NovelToon NovelToon

KAU DAN AKU

Bab1 # Awalan Baru

Seorang pemuda berumur 23 tahun dia adalah seorang CEO termuda menggantikan Bundanya untuk memimpin perusahaannya.

Kouya Rich Dermawan nama aslinya yang menyamar sebagai Danar Prayoga. Karena kecelakaan yang menimpa keluarganya. Dia mengganti identitasnya agar bisa jauh dari musuh musuh kedua orangtuanya.

Hellen Syifilla nama asli dari Nindya Asmara. Dia adalah Bunda Danar Prayoga. Pengusaha sukses terbesar di asia saat ini.

Danar melajukan mobilnya ke restoran yang akan di langsungkan pesta ulang tahun untuk Ayahnya yang bernama Hilman Dermawan. Tapi sudah di rubah juga menjadi Riswan Ardhito. Begitupun dengan adik kembar Danar yang bernama asli Kouru Rin Dermawan. Menjadi Dania Paraswati.

"Bunda..., sudah beli kado untuk Ayah???"tanya Danar yang sedang menyetir.

"Sudah donk sayang, tapi kadonya nanti dirumah. Hahahahaha...,"kata Nindya Asmara.

Danar ikut tersenyum mendengar perkataan Nindya. Mereka sudah benar benar melupakan kejadian masa lalu yang membuat nya trouma.

"Terus kita kesana cuma buat rayain aja donk?"

"Iyaaa nak. Kan adek mu sudah disana. Dia yang ingin kita makan malam bersama. Dan kebetulan Bunda ingin makan malam di tempat awal dimana kita mulai bangkit dulu,"kata Nindya menerawang.

"Sudah lah Bunda... Masa lalu jangan di kenang. Kita semua 'kan udah sepakat untuk tidak membicarakan hal itu lagi. Kita harus bangkit dan berubah."

"Iyaa Nak. Bunda paham kok. Maafkan Bunda ya, sudah merusak suasana ini."

"Bunda.... Udah ya gak usah sedih sedih dan minta maaf. Intinya sekarang kebahagian kita semua. Keselamatan kita semua dan pastinya aku ingin Bunda sama Ayah selalu sehat walafiat tanpa kekurangan suatu apapun."

"Makasih ya nak. Kau dan Dania selalu menjadi yang terbaik di hati Bunda dan Ayah."

Mereka melanjutkan obrolan yang lebih ringan. Sesampainya di parkiran restoran. Tak sengaja mereka menabrak seseorang yang berlari ketakutan.

"Aduhhh....,"lirih Nindya yang terjatuh karena di tubruk seseorang.

"Bundaaaaaa.... Bunda gak apa apa kan? Eh lo tuh kalau jalan liat liat. Jangan main nabrak aja!"bentak Danar.

"Kok lo nyalahin gue. Ibu lo aja kalau jalan makan tempat. Ini tuh tempat umum. Jadi suka suka orang mau apa? lari... jalan.... atau ngedeprok kek. Gak usah lo marah marah dan bentak bentak gue!"

"Akhlak lo dimana sih, lo yang salah malah nyalahin orang lain. Jelas jelas lo lari gak liat liat. Bukannya minta maaf malah balik marah. Meski ini tempat umum bukan berarti lo bisa melakukan hal sesuka hati lo tanpa memikirkan keselamatan orang lain!"

"Sudah nak sudah.... Gak usah pada bertengkar. Bunda gak apa apa kok. Sudah ya...,"kata Nindya menengahi.

"Tuh 'kan emak lo aja gak masalah. Kenapa lo yang ribet. Minggir lo gue buru buru ni!"

"Lo tuh..--"

Nindya memegang pundak Danar yang sudah bergetar karena menahan amarah. Dia menggeleng dan meminta Danar untuk mengalah.

Cewek itu pergi dengan setengah berlari tanpa melihat mereka atau meminta maaf sebelumnya.

"Bunda beneran gak apa apa?"tanya Danar yang sudah meredam emosinya.

"Gak kok nak. Bunda udah gak apa apa. Lagian cuma jatuh seperti itu aja Bunda bukan orang yang lemah,"kata Nindya sambil tersenyum.

