NovelToon NovelToon

Ibuku Tidak Ingin Menikah

Bab 1. Putri Terlantar

Leiya bangun dengan linglung, ia mengamati bahwa dirinya ada di kamar hotel dan ada seorang pria di sampingnya!. Leiya panik dan bergegas ke luar.

" Bukankah tadi malam aku sedang makan dan minum di pesta, kenapa aku malah tidur dengan seorang pria! Apa tadi malam aku mabuk dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh?!"

Kupikir aku sudah gila:)

Ting...

Leiya mendengar ponselnya berbunyi dan segera mengangkat telepon.

"Ayaa! Kemana saja kamu tadi malam. Dicari tidak ada, di telfon tidak di jawab. Aku sampai lapor polisi, tapi karena belum 24 jam jadi.."

"Baiklah aku salah oke! Sekarang tolong jemput aku di hotel tadi malam"

"Kenapa kamu masih di hotel?, semalam aku cari sekeliling tidak ada. Apa yang kamu lakukan di belakang punggungku hm!"

Leiya sangat tidak berdaya dengan sahabatnya ini, selalu mengomel seperti ibunya. Bahkan ibunya sendiri tidak seperti sahabatnya ini yang selalu peduli padanya.

"Sekarang bisakah kamu menjemput ku? Nanti aku ceritakan di rumahmu oke" kata Leiya langsung menutup telepon.

Setelah dua puluh menit menunggu, akhirnya ibu peri pun tiba dengan kereta labunya.

Leiya segera masuk dan duduk sambil meluruskan kakinya.

" Oh ibu periku akhirnya engkau tiba"

" Diamlah, kamu membuat aku jijik, ingat! Kamu berhutang penjelasan padaku!" Kata Rifa ketus masih kesal dengan teleponnya yang ditutup.

" Iya aku tahu. Sekarang kita ke apotek dulu, cepatlah"

" Kenapa.."

" Stooop jangan tanya dulu oke, sekarang cepat mengemudi" Leiya menghentikan perkataan Rifa karena dia tahu Rifa tidak akan berhenti bertanya.

Setelah tiga puluh menit macet, akhirnya sampai di apotek. Leiya membeli obat dan meminumnya langsung dalam mobil.

Rifa melihat Leiya minum obat mencegah kehamilan dengan sangat penasaran, ia tidak sabar ingin bertanya tapi melihat Leiya yang lesu ia tidak mengatakan apa-apa dan mengemudi dengan cepat ke rumahnya.

Setelah sampai di dalam rumah, Leiya menghempaskan tubuhnya di sofa dan berbaring dengan malas.

Leiya membuka teleponnya dan melihat dua puluh panggilan tak terjawab dari Rifa.

"Sekarang bisakah kau jelaskan?"

" Ada apa" kata Leiya dengan suara bodoh

"Jangan pura-pura bodoh denganku, cepat jelaskan!" Geram Rifa sambil mengambil handphone Leiya.

Leiya menatap Rifa dengan cemberut. Melihat sahabatnya akan marah, Leiya buru-buru duduk manis.

"Kamu sangat menyebalkan, aku bahkan tidak tahu kenapa hal itu terjadi"

"Waktu itu aku hanya berdiri di pojok sambil makan dan minum dan tiba-tiba si rambut keriting itu menghampiriku mengajak untuk bersulang, lalu.."

Leiya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan terus mengingat kejadian tadi malam, tapi ia tidak dapat mengingat sisanya.

"Menurut plot novel darah anjing yang selalu aku baca, putri asli yang baru kembali ke rumah melihat putri palsu sangat menjengkelkan dan menjebaknya untuk tidur dengan pria tua sehingga dia diusir dari rumah, lalu putri asli merebut tunangan putri palsu dan hidup seperti ratu. Sedangkan putri palsu hidup sangat miskin karena terbiasa dimanja. Ia tidak tahan dan bunuh diri" seru Rifa

Rifa yang tadi menyimak pembicaraannya tiba-tiba mengatakan hal-hal yang membuat Leiya jengkel.

"Omong kosong apa yang kamu katakan! Bahkan jika mereka mengusirku aku sangat bahagia, bukankah selama ini aku menginginkan kebebasan. Maka hiduplah dengan baik, lagipula aku juga tidak punya tunangan"

"Yah Aya kita sudah dewasa" kata Rifa melankolis seperti ibu tua melihat anaknya tumbuh dewasa.

kenapa aku tidak tahu kalau selama ini aku adalah anak kecil ⊙.☉

"Ibu peri, putri ini butuh sarapan. Keluarkan lah sihir ajaibmu, berikan aku sepiring bubur ayam dengan sepotong telur di atasnya ditambah kerupuk dan bawang goreng juga jus jeruk favoritku"

Rifa yang tadinya tersenyum segera mengubah wajahnya dan mulai mengutuk Leiya.

" Aku seharusnya tidak tertipu olehmu gadis nakal, kamu tetap saja seperti anak kecil. Entah siapa yang mengatakan hal-hal baik tadi, anggap saja aku salah dengar" kata Rifa melempar handphone ke Leiya dan berjalan menuju dapur.

"Hehe"

Leiya bangkit menuju dapur untuk membantu Rifa memasak, Leiya sangat menyukai masakan Rifa yang lezat. Jika Rifa tidak lagi menjadi penulis, ia juga bisa menjadi koki papan atas. Tentu saja Leiya akan sering menumpang makan gratis .

^‿^

Selesai memasak, keduanya sarapan bersama sambil mendengarkan musik romantis;)

"Ibu peri, masakanmu masih tetap enak tiada tara seperti biasanya. Kenapa tidak beralih profesi menjadi koki atau buka restoran, pasti ramai"

" Jangan pernah memikirkannya, aku ingin salah satu karyaku difilmkan. Bukankah itu keren

"Ya aku menunggunya"

Ting..

"Siapa yang menelpon? Ayahmu?"

Tanya Rifa mendengar ponsel Leiya berdering.

Leiya melihat dan memang benar ayahnya yang menelpon dan mengangguk pada Rifa.

"Ayah"

"Baiklah aku pulang sekarang"

Kata Leiya sambil menutup telepon dengan nada cemberut tapi mukanya terlihat menyenangkan.

"Ada apa?" Tanya Rifa melihat wajah Leiya yang sedikit bersemangat, apakah sangat menyenangkan mendapat masalah?.

