Tak ada rumah tangga yang dapat mencapai kesuksesan tanpa kerjasama dari suami istri yang saling percaya dan membantu.
Apa jadinya jika suami yang dulu sayang dan perhatian berubah menjadi laki laki yang egois lebih mementingkan kebahagiaannya sendiri tanpa mau mengerti isi hati seorang istri. segala pengorbanan akan sia sia jika sudah tidak ada lagi kepercayaan.
Hingga salah satu dari pasangan itu mulai putus asa dan menyerah.
Cerita ini berawal dari sebuah kisah tentang rumah tangga dari pasangan suami istri yang berbeda keyakinan, menikah meski banyak yang menentangnya.rumah tangga yang dulunya harmonis penuh kebahagiaan berubah menjadi kesedihan dan derita karena keegoisan dan hilangnya kepercayaan.
"Uhuk..uhuk.."
Terdengar suara batuk dari dapur, terlihat seorang perempuan sedang kesusahan membuat api untuk memasak.
"Sayang... bagaimana,bisa tidak ..?"
Terdengar suara laki-laki berjalan mendekatinya dari belakang.
"Susah...uhuk....uhuk..!" Kata perempuan itu sambil batuk-batuk karena sesak terkena asap.
Denia, wanita muda berumur 21 th yang baru 2 minggu menikah dengan laki-laki pujaan hatinya yaitu Bowo Prayoga, laki laki muda yang baru berumur 27 th berwajah tampan,idaman para wanita.Sempat jadi rebutan para wanita di tempat kerjanya.
Mereka sepasang pengantin baru tinggal berdua di rumah tua yang berukuran kecil yang berada di daerah pegunungan,jauh dari keramaian kota.
Karena tempat tinggal yang berada di pegunungan jauh dari perkotaan membuat mereka harus hidup seadanya, di gunung tidak ada gas ataupun kompor, jadi mereka terpaksa menggunakan tungku yang terbuat dari tanah dan kayu bakar untuk memasak. Denia yang sebelumnya tinggal di kota,sungguh merasa kesusahan karena belum pernah melakukan sebelumnya.
"Sini sayang,mas ajarin caranya." Kata bowo dengan sabar memberi tau cara membuat api,dan api menyala dengan sempurna.
Nia mengambil teko kecil yang sudah di isi air meletakkannya di atas tungku,sambil menunggu airnya mendidih Nia menyiapkan bahan bahan untuk membuat makanan dengan di bantu sang suami, mereka bekerja sama membuat makanan.Sesekali terlihat sang suami yang menggoda Nia dan menciumnya begitu lembut membuat Nia jadi terganggu masaknya. Saat Nia menyuruh Bowo menjauh, tapi Bowo malah semakin mendekat dan mencium bibir istrinya dengan rakus.
Namanya juga pengantin baru ya begitulah pinginnya mesra mesraan terus. Untung mereka hanya tinggal berdua jadi tidak ada yang mengganggu,he..he..
" Sudah lah yang.. masaknya nanti aja masih pagi lho yang.." Kata bowo manja sambil memeluk tubuh Nia dari belakang dengan kepalanya di letakkan di pundak sang istri.
"Aduh mas,pergi sana .. aku mau masak nih! Kata Nia merasa risih.
"Masih dingin lho yang..." Bowo menciumi pipi istrinya dari belakang,lalu turun ke leher.terdengar suara desa**han kecil dari Nia karena merasa geli yang justru membangunkan junior Bowo.
Bowo langsung membalikkan tubuh sang istri agar menghadap ke arahnya dan kembali mencium bibirnya dengan rakus.Nia yang tadinya hanya diam saja akhirnya mengikuti permainan sang suami,hanya suara desa***han dari mulut Nia yang malah membuat Bowo semakin bergairah. Bowo langsung membopong tubuh Nia masuk kembali ke kamar dengan bibir mereka yang masih belum terlepas,mereka melepas ciumannya sebentar untuk mengambil oksigen lalu kembali berciuman dengan penuh nafsu. Dibaringkan sang istri di tempat tidurnya, Bowo membuka baju istrinya satu persatu hingga terlepas semua dari tubuh polos sang istri.
"Mas...em..Ah...uh..!" terdengar suara rinti***han dari Nia yang terdengar seksi saat Bowo menciumi seluruh tubuhnya dan mereka akhirnya melakukan olah raga panjang penuh kenikmatan di pagi hari.
