"Ti bangun sudah pagi " kata ibu yang bernama Dina membangunkan anaknya dari balik pintu kamarnya yang ditutup.
"iyaa... aku sudah bangun Bu." jawab gadis itu yang masih mengucek matanya dan dia bangun dengan malas lalu mengambil handuk keluar dari kamar menuju kamar mandi yang terletak didapur karena kamar mandinya terpisah dengan kamar.
Setelah selesai dengan ritual mandinya diapun bergegas ke kamarnya dan langsung menyiapkan diri untuk sekolah hari ini, ya dia masih SMA kelas 2 semester akhir.
Dia melihat dirinya di cermin dia menyentuh wajah sebelah kirinya yang terdapat luka bakar yang membekas dari musibah itu hingga dia remaja sekarang dia tersenyum miris melihat wajahnya sendiri tapi dia tetap bersyukur meski begitu dia berada disekitar orang orang yang menyayanginya jadi untuk apa dia sedih.
Sudahlah lupakan ini tidak seberapa yang penting aku masih punya masa depan yang ingin aku raih, ayo!! semangat Titi jangan karena wajahmu seperti ini, kamu jadi down ayo semangat hidup ini butuh perjuangan!!.
Batin gadis itu yang ternyata bernama lengkap Titi zavania sambil mengepalkan tangannya keatas memberi semangat untuk dirinya sendiri.
Titi adalah gadis yang cerdas pemalu, pendiam dan tidak banyak gaya karena dia tau kalau dia berasal dari keluarga menengah kebawah jadi dia tidak mau ambil pusing dengan mengikuti gaya anak jaman sekarang, tapi dia cukup berani dengan hal yang jika dia tidak bersalah.
Tak butuh waktu lama, Titi sedang sarapan bersama dengan kedua orang tuanya kakak laki lakinya yang sudah bekerja yang berusia 22 tahun yang bekerja sebagai montir dibengkel mobil dan adik laki lakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sekilas mereka memang keluarga yang harmonis mereka hidup sederhana ayahnya yang hanya seorang supir angkot dan ibunya hanya ibu rumah tangga tapi, mereka senang karena mempunyai anak yang baik dan patuh sehingga membuat kedua orang tua ini selalu bersyukur tiada henti meski ekonomi mereka berada dikalangan bawah.
"Ya sudah anak anak, ayo kita berangkat!" ucap Ayah mewakili semuanya untuk memulai aktifitas mereka, mereka semua mengangguk lalu bersiap untuk memasuki mobil angkot ayah yang sudah terparkir didepan rumah.
Titi Rian dan Bayu menyalami ibu Dina sebelum mereka berangkat, kebiasaan dikala mereka hendak pergi kemana saja yang diajarkan oleh kedua orang tuanya telah mendarah daging dan mengucapkan "Assalamualaikum bu" ucap mereka secara serempak dan ayahpun tersenyum melihatnya.
"Ibu ayah berangkat dulu".
"Iya ayah hati hati yah jangan lupa selalu berdoa" balas sang ibu sambil mencium punggung tangan suaminya dan mengantarkan mereka sampai depan.
Setelah sampai disekolah Titi memasuki gerbang depan dan dia berjalan melewati parkiran menuju kelasnya tapi bunyi klakson motor dibelakangnya sungguh mengganggunya bahkan sipengendara sengaja menyerempet tubuh mungil gadis itu hingga dia terjatuh dan itu berhasil membuat semua murid menertawakannya bukannya menolong dan sipengendara sama sekali tidak merasa bersalah.
"Heh!! mangkanya kalo punya mata tuh dipake dasar buruk rupa, ayo bro kita masuk" ucap sipengendara yang menyerempet Titi kepada teman temannya setelah memarkirkan motornya.
"ayo Don.." kata salah satu temannya menyahut sambil merangkul pundaknya.
Doni pemuda tampan yang menyerempet Titi melihat kearahnya dan tersenyum mengejek melihat Titi berusaha bangun dari duduknya lebih tepatnya dari jatuhnya.
Titi pun tak mengerti mereka sekelas tapi pemuda itu dari awal sudah tidak suka dengan Titi entah apa alasannya yang teman temannya dengar sih karena Titi itu jelek dengan luka diwajahnya yang mana membuat pemuda tampan itu jijik jika hanya melihatnya saja dan yang lebih membuatnya tidak suka adalah mereka satu kelas pernah Doni meminta kepada orangtuanya untuk pindah kelas saja tapi tidak dikabulkan karena mendengar alasan yang tidak masuk akal alhasil keinginannya tidak terpenuhi Doni malah jadi sering membuli dan menghina Titi dan tidak pernah ada bosennya seperti sekarang ini.