" Entahlah, ayah menyuruhku pulang. Dari nada bicaranya, sepertinya ia sangat marah. Apa benar perkataan mu aku akan diusir dari rumah? Apa aku harus latihan menangis dulu ya hehe"

"Jangan terlalu bersemangat, jika mereka melihatmu seperti ini mereka akan muntah darah. Membesarkan serigala bermata putih yang tidak berterimakasih" kata Rifa mengejek

"Tentu saja aku serigala putih yang cantik, mereka sangat beruntung. Sayangnya tidak ada yang menghargainya" kata Leiya memuji dirinya sendiri dengan bangga

"Narsis!"

"Ini namanya bukan narsis tapi percaya diri oke, baiklah aku pamit pulang ya ibu peri ku sayang. Terimakasih atas makanannya" kata Leiya beranjak keluar

"Ya terserah"

Rifa menuju dapur untuk membersihkan peralatan makan, ia sebenarnya sangat prihatin pada Leiya. Karena sejak kecil orang tuanya selalu menuntut dan memaksa Leiya menjadi apapun yang mereka inginkan, bahkan berteman saja dikontrol orang tuanya. Makanya Leiya jadi memberontak ingin mewujudkan mimpinya sendiri.

Sebagai sahabat yang dilakukannya hanya bisa mendukungnya dari belakang, dan selalu ada untuknya.

"Kenapa aku selalu menghela nafas, seperti orangtua saja huftt"

...

Saat masuk ke dalam rumah, ketiga anggota keluarga itu sudah berkumpul di ruang keluarga. Leiya berjalan dan berdiri di sebelah sofa ibunya.

"Aku pulang"

Melihat Leiya pulang, Yami segera tersenyum dan menepuk sofa di sebelahnya.

" Saudari duduklah di sini, apa kamu sudah sarapan? Biar aku ambilkan untukmu" Katanya sambil berdiri dengan bangga layaknya tuan rumah yang menjamu tamu.

Leiya ngeri dengan senyumnya, apakah dia menganggap aku bodoh? Kalimatnya seperti memberitahu dirinya bahwa dia hanya orang asing di rumah itu.

"Tentu, tolong ambilkan sepiring buah apel yang sudah dipotong kecil-kecil, jangan lupa dikupas" kata Leiya dengan senang, jika ada yang menawarkan makanan kenapa harus ditolak? Leiya berjalan ke sofa dan duduk mengangkat kaki.

Yami melihat ke arah ibunya dengan sedih.

"Baiklah tunggu sebentar" lantas berjalan ke dapur tapi dihentikan oleh ibunya.

"Sikap macam apa kamu! Dia anakku bukan pelayan, dia bersikap sopan kepada mu tapi kamu malah menyulitkannya. Panggil saja pelayan jika ingin makan!" kata ibunya mengutuk

"Apa yang aku lakukan? Dia menawarkan aku makanan tentu saja aku menerimanya, lagipula aku juga lapar" kata Leiya tersenyum polos

"Dasar anak nakal, dari dulu selalu membuatku marah. Pantas saja sikapmu seperti ini karena kamu bukan putri kami, keluarga kami selalu menjaga sopan santun dan nama baik keluarga. Tidak seperti kamu yang selalu membuat jengkel setiap hari"

"Cukup! Berhenti berdebat" teriak ayah

"Yami, sebagai putriku kamu harus bersikap terhormat. Kamu bisa meminta pelayan untuk melakukan hal-hal seperti itu, aku menggaji pelayan bukan untuk amal tapi bekerja untuk melayani kita" Kata ayah tidak setuju dengan perilaku Yami.

"Aku mengerti ayah" kata Yami menunduk

"Leiya! Apa kamu tahu kesalahan yang kamu perbuat? Kamu selalu saja membuat nama keluargaku buruk, dulu aku selalu mentolerir kamu yang selalu balap liar, bermain di bar, dan membuat teman-teman yang kacau. Bahkan setelah aku menghukum mu kamu tetap melakukannya, sekarang kamu sudah sangat keterlaluan! Bagaimana lagi aku harus menghadapimu"

"Kamu bahkan bermain dengan pria liar di hotel saat pesta kedatangan putriku Yami! Apakah kamu ingin membuat malu keluarga saat ada banyak tamu!" Bentak ayah pada Leiya

Leiya tertegun, sepertinya yang dikatakan Rifa benar. Apakah aku sedang mengalami adegan putri asli yang menjebak putri palsu untuk diusir? Leiya melirik ke arah Yami dan melihatnya tersenyum mengejek pada dirinya sendiri! Wow plot yang bagus👏.

"Eh itu ayah, kamu tahu darimana?" Tanya Leiya penasaran bahkan dirinya sendiri bingung saat terbangun di hotel, bagaimana ayahnya tahu? Pasti si keriting itu!

"Tentu saja karena keberuntungan putriku, semalam saat dia kehilangan gelangnya dan memeriksa kamera pengawas, dia malah melihatmu masuk ke kamar dengan seorang pria! Karena kami sibuk menjamu tamu, Yami tidak sempat memberi tahu sampai pesta selesai. Untung saja tidak ada yang tahu, kalau iya bukankah aku akan malu di depan semua orang!"

Benarkan dugaan ku, si keriting yang membuat ulah! Jika aku beneran diusir apakah aku harus marah atau berterima kasih padanya? Hey berterimakasih, apa aku sudah gila.

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan ayah?" Tanya Leiya

" Tentu saja kamu harus menikah dengan pria liar itu, bagaimana jika kamu hamil?"

"Memang dia siapa?" Tanya Leiya penasaran, enak saja orang tua ini mau menikahkan aku dengan orang asing.

"Bukankah dia pria tua yang selalu bersamamu di bar! Yami yang melihatnya di pengawasan" ucap ibunya mengejek

Apa! Sejak kapan aku bersama pria tua di bar? Si Yami ini!!

"Aku tidak setuju!" Bantah Leiya tegas, jika dia ingin menikah bukankah banyak pria yang mengantri di belakang, kenapa harus menikahi pria tua tidak jelas.

"Kamu harus! Jika kamu hamil anak haram bukankah aku akan menjadi lelucon dimasyarakat" kata ayah yang menganggap reputasinya nomor satu.

"Tidak! Aku tidak ingin menikah! Lagipula aku bukan anak kandungmu, apa hubungannya reputasi mu denganku" ucap Leiya menatap ayahnya.