Bowo melakukannya lagi dan lagi dengan kecepatan yang berubah,kadang lambat,kadang cepat hingga tubuhnya menjadi sangat lelah,akhirnya mereka menyudahi olah raga pagi mereka yang sangat menguras tenaga dan mereka tertidur hingga siang hari.
Nia terbangun ketika merasakan silau di kedua matanya karena terkena sinar matahari yang masuk ke dalam kamar mereka melalui lubang kecil dari pagar rumah mereka.
Namanya rumah terbuat dari kayu dan bambu ya pasti bolong bolong.
Nia berlahan membuka matanya sambil berkedip kedip karena silau,merasakan berat di tubuhnya karena Bowo masih memeluknya,sehingga Nia kesusahan untuk bangun.
"Mas...mas ... bangun mas,sudah siang lho mas..! " kata Nia sambil menepuk pelan lengan suaminya yang masih melingkar di tubuhnya dan kaki kirinya yang menindih tubuhnya.
pokoknya seperti orang lagi meluk bantal guling gitu deh!
"Em .. masih ngantuk yang." Kata Bowo semakin mempererat pelukannya.
"Aduh mas,berat lho mas. Awas.....!" Kata Nia sambil mendorong tubuh suaminya,tapi karena tubuh Nia tidak punya tenaga akibat olah raga ranjang yang menguras tenaga, Nia tidak bisa menyingkirkan tubuh suaminya yang masih setia nangkring di tubuhnya.
"Mas....aku lapar...!" Teriak Nia sambil memukul pelan lengan suaminya dan mencubit perut suaminya.
"Aduh yang,sakit yang..." Ucap Bowo manja sambil melepas pelukannya.
"Lagian suruh bangun susah banget,tuh lihat malu sama matahari..!" Nia menunjuk cahaya yang masuk melalui lubang kecil di kamarnya.
Nia langsung bangun dari tidurnya begitu Bowo melepas pelukannya,tapi Bowo menarik tangan Nia hingga jatuh di atas dada sang suami.
Bowo mencium bibir istrinya dengan sangat lembut.
"Em... udah dong mas aku mau masak dulu, nanti di lanjut abis makan,oke..!" Kata Nia sambil tersenyum menggoda,niatnya si untuk merayu suaminya agar mau menghentikan aksinya dan ternyata berhasil.
"Beneran... janji ya...?"Kata Bowo yang langsung menghentikan aksinya.
Begitu bowo melepas pelukannya,Nia langsung mengambil kesempatan untuk segera bangun menjauhi suaminya, diambil baju yang tadi bercecer di tanah karena rumah mereka masih beralas tanah dan langsung memakainya.
Nia langsung berlari ke dapur untuk masak,di ambilnya korek api dan mulai membuat api untuk memasak karena tadi apinya sudah mati gara gara ulah suaminya.
"Mas...tolongin mas..!" Teriak Nia dari dapur
..
..
..
Bowo dan Nia menikah tanpa restu dari orang tua Nia,mereka terpaksa tinggal di desa terpencil di daerah pegunungan milik mendiang orang tua bowo yang sudah meninggal 17 th yang lalu.Ketika kedua orang tuanya meninggal,rumah kedua orang Bowo di tempati tetangganya sehingga masih terawat sampai sekarang hingga Bowo menikah,sedangkan bowo tinggal bersama kakak satu satunya yang berada di desa lain yang tempatnya lumayan jauh dari tempatnya sekarang tinggal,walaupun tempat kakaknya masih desa tapi sudah ramai seperti perkotaan berbeda dengan tempat Bowo yang sekarang,sangat sepi.
Nia yang tadinya hidup berkecukupan,sekarang harus belajar hidup susah dan apa adanya,tapi Nia tidak pernah mengeluh demi selalu bersama pujaan hatinya.
sabenarnya Pak karta,kakak satu satunya Bowo menyuruh Bowo dan ntia tinggal bersama mereka, tapi Bowo dan Nia menolak dengan alasan mereka ingin hidup mandiri yang sabenarnya mereka tidak mau merepotkan kedua kakaknya yang sudah banyak berkorban untuk mereka selama ini.
Bowo membawa Nia tinggal di gunung di rumah tua peninggalan kedua orang tuanya. Walaupun terbuat dari kayu dan bambu,tapi rumah itu masih kuat dan kokoh karena terbuat dari kayu dan bambu pilihan yang mempunyai kualitas bagus.
"Mas Bowo...!"Teriak Nia lagi,karena orang yang di panggil belum terlihat batang hidungnya.