"Titi kamu ga papa" Lila teman Titi datang dan membantunya berdiri saat dia melihat Titi terjatuh tapi dia tidak melihat kejadian sebelumnya karena baru datang.
"eh Lila kamu udah datang " jawab Titi yang melihat Lila dibelakang.
"kamu kenapa Ti? kamu jatuh" tanya Lila karena pertanyaan tadi tidak dijawab oleh Titi.
"Iya tapi aku ga papa kok, udah ah ayu masuk bentar lagi bel" Jawab Titi yang mana lebih menyembunyikan kejadian yang sebenarnya pada Lila karena dia tidak mau membuat Lila jadi hawatir Lila pun mengangguk dan mereka masuk ke kelas tapi masih ada rasa penasaran dihati Lila karena teman-teman disana seperti sedang menertawakan Titi tapi dia tidak membahasnya karena pasti Titi tidak akan menjawabnya.
Lila adalah satu satunya teman Titi yang mau berteman dengannya dia sangat cantik dan baik dan dari kalangan keluarga kaya hanya Lila yang mau berteman dengan Titi disaat yang lain menjauhinya. Lila senang mendapat teman seperti Titi yang tidak neko-neko daripada teman yang lain yang hanya ingin kepopuleran dan pamer dan Lila tidak memandang fisik Titi yang mereka sebut buruk rupa karena wajahnya.
Pelajaran pertama pun dimulai dengan lancar karena mereka sudah memasuki akhir semester dan bersiap untuk ujian jadi mereka lebih fokus belajarnya.Bel istirahat pun berbunyi dan mereka mengakhiri belajar mereka dan bergegas keluar kelas ada yang menuju kantin karena lapar ada yang menuju toilet karena kebelet dan lain lain sama halnya kedua gadis ini Titi dan Lila yang seperti bumi dan langit perbedaan yang kentara dari wajah penampilan serta status mereka tapi Lila tidak mempermasalahkan itu beda lagi dengan Titi yang sangat mempermasalahkan itu karena tatapan tatapan dari teman temannya yang menyiratkan ketidaksukaan yang kentara yang membuat Titi merasa risih
Pernah Titi tanyakan kenapa Lila mau berteman dengannya dan tidak memilih berteman dengan sederajatnya saja tapi jawaban yang diberikan Lila sungguh mebuat Titi terharu dia tidak menyangka orang seperti Lila mau berteman dengannya hanya karena dia membenci orang yang bermuka dua baik didepan dan menusuk dibelakang mungkin Lila pernah mengalami nasib yang mengalami kejadian yang membuat dia tidak mau berteman dengan yang sederajatnya.
"Ti kamu mau makan apa aku traktir yah"ucap Lila saat mereka sudah berada di kantin.
"Ga usah La, ditraktir mulu aku jadi ga enak sama kamu " jawab Titi menolak secara halus yang mana tidak mempan untuk Lila karena Lila akan terus memaksa.
" Udah ga papa santai aja tunggu disini yah" Lila pun pergi untuk memesan makanan.
lalu datanglah Doni dan gengnya berjalan memasuki kantin dengan gaya coolnya yang berjumlah empat orang termasuk Doni para gadis yang melihat bintang basket dan idola sekolah pun terpesona kepada mereka, karena mereka semua tampan apalagi Doni dan mereka dari kalangan keluarga kaya semua yah!! rata rata yang sekolah disini semuanya kaya-kaya dan Titi termasuk orang yang beruntung bisa masuk disekolah elit itu dengan jalur kepintarannya.
Dengan angkuhnya mereka duduk ditengah tengah kantin dan membuat kegaduhan, Para gadis langsung melayani mereka bak seorang raja menyiapkan keperluan mereka dan melayani mereka yang mana membuat bibi kantin geleng-geleng kepala dasar kelakuan anak remaja ada ada saja begitulah kata isi hati mereka bahkan tak ayal para lelaki pun ada yang memuji mereka karena kepopulerannya dan ingin mengikuti jejak mereka.
Dan disaat pandangan Doni melihat Titi duduk sendiri dipojok kantin diapun tersenyum miring dan membisikan sesuatu kepada gadis yang disebelahnya dan diangguki oleh gadis itu setelah mengerti maksudnya diapun pergi ketempat Titi berada.
