Stupid Man
Dikira Sabun Colek
Cempluk
Mau ke mana, Mas Budi?
Cempluk melihat Budi membawa ember berisi pakaian kotornya.
Budi si Idiot
Eh, kamu. Mau ke sungai nih, Pluk!
Cempluk
Cempluk ikut ya, Mas.
Mereka beriringan menuju sungai. Setelah sampai Budi mengisi embernya dengan air dan di tambahkan secolek sabun kemasan warna kuning.
Diambil selembar pakaian lalu di letakkan di atas batu. Budi mulai menyikat.
Budi si Idiot
Kok, nggak berbusa ya, Pluk?
Cempluk tengah asik mainan air.
Cempluk
Kurang banyak mungkin, Mas sabunnya!
Budi si Idiot
Iya, juga ya.
Budi si Idiot
Kok, masih nggak berbusa juga nih, baju.
Dipencet isi kemasannya lebih banyak lagi.
Tiba-tiba datang Mbah Vangke hendak membuang hajat.
Mbah Vangke
Kenapa, Bud? Kok, kaya lagi bingung.
Budi si Idiot
Ini, Mbah. Nyuci kok, sabunnya nggak berbusa!
Mbah Vangke
Sabun apa sih, Bud?
Mbah Vangke
Aku nggak jelas ngelihatnya, coba suruh si Cempluk baca.
Dibacalah sama si Cempluk
Cempluk
B-L-U-E B-A-N-D. Oh, ini mah Blueband!
Budi si Idiot
Emangnya, apaan itu Pluk?
Budi si Idiot
Vangkeeee! Siapa yang naruh mentega di emberku?
Mbah Vangke
Emmmm ... A--anu, Mbah itu yang naruh.
Budi si Idiot
Bagaimana nasib bajuku, Mbaaaaaah!
Mbah Vangke
Dioven saja, Bud.
Cempluk
Hahahaha. Payah Mas Budi!
Kemplang datang membawa gagang pancing.
Kemplang
Ada apa kok, ketawa-ketawa?
Cempluk
Ini lho, Mas. Mas Budi nyuci pakai mentega. Dikira sabun colek. Hahahaha ....!
Mbah Vangke
Sudah. Cuci ulang aja!
Kemplang
Ooh, itu toh. Hahahhaha! Lucu juga sih.
Budi si Idiot
Capek jadinya, Mbah. Malah pada ngetawain. Vangke!
Mbah Vangke
Eh, nama gue jangan disebut-sebut!
Cempluk
Sudah Mas. Jangan cemberut, nanti nggak unyu-unyu lagi.
Kemplang
Jangan bete gitu mukanya, sepet lihatnya. Nanti malam mancing yok, Bud!
Kemplang
Boleh juga, biar rame.
Cempluk
Mbah Vangke sudah selesai eek-nya?
Mbah Vangke
Assem! Lagi ngeden nih.
Budi si Idiot
Kurang ajar tu bocil!
Mbah Vangke
Pada bubar sana, kalian!
Cempluk lari dan menyudahi mandinya.
Budi si Idiot
Besok lagi aja nyucinya. Yuk! Kita pulang, Kemplang. Nanti malam kan, mancing.
Semua orang sudah membubarkan diri masing-masing. Hanya tersisa Mbah Vangke.
Memfitnah Pocong
Sore harinya Kemplang tengah asik santai di bale-bale terbuat dari anyaman bambu.
Datang Budi dengan sarung melilit di pinggang gembulnya.
Budi si Idiot
Wow, santai rupanya kamu.
Kemplang
Eh, Budi. Ngagetin aja. Iya nih, aku lagi santai sambil makan pisang goreng. Mau?
Budi si Idiot
Ya, mau dong!
Pisang goreng buatan istrinya Kemplang. Masih panas membara. Budi tak sabaran.
Hap!
Pisang goreng pindah ke mulut Budi.
Budi terlihat komat-kamit menahan panas di dalam mulutnya pisang goreng yang berasap.
Kemplang
Kenapa, Bud? Nanti malam kita jadi mancing kan?
Budi si Idiot
Na---nas! Hihangnya.
Kemplang
Ngomong apa sih, kamu?
Kemplang
Dih, ditanya kok. Hihang-hihang aja.
Kemplang
Lagian main embat.
Budi si Idiot
Nggak bilang sih, Plang!
Budi si Idiot
Kamu sudah nyiapin pancingnya belum?
Kemplang
Beres itu mah! Tinggal otw.
Budi si Idiot
Aku nyari cacing dulu ya, biar nanti malam tinggal berangkat.
Kemplang
Loh, hihang hohengnya? Nggak dihabiskan?
Budi si Idiot
Tau ah, gelap!
Sehabis Magrib keduanya pun berangkat menuju lokasi pemancingan di sungai desa tetangga.
Kemplang
Jalan terobosan aja ya, Bud.
Kemplang
Cempluk nggak jadi ikut, ya?
Budi si Idiot
Nggak jadi. Takut diculik kalong Wewe!