"Ada apa sih yang...kok teriak teriak?"Tanya Bowo sambil berjalan menghampiri Nia.
"Tolongin... apinya gak nyala nyala dari tadi!" Jawab Nia manja.
"Ya udah sini biar mas yang buat apinya."
Bowo membetulkan posisi kayu bakar yang bertumpuk tumpuk di dalam lubang tungku, diambilnya kantong plastik bekas yang sudah tak terpakai . Bowo menyalakan korek apinya, plastik dibakar dg korek yang sudah di nyalakan, setelah plastik terbakar diletakkan di atas kayu bakar,di atasnya di letakkan kayu bakar lagi dengan hati hati, Bowo mengambil plastik bekas lagi,di masukkan kedalam lubang tungku yang sudah mulai keluar api,dan ..
"Tuh lihat nyala kan sayang...." Kata Bowo setelah apinya nyala dengan sempurna.
"Tadi aku juga bikinnya kayak gitu, apinya sudah nyala malah mati lagi mati lagi." Jelas Nia kesal.
"Ya jelas aja mati yang,kamu taruh kayunya gak bener, bertumpuk tumpuk kayak gitu ya jelas aja apinya mati, caranya seperti yang tadi mas lakukan sayang. " Kata bowo dengan lembut memberitahu.
"He..he...!" Nia hanya ketawa malu.
"Udah sekarang masak air dulu ya buat bikin kopi." Perintah Bowo.
"Iya mas." Jawab Nia singkat.
Bowo pergi ke belakang rumah untuk mengambil air di sumur yang ada di belakang rumah mereka. bowo membantu istrinya mencuci beras untuk dimasak.
Mereka belum memiliki mesin penyedot air atau Sanyo,jadi harus menimba air dengan menggunakan tambang.
Bowo menyerahkan beras yang sudah dibersihkan ke istrinya untuk di masak.
Nia membuat kopi setelah airnya mendidih, lalu berganti memasak nasi dengan menggunakan panci kecil.
karena tungku mereka memiliki 2 lubang, saat nasi sudah mendidih dipindahkan kebelakang oleh Nia,lubang yang depan di letakkan panci yang berisi air untuk merebus daun singkong.
Setelah membutuhkan waktu cukup lama akhirnya makanan sederhana mereka siap di santap. Rini meletakkan makanannya di atas tikar.
"Em... enaknya...." Kata Bowo yang baru masuk kedalam rumah hanya menggunakan handuk,setelah membersihkan badannya di sumur yang ada dibelakang rumah mereka.
"Ganti baju dulu sana,terus kita makan!"
Perintah Nia sambil menyiapkan makanan di atas tikar.
"Sayang... abis makan ehem ...ehem lagi ya!" Ucap Bowo sambil menatap Nia dengan tatapan mesumnya sambil menaik turunkan kedua alis matanya.
"Ih..dasar otak mesum! Udah sana cepetan pakai baju."
Kata Nia sambil menggeleng kepalanya lalu mendorong tubuh suaminya agar masuk kamar untuk memakai pakaiannya.
Saat Nia mendorong tubuh Bowo agar masuk dalam kamar untuk pakai baju, Bowo malah mengambil kesempatan untuk memeluk tubuh istrinya dan mencium bibirnya dengan rakus.
"Ah..em....Udah dong mas pakai baju dulu sana, abis itu kita makan,aku udah lapar banget nih!" Ucap Nia manja sambil berusaha melepas pelukan suaminya.
"He..he...iya sayangku!" Bowo melepaskan pelukannya.
Nia duduk di atas tikar sambil menunggu suaminya ganti pakaian.Tak lama bowo keluar dengan memakai kaos pendek warna biru dan celana kolor pendek warna hitam.
Bowo menghampiri Nia yang sudah duduk di atas tikar, merekapun makan bersama , walaupun masakan sederhana tapi terasa nikmat karena Nia membuatnya dengan penuh cinta.
Setelah selesai makan,Nia membereskan piring bekas mereka makan.Bowo membantu Nia membawa piring kotor ke belakang dan mencucinya.
Begitulah suasana rumah pengantin baru,mereka saling membantu satu sama lain.
"Sayang kita kan sudah makan,katanya mau lanjut yang tadi?" Ucap bowo manja sambil melingkarkan tangan di perut istrinya yang sedang duduk di atas tikar dengan kepalanya diletakkan di pundak istrinya.
"Melanjut apa ya?" Tanya Nia pura pura lupa.
