Kepingan demi kepingan putih berjatuhan dari langit yang sudah menggelap. Perlahan-lahan kepingan itu jatuh seperti gulali kapas yang di terbangkan angin jatuh ke tanah yang sudah mulai menampung tumpukannya.
Orang-orang berlalu lalang silih berganti, ada yang sendirian, berpasangan atau berkelompok. Menuju ke suatu tempat atau hanya sekedar jalan-jalan menghilangkan rasa jenuh. Seorang perempuan duduk di depan jendela menatap dari balik kaca sebuah cafe mengamati pemandangan di luar sana.
Rambutnya terkuncir panjang dan terlihat basah juga lepek, mata cantik di tutupi dengan kaca mata yang terlihat tebal juga hampir menguasai wajahnya yang mungil. Warna mata biru seperti laut, bulu mata lebat, alis tersambung, dengan pipi penuh dengan flek coklat ciri khas seorang kutu buku.
Menggunakan jacket hoodie berwarna hitam, jeans hitam dan sepatu kets terlihat lusuh dengan santai perempuan itu menikmati pemandangan di sana.
“Lunaa... Sorry telat” terdengar suara perempuan tampak menghampiri gadis bernama Luna yang tengah menikmati pemandangan di luar jendela.
Mata cantik di balik kaca mata tebal itu melihat ke arah jam di conter cafe yang sudah menunjukkan pukul dua siang. Sudah hampir satu jam Luna menunggu Sarah perempuan yang baru saja sampai di cafe tempat mereka janjian.
Hari itu Luna dan Sarah pergi jalan-jalan menikmati suasana kota JR, di tengah menikmati acara Sarah bertemu dengan sugar daddy yang mengajaknya berkenalan. Setelah mereka berbicara lama, sugar daddy mengajak mereka berbelanja di sebuah Mall termegah di JR.
Lantaran sudah letih menemani Sarah berbelanja bersama sugar daddy barunya. Jenuh dan bosan melihat pemandangan yang membuat Luna merasa sangat bete tingkat dewa, Dia memutuskan menunggu Sarah di cafe itu.
Sarah (23tahun) perempuan modis memiliki selera berpakaian yang glamour dan seksi. Di balik mantel tebalnya, Luna bisa menebak jika Sarah kini memakai pakaian glamour.
Baju baru.... Pantesan lama....gumam Luna memandangi pakaian baru di kenakan Sarah, tidak hanya itu matanya yang jeli dapat melihat ada beberapa kejanggalan.
“Sejam.... lu telat udah sejam dan gue udah habisin dua gelas green tea ukuran large sendirian” memicingkan mata cantik itu pada Sarah yang salah tingkah.
“Iyaaaa maaaap say.... Gue telat karena....” Sarah tersenyum malu-malu tidak melanjutkan perkataannya, Luna sudah bisa menebak apa yang terjadi.
Luna menatap Sarah dari balik kaca matanya yang tebal, dia hanya bisa menghela nafas menatap teman satu kampus dengannya di JK. Mereka berdua pergi bersama-sama ke negara JR tepatnya di kota BN dengan kepentingan berbeda, Sarah mengetahui jika Luna akan ke JR memohon untuk bisa diizinkan ikut bersamanya. Semula Luna menolak untuk Sarah ikut bersamanya, namun berkat sokongan dana dari sugar Daddy dan rengekkan Sarah akhirnya bisa pergi ikut bersama Luna.
Mata indah Luna Freya (22 tahun) di hiasi kontak lensa berwarna biru menatap Sarah sedang sibuk dengan barang belanjaan yang di bawanya. Mata coklat Sarah menatap sebuah hardcase gitar tersandar dengan baik di samping Luna.
“lu bawa gitar? Apa lu mau perform?” tanya Sarah dengan mata berbinar-binar. Walaupun Luna berwajah kurang menarik, culun dan ketinggalan jaman, Sarah mengakui jika Luna memiliki suara yang bagus.
Suara bagus Luna mampu mencuri perhatian siapa pun yang mendengarnya termasuk Sarah.
"Udah sejak dari tadi lagi gue bawa, elu nya aja yang sibuk nggak perhatiin sekeliling” ujar Luna sambil meminum greentea miliknya.
“Iyaaa maaap say....abis Sugar daddy tadi maunya minta di perhatiin mulu, o ya lu mau perform Di mana?”
