil Ayahnya dan ia juga menghiraukan rasa sakit dikeningnya.
Gudang yang cukup sempit dan tak ada pencahayaan sama sekali. Beberapa meja dan barang barang bekas tertumpuk disana membuat udara semakin menipis. Apalagi dengan debu yang masuk kehidungnya membuat Sky semakin kesulitan bernafas.
Ia akhirnya pasrah menyenderkan punggungnya di pintu, mengusap pelan keningnya, tangannya terasa basah walaupun tidak terlihat karena gelap tapi ia sudah pasti tahu itu darah.
Sky menghela nafas berat, ia mulai memeluk lututnya memejamkan mata dan beberapa detik kemudian tubuhnya gemetar ketakutan, keringat dingin membasahi wajahnya. Ia sesekali melihat ke kanan dan ke kiri, tak ada apapun tapi mengapa perasaannya begitu takut, mengapa ia merasa ada seseorang yang hendak menghampirinya.
"Ibu... Sky takut... t-tolong... i-ibu tolong..."
Ingatannya membawanya ke masa lampau, masa dimana ia masih berusia enam tahun seseorang mengejarnya dan Sky kecil berlari ketakutan disebuah hutan. Hutan yang gelap dengan hujan yang deras dan petir yang menggelegar membuat suasana sangat mencengkram.
Ia berlari dan berlari sekencang mungkin walaupun beberapa kali tersandung, Sky kecil dengan cepat bangkit dan berlari kembali tapi seseorang yang dibelakangnya juga menambahkan energinya untuk menangkap Sky kecil.
"Ibu... Ibu... Sky takut... Ibu tolong... Hiks..."
Sky kecil melihat sebuah ruangan di tengah hutan, otak kecilnya berkata ia harus masuk kesana agar selamat. Dan ia melakukannya.
Tetapi sampai disana ruangan itu sangat gelap tak ada cahaya sedikitpun. Ia duduk disudut ruangan memeluk lututnya, tubuh kecilnya gemetar hebat. Ia menanti seseorang untuk menyelamatkannya. Pelipisnya pun basah dengan keringat dingin. Ia terus memandang ke pintu di depannya. Dan tiba tiba.
Tok.. tok..tokk..
Tubuhnya terhentak kaget, mata jernihnya membulat seiring gemetar ditubuhnya semakin bertambah.
"I-Ibu..." gumamnya pelan.
Dan
BRAKHH
Seseorang dengan pakaian serba hitam melangkah mendekatinya. Sky kecil tidak mengenalnya. Tapi saat itu petir menggelegar membuat kilatan cahaya masuk ke ruangan dan menyorot ke arah sosok hitam itu.
Yang bisa Sky lihat hanyalah rambut panjang dan lurus. Dia seorang perempuan.
"Sky... oh my beautiful Sky... Sayangku..." perempuan itu bersenandung pelan seraya melangkah perlahan mendekati Sky.
Mendengar suaranya membuat jantung Sky kecil memompa lebih cepat. Nafasnya terengah engah. Wajahnya pucat menahan takut.
Perempuan itupun berjongkok di depannya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Sky. Sky kecil pun memalingkan wajahnya ke kanan dengan nafas tak beraturan.
"J-jangan..."
"Sky... pergilah bersama Ibumu!!" ucapnya tajam tepat ditelinga Sky kecil. Nafas dari perempuan itu pun berhembus ditelinganya dan membuat Sky semakin gemetar hebat dengan kedua tangan meremas dress putihnya.
Sky menutup telinga dengan kedua tangannya ketika ingatan masa kecilnya kembali. Setiap ditempat gelap suara perempuan bersenandung memanggil namanya selalu terdengar jelas. Suara perempuan yang meminta dirinya ikut bersama ibunya.
"Sky... My beautiful Sky... kau harus pergi ke neraka bersama Ibumu..."
Sky kecil menggeleng dengan keringat sudah membasahi tubuhnya.
Perempuan itu mengeluarkan pisau dari saku celananya tanpa sepengetahuan Sky. Tapi dengan cepat Sky kecil melompat ke tubuh perempuan itu menarik kerah bajunya, ketika mempunyai peluang Sky pun mengigit leher kanan perempuan itu. Tapi.
Jleb
Tusukan pisau menancap dipunggung Sky kecil bersamaan dengan jeritan yang keras keluar dari mulutnya.
Ada satu hal yang Sky kecil lihat sebelum menutupkan mata, yaitu terdapat tatto hitam di leher belakang perempuan itu. Tatto dengan gambar sayap garuda hitam terlihat jelas disana. Dan akhirnya kesadaran Sky kecil pun perlahan memudar dan pingsan.
CEKLEK
Sky terperanjat ketika suara kunci pintu terbuka dan disaat bersamaan kesadaran akan trauma masa kecilnya hilang. Ia segera bangkit dan berlari keluar gudang.
Cahaya lampu diluar gudang membuatnya bisa bernafas dengan lega. Walaupun saat ini ia masih bersimpuh dilantai memegang dadanya yang terasa sakit akan trauma yang muncul dalam kegelapan. Nafasnya belum kembali sempurna, wajahnya pun masih pucat.
Ia melirik ke kanan ke kiri. Tidak ada siapapun disana. Lalu siapa yang membukakan pintu untuknya? Apa Herry diam diam membukakan pintu kembali untuk nya? Apa ayahnya itu sudah tidak marah lagi? Ah Sky sungguh tidak tahu siapa, siapapun itu terimakasih karena tidak membiarkan Sky pingsan.
Herry memang selalu menghukum Sky dengan memasukannya ke gudang. Ia sangat tahu trauma yang dialami Sky dan itu menjadikannya senjata ketika Sky melawan dirinya atau tidak menuruti keinginannya seperti sekarang.
Tak ada rasa kasihan terhadap dirinya untuk Sky, sepeninggal mendiang istri pertamanya semuanya telah berubah, Herry tak lagi menatap Sky sebagai anak kesayangannya lagi.
Alexa, istri pertama sekaligus Ibu Sky Alexander meninggal ketika Sky berusia enam tahun. Kecelakaan yang merengut nyawa seseorang yang sangat amat Herry cintai. Ini semua bermula dari kesalahannya sendiri, Alexa memergoki dirinya berselingkuh dengan Elsa, ia marah dan kecewa lalu pergi meninggalkan Herry yang asik berduaan diranjang.
Kecelakaan itu terjadi ketika Alexa mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan ia menabrak pembatasan jalan sampai mobilnya terguling.
Jika ditanya apakah Herry menyesal? jawabannya tidak. Secinta apapun Herry terhadap Alexa, ada luka yang diberikan perempuan itu yang membuat dirinya memutuskan berselingkuh dengan Elsa.
Cinta dan benci itu masih tetap ada di hati Herry. Itulah yang membuat Herry masih mau merawat anaknya dari Alexa, karena perasaan cinta yang begitu besar.
Tapi tak dipungkiri, perasaan benci jauh lebih dominan di dalam dirinya, itulah yang membuat Herry memperlakukan Sky kasar dan seenaknya.
jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku semangat nulisnya hehe ❤️
.
.
.
.
maaf kalau masih ada typo
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!