"Ti bentar yah aku mau angkat telfon dulu ini mamaku dari tadi nelfon soalnya,kamu tunggu yah!" Ucap Lila saat dia ingin mengantri tiba-tiba ponselnya berdering dan yang menelfon adalah mamanya entah penting atau tidak Lila tidak bisa mengabaikan panggilan mamanya dan tentu saja hal itu membuat Doni semakin senang mungkin dia berfikir pembela telah pergi dan dijawab anggukan oleh Titi tidak berapa lama kemudian.
Byuuuurr
suara air yang tumpah lebih tepatnya sengaja disiram ke kepala Titi yang mana menyebabkan rambut dan bajunya basah dan kotor karena air yang disiram adalah air perasan jeruk.
"Eh..aduh basah yah maafin gue yah! " kata sigadis yang diperintah oleh Doni yang bernama Tika pura-pura bersalah namun dengan tatapan merendahkan.
"Aduh maafin gue yah gue bener bener ngga sengaja" lanjutnya mengambil saputangan disakunya dan mengelap ke wajah Titi yang mana membuat wajah Titi berubah menjadi hitam karena saputangan itu sudah di beri arang dari ibu kantin yang berjualan sate.
"Hahahaha..." tawa riuh seluruh orang orang yang ada di kantin itu karena melihat wajah Titi yang hitam yang mana menambah kejelekan wajahnya dan hal itu membuat Titi marah tapi tak bisa berbuat apapun dia hanya bisa mengepalkan tangannya serta menepis tangan Tika yang masih mengelap wajahnya.
"Sudah berhenti" ucap Titi dengan suara tertahan menahan tangis lalu berdiri kemudian hendak pergi dari situ tapi... sebelum itu Tika menghadangnya dengan menggunakan kakinya alhasil Titi terjatuh dengan posisi tengkurap yang mana membuat mereka semua yang dikantin tertawa terbahak-bahak dan tidak ada satupun orang yang mau membantunya karena mereka semua tau kalo Titi cukup terkenal disekolah itu karena kemiskinan dan kejelekan wajahnya.
"uuppss... sorry kaki gue gatel mangkanya kaki gue maju deh " kata Tika dengan gaya manjanya yang dibuat-buat yang mana membuat Titi tambah geram karena mana ada jika kaki gatal ya digaruk bukannya maju.
"Eh, Tika elo kok gitu kan kasian dia jadi jatoh lagi seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula"
ucap temen Tika yang bernama Leli yang baru datang dan menghampiri Tika dengan tatapan biasa.
"Aduh maafin temen gue yah, dia emang kayak gitu orangnya sini gue bantu" lanjutnya berpura-pura baik ingin menolong padahal diapun sama ada niat terselubung.
Titi menatap tangan yang terulur itu dia senang ternyata ada orang yang mau menolongnya disaat teman-teman yang lain menertawakannya, saat dia ingin menerima uluran tangan itu Leli mendorong bahu Titi dengan sengaja sehingga membuat Titi terjatuh lagi.
"Heh! elo siapa mau gue bantuin jijik gue megang-magang elo sana tuh pergi " dengan teganya Leli berbicara seperti itu yang mana membuat Titi tambah geram dan disaat dia berdiri sempurna dia menatap tajam kepada semua orang yang ada di sana tapi mereka balas dengan tertawa mencibir seolah-seolah tatapan Titi tak membuat mereka takut.
"Kalian semua jahat" ucap Titi lalu pergi berlari dari sana sambil diiringi suara tawa membahana. Sedangkan Doni yang sedari tadi menyaksikan pertunjukan itu hanya tertawa sinis tapi tak bersuara.
Titi berlari dari koridor ke koridor lain sambil menyeka air matanya menuju toilet, disepanjang jalan ada yang menertawakannya ada yang merasa iba tapi tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menonton karena disekolah itu jika ada murid terkena bulyan seperti itu maka, yang membantu akan terkena imbasnya juga dan mereka tidak mau itu tapi kenapa Lila tidak,! Yap, karena Lila orang tuanya sangat berpengaruh untuk sekolah itu maka mereka tidak berani membalas Lila.
Dan saat Lila kembali dari urusannya mendadak semua langsung terdiam dan meneruskan kegiatan mereka seolah tak terjadi apa-apa dan melihat tempat yang duduki Titi sudah tak ada orangnya.
"Kemana dia kok ga ada" berhenti sejenak sambil mencari-cari dan bertanya kepada teman yang sedang makan disampingnya.
"Eh kalian liat temanku yang duduk disini ga?" Lila bertanya yang dijawab hanya dengan menggedikan bahu acuh lalu kembali menyantap makanan didepannya.
Lila pun terdiam aneh menurutnya kenapa dia merasakan atmosfernya berbeda saat dia datang dan pergi setelah berfikir keras diapun menyadari apakah Titi dibuly lagi pikirnya maka diapun langsung berlari mencari sahabatnya itu.