"Dasar anak tidak tahu berterima kasih! Kami yang membesarkan mu dan kamu bahkan tidak peduli dengan keluarga!" Marah ibu sambil menampar Leiya.

"Baik! Kamu merasa tinggi sekarang kan! Sekarang ke luar dari rumahku, kita lihat berapa lama kamu bertahan di luar! Jika kamu mati di luar sana, lihat saja tidak akan ada tempat pemakaman untukmu" Bentak ayah dengan marah

"Ayah, jangan seperti ini. Lagipula saudari Leiya sudah kalian besarkan lebih dari dua puluh tahun, dia sudah seperti anak kalian sendiri bukan" ucap Yami membujuk ayahnya dengan sedih.

" Huh! Siapa yang punya anak seperti dia, yang hanya bermain-main di luar. Ini keputusanku, tidak ada yang boleh menentang. Bereskan barang-barang mu dari rumahku"

Leiya yang sedang menggosok pipinya yang sakit ditampar ibunya pun mendongak, apakah pertunjukan sudah selesai? Sekarang giliranku mengucapkan dialognya:v

"Siapa yang mau barang-barang dari mu! Buang saja, aku akan pergi. Jangan pernah berharap aku kembali ke sini" ucap Leiya beranjak pergi membawa tasnya.

Dialog yang sangat keren! Sepertinya aku berbakat menjadi aktris papan atas!

Yami melihat kepergian Leiya dengan ringan tanpa kesedihan yang ditunjukkan nya tadi.

...

Leiya keluar dari rumah dengan lega, untung saja semua barangnya yang penting ada di rumah Rifa. Jika tidak maka dia akan seperti orang tersesat yang tidak tahu arah.

Leiya menghentikan taksi dan melaju ke Bar Singu dengan perjalanan dua puluh menit.

Sampainya di sana, Leiya masuk ke ruang utama yaitu ruangan khusus pengelola inti Bar Singu.

"Selamat siang nona Lei" Sapa Are yaitu pengawal setia Baltic, pemimpin Bar Singu.

"Siang Are! Apakah rapatnya sudah dimulai?" Tanya Leiya

"Belum nona, mereka hanya menunggumu" kata Are dengan sopan

"Baiklah kalau begitu aku masuk dulu" kata Leiya berjalan masuk ke ruangan.

Saat memasuki ruangan sudah ada tiga orang yang Leiya kenal. Yang duduk dikursi pemimpin adalah Baltic, teman kuliah Leiya dulu. Dan duduk di kanannya adalah dua orang teman Baltic yang sama-sama merintis Bar Singu dari awal, Bai dan Long.

Sedangkan Leiya? Oh dia hanya melempar uang dengan santai, siapa tahu bar ini akan berkembang sejauh ini bahkan sangat digemari anak muda.

Bar Singu sangat terkenal karena bar ini unik dari yang lain, disini tidak diperbolehkan adanya **** dan ada juga KTV tempat orang bersenang-senang. Yang menjadi ciri khasnya adalah ada tempat khusus untuk bersantai yang sangat nyaman dan tenang untuk menghilangkan stres.

"Hello guys, apakah kalian menungguku? Oh aku sangat tersentuh, kalian sangat setia bahkan tidak pernah meninggalkan aku untuk acara kecil" ucap Leiya lalu duduk di sisi kiri Baltic dan bersandar malas.

"Tidak usah berpura-pura,kamu hanya ingin rapat didahulukan agar saat kamu sampai disini, rapat sudah selesai. Kenapa kamu sebagai anggota inti sangat tidak bertanggung jawab! Dasar pemalas" rutuk Baltic

"Kenapa kamu selalu membuatku terlihat buruk di depan mereka! Bukankah sekarang aku ada disini, cepatlah mulai rapatnya" ucap Leiya tersinggung

"Aku tidak peduli padamu lagi" ucap Baltic mendengus

"Baiklah mari kita mulai rapat hari ini, kita akan membahas tentang pembukaan cabang Bar Singu di kota C. Saat ini kita membutuhkan investor untuk membangun cabang, ada seorang investor yaitu Tuan Arya yang tertarik. Dia adalah pengusaha muda berbakat"

Bab 2. Tempat Baru

Ada seorang investor yaitu Tuan Arya yang tertarik. Dia adalah pengusaha muda berbakat" tutur Baltic

"Tunggu, kapan kita akan membuka cabang? Kenapa aku tidak tahu? Apa kalian sudah membuat rencananya?" tanya Leiya yang memang sering bolos saat pertemuan.

"Kita sudah merencanakannya sebulan yang lalu dan sudah memilih investor" ujar Bai masih tersenyum

"Kamu tinggal menyimak saja! Tidak usah repot-repot, duduk manis dan dapatkan uang lalu pergi. Pemalas" ejek Baltic

"Diamlah, bukankah dari awal aku sudah bilang. Aku tidak akan mencampuri urusan usahamu dan aku hanya perlu menerima uang, dan kamu setuju" kata Leiya dengan bangga

"Yah aku menyesalinya" kata Baltic cemberut

"Bisa kembali ke topik?" Tanya Long menatap Baltic dan Leiya

"Ekhm mari kita lanjutkan" ujar Baltic dengan malu

...

"Selesai juga rapat membosankan ini! Hei aku langsung pergi saja ya, aku sangat lelah" kata Leiya

"Apa kamu tidak minum dulu, mari kita rayakan bersama" tutur Bai

"Tidak perlu, rayakan saja tanpa aku. Aku harus membeli beberapa barang" ucap Leiya dan berjalan ke luar ruangan.

Saat keluar dari bar. Leiya melihat Bibi Wen, pengasuhnya dari bayi sedang duduk di depan bar. Dari kecil Leiya memang selalu bersama Bibi Wen, ayahnya sibuk di kantor sedangkan ibunya sibuk bergaul dengan wanita kaya. Hanya Bibi Wen yang selalu di sampingnya.

"Bibi Wen, kenapa bibi ada disini?" Tanya Leiya menghampirinya

Bibi Wen melihat Leiya segera berdiri dan memeluknya.

"Aya, bibi sangat sedih mendengar kamu diusir dari keluarga. Bibi tahu kamu anak yang baik tapi tuan dan nyonya tidak pernah melihatnya dan hanya percaya omongan orang, apakah kamu tidak apa-apa?" Ucap Bibi Wen sedih

"Aku baik-baik saja bibi, kenapa bibi keluar rumah? Apakah mereka mengizinkan bibi melihatku dan bagaimana bibi tahu aku ada disini?"