"Yaudah kalau gak apa apa. Setidaknya aku gak akan di omelin atau di introgasi Ayah nanti. Bunda tahu kan betapa posesifnya Ayah ke Bunda,"kata Danar tersenyum.

Mereka saling menatap dan tertawa menerawang sikap dari sang Ayah. Setelahnya mereka langsung menyusul Daniar dan Riswan di dalam.

...ΩΩΩ...

Cewek itu telah sampai di kediaman nya dan mengendap ngendap seperti maling. Dia takut kalau ada yang melihatnya pergi secara diam diam.

"Habis dari mana kamu?!"

Suara baraton pria di belakangnya membuat dia berhenti seketika. Dia perlahan menengok ke arah suara itu.

"Emmmm.... Papa... Aku habis ketemu sama teman di restoran. Reunian teman sekolahku Pah..,"kata Cewek itu tanpa merasa bersalah.

"Bagus kamu ya. Kenapa kamu gak bilang Papa kalau mau keluar. Bukannya kamu sedang di hukum. Ha!"

"Maaf Papa... Angel gak suka aja Papa terlalu keras dan kejam saat menghukum Angel. Angel perlu happy happy Pah. Angel bukan anak kecil yang harus di atur,"komplain Angel.

"Cukup Angel! Papa gak mau mendengar alasan kamu lagi. Karena kamu melanggar semua hukuman Papa. Cepat kamu masuk kamar. Papa akan menambah hukuman karena kelakuan mu ini!"

Angel menghentakkan kaki dan langsung berlari ke atas. Air matanya berlinang begitu saja. Dia tidak menyukai keputusan Papa nya itu.

Di kamar dia menangis dan melempar barang barangnya. Membuat Mama nya datang ke kamar.

"Sayang..., kamu kenapa nak?"tanya Chika yang bingung melihat sikap anaknya.

"Papa jahat Ma. Papa selalu menghukum angel. Apa salah Angel, kenapa dia suka sekali menghukum Angel Ma!"

Chika menghampiri anaknya di tempat tidur dan mengelus pucuk kepalanya.

"Angel sayang..., mungkin Papa hanya memberikan yang terbaik buat kamu."

"Baik dimana nya Ma. Angel di kurung terus. Kemana mana Angel gak boleh, Angel udah besar Ma. Udah bisa jaga diri,"protes Angel.

"Lebih baik kamu istirahat aja ya. Jangan banyak pikiran. Tenangkan pikiranmu dan jangan membuat Papa kesal dulu. Nanti juga Papa akan baik lagi."

"Terserah Mama aja."

...ΩΩΩ...

"Dear..., terima kasih sampai saat ini kau tetap mendampingiku,"kata Riswan sambil mencium punggung tangan Nindya.

"Iya sayang.. Kita berjuang sama sama. Hidup dan mati. Tetapi..., aku masih memikirkan kejadian pesawat kita yang jatuh itu,"kata Nindya sedih.

Riswan tahu istrinya pasti mengingat kejadian pahit yang menimpa mereka beberapa tahun lalu. Kejadian dimana pesawat pribadi yang mereka tumpangi bersama keluarga bisa mati total saat penerbangan. Membuat pesawat jatuh seketika.

Dengan susah payah Riswan, Istri dan kedua anaknya mendobrak pintu darurat. Mereka memakai parasut dan menolong semua keluarga mereka. Tetapi sayang saat mereka terjun beberapa jarak dari pesawat yang mulai oleng itu tiba tiba meledak seketika.

Membuat mereka ikut terjatuh karena parasut yang mereka pakai terbakar karena rembetan api yang meledak.

Mereka berempat di temukan oleh warga dan di bawa ke rumah sakit dengan luka bakar yang serius. Sekretaris Nindya tahu mereka masih hidup dan menolongnya. Merubah sedikit paras mereka dan menghilangkan identitas mereka yang diganti dengan yang baru.