Didalam toilet Titi menangis terisak sambil membersihkan wajah rambut dan seragamnya dia tau apa konsekuensinya bersekolah disekolah yang elit dia harus menerima semua ini demi orangtuanya yang sudah rela dengan perjuangannya dalam memasukan anaknya ke sekolah favorit maka dari itu Titi tidak mau mengecewakannya, hanya karena ini dan dia lebih memilih bertahan toh mereka juga akan berhenti sendiri jika mereka sudah bosan pikirnya.
"Hah! aku tidak boleh nangis aku harus kuat aku tidak mau membebani Lila lagi hanya karena ini yang akan membuat Lila akan semakin dibenci oleh teman teman yang lain dan aku tidak mau itu terjadi....hm semangat Titi kamu pasti bisa melalui ini semua" Gumam Titi disela kegiatan membersihkan wajahnya.
Memang setiap kali Titi dibuly hanya Lila yang membantunya dan itu kerap kali membuat Lila dimusuhi juga oleh temannya yang lain tapi dia bodoamat berbeda dengan Titi yang merasa bersalah
dan Titipun keluar dengan wajah nampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.
"Titi aku cariin kamu kemana mana ternyata kamu disini kamu darimana aku kan suruh kamu nunggu bukan malah pergi " ucap Lila panjang lebar setelah menemukan Titi di samping toilet.
"Iya maaf Lahir tadi aku kebelet jadi aku lari deh tanpa nunggu kamu" jawab Titi dengan memaksakan senyumnya.
"Hmm.. ya udah ga papa" berhenti sejenak sambil memperhatikan wajah Titi "Eh tunggu muka kamu kenapa mata kamu juga kamu habis nangis ti ini kenapa diwajahnya kamu kayak ada hitam hitamnya "Cerca Lila setelah berhasil memperhatikan wajah Titi sambil tangannya memegang pipi Titi.
" Oh ini ga apa kok ini...ini.."sambil berfikir
gawat aku harus jawab apa kalo aku bohong dia pasti akan cari tau dan aku tau apa yang akan dia lakukan"batin Titi terus berfikir sampai akhirnya.
Duuggg...
Sebuah bola dari arah seberang terlempar dan mengenai wajah Titi hingga membuat Titi limbung dan ingin jatuh tapi dengan cepat Lila menolongnya.
"Heh cewek jelek kesiniin bolanya"kata anak murid laki laki yang tak sengaja melemper bola kearah Titi.
"Heh, kalo mau ambil sendiri nih! " yang dijawab oleh Lila sambil memasukan bola itu ketong sampah didekatnya dan berlalu pergi sambil menggandeng tangan Titi.
"Heh sialan lo balikin ngga " laki laki itu mengejarnya namun Lila dan Titi sudah jauh dengan terpaksa dan jijik dia memungut bola itu dari tong sampah.
"Aku baik baik aja Li bener kamu ngga perlu terlalu khawatir gitu sama aku" tukas Titi setelah mereka ada dikelas karena jam pelajaran kedua sebentar lagi dimulai tinggal menunggu bel berbunyi tapi Lila tak henti hentinya menanyakan keadaan Titi bahkan tadi Titi sudah lega karena terbebas dari pertanyaan Lila eh sekarang dia mulai lagi.
"Bener kamu ngga apa apa tapi tadi itu keras banget loh kena bolanya liat tuh sampe memar" Kata Lila mencemaskan Titi padahal mereka sudah ke UKS untuk mengobati luka memar Titi itupun Lila yang memaksa tapi Lila terus menanyakannya sungguh benar benar sahabat yang perhatian.
" Iya Lila aku yang sakit kamu yang heboh,udah deh segini doang mah ntar juga sembuh" jawab Titi sedikit kesal pada Lila
"oke deh kalo gitu" pasrah Lila menghembuskan nafas pelan.
jam pelajaran pun selesai kini mereka bersiap untuk pulang.
"Ti pulang bareng aku yuk"ajak Lila saat sampai didepan gerbang sekolah yang mana supirnya sudah menunggu.
"Tidak La terimakasih aku bisa pulang sendiri lagian kita beda arah lagian juga rumah aku deket kok "jawab Titi sambil tersenyum.
"Ah kamu mah gitu mulu jawabannya setiap aku ajak pulang bareng" ucap Lila cemberut dengan jawaban yang selalu sama.
"Hm.. jangan cemberut gitu dong nanti cantiknya ilang loh"canda Titi sambil mencolek dagu Lila.