Tanya Leiya pada Bibi Wen yang sudah melepas pelukannya

"Bukankah kamu sering bermain ke sini, tentu bibi tahu. Dan bibi sudah keluar dari pekerjaan, lagipula kamu sudah tidak ada di sana. Bibi khawatir jika kamu sendirian di luar jadi bibi mengundurkan diri untuk menemanimu"

"Bibi masih ada tabungan, ayo kita sewa tempat. Walaupun murah yang penting ada tempat tinggal, ini bibi juga membawakanmu beberapa pakaian lama" ucap Bibi Wen menarik Leiya

"Tunggu bibi, sebenarnya aku berinvestasi di bar ini jadi kamu tidak perlu khawatir soal uang, walaupun uangnya tidak sebanyak uang mereka. Dan ada beberapa pakaian dan barangku ditempat Rifa, jadi aku harus mengambilnya dulu" kata Leiya merasa bersalah karena menyembunyikan sesuatu dari Bibi Wen, dan Leiya sangat terharu karena Bibinya sangat memikirkannya.

"Benarkah? Lalu kamu memutuskan sendiri dimana menyewa tempat, bibi akan mengikuti keputusanmu"kata Bibi Wen menepuk tangan Leiya

"Lalu kita makan siang dulu bibi, lihat diseberang ada restoran. Aku sangat lapar" ucap Leiya tersenyum manis

"Baiklah ayo,oh ya ini bibi bawakan makaron kesukaanmu. Dari kemarin kamu belum memakannya, jadi bibi buatkan satu kotak" kata Bibi Wen sambil menyerahkan sekotak makaron.

"Bibiku sayang kamu yang terbaik!" Seru Leiya bersemangat

Setelah makan siang, Leiya memesan taksi online dan menuju rumah Rifa sambil makan makaron disepanjang jalan. Leiya memang suka dengan makanan penutup apalagi yang manis-manis, dia tidak bisa berhenti makan jika tidak diingatkan Bibi Wen.

Sampainya dirumah Rifa, ia baru saja selesai menulis ceritanya untuk dikirim malam nanti. Melihat Leiya datang dengan Bibi Wen, ia menyambut dengan senang hati.

"Hallo bibi, bagaimana kabarmu?silahkan duduk anggap saja seperti rumah sendiri" ucap Rifa mempersilahkan masuk.

"Bibi mau minum apa? Biar saya buatkan"

"Tidak usah nak, tidak perlu repot" ucap Bibi Wen sopan

"Ibu peri! Bisa bicara denganku? Aku akan menyewa apartemen, menurutmu tempat yang bagus dimana?"

"Apartemen? Tinggal saja disini bersamaku, kenapa repot-repot. Aku kan sudah seperti saudaramu, lagipula aku tinggal sendirian" ucap Rifa

"Ini sangat tidak sopan nak, aku tidak setuju" bantah Bibi Wen dengan tegas

"Bibi tapi Leiya.."

"Uuust.. mari bicarakan di kamar, bibi tunggu sebentar ya" kata Leiya menghentikan ucapan Rifa sambil menariknya ke kamar.

"Kenapa kamu menghentikan aku? Apakah kamu juga tidak ingin tinggal bersamaku?"

"Bukan begitu, tapi kamu tahu kan kalau Bibi Wen sudah bilang tidak ya tidak, tidak boleh dibantah. Lagipula apakah aku harus menumpang selamanya disini? Sekarang carikan aku apartemen saja" kata Leiya terburu-buru

"Tunggu, kamu beneran diusir? Lalu apakah Bibi Wen ikut diusir bersamamu?"

"Tidak, bibi yang mengundurkan diri untuk tinggal denganku"

"Begitukah? Bagus jika kamu tidak sendirian, baiklah akan aku carikan apartemennya. Malam ini kamu tidur di sini saja, lagipula kamu juga harus melihat-lihat dulu jika apartemen itu tidak sesuai"

"Yah aku akan bicara pada Bibi Wen, kalau begitu mulai saja hari ini, aku samgat bebas tidak ada pekerjaan"

"Okelah, tunggu aku mencari informasi dulu"

Setelah beberapa jam melihat apartemen, Leiya menemukan tempat yang nyaman untuk ditinggali yang sangat terawat. Lokasinya dekat dengan taman dan fasilitas umum, tempatnya ada di lantai dua dengan dua kamar, satu ruang tamu, ruang dapur, dan kamar kecil diseberang kamar.

Leiya memutuskan untuk pindah besok dengan Bibi Wen. Setelah sampai rumah Rifa, Leiya sangat letih dan langsung mandi lalu rebahan sampai tertidur.

"Aya bangun, makan malam dulu. Bibi memasak pangsit, jika kamu tidak bangun aku habiskan sendiri pangsitnya" kejut Rifa agar Leiya bangun.

"Ha pangsit? Dimana? Aku datang" ucap Leiya seketika bangun dan berjalan ke luar kamar sampai dahinya terbentur dinding.

"Dasar gadis foodies, kalau dengar makanan langsung gerak cepat" seru Rifa melihat tingkah sahabatnya itu.

Melihat kedua gadis itu keluar kamar, Bibi Wen segera menyuruh untuk mencuci tangan dan makan bersama.

"Makanlah perlahan nanti tersedak" ingat Bibi Wen pada kedua gadis itu yang seperti sedang berlomba makanan.

"Maaf Bibi Wen, aku baru pertamakali merasakan masakan bibi. Ini sangat enak, aku sudah bosan dengan masakanku sendiri" ucap Rifa malu

"Tidak apa-apa makanlah yang banyak, bibi bisa membuatkannya lagi jika masih kurang" kata Bibi Wen senang.

"Aya, semua pakaianmu sudah bibi bereskan. Diteliti lagi jika ada yang tertinggal"

"Baik terimakasih bi, nanti aku teliti lagi" kata Leiya masih makan dengan pangsit di mulutnya.

Setelah selesai makan malam, Rifa masuk ke kamar untuk mengirimkan naskahnya yang ditulis tadi. Sedangkan Bibi Wen membersihkan peralatan makan di dapur. Leiya memutuskan untuk keluar berjalan-jalan untuk mencerna makanan setelah merapikan barang-barangnya.