Karena Sekretaris Nindya adalah sahabat dari kakaknya. Dia sangat menyayangi Nindya lebih dari dirinya sendiri. Bahkan dia sudah menganggap Nindya adik kandungnya. Jadi dia tidak mau ada kejadian buruk lagi yang menimpa Nindya.

Riswan memeluk Nindya dengan erat sambil mengelus pucuk kepalanya.

"Sudah donk Dear..,, gak boleh kamu terus menerus mengingat kejadian itu. Kita bukannya udah sepakat untuk melupakan kejadian itu. Sekarang kita mulai yang baru ya.."

Nindya mengangguk dan mempererat pelukkannya ke dalam dada bidang Riswan.

"Sekarang kita tidur ya. Karena besok kita harus bertemu dengan seseorang. Kau tidak lupa kan yang akan berkunjung kesini,"kata Riswan dalam pelukkannya.

Nindya ingat hari esok, karena kakak sepupunya yang dari London datang untuk menemui mereka. Akhirnya malam semakin larut mereka pun larut dalam mimpi masing masing.

Bersambung ...

Bab 2 # Ketemu Lagi

Nindya sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Seperti biasa setiap pagi dia selalu membuat nasi goreng. Sudah seperti candu untuk mereka yang suka sarapan nasi goreng.

"Sarapan sudah siap...., ni nasi goreng ala Bunda tercinta...,"kata Dania yang menaruh dua piring nasi goreng ke meja.

Nindya hanya tersenyum melihat tingkah putrinya. Dia juga membawa dua piring nasi goreng dan menaruh nya diatas meja.

"Hemmm..., bau nya selalu sedap. Jadi lapar sekarang. Ayok Ayah ... Bunda... kita sarapan,"ajak Danar yang sudah duduk di samping Dania.

Riswan dan Nindya ikut duduk di hadapan mereka. Setelah berdoa, mereka menyantap sarapan itu dengan lahap.

"Oiya Danar.., nanti ada asisten magang dari kampus Berlita International yang akan mengikuti training di kantor kita. Nanti kau dampingi Bunda ya untuk salam perkenalan,"kata Nindya membuka topik pembicaraan.

"Oh..., iya Bunda. Siap laksanakan!"tegas Danar.

Mereka semua tertawa melihat tingkah Danar yang tiba tiba seperti tentara.

"Dear.., kau jangan capek capek ya. Ingat kita sedang melaksanakan permintaan Daniar,"kata Riswan yang mendelikkan matanya.

"Permintaan...? permintaan apa sih?"tanya Nindya bingung.

Dia melirik bergantian suami dan anaknya. Lalu berhenti pandangan arahnya ke Daniar. Objek yang di tuju hanya tersenyum ceria.

"Hehehehe... Itu loh Bunda, aku .... mintaa... adik..,"kata Daniar santai.

Danar dan Nindya yang mendengarnya langsung terbatuk batuk bersamaan. Membuat Daniar dan Riswan tertawa terpingkal pingkal.

"Kenapa kalian tertawa, memang ini lucu apa?"tanya sinis Nindya.

"Gak kok Dear, tapi Daniar memang yang meminta itu. Ya kan sayang,"jelas Riswan.

"Iya Bunda. Semoga bisa cepat terwujud ya. Aku mau banget punya adek baru,"kata Daniar tersenyum.

"Niar..., kau ini gak lihat kondisi Bunda. Bunda sudah cukup usia. Mana mungkin dia punya anak lagi. Kasian Bunda,"kata Danar tak terima.

"Kita akan menjalankan program bayi tabung nak. Gak akan sakit dan membuat Bunda lelah kok. Lagi pula meski usia kita tua. Tetapi tubuh kita masih vit dan muda,"kata Riswan.

"Bunda hanya mengikut saja lah. Apa yang sudah ditetapkan Ayah,"kata Nindya pasrah.

"Tuh Bang. Bunda sama Ayah aja setuju. Jadi abang ikut aja deh. Tinggal kita bantu doa dan dukungan,"kata Dania.

Danar hanya bisa pasrah dan diam mengikuti mereka. Keputusan memang ada di tangan Ayah dan Bunda. Meski dia menolak tetapi berbeda dengan kedua orang tuanya.