“ hmmmm... Ada di sebuah tempat tapi gue lupa nama tempatnya” ujar Luna, matanya menatap ke arah luar jendela. Memandang ke suatu arah dengan terus mengawasi sesuatu.
“boleh dong gue ikut? Sekalian refreshing” Sarah antusias ngin melihat Luna perform.
“elu yak.....” belum selesai Luna berbicara ponsel milik Sarah berbunyi, di layar ponselnya tertulis nama “MY DADDY”.
Mata di balik kaca mata tebal itu menatap ke arah Sarah yang memanyunkan bibirnya kesal.
“Sepertinya gue nggak bisa ikut ama lu” Sarah memperlihatkan ponselnya pada Luna.
“it’s okay, Sar. Kapan-kapan aja lu liat gue perform dan.....” ujaran Luna terhenti saat Sarah berdiri tergesa-gesa.
“Gue musti pergi dulu, Daddy udah nggak sabar nungguin. Bye...” Sarah beranjak dari kursinya mengambil beberapa paper bag yang tergeletak di samping meja. Dia melangkah menghampiri Luna sambil cipika cipiki dengannya.
“Bye...” Luna hanya menghela nafas menatapi punggung Sarah yang menghilang di balik pintu keluar cafe. Matanya kembali memperhatikan sesuatu di kejauhan tepatnya di seberang cafe, dia menanti dengan sabar sambil terus memantau tempat yang tidak beberapa jauh dari cafe itu. Tanpa seorang pun yang mengetahui dan menyadari di telinga Luna terpasang Alat dengar berukuran kecil seperti alat curi dengar seorang Spy atau agen mata-mata rahasia.
Alat itu sangat canggih, selain mendengar alat itu membuat Luna dapat berbicara dengan Kiandra (23 tahun). Perempuan cantik berkaca mata, tengah duduk santai di depan layar monitor yang menampilkan beberapa gambar. Rambutnya di jalin dan di ikat serta wajah cantik yang dipoles senatural mungkin, tampak tersenyum manis di depan layar memperlihatkan Luna tengah menatap keluar jendela.
Kiandra adalah hacker, pencari informasi dan penerima penugasan akan di kerjakan oleh Luna yang seorang eksekutor. Dengan sangat mudah Kiandra dapat mengakses internet dengan menggunakan satelit jaringan kuat, tentunya semua itu di lakukan tanpa sepengetahuan pihak mana pun.
Siapa pun tidak akan menyangka Luna yang sekarang ini terlihat seperti kutu buku dengan penampilan yang minus, adalah seorang pembunuh bayaran profesional atau assassin.
Sudah banyak target yang di hilangkan dengan berbagai cara juga teknik, semua pekerjaan Luna sangat bersih. Kiandra membantu Luna memberikan informasi apa pun seputar target, selain memberikan informasi dia juga membersihkan dan menghapus semua video di mana Luna terlihat dan melakukan pekerjaannya.
“hi baby....” sapa Kiandra menatap layar menampilkan Luna yang masih memperhatikan sesuatu.
“ hmm....” Luna menjawab hanya berdehem.
“ dingin banget sih Lun.... kenapa?”
“hanya capek aja Kia, pengen refreshing tapi.... sepertinya target udah terlihat” Mata Luna melihat ke arah seorang pria yang baru turun dari sebuah mobil mewah. Pria itu melangkah masuk di kawal ketat oleh bodyguard di seberang cafe di mana Luna berada saat ini.
Luna menatap terus ke arah seberang hingga targetnya masuk ke gedung, beberapa orang tampak berdiri di pintu gerbang. Mata jeli Luna menangkap senjata yang di sembunyikan di balik jas, tentunya dengan tipe-tipe yang berbeda sesuai dengan pemakainya.
“ada gedung yang bisa kamu masuki arah jam 7 dari cafe itu” Kiandra memberikan instruksinya pada Luna yang segera meraih hardcase gitar miliknya.
“di mana toilet umum terdekat dari sini?” tanyanya sambil berdiri dari tempat duduk melangkah menuju kasir untuk membayar semua pesanannya.
“ tidak jauh dari beberapa blok dengan cafe itu. O ya mana si Sarah? Bukannya tadi udah datang? Kok udah ilang aja kayak anak jin. Target sudah berada di tempatnya” Kiandra menatap layar monitor di mana target milik Luna berada di lobi gedung. Terlihat oleh Kiandra Beberapa bodyguard menatap ke sekeliling lobi untuk memantau situasi di sana.