Leiya berjalan tidak jauh dari rumah Rifa sambil melihat pemandangan disekitarnya, ada minimarket tidak jauh darinya. Masih ada beberapa pelanggan yang keluar masuk, ada juga kendaraan yang masih melintas meski tidak seramai saat siang.

Melihat banyak pasangan yang berjalan-jalan sambil berpegangan tangan ada juga yang berpelukan bahkan yang berciuman, sepertinya aku berada ditempat yang salah? Sungguh pemandangan yang menodai mata polosnya.

Keesokan harinya setelah sarapan, Leiya dan Bibi Wen pindah ke rumah baru. Karena tidak banyak barang yang dibawa sehingga sangat mudah dan cepat untuk membereskannya.

Bibi Wen dan Leiya pergi ke minimarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari juga persediaan makanan. Setelah selesai membereskan, sudah pukul dua siang. Mereka memutuskan untuk makan di luar, karena Bibi Wen pasti lelah setelah membereskan rumah jika harus memasak.

...

"Bos!" Ucap empat orang pria dengan hormat ke seorang pria yang sedang duduk di kursi pemimpin, mereka membawa seorang pria setengah baya .

"Paman, bukankah sudah kubilang. Semua trik yang kamu mainkan tidak akan mengubah apapun! Lihatlah sekarang, aku masih duduk disini. Sedangkan kamu? Oh sekarang kamu hanya menunggu saat polisi menangkap kamu untuk ditahan" ejek pria muda itu

"Huh.. benarkah? Hahaha, Arya Jangan sombong! Apa kamu tahu apa yang terjadi malam itu? Wanita itu bukan kaki tangan ku, dia sangat tidak kompeten malah salah memasuki kamar dan aku sudah menembak mati dia. Sedangkan wanita malam itu, ia diusir dari rumahnya karena kamu!" Kata paman itu sarkastik

"Oh jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan kamu mengetahui kebenarannya, hiduplah dengan perasaan bersalah karena kamu menghancurkan kehidupan seorang gadis! Hahaha" tawa paman itu bergema diseluruh ruang.

Ekspresi Arya menegang, ia tidak menyangka akan ada hal seperti ini.

"Terserah kamu untuk menutupinya, tapi itu tidak akan bertahan lama. Kamu tahu aku CEO perusahaan Altair, tidak ada informasi yang tidak bisa aku gali. Tutup mulutnya dan usir dia" ucap Arya dengan dingin

"Kona, cari informasi tentang malam itu!" Perintah Arya lalu membalik kursinya menghadap jendela luar.

"Baik tuan" Jawab Kona lantas pergi dari ruangan.

...

"Kapan tepatnya Bar Singu akan resmi membuka cabangnya di kota C?" Tanya Leiya penasaran

"Ini membutuhkan beberapa bulan, bekerjasama dengan Tuan Arya sangat kompeten. Sepertinya Bar Singu akan menjadi bar nomor satu di ibukota" ucap Baltic bangga

"Ngomong-ngomong, aku dan Baltic akan pergi ke kota c untuk mengawasi pembangunan. Kamu mau ke sana juga?" Tanya Bai sambil tersenyum

"Oh tidak lah, kota c sangat jauh akan memakan waktu lama untuk sampai. Aku tidak akan tahan, kamu Long tidak ikut?" Kata Leiya santai

"Tidak, aku akan mengawasi bar ini. Jika semua pergi bagaimana kalau ada sesuatu yang mendesak? Terlalu merepotkan untuk bolak-balik dari kota c ke sini" ucap Long dengan sangat bertanggung jawab

"Huh, pacarnya juga ada disini makanya dia tidak mau ikut. Hatinya sedang berbunga-bunga" sindir Baltic

"Baltic!" Seru Long memelototi sahabatnya itu

"Wah selamat! Diantara kalian bertiga hanya kamu yang sudah pacaran, lihatlah teman-temanmu ini! Mungkin akan menjadi bujang tua" canda Leiya sambil tersenyum

"Hei kamu juga tidak pernah pacaran dari dulu! Jangan meremehkan kami berdua, kita sudah pernah pacaran. Sedangkan kamu? Nol besar" ucap Baltic menepuk dadanya.

"Terus kenapa? Bukannya aku tidak laku, aku yang tidak ingin pacaran. bukankah teman kuliahmu dulu ada yang menembak aku!" Ujar Leiya bangga

"Kapan kamu berencana menikah Ay?" Tanya Bai penasaran

" Hei pacar saja tidak punya apalagi calon pengantin, temannya saja seperti kita. Siapa yang berani mendekat?" Tawa Baltic

Leiya melempar buku di depannya kearah Baltic, pria ini sangat tidak sopan. Heran, bisa-bisanya dia menjadi pemimpin bar ini.

"Sepertinya kalian harus ganti pemimpin, lihat tuh kelakuannya mencerminkan dirinya yang tidak kompeten" rutuk Leiya

Mereka pun tertawa bersama kecuali Baltic yang cemberut, tentu tidak ada yang menganggap serius omongan Leiya karena Baltic bersikap seperti itu hanya di depan mereka. Jika di luar, ia malah terkenal dengan mulut pedasnya.

"Baiklah aku mau pulang dulu, Bibi Wen sekarang membuka toko makaron, sudah sebulan langsung ramai saja. Aku akan membantunya" pamit Leiya

"Tunggu Aya, bisakah kamu merancang gaun pengantin untukku? Aku berencana melamarnya minggu depan dan menikah lima bulan kemudian" ucap Long tersipu

"Wah cepat sekali kamu mau menikah saja! Tapi aku sudah tidak merancang pakaian lagi, mungkin gayanya sudah tertinggal. Pesan saja ke toko"

"Tidak, aku sangat menyukai desain mu waktu kuliah dulu aku pernah melihatnya, sangat bagus. Boleh yaa" mohon Long dengan muka memelas

"Eh ya baiklah, aku coba nanti di rumah. Kalau begitu aku pulang"

"Terimakasih Aya, biar aku mengantarmu" jawab Long antusias

Baltic dan Bai hanya menatap heran pada Long, tidak sabar sekali temannya ini untuk menikah.

...