"Yah.. Baik lah. Silahkan aja Ayah, cuma Aku takut terjadi sesuatu aja sama Bunda,"kata Danar.

"Insya Allah gak akan seperti itu sayang,"kata Riswan tersenyum.

"Yey... Aku akan punya adik...!"teriak Dania.

Semua kembali menatap Dania yang berjoget joget di kursinya. Akhirnya tawa mereka pun pecah.

"Oiya Dania..., jangan lupa data yang Ayah minta kemarin siapa Dokter baru yang akan menggantikan Dokter Erik,"kata Riswan tiba tiba.

"Oh.., ok Ayah. Data datanya sudah sama admin. Nanti aku akan minta copy nya. Lalu aku antar ke ruangan Ayah,"jawab Daniar.

Riswan hanya mengangguk dan terus memakan nasi gorengnya yang hampir habis. Begitu pun juga dengan Danar, Nindya dan juga Dania. Mereka tidak mau telat ke tempat kerja masing masing.

"Oiya Dear, aku hari ini sama Daniar pulangnya agak telat ya. Karena ada beberapa Dokter baru yang akan kita bagi ruangannya.,"kata Riswan yang sudah selesai.

"Baik sayang. Aku dan Danar akan menunggu kalian dirumah untuk makan malam,"kata Nindya.

Setelah sarapan selesai, mereka masing masing berpamitan satu sama lain dan pergi ke mobil masing masing untuk menuju tempat kerja.

...ΩΩΩ...

Dilain tempat, Angel, Taro dan Chika sedang memakan sarapan mereka dalam diam.

"Angel.., hari ini kau akan magang di perusahaan Bintang Permata itu kan?"tanya Taro sambil memegang secangkir kopi.

"Hemmm...,"jawab Angel malas.

"Papa juga akan bergabung ke rumah sakit. Jadi Papa harus semangat dan kau juga ya Angel,"kata Taro masih melihat Angel.

"Iyaa Pa. Yaudah Angel pergi dulu takut telat!"kata Angel yang beranjak dari kursi.

"Loh loh bentar sayang. Kan belum selesai sarapanmu,"kata Chika.

"Udah kenyang Ma, Angel berangkat sekarang aja,"kata Angel yang langsung menyalim tangan Chika.

"Loh .., Angel kau tak salim Papamu...,"teriak Chika.

Angel tetap pergi tanpa mengacuhkan perkataan Chika. Membuat kedua orang tuanya menggelengkan kepala.

"Biarkan saja. Mungkin dia masih kesal sama aku,"kata Taro yang menghentikan Chika.

"Tapi Kak, dia harus tetap menghormatimu. Kalau kita diamkan nanti dia akan terjerumus lebih."

"Hufft..., percuma Dik, aku kerasin dia aja dia malah menjauhiku dan tak hormat padaku. Biarkan saja dulu nanti dia akan mengerti. Oiya ada yang ingin aku bicarakan penting denganmu."

"Ada apa Kak?"tanya Chika bingung menatap wajah Taro yang serius.

"Aku sudah menemukan mereka. Rumah sakit tempat ku bekerja adalah milik Hide alias Riswan. Mereka semua mengganti identitas agar musuh musuh Pak Gill tak merusak kehidupan mereka."

"Apaaaa??? jadi mereka beneran masih hidup?!"tanya Chika tak percaya.

"Iyaaa Dik. Makanya aku ingin memastikannya. Meski wajah mereka dirubah, tetapi aku yakin dengan hatiku bisa mengenali mereka,"jelas Taro.

"Iyaaa Kak. Kabari aku ya..."

Taro mengangguk dan tersenyum pada Chika. Dia sangat yakin kepala rumah sakit tempat nya bekerja adalah Hilman Dermawan. Sahabatnya yang sudah lama tak terlihat.

...ΩΩΩ...

Angel memasuki area perkantoran terbesar di Jakarta. Gedung megah dan tinggi dengan lapangan yang luas. Serta lahan parkir yang besar. Sambil memegang amplop cokelat di tangannya dia menarik napas terdalam dan memasuki gedung itu.