"Udah tuh ditungguin sama supirmu kasian bapak itu kepanasan sana cepet" lanjutnya seperti mengusir secara halus dan itu berhasil membuat Lila tambah cemberut.
"Hm.. ya sudah aku pulang dulu sampai ketemu besok"balas Lila melambaikan tangan lalu masuk mobil dan melaju dengan kecepatan sedang.
Saat Titi sudah berjalan ditrotoar pinggir jalan ada empat motor berhenti tepat disamping Titi lalu menurunkan kaca helmnya dan dengan sengaja membuang botol plastik yang telah Ia minum dan mengenai kepala Titi.
"Aww..." begitulah suaranya dan reflek memegang kepalanya lalu menoleh siapa yang membuang sampah sembarang.
"Doni..." Dan ternyata orang itu Doni yang sedang tersenyum sinis bersama teman temannya yang ikut menertawakan.
"Iya gue kenapa elo mau bales silahkan"
entah keberanian dari mana Titi mengambil botol plastik itu lalu melemparkan lagi keDoni dan mengenai wajahnya. Donipun geram sedangkan teman-temannya terkejut pasalnya Titi tak pernah membalas apapun perbuatan mereka tapi ini Titi berani membalasnya lalu Donipun melepas helmnya dan turun dari motor, entah apa yang ingin dia lakukan dia mendekati Titi tapi Titi berjalan mundur nyalinya ciut juga setelah melihat tatapan tajam dari Doni yang mengintimidasi sampai dia bisa saja terjatuh di selokan jika Doni tidak menangkapnya.
Doni memegang pergelangan tangan Titi dan menangkap tubuhnya kemudian mendekapnya kini mata mereka bertemu antara mata tajam bak elang dan mata sendu bak air embun yang merasuk kedalaman mata mereka,mereka bertatapan lama entah mengapa Doni tidak melepaskan pandangan mereka selama beberapa detik sampai akhirnya suara klakson mobil yang menyadarkan mereka Donipun langsung menjatuhkan tubuh Titi begitu saja ke jalanan trotoar yang mana membuat bokongnya kesakitan Donipun menormalkan kembali sikapnya dan menepis rasa itu.
"Heh gadis buruk rupa kalo sampe sekali lagi elo berani sama gue, gue akan buat pelajaran yang lebih sakit lagi dari ini ngerti Lo" setelah Doni mengatakan itu dia langsung memakai helmnya kembali dan melajukan kendaraannya dengan kecepatan normal dan mengabaikan tatapan dari teman-temannya yang memandangnya aneh karena tidak biasanya dia membiarkan gadis itu dan malah menolongnya.
sedangkan Titi dia berdiri sambil membersihkan rok seragamnya yang kotor dan dia berkata"Dasar anak orang kaya sombong aku sumpahin kamu jatuh cinta sama aku sampai sampai kamu ngga rela aku deket sama cowok lain." gumam Titi dengan asal dengan mengepalkan tangannya lalu pergi.
Eh awas ada nabi Khidir lewat nanti jadi kenyataan lagi tapi ga papa sih hihihi
"Don elo kenapa dari tadi bengong terus mikirin apa Lo" tanya Alvian teman Doni yang juga tampan karena semenjak masuk cafe Doni diam saja.
"Iya Don elo kesambet apaan aahh... jangan jangan elo kesambet sigadis buruk rupa itu yah" tambah Joni teman lain yang juga tampan sambil tertawa dan disambut tawa juga dengan Alvin dan Rendi teman satunya.
"Heh jangan sembarangan kalo ngomong amit amit gue bisa suka sama sigadis buruk rupa, tadi itu beneran nasib sial gue kenapa juga gue nolongin dia"jawab Doni mengelak tapi raut wajahnya menunjukan kegelisahan.
"Eh bukannya itu Priska sama....." Rendi mengalihkan pembicaraan saat melihat perempuan yang dikenalnya memasuki cafe bersama seorang laki-laki tampan semua pun menoleh kearah yang ditujukan Rendi dan betapa terkejutnya Doni saat melihat kekasihnya sendiri berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesra bersama laki laki yang dia kenal juga.
"Nando...." Geram Doni mengepalkan tangannya diapun beranjak dari situ dan menghampiri mereka Alvian Joni dan Rendi pun mengikuti karena mereka tau Doni pasti akan menghajar laki-laki itu.
"Priska "ucap Doni dengan tatapan datar dan beralih menatap tajam Nando.
"Doni" dengan gugup Priska menjawab dan melihat Doni yang diselimuti amarah.
Sedangkan Nando dia biasa saja melihat tatapan tajam dari Doni.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!