"Aya rumahmu jauh sekali, pantas kamu baru mengunjungi bar hari ini. Sangat tidak hemat biaya, kenapa tidak membeli mobil saja?" Tanya Long saat sampai di toko Bibi Wen yang ada di seberang apartemen Leiya

"Sangat merepotkan untuk mengemudi, aku malas" kata Leiya nyengir

" Ngomong-ngomong kamu tahu orang tua kandungmu?" Tanya Long dengan hati-hati, karena topik ini sangat sensitif jadi mereka bertiga tidak pernah bertanya.

"Tidak, paman dan bibi yang merawat Yami dulu bilang kalau wanita itu mati setelah melahirkan dan tidak ada keluarga yang datang, jadi mereka mengadopsi Yami" jawab Leiya tenang seperti menceritakan kisah orang lain.

"Yah maaf"

"Tidak apa-apa, aku pergi dulu ya. Terimakasih tumpangannya" pamit Leiya turun dari mobil dengan ceria.

Saat memasuki toko, Leiya melihat Bibi Wen sibuk di dapur dan beberapa karyawan yang membawa pesanan pelanggan.

"Bibi, apa perlu aku bantu?"

"Tidak usah Ay, kamu duduk saja di luar. Sebentar lagi kita akan selesai"

"Oh baiklah" kata Leiya duduk dan tertidur

...

"Ayo Ay kita pulang" ajak Bibi Wen yang sudah menutup toko

"Selamat tinggal Bibi Wen, Nona Leiya" sapa karyawan yang pulang

"Selamat tinggal" ucap Leiya melambaikan tangannya

"Bibi, aku sangat lapar" kata Leiya sedih

"Ayo kita pulang, bibi akan memasak makanan. Kenapa akhir-akhir ini kamu makan banyak sekali dan sering tertidur seperti tadi" kata Bibi Wen menatap Leiya

"Entahlah bi, aku tidak tahu. Ayo cepat kembali, aku sangat lapar" ucap Leiya terburu-buru

Sampainya di rumah, mereka makan bersama-sama.

"Aya, bibi berencana untuk pergi ke negara A dulu, bibi mau menjenguk makam orang tua" ujar bibi wen

"Tidak apa-apa bibi, aku akan ikut denganmu" ucap Leiya semangat

" Tapi bibi berencana tinggal di sana sementara waktu" kata Bibi Wen nostalgia

"Ayo siapa yang takut! Aku tidak pernah pergi ke sana, aku menantikannya" kata Leiya sangat tegas

Bab 3. Apakah Dia?

"Ayo siapa yang takut! Aku tidak pernah pergi ke sana, aku menantikannya" kata Leiya sangat tegas

"Baiklah, tapi perjalanannya sangat jauh, kamu juga tahu kalau bibi dibesarkan di negara A, jadi bibi sangat merindukannya. Kita akan naik pesawat seharian, apakah kamu tetap ikut?" kata bibi dengan serius.

"Eh yah tidak apa-apa aku akan ikut. Kan ada bibi yang menjagaku, aku tidak merepotkanmu kan bi" ucap Leiya sejenak ragu-ragu tapi tetap ikut.

"Tidak merepotkan sama sekali, kalau begitu kita berangkat dua hari lagi. Kita masih harus mengurus hal-hal yang ada di sini" atur Bibi Wen

"Oke bi, kalau begitu tokonya bibi mau ditinggal?" Tanya Leiya

"Yah begitulah, tapi bibi tetap akan mengawasinya dari jauh. Tokonya bibi serahkan ke Ati. Dia sangat bertanggung jawab dan bisa menjadi pemimpin, bibi sudah mengujinya"

"Begitu" Jawab Leiya mengangguk

"Baiklah bibi sudah selesai makan, kamu habiskan saja semuanya. Bibi mau membersihkan dapur" ucap Bibi Wen

"Um, biar aku yang membereskan mejanya"

Keesokan harinya, Leiya pergi ke rumah Rifa untuk memberitahunya tentang kepergiannya ke negara A.

"Kenapa kamu mau ikut Bibi Wen? Jika bibi pergi, kamu juga bisa tinggal denganku" tanya Rifa

"Aku hanya ingin jalan-jalan, hari-hari ini sangat membosankan. Jika tidak membantu tokonya bibi, aku hanya menggambar di rumah. Aku ingin bersantai, siapa tahu ada inspirasi" jelas Leiya

"Yah kamu sudah lama tidak menggambar apa gambarmu sudah berkarat? Ngomong-ngomong jangan lupa bawakan aku oleh-oleh. Dan jika kamu mendapatkan inspirasi, kamu harus melihatkan padaku dulu. Pakaian yang kamu desain dulu sudah kekecilan, sekarang aku ingin gaya baru" ucap Rifa antusias

"Yah aku akan mendesain beberapa pakaian khusus untukmu, tentu saja ingat untuk membayar ku" ingat Leiya

"Iya aku tahu, sering-seringlah menghubungiku saat di sana ya. Ingat untuk jaga kesehatan, jangan selalu merepotkan Bibi Wen" nasihat Rifa pada Leiya

"Aku tidak merepotkan! Kamu tahu aku selalu mandiri sejak kecil, kapan aku selalu merepotkan bibi wen?" Ujar Leiya dengan bangga

"Oh ya? Lalu katakan padaku, apakah kamu pernah memasak sendiri untuk makan? Atau apakah kamu pernah melipat bajumu sendiri? Dan apakah kamu tidur sendirian? Kamu selalu tidur dengan bibi wen, kamu sangat takut gelap dan hewan-hewan kecil seperti tikus, kecoak, cicak. Lihat bagian mana dari dirimu yang tidak merepotkan? Kamu juga sangat malas!" Tutur Rifa

Leiya"..."

Apakah sedetail itu dia mengingatnya, tapi bisakah dia tidak menyebutkannya. Dia membuatku malu!!

" Baiklah kamu benar! Jadi tidak usah menyebutkannya lagi, aku pulang. Bye" ucap Leiya tersipu kemudian lari ke luar dan membuka pintu.

"Hey tasmu tertinggal!" Seru Rifa melihat tingkah sahabatnya itu, ia tidak tahan untuk tertawa

"Oh, terima kasih" kata Leiya berlari mengambil tas dan langsung keluar.

"Huhh aku seperti telah memasuki kandang harimau, mulut Rifa itu sepertinya harus diperiksa dokter. Mungkin makan terlalu banyak cabai membuatnya bermulut pedas, harusnya dia belajar dariku yang selalu makan makaron jadi dia akan berbicara dengan sangat manis" tutur Leiya.