Dia melirik jam tangan di pergelangan tangannya dan mencari tempat duduk di lobby.

"Hemm..., masih lama sih. Mending aku tunggu di lobby dulu lah. Baru naik ke ruangan,"katanya dalam hati.

Dia duduk di lobby sambil membaca majalah yang berada di hadapannya. Sangat serius dia membaca sampai dia lupa waktu untuk pergi training.

Saat sadar resepsionis disana menyapanya dan menanyakan keberadaannya.

"Permisi nona..., mohon maaf anda sedang menunggu siapa ya, apa anda peserta training?"tanya resepsionis itu sopan.

Angel yang merasa terganggu mengangkat wajahnya dengan tak senang.

"Iyaa mba. Saya peserta training. Emang kenapa sih ganggu aja,"ketusnya tanpa menoleh kembali.

"Mohon maaf mba, Training sudah di mulai sepuluh menit yang lalu. Kenapa mba bersantai santai disini!"ketus balik resepsionis itu.

Dia merasa tak senang dengan keberadaan Angel. Karena menurutnya attitude Angel sangatlah kurang.

"Apaaaa..., sudah di mulai...?!"teriak Angel kaget.

Resepsionis itu hanya mengangguk sambil melipat kedua tangannya di dada. Angel melirik jam di tangannya. Dan benar saja dia telat sepuluh menit.

"Ih mba gimana sih. Kenapa gak bilang dari tadi!"bentaknya.

Angel meninggalkan resepsionis yang melihat nya dengan tatapan tajam. Dia berlari sampai menabrak beberapa orang di depannya. Sampai dia menyerobot masuk lift dan menyerempet orang yang sedang memasuki lift.

"Aduuuhhh...,"lirih cowok yang di tabrak Angel sampai berpegangan erat di sisi dinding lift.

Angel bukan minta maaf malah makin kesal karena beberapa orang dia tabrak.

"Gara gara mereka gue jadi makin telat. Aaaaarghhh!"teriaknya membuat cowo di sampingnya kaget.

"Eh.. lo jangan teriak teriak disini. Suara lo cempreng..,"protes Danar.

"Berisik banget sih lo. Kalau gak tahu gue jangan pro...---"

Suara Angel terpotong karena melihat Danar yang sudH menatapnya kesal.

"Lo..?"

Bersambung ...

Bab 3 # Kawan Lama

"Ih ..., gue sial banget sih ketemu lo terus!"bentak Angel tak senang.

Danar menautkan kedua alisnya dan menatap tajam Angel.

"Emang lo pikir gue gak akan sial juga. Asal lo tahu yaa gak ada di otak gue senang ketemu sama cewek sangar kaya lo!"ketus Danar.

Angel menengok dan balik menatap tajam Danar yang tenang dengan tatapan Angel. Mereka saling adu pelototan sampai pintu lift terbuka dan menampakkan seorang pria tampan dan tinggi yang bingung dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Mereka kenapa?"batin pria itu.

"Ehemmmmm..."

Suara pria itu membuat Angel dan Danar menoleh ke arah suara. Danar langsung merubah raut wajahnya melihat Mako yang berada di depannya.

"Paman.., senang berjumpa kembali,"kata Danar tersenyum sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Mako.

"Dih wajah nya berubah 180° loh. Gila benar benar aneh ni cowok. Judesnya sama gue doank. Tapi sama Paman ini senyumnya bagai pangeran tampan,"kata Angel dalam hati sambil menatap Danar tak percaya.

"Paman juga senang berjumpa kembali denganmu. Apakah kalian saling kenal?"tanya Mako.

Pertanyaan Mako membuat mereka berdua sadar dan saling menatap lama. Tapi beberapa detik kemudian mereka saling membuang muka.

"Hemm..., kayaknya Paman salah nanya ya. Yasudah kalau gitu kita lanjutkan obrolan nya bersama Bundamu saja. Soalnya panas suasananya disini. Hehehe..,"ledek Mako sambil menutup mulutnya dengan sedikit tersenyum.

Wajah Angel dan Danar langsung memerah seperti tomat karena di ledek oleh Mako.

...ΩΩΩ...