Sampai di sungai mereka mengambil posisi. Budi di sebelah Barat dan Kemplang di Utara.
Kemplang
Sepi amat, ikannya.
Budi si Idiot
Lagi tahlilan ikannya, Plang. Ini kan malam Jum'at.
Kemplang
Hem. Ngawur kamu!
Setengah jam kemudian Budi mendapatkan ikan lele.
Budi si Idiot
Siapa dulu? Budi gitu, lho.
Tak lama Kemplang pun umpannya disentuh ikan.
Budi si Idiot
Sama. Aku juga dari tadi lele terus.
Kemplang
Apa jangan-jangan?
Budi si Idiot
Jangan-jangan apa, Plang?
Kemplang
Pernah dengar mitos, kalau ikan lele ada penunggunya.
Budi si Idiot
Siapa yang nungguin?
Budi si Idiot
Etdaaah ..., Jangan nakutin kenapa?
Seketika meremang tubuh Budi. Ia nampak cemas dan memutarkan kedua bola matanya.
Kemplang
Kamu merasa aneh nggak, sih?
Budi si Idiot
Aneh kenapa?
Budi si Idiot
Bukannya dari tadi sepi?
Kemplang
Pulang saja yuk, Bud!
Keduanya menyudahi memancingnya. Apa karena malam Jum'at?
Angin menerpa tengkuk mereka. Diusap perlahan. Budi semakin tegang.
Budi si Idiot
Apa sih, Plang?
Mereka melintas di tengah perkebunan kopi dan nangka.
Budi si Idiot
Apa tuh, Plang!
Budi merapatkan tubuhnya ke Kemplang.
Kemplang
Alah, gitu aja takut.
Budi tak berani mengedarkan pemandangannya.
Dedaunan kering tersapu angin.
Budi si Idiot
Pocong, pocong!
Budi lari tunggang-langgang meninggalkan Kemplang.
Kemplang santai melihat Budi lari meninggalkannya. Kemplang pria pemberani di desanya.
Kemplang mengarahkan senternya ke arah pohon nangka.
Kemplang
Hahaha! Nangka diberongsong karung ini mah, bukan pocong!
Kemplang tertawa terbahak-bahak mengingat tingkah Budi.
Kemplang
Kamu lihat apa, Bud?
Gigi Budi gemeletuk menggigil ketakutan.
Kemplang
Hahaha! Hohong makan hihang hoheng gitu?
Cempluk
Mas Budi besok temenin Cempluk ya, ke kebon.
Lanjut ya, Gaes?
Tolong komen dan likenya. Lagi belajar nulis beginian. Hehhee
Misteri Tumpukan Daun Pisang
Budi masih mengantuk matanya enggan terbuka. Tunggu lima menit lagi untuk bangun ....
Cempluk
Mas bangun! Sarapan dulu yok, katanya mau nemenin ke kebon nyari rumput,
Cempluk menggoyangkan tubuh tambun Budi.
Budi si Idiot
Iya, sebentar lagi.
Ditarik selimut yang menutupi tubuh Budi.
Budi si Idiot
arghhh!
Ngganggu orang lagi mimpi sih, Pluk!
Mbah Vangke
Bangun, Bud!
Kasian si Cempluk nungguin. Noh, matahari udah mau tenggelam lagi.
Mbah Vangke, Budi dan Cempluk sudah siap dengan alat tempurnya. Mereka pergi ke kebon untuk mengarit rumput.
Kebon Mbah Vangke memerlukan waktu 30 menit dengan berjalan kaki.
Sesampainya di sana ....
Mbah Vangke
Berpencar ngaritnya biar cepat dapat banyak rumputnya.
Masing-masing mengumpulkan rumput yang sudah dipotong. Lalu di masukkan ke karung.
Mbah Vangke sedang melihat-lihat sekeliling siapa tahu dapat buah.
Mbah Vangke tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mengambil pisang ambon yang sudah masak dan bewarna kuning.
Cempluk
Cempluk mau, Mbah.
Keduanya menyium aroma tak sedap berasal dari bawah pohon pisang.
Mbah Vangke memeriksanya.
Sialan! Rupanya ranjau.
Mbah Vangke
Ssst! Jangan berisik. Kita kerjain si Budi.
Mbah Vangke menutup ranjau kuning itu dengan tumpukan daun pisang.
Budi melihat Mbah Vangke dan Cempluk makan pisang. Ia bergegas menghampiri keduanya.
Budi si Idiot
Nggak bagi-bagi. Mau dong!
Cempluk dan Mbah Vangke bergeser sepuluh meter dari pohon yang ada ranjaunya.
Mbah Vangke
Ambil saja sendiri.
Cempluk
Masih banyak kok, Mas!
Mbah Vangke
Di situ cari saja. Ada kok, Mbah tutupi pakai daun.
Budi menurut ia mencari pisang yang dimaksud. Ketika melihat gundukan daun ia mendekat. Dan membukanya dengan ujung arit.
Budi si Idiot
Asem! Tai ini mah! Kurang ajar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!