Leiya membayangkan jika Rifa bersikap lemah lembut dan berbicara manis kepadanya, iih ngeri!

"Lupakan saja, dia baik-baik saja seperti ini"

Setelah ke rumah Rifa, Leiya meminjam sepeda motor Rifa untuk pergi ke Bar Singu. Dia akan menyerahkan desain yang dibuat tadi malam untuk Long, dan sekaligus berpamitan.

"Aku datang!" Sapa Leiya memasuki ruangan dan hanya melihat Long

"Apa mereka sudah pergi ke kota c?" Tanya Leiya yang tidak melihat Baltic dan Bai

"Iya, mereka berangkat tadi pagi" jawab Long

"Ouh, ini desain yang kamu minta" kata Leiya sambil menyerahkan beberapa draf desain.

"Cepat sekali, apakah kamu membuatnya semalaman?"

"Tidak, ini desain yang aku gambar beberapa waktu lalu dan aku menyelesaikannya malam kemarin. Lihat mana yang kamu suka" ucap Leiya menunjukkan draf desainnya

"Yah semuanya oke, aku ambil dua ini ya. Nanti aku transfer uangnya" ucap Long memandangi desain itu dengan puas

"Yah terserah kamu, hey aku juga mau pergi ke negara A. Jadi aku tidak akan ada di sini. Kalau kamu mencari ku, telfon saja"

"Ke negara A? Kamu mau apa di sana?" Tanya Long pada Leiya

"Menemani bibiku ke rumah lama, tenang saja nanti kalau tidak ada masalah pasti aku hadir di pesta pernikahanmu" kata Leiya menepuk pundak Long

"Yah ingat saja itu"

"Baiklah aku harus pulang, aku akan berangkat lusa jadi masih ada beberapa barang yang harus dibereskan. Selamat tinggal" pamit Leiya terburu-buru

"Mau aku antar?" Tawar Long

"Tidak, aku harus mengembalikan sepeda motor milik Rifa. Dah" lambai Leiya

...

" Untung kita baru membayar sewa selama satu bulan, jika tidak maka sangat rugi karena kita tidak tinggal lama di sini" ucap Leiya pada Bibi Wen sambil membantu Bibi Wen menyiapkan barang

"Yah tidak apa-apa, kalau kita balik ke sini tinggal sewa lagi. Kamu jangan menyentuh pakaian! Biar bibi saja, kamu duduk saja sana" kata Bibi Wen geram karena pakaian yang sudah dirapikan terlihat sangat berantakan saat Leiya mencoba memasukkannya dalam koper.

"Tapi bibi, aku juga ingin membantu. Aku buat makan siang saja ya" kata Leiya beranjak ke dapur

"Jangan, potong saja sayurannya. Nanti bibi yang masak" ujar Bibi Wen menghentikan Leiya karena Leiya tidak pandai memasak, pernah satu kali dia membiarkan Leiya membuat makanan dan hasilnya sungguh mencengangkan dunia, rasanya sangat tidak enak. Sungguh bukan makanan yang layak untuk manusia, sampai sekarang bibi Wen masih mengingat rasanya dan akan melarang keras Leiya untuk memasak.

"Oh baiklah" kata Leiya pasrah

Apakah dia terlalu tidak berguna?:(

...

"Bagaimana apakah videonya sudah bisa dipulihkan?" Tanya Arya pada Kona, sekretarisnya

"Belum Tuan, sepertinya paman Sam menyewa peretas kelas atas untuk menghapusnya. Tapi tuan, saya sudah mengumpulkan informasi semua tamu pada hari itu. Ada juga pemilik hotel yaitu Tuan Ning, dia juga sedang mengadakan pesta waktu itu" ucap Kona

"Tuan Ning? Bukankah kita ada proyek dengannya?"

"Iya tuan, kita akan membahas kerjasama bulan depan"

"Kamu tahan pertemuannya, selidiki apakah mereka terlibat dalam insiden itu. Lagi pula hotel itu milik mereka" ucap Arya sambil membuka file dari sekretarisnya.

"Baik tuan. Dan informasi itu setelah kami memilah tersisa tiga wanita yang kami selidiki telah diusir dari keluarga. Yang pertama bernama Fia, wanita ini adalah karyawan hotel dan sudah dipecat karena ia memasuki kamar pelanggan, dia sekarang bekerja di bar distrik selatan"

"Yang kedua Erika, wanita ini memesan hotel di sebelah kamar tuan dan saat malam, ia mabuk lalu entah masuk ke kamar siapa dan hamil. Dia diusir dari keluarga karena keluarganya tidak menerimanya hamil di luar nikah, sekarang dia bekerja sebagai kasir di minimarket" tutur Kona menunjukkan foto wanita-wanita itu

"Yang ketiga Leiya, dia anak asuh Tuan Ning, malam itu dia ikut pesta penyambutan putri tuan Ning. Saya tidak tahu alasan spesifiknya karena tidak ada yang melihat dia memasuki kamar hotel, tapi menurut beberapa pelayan. Saat tengah malam, dia menghilang dari pesta dan sahabatnya mencarinya tapi tidak menemukannya. Dan saat dia pulang ke rumah, dia diusir oleh Tuan Ning karena dia telah tidur dengan pria di hotel. Tuan Ning menyuruhnya menikah tapi dia tidak mau sehingga dia diusir" jelas Kona serius

"Dia menyewa apartemen di sebelah taman Kota Y dan membuka toko makaron" imbuh Kona

"Bagaimana Tuan Ning tahu kalau anak asuhnya tidur dengan seorang pria?"