Kiandra tampak tersenyum saat melihat Luna berdiri di depan kasir menatap ke arah kamera cctv, seakan dirinya sekarang berada di hadapan Luna.
“ Vielen Dank (terima kasih) “ ujar kasir dengan ramah pada Luna yang melangkahkan kakinya keluar dari Cafe menuju toilet umum di Tunjuk Kiandra.
**********
dear para reader yang baik, rajin menabung dan murah hati....
Terus dukung karya Author dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan comment nya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat menulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
❤️❤️❤️❤️❤️ for all...
Toilet itu berada di tempat sepi, di balik kaca mata tebal itu Luna menatap ke sekelilingnya memastikan tidak ada siapa pun di sana.
“ semua aman, CCTV udah aku bereskan” ujar Kiandra menatap Luna masuk ke toilet umum itu.
“oke Kia, Thanks” Luna segera masuk ke dalam toilet itu. Dia segera membuka jacket tebalnya mengganti dengan pakaian yang nyaman di pakainya.
“baby, kamu belum menjawab pertanyaan aku tadi. Si Sarah ke mana?” tanya Kiandra penasaran.
“ Sarah pergi menemui sugar daddy nya, padahal ntu anak baru juga ketemu sugar daddy di mall” ujar Luna sambil mengancingkan celana hitamnya. Dia mengenakan kaos hitam ketat lengan panjang yang membentuk tubuhnya dengan sempurna. Luna keluar dari toilet berdiri tepat di depan kaca, wajah lusuh dan tidak terawat itu kini tampak sangat berbeda.
Dia menata kembali kaos hitam ketat dengan kerah tinggi di padukan dengan celana jeans hitam serta sepatu boots dengan tumit tinggi. Wajahnya tampak cantik natural dengan polesan make up senatural mungkin, matanya nampak sangat berkesan dengan softlens biru di kenakannya.
Luna tampil begitu cantik dan menawan, sudah menjadi kebiasaan dalam setiap menjalankan misi dia tampil dengan sangat Cantik dan sempurna. Wajah cantik natural itu harus di sembunyikannya dengan tampilan lusuh dan tidak terawat, sengaja dia lakukan untuk tidak menarik perhatian di sekitarnya termasuk di kampus ternama di JK.
Rambut panjangnya terkuncir rapi, tidak ke tinggalan masker hitam di kalungkannya Ke leher. Mantel bulu berwarna putih sengaja di kenakan untuk penyamarannya. Dia beruntung saat ini di negara JR sedang di landa musim salju membuat orang-orang malas untuk keluar Rumah jika tidak ada keperluan, saat Luna melangkah menuju lokasi yang di tunjuk Kiandra tidak terlalu banyak orang berlalu lalang.
“daddy yang mana lagi di gaet ama si Sarah? Target sudah ada di posisi jalur tembak” Kiandra melihat target mereka keluar lift lalu melangkah cepat ke sebuah ruangan. Dia terus memberi informasi pada Luna yang sedang bergegas menyelesaikan apa yang di kerjakannya.
“Kia kayak nggak tahu aja si Sarah bagaimana?!! Aku sudah meluncur ke lokasi sekarang” Luna melangkah menuju gedung tempat mengeksekusi targetnya yang di tunjuk Kiandra, Di bahu kanannya tersandang hardcase gitar. Dia tersenyum manis saat menaiki anak tangga, tidak ada satu pun kamera CCTV terpasang di sana.
Luna mengenakan mantel dan penutup kepala di sekelilingnya di hiasi bulu-bulu tebal berwarna putih. Dia bergerak dengan cepat menuju lokasi gedung yang tidak jauh dari tempat targetnya berada.
“hahaha” terdengar suara tawa Kiandra membuat alis Luna mengernyit penasaran hal apa yang membuatnya tertawa.
“kamu kenapa Kia? kok malah ketawa gitu...” tanya Luna heran mendengar tawa Kiandra, dia terus melangkah menuju gedung.
“Menurutku ini sangat lucu, kamu tahu si Sarah menjerat para sugar Daddy kaya trus bobok dan morotin duitnya. Jalan-jalan dan hidup di bawah ketiak para daddy gatel, kalo Kamu... Kamu malah menjadi malaikat maut bagi para sugar Daddy nackal seperti para sugar daddy punya Sarah” Kiandra tertawa dengan perbedaan antara Sarah dan Luna.
Luna hanya tersenyum smirk melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga. Dengan santai dia menaiki anak tangga gedung yang tidak jauh dari beberapa gedung di mana targetnya sedang mengadakan pertemuan.