Danar mengajak Mako memasuki ruang CEO dimana Bundanya berada. Nindya melihat Mako dengan wajah gembira dan terharu. Dia memeluk Mako yang sudah seperti Kakak Kandungnya sendiri.

"Kak.., sekali lagi terima kasih banyak. Aku dan sekeluarga sangat bersyukur bisa bertemu dengan Kakak dan pertolongan Kakak,"ucap Nindya.

"Tidak masalah Nin. Aku sudah menganggap kalian saudara kandungku sendiri. Apapun kesulitan kalian pasti ku bantu dengan senang hati. Aku ingin membicarakan hal penting padamu,"kata Mako yang sudah melepas pelukkan Nindya.

Nindya mengangguk dan mempersilahkan Mako untuk duduk. Danar menelpon bagian pentri untuk menyuruh salah satu OB nya membawakan minuman.

Setelah perbincangan kecil dan OB sudah mengantar minuman, Mako memulai pembicaraan yang serius.

"Nin.. Danar.. Aku ingin menyampaikan kabar paling penting yang akan membuat kalian terkejut,"kata Mako dengan mimik serius.

"Apa itu Kak?"tanya Nindya penasaran.

Mako menghembuskan napasnya dan diam sejenak. Setelah itu dia membuka matanya dan memulai kata.

"Rey, Citra dan Cleo... Mereka masih hidup!"

"Apaaa...? benarkah?"tanya Nindya tak percaya.

"Paman gak bohong 'kan?"tanya Danar memastikan.

Mako mengangguk dengan wajah seriusnya. Dia mengeluarkan sebuah amplop kecil dan memberikannya pada Nindya.

"Itu nomor telepon mereka. Kalau kau tak percaya, VC lah mereka. Wajah mereka pun sudah di rubah sama seperti kalian untuk menghindar dari musuh Pak Gill."

Nindya mengambil amplop itu dan membaca kertas yang berada di dalamnya. Ada dua nomor yang tertera. Nomor Citra dan Rey.

"Sahabat lamaku... Aku kangen mereka Kak. Aku pikir mereka sudah tiada,"kata Nindya dengan wajah sendu.

"VC lah sekarang. Menurutku disini aman tidak ada yang menyadap pembicaraan kalian,"usul Mako.

Karena Nindya sangat merindukan Citra dan Rey, akhirnya dia mengikuti saran Mako untuk menelpon mereka saat itu juga.

Sambungan telepon pun terdengar. Beberapa menit kemudian terlihatlah wajah yang asing yang tak pernah dia duga. Tetapi suara mereka tetap tak berubah.

...ΩΩΩ...

"Ayah..., ini data data Dokter baru. Oiya meeting akan di mulai,"kata Dania menyapa Ayahnya yang bekerja serius di meja kerjanya.

"Ohh sekarang waktunya meeting yaa. Baiklah kalau begitu."

Dania dan Riswan pergi menuju ruang meeting dimana sudah banyak berkumpul Dokter baru yang akan bergabung di rumah sakit mereka.

"Selamat pagi semua ...,"sapa Riswan.

"Selamat pagi..."

"Terima kasih sudah hadir dan selamat datang di rumah sakit Permata Bunda. Semoga kita bisa menjalin kerja sama dengan baik."

"Maaf Dokter Riswan.., ada salah satu Dokter yang belum hadir disini,"kata Suster Vero.

"Oh ya, siapa?"tanya Riswan.

"Namanya Dokter Taro. Tadi beliau mengabarkan kalau ada kendala di jalan,"jawab Suster Vero.

Riswan langsung melamun dan syok mendengar nama yang sangat familiar di kupingnya. Karena nama itu adalah nama sahabat nya sendiri yang dulu di penjara.

"Taro.., apa jangan jangan Taro yang kufikirkan. Taro yang kukenal. Apa dia sudah bebas dari penjara?"tanya Riswan dalam hati.

Karena dia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Membuat orang di sekitarnya hanya bisa menatapnya heran karena melamun.

"Ayah.., kok melamun?"tanya Dania yang menyenggol pundak Riswan.