"Ini diberitahu oleh anak kandung tuan Ning, dia sempat melihat kamera pengawas untuk mencari gelangnya yang hilang tapi melihat gadis itu masuk ke kamar hotel. Tapi menurut petugas pengawas di sana, wanita ini hanya duduk dan menonton monitor dengan santai. Malah dia sibuk melihat ponselnya seperti menantikan pesan, jadi tidak jelas apakah anak angkat tuan ning ini masuk ke kamar atau tidak" jelas Kona

" Menurutku gadis pertama bukan yang aku cari. Karena dia ketahuan memasuki kamar pelanggan, pasti staf hotel akan menemui pelanggan itu untuk meminta maaf. Kemungkinan adalah gadis kedua atau yang ketiga" tutur Arya

"Tapi apakah anak asuh tuan Ning benar-benar masuk ke kamar hotel?" Ragu Kona

" Tentu saja, bukankah dia menghilang saat tengah malam. Jika sahabatnya tidak menemukannya berarti dia ada di dalam kamar, dia juga tiba-tiba kembali saat pagi dengan gaun yang sama, pasti semalaman dia ada di hotel" jelas Arya

" Saya mengerti tuan. Dan tuan, sepertinya anak angkat tuan ning ini teman dekat Tuan Baltic dan Tuan Bai, pemilik Bar Singu"

"Oh pemilik Bar Singu di Kota Y kan, panggil mereka dan kamu boleh keluar"

"Baik tuan"

...

"Menurutmu mengapa Tuan Arya memajukan jam pertemuan?" Tanya Bai pada Baltic yang sedang terburu-buru memakai pakaian

"Entahlah aku tidak tahu, yang jelas dia sangat mengganggu aku yang sedang makan" rutuk Baltic

"Sudah ayo cepat, nanti kita terlambat" ucap Bai yang keluar dari kamar

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun tiba di perusahaan Arya.

"Selamat siang Tuan Arya" sapa mereka berdua

"Selamat siang, silakan duduk. Aku harap karena pertemuan ini dimajukan tidak akan mengganggu waktu kalian" sapa Arya meminta maaf

"Tidak apa-apa Tuan Arya, lagi pula kami tidak melakukan apa pun hanya sedang makan di kamar hotel" ucap Baltic tersenyum dan duduk dengan rapi.

"Sungguh aku mengganggu waktu makan Tuan Baltic dan Tuan Bai, akan aku kirimkan paket makan siang untuk kalian sebagai kompensasi" kata Arya sopan

"Tuan Arya sangat sopan, maka kami tidak akan menolak" ucap Baltic rendah hati

Bai melihat tingkah temannya itu dengan lucu, Baltic ini tidak pernah ingin rugi apa pun bahkan makanannya, dasar rubah licik.

" Baiklah mari kita bahas mengenai cabang Bar Singu, lihatlah Tuan Arya. Ini proposal yang kami buat, silakan dilihat" kata Bai menyerahkan file ke depan Arya.

"Lihatlah apakah Tuan Arya memiliki beberapa saran?" Tanya Baltic

Setelah mempelajari file itu, Arya meletakkannya di meja.

"Untuk perencanaan ruang santai apa tidak terlalu memakan ruang? Kita bisa membuatnya lebih sederhana dan elegan dengan membuatnya ruang minimalis dengan dua lantai. Bagaimana menurutmu Tuan Baltic dan Tuan Bai?" Ujar Arya

"Itu memang ide yang bagus, kita serahkan saja ke departemen desain. Saya percaya visi Tuan Arya sangat bagus, jika tidak bagaimana mungkin Tuan Arya akan menjabat posisi CEO dan membuat perusahaan berkembang" ucap Baltic setuju dengan saran Arya

" Tuan Baltic menyanjungku, kalian berdua juga sangat berbakat. Bisa merencanakan Bar Singu dengan unik, ngomong-ngomong bagaimana kalian berpikiran untuk membuat bar dengan fasilitas seperti itu"

"Pada awalnya kita hanya membuka bar kecil seperti bar pada umumnya, lalu teman kita datang dan berkata bahwa bar seperti itu sangat membosankan karena dia tidak suka minum dan kegiatan lain di bar, dia suka duduk sendiri untuk melihat orang bersenang-senang. Sayangnya semua bar sangat ramai, jadi kita memiliki beberapa ide untuk mengembangkan fasilitas di bar agar semua orang bisa menikmati, jadilah Bar Singu seperti sekarang" tutur Baltic

"Temanmu itu pasti sangat senang melihatnya dan sering bermain di sana" canda Arya

"Tidak kamu salah Tuan Arya, teman kita itu melempar uang kepada kami untuk memperbaiki bar sesuai keinginannya. Setelah itu dia jarang datang ke bar karena Baltic memaksanya ikut rapat pimpinan Bar Singu, jadi dia lari" kata Bai tertawa kecil

"Temanmu ini menarik sekali, apakah dia Tuan Long?" Tanya Arya

"Bukan, dia teman perempuan kami namanya Leiya. Walaupun dia jarang pergi ke pertemuan, tapi dia tetap menjadi penyumbang terbesar kesuksesan kami" ucap Bai bangga

"Kenapa dia tidak datang untuk kerja sama hari ini?" Kata Arya mengangkat alisnya

"Haits bukankah sudah Bai bilang, dia tidak mau menghadiri rapat bahkan saat aku memaksanya. Apalagi pergi jauh-jauh ke sini, sepertinya Tuan Arya sangat tertarik dengan teman kami" ucap Baltic menyelidiki

"Oh tidak apa-apa hanya penasaran" kata Arya dengan muka acuh

"Begitu, baiklah Tuan Arya apakah tidak ada tambahan lain? Kalau tidak kami pamit mengundurkan diri" ucap Baltic sopan

"Tidak ada tambahan, terima kasih telah datang. Kerja sama yang bahagia" ucap Arya mengulurkan tangannya

"Kerjasama yang bahagia" sambut Baltic

"Jangan lupa makan siang kalian tolong diambil, ada di meja sekertaris"

"Baiklah terima kasih Tuan Arya" pamit Baltic dan Bai berjalan keluar ruangan.

...

"Bos" ucap Bazoka

" Bagaimana penyelidikannya?"

"Menurut perkataan teman Nona Erika , dia pergi ke hotel untuk bertemu temannya itu. Mereka minum sampai malam sampai mabuk. Saat dia berjalan ke kamar, mantan pacarnya ternyata mengikutinya dan memaksanya masuk ke kamar milik mantan pacarnya itu"

"Sedangkan Nona Leiya, sahabatnya sangat pintar, dia tidak menjawab pertanyaan saya tapi selalu dialihkan ke pembicaraan yang lain" tuturnya

"Begitu, kamu boleh pergi"

"Baik bos"

Apakah Leiya benar-benar wanita malam itu.

...

Rifa sedang menulis cerita di dalam kamarnya, lalu ada suara bel pintu pertanda ia kedatangan tamu.

Setelah membuka pintu, Rifa melihat seorang pria berdiri di depannya.

" Siapa kamu?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!