“Kia.... Kia... Itu kan sudah menjadi tugasku untuk menghilangkan para sugar Daddy yang meresahkan. Siapa suruh mereka melakukan kesalahan hingga membuat klien kita dendam dan menginginkan nyawa mereka” Luna Sampai di atap gedung, salju sudah mulai tampak menumpuk di atas atap itu.
Matanya menatap ke arah gedung di mana targetnya berada, dia membuka tutup kepalanya memasang masker serta kaca mata yang sudah di desain khusus.
“Lalu mereka hubungi kita buat membasmi hama yang meresahkan” Ujar Kiandra tersenyum smirk pada layar monitor yang menampilkan target mereka.
Jari jemari Luna terlindungi sarung tangan hitam tampak cekatan membuka Hardcase gitar yang di taruhnya di lantai atap gedung. Sesekali mata indahnya menatap ke arah gedung target mengawasi setiap pergerakan, dia mulai bekerja membuka badan gitar yang sudah di modifikasi menyimpan peralatan senjata miliknya.
Dengan lincah tangan Luna merakit satu persatu peralatan menjadi sebuah senjata mematikan. Senjata Sniper tipe Barret M82 yang sudah di modifikasi oleh Luna menjadi senjata sniper canggih dan tentunya mematikan.
Mata Luna melihat di teropong khusus sniper, sesekali dia mendengar instruksi Kiandra dari alat dengar yang di kenakannya.
“..... enam puluh derajat sedikit ke arah barat, Lun jangan lupa porsche 718 incaran ku. Kalau bisa porschenya mirip dengan Tuan Leon” Kiandra mengingatkan Luna dengan mobil mewah mahal yang sangat di inginkannya.
Jari jemari Luna mulai memutar dan mengatur teropong Sniper miliknya, tidak lupa dia mengenakan peredam suara agar tidak menarik perhatian siapa pun. Posisi Luna seperti seorang pria yang akan melamar kekasihnya, lutut kaki kirinya menyentuh lantai atap gedung dan kaki kanan menekuk dengan kedua tangannya memegang senjata mematikan itu.
Mata kiri Luna terpejam dengan mata kanan mengintip di teropong snipernya.
“Leon ?!!” ujar Luna menyebut nama pria terasa tidak asing baginya. Kiandra terkejut saat mendengar nada tanya dari Luna yang tidak ingat dengan sosok pria Tampan paling di incar oleh setiap kaum hawa.
“whaat??!!! Ooooh come on Luuunnn, Leon Alden?!!! Kamu lupa dengan cowok idola ku, ceo yang merajai perusahaan ternama di seluruh benua. Cowok tampan yang menghiasi setiap dinding kamar ku, wajah tampannya yang selalu bertebaran di setiap majalah bisnis maupun majalah gosip dan.... ” Kiandra dengan menggebu-gebu mengingatkan Luna pada sosok Leon.
Mata kanan Luna tetap fokus mengintip teropong sniper, pikirannya seakan flashback saat Luna main ke apartemen Kiandra di mana setiap dinding kamar tertempel foto, poster hingga pernak pernik tentang Leon.
Kiandra begitu mengidolakan Leon, dia pun akan mengincar apa pun yang pernah di promosikan oleh perusahaan milik grup Alden W.
Leon Alden W (29tahun), pria berparas tampan, mata tajam seperti elang berwarna coklat nyaris gelap. Tubuhnya terpahat sempurna dengan dada bidang dan Abs yang membuat semua perempuan bertekuk lutut dan menyerahkan dir mereka secara sukarela. Penampilan sempurna dengan rambut hitam legam yang di hairstyle sesuai dengan penampilannya, hidung mancung juga kaki panjangnya sangat menggoda dan meresahkan.
Berkat penampilannya yang sempurna, Leon sering di minta oleh kantor majalah untuk menjadi model pakaian dari perancang terkenal. Namun semua di tolak, dia lebih memfokuskan dirinya pada perusahaan yang terus di kembangkan. Alhasil, keluarga Alden W di nobatkan menjadi keluarga terkaya nomor satu di dunia.
“Leon Alden ( menanggapi hanya biasa) ... Oooo” Luna hanya berkomentar “o”, dia tampak tidak teralu antusias seperti Kiandra.
“ooo.... ajiim ni cewek, cowok paling tajir dan tampan sama sekali nggak menarik buat kamu Lun??? Kekuatan angin sedang pas untuk eksekusi” Kiandra melihat informasi di layar tepat di sisi kirinya. Layar itu memperlihatkan grafik pergerakan angin, cuaca serta informasi lainnya.