Seketika Riswan sadar dan tersenyum pada Dania. Lalu dia mengedarkan pandangan nya ke sekeliling ruangan.

"Mohon maaf ..., pikiran saya sedang menerawang. Saya akan menjelaskan beberapa point penting kalian bergabung nanti,"kata Riswan lagi.

Riswan memulai meeting nya dan membawakan beberapa materi tentang peraturan di rumah sakitnya. Lalu memperkenalkan dirinya beserta Dania.

"Baiklah... Itu saja yang saya dapat sampaikan. Lebih dan kurangnya saya mohon maaf. Kalau begitu saya undur diri. Dan untuk kalian sekali lagi selamat bergabung dan bekerja."

Mereka semua pun berdiri dan bertepuk tangan sambil menyambut uluran tangan pada Riswan dan Dania. Setelah selesai meeting, Riswan memberitahukan pada Sustet Vero agar Dokter Taro yang telat langsung keruangannya.

30 menit setelah meeting, Taro datang dengan terburu buru menuju ruangan Riswan. Dia mengetuk pintu dan menyapa sopan.

"Permisi Dokter Riswan..."

Riswan yang merasa terpanggil langsung mendongak dan menatap pintu ruangan. Matanya melotot dan tubuhnya kaku bagaikan patung. Dia tak menyangka apa yang dia pikirkan benar menjadi kenyataan.

"Maaf Dokter, saya telat. Ada kendala di jalan. Tadi kata Suster Vero ada yang mau Dokter bahas dengan saya?"tanya Taro masih sambil berdiri.

Riswan bangkit dari tempatnya dan langsung memeluk Taro.

"Taro..., ini gue Hide...,"bisik Riswan di kuping Taro.

Taro tidak merasa syok atau kaget. Justru dia membalas pelukan Riswan sambil bergetar menahan tangis.

"Gue dari awal udah tahu kalau lo Hide. Gue hanya ingin memastikan lagi meski wajah lo itu sudah berubah. Apa kabar sahabat ...,,"kata Taro yang sudah melepas pelukkannya.

"Kabar gue baik. Gimana dengan kabar lo?"

"Kabar gue sama Chika sangat baik. Akhirnya gue dan Chika benar benar menikah dan lo tahu gak hal terbaiknya. Kita dapet anak perempuan,"kata Taro dengan wajah berseri.

"Duduk lah.. gue mau ngobrol banyak sama lo,"ajak Riswan yang membawa Taro duduk di depannya.

"Gue jadi sekarang manggil lo dengan sebutan Dokter Riswan?"

"Yahh.., lo tahu kan. Semua pihak medis sedunia sudah tahu bahwa Hide sudah meninggal dalam kecelakaan pesawat beberapa tahun lalu. Dan gue dianggap seperti kembarannya karena cara gue yang sama. Sebenarnya gue khawatir takut semua musuh Papa memikirkan hal yang tidak tidak dan mencoba mengusik gue."

"Tenang aja Riswan. Gue sama anak anak yang lain akan membantu melindungi lo dan keluarga. Kita gak akan ngebiarin kalian dalam keadaan bahaya."

"Maksud lo anak anak...?"tanya Riswan bingung.

"Asal lo tahu aja. Dalam kecelakaan pesawat itu, bukan hanya lo, Hellen dan kedua anak lo yang selamat. Tapi Rey dan Citra serta anakknya juga selamat. Mereka pun merubah penampilan dan wajah karena luka bakar serius."

"Apaaa...? jadi..?"

Taro mengangguk untuk mengiyakan pertanyaan yang membuat Riswan penasaran. Dia menyodorkan amplop kecil dan mengatakan lagi.

"Itu nomor telepon Rey, lo VC aja dia. Gue yakin lo sangat rindu. Nanti semua akan terjawab."

Riswan masih ragu apakah Taro sudah berubah atau bahkan malah ingin menjebaknya kembali. Karena meski sahabat dulu Taro pernah mengkhianati nya bahkan menyiksa nya dan Nindya.

"Rasa kecewaku belum hilang...,,"keluhnya dalam hati sambil menatap kertas yang diberikan oleh Taro.

*Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!