“jawabannya nggak tuh” Luna tersenyum di balik maskernya, matanya fokus pada target. Dia sempat teringat sebuah informasi yang membuat jutaan kaum hawa patah hati.
**********
dear para reader yang baik, rajin menabung dan murah hati....
Terus dukung karya Author dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan comment nya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat menulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
❤️❤️❤️❤️❤️ for all...
“ O iya... Bukannya idola kamu itu sudah bertunangan dengan putri keluarga Miller orang terkaya nomor sepuluh di dunia itu kan? Kalo tidak salah namanya Hana Miller.... Aku sudah siap untuk menembak, bagaimana pergerakan yang lainnya?” ujar Luna, jari telunjuknya berada di pelatuk senjata Sniper miliknya.
“ belum ada pergerakan, dua menit lagi Lun. Bertindak sekarang sebelum ntu target pergi” ujar Kiandra menatap jam di layar monitor komputer miliknya. Kiandra menatapi majalah tergeletak di samping mejanya, ada wajah Leon yang terpampang di sana.
“Emang sih dia tuch udah tunangan, tapi aku masih tetap nge fans ama dia. Muda, tampan,pintar, talented plus tajir, idaman semua cewek banget” ujar Kiandra begitu mengagumi sosok Leon.
Senyuman smirk tersungging di bibir cantik yang tertutup masker hitam miliknya, melihat target tersenyum dan tampak bahagia.
Selamat jalan menuju alam baka gumam Luna dalam hati, Jari telunjuk Luna segera menekan pelatuk senjatanya.
Akibat peredam suara yang di gunakannya, suara tembakan yang di hasilkan nyaris tidak terdengar sama sekali. Peluru melesat dengan cepat menembus kaca tebal gedung itu tepat mengenai kepala target dan itu merupakan titik bagian paling fatal.
Darah mengalir segar dari dahi target yang sudah berlubang sesuai dengan ukuran peluru membuat panik semua yang ada di dalam ruangan itu. Masing-masing pria yang menjaga target Luna mulai mengeluarkan senjata saling menodongkan satu sama lain pada lawan mereka.
Beberapa yang berjaga tampak mulai masuk mengawasi setiap sudut yang menurut mereka mencurigakan. Orang-orang yang berjaga di depan pintu gedung tampak panik segera masuk ke dalam gedung itu.
“tenang saja Kia, mungkin sekarang porsche nya udah dalam perjalanan ke IN” ujar Luna melepaskan kaca matanya.
“Beneran?!” Kiandra tersenyum senang, jari jemarinya bermain cantik pada keyboard miliknya.
Dengan cekatan dan cepat Luna melepaskan setiap badan sniper yang di rakitnya tadi, menjadi sebuah gitar yang selalu menjadi kamuflase senjata kesayangannya. Senyuman kembali tersungging di bibirnya sambil melihat ke arah CCTV yang ada di atap gedung.
“Iya sayang ku... jangan lupa yang di sini juga di bersihkan” ujar Luna melenggang pergi begitu saja. Tangannya menggenggam selongsong peluru yang baru saja di pungutnya di lantai atap gedung itu, dia menyimpan dengan aman selonsong itu dan tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
“beres my baby...” Kiandra tersenyum senang saat melihat para pria yang bekerja pada target Luna kebingungan, mereka tidak melihat ada yang mencurigakan.
Salah satu di antara mereka tampak berusaha menelepon yang di tebak Kiandra mereka menghubungi ambulance. Tampak juga Petugas penjaga keamanan gedung bertindak sigap dengan menghubungi pihak kepolisian setempat.
Tidak berapa lama mobil polisi datang dan mengepung gedung itu, Luna sudah menyimpan senjatanya dengan aman dalam hardcase gitar. Dia cepat mengubah penampilannya kembali menjadi wanita culun, lusuh dan jauh dari kata cantik.
Dengan berjalan santai dia melewati lokasi tempat pembunuhan di jaga ketat oleh polisi. Dia berjalan sambil tersenyum smirk di balik masker aneh yang di gunakannya. Orang-orang mulai mengerumuni bertanya—tanya gerangan apa yang terjadi.
Sebelah tangannya berada di kuping di mana alat transmiter miliknya berada, berjalan dengan gaya cool melewati orang-orang yang mulai menonton keramaian mobil polisi. Kiandra tersenyum senang saat melihat Luna berjalan melalui CCTV yang di bajaknya.
“ mission complete (misi selesai)” ujar Luna dengan kedua tangan berada dalam saku mantelnya.
“good job baby” ujar Kiandra tersenyum senang, jari jemari lentiknya bermain cantik di atas keyboard laptop. Dia segera mengirim email pada klien yang langsung mendapat respon dengan angka nominal uang bertambah di akun bank milik Luna.
“baby, the money is already in your account (uangnya sudah masuk ke akun kamu)” ujar Kiandra senang saat melihat nilai nominal uang yang masuk. Luna melangkah dengan santai menuju ke arah jalanan Kota sambil memperbaiki kaca mata tebal yang di pakainya, senyuman smirk terlukis di bibir mungil nan sensual di poles cantik dengan lipbam.
“jangan lupa persiapkan tiket kepulanganku...” ujar Luna menghentikan langkahnya di tepi trotoar.
“ udah beres sayang, kamu udah bisa check in besok” Kiandra mulai menonaktifkan beberapa perangkat miliknya.
“ o ya, Jason sudah membereskan kamar buatmu tentunya sudah di rombak sesuai dengan kemauan kamu. Jadi kapan kamu akan pindah?” Tanya Luna sambil memperhatikan rambu lalu lintas.
“ tenang saja say, saat kamu balik dari JR semuanya udah beres tentunya kamu bakalan ketemu dengan muka cantikku setiap hari” Kiandra mulai memutuskan beberapa koneksi jaringan pada beberapa monitor. Senyuman smirk terpancar di wajahnya saat melihat target mereka sudah berada di alam lain.
“ o ya.... hampir lupa. Nicky mengirim email, anak kesayangan kamu sudah siap dan sudah dalam perjalanan kemari” Kiandra mengirimkan email Nicky ke ponsel milik Luna yang langsung di bukanya. Sebuah foto senjata sniper terbaru terpampang di layar ponsel itu.
“My baby.... akhirnya kamu segera akan berada di tanganku...” ujar Luna membelai layar ponselnya, senjata sniper impian miliknya. Kiandra hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan sahabatnya.
Luna..... Luna... Kebanyakan cewek-cewek akan mati-matian mengkoleksi tas brandit, perhiasan dan lainnya. Tapi kamu malah senang mengkoleksi barang pencabut nyawa gumam Kiandra dalam hati. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya menatap layar di mana saat ini Luna sedang berdiri.
Bagi perempuan tentunya akan mengoleksi tas, perhiasan hingga outfit lainnya, namun berbeda dengan Luna yang lebih mencintai Senjata api. Sudah begitu banyak model senjata di koleksi dan tersimpan rapi di penthouse milik Luna. Tidak hanya senjata, ada beberapa busur panah yang tentunya sudah di modifikasi sedemikian rupa.
“oke, ampe ketemu di rumah” ujar Luna mulai melangkah saat lampu rambu lalu lintas menunjukkan semua pejalan boleh menyeberang.
“oke baby” Kiandra mengakhiri pembicaraan mereka. Luna segera melepaskan alat yang sedari tadi terpasang di telinganya.
Dia melangkah dengan santai menuju hotel di mana dia menginap yang tidak jauh dari lokasi misinya, tidak lupa dia membeli makanan khas negara JR di pinggir jalan.
***
Di saat bersamaan beberapa mobil mewah terparkir di depan sebuah hotel di negara JR, beberapa orang berpakaian rapi turun dari mobil. Para pria memakai kemeja putih dan setelan hitam ciri khas seorang bodyguard profesional, masing-masing mereka menggunakan alat earpiece di telinga tidak lupa pula senjata pistol berlaras pendek yang melengkapi tersimpan aman di balik jas hitam mereka.
Salah satu dari mereka membukakan pintu sebuah mobil mewah, seorang pria turun dari mobil itu sambil mengancingkan jas yang di kenakannya.
Setelan rapi tampak sangat pas di tubuh pria itu, wajah tampan dan rambut yang di hairstyle dengan sempurna memancarkan ketampanan hakiki pria yang tidak lain adalah Leon Alden W. Para petinggi hotel serta beberapa karyawan berdiri berjajar dengan rapi menyambut kedatangannya.
**********
dear para reader yang baik, rajin menabung dan murah hati....
Terus dukung karya Author dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan comment nya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat menulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
❤️❤️❤️❤️❤️ for all...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!