"Ih sayang mah gitu,pura pura lupa,sini tak kasih tau biar ingat!" Kata bowo sambil
mendorong tubuh istrinya hingga terjatuh di atas tikar yang mereka duduki.Bowo menindih tubuh Nia.
"Sayang kamu mau ngapain? Kita aja baru selesai makan,nasinya biar turun kebawah dulu sayang!" Kata Nia bergerak gerak berusaha keluar dari tubuh suaminya yang menindihnya.
"Udah jangan bergerak,kalau kamu terus bergerak malah membuat juniorku bangun yang!"Bowo masih menindih tubuh istrinya.
"Ih...aduh yang awas...!"Kata Nia berusaha mendorong tubuh suaminya.
"He ..he...coba aja kalau bisa!" Kata Bowo menggoda.
Bowo mencium bibir istrinya dengan penuh gairah.
Tok..tok
Terdengar suara pintu di ketok mengagetkan mereka yang sedang bercumbu mesra di dalam rumah.
"Aduh.. siapa sih mengganggu saja." Kata Bowo kesal sambil melepas pelukannya dan berdiri
Bowo berjalan untuk membuka pintu di ikuti Nia dari belakang sambil ketawa kecil.
"Syukurin..weeek....!"Ucap Nia sambil menjulurkan lidahnya.
"Awas ya...lihat aja nanti." Balas Bowo lirih sambil memberi kode,lalu melanjutkan berjalan untuk membuka pintu.
Kriet....
Pintu dibuka,terlihat 2 orang wanita paruh baya di depan pintu.
"Eh bude tuti sama bude kasri.
Ada apa bude?"Tanya Bowo menyambut dua tamu yang ada di depan rumahnya yang ternyata tetangga mereka.
"Silahkan masuk bude!" Kata Bowo menyuruh tamunya masuk kedalam rumah.
"Disini aja mas Bowo,kita cuma mau mengantarkan kue dari Mbok Nur." Kata perempuan yang bernama Tuti.
"Oh ya bude, makasih ya!"Ucap Bowo sopan.
"Nak Bowo nanti jangan lupa ikut yasinan tempat Mbok de Nur ya wo!"Ajak bude Tuti
" Ya bu insya Allah!" Jawab Bowo sopan.
Seperti biasa setiap malam Jum'at di tempat Bowo tinggal ada acara yasinan bergilir.
Hari kamis siangnya para tetangga membantu membuat kue di rumah yang mendapat giliran yasinan ,kue yang dibuat bukan hanya untuk acara yasinan di malam harinya saja tapi juga di bagikan ke tetangga yang lain.
Bowo dan Nia baru satu minggu pindah disana jadi belum tau dengan kebiasaan warga desa itu.
"Oh ya istrinya mas Bowo besok hari Jum'at siang ikut pengajian ya di masjid." Kata bude Kasri ketika melihat Nia keluar rumah menghampiri mereka, kedua perempuan paruh baya itu belum tau nama Nia,karena mereka belum berkenalan.
"Maaf bude bukannya saya menolak ajakan bude tapi saya beda keyakinan bude." Kata Nia bicara jujur.
"Oalah maksud istrinya Bowo,beda agama to?" Ucap Bude Tuti.
"Iya bude,nama saya Denia tapi panggil Nia aja, kata Nia memperkenalkan diri.
"Ya sudah kalau begitu gak apa-apa, maaf kami tidak tau ,kalau begitu kami pamit dulu ya nak Bowo ,nak Nia!" Pamit bude Kasri.
"Iya bude makasih."Jawab Bowo dan Nia bersamaan.
Kedua tetangga itupun pergi meninggalkan rumah Bowo dan Nia,samar samar terdengar perbincangan mereka dari jauh.
"Ealah kok bisa-bisanya ya mas bowo nikah sama orang yang beda agama ya yu..?"
"Dah biarin aja itu urusan rumah tangga mereka,gak usah ikut campur!"
Bowo tersenyum menatap Nia dan merangkul pundak istrinya itu untuk masuk kedalam rumah lagi.
Tiga minggu yang lalu.
"Ma..Pa....Nia mau nikah" Kata Nia ketika sedang berkumpul dengan keluarganya di ruang tengah sambil menonton acara televisi.
Ada kedua orang tua dan dua kakak laki-lakinya.
Eric Fransiskus dan Callysta adalah nama kedua orang tua Nia
Andrew kakak pertamanya dan Julius kakak kedua Nia.
Nama asli Denia adalah Denia Achazia.
"Apa sayang,kamu mau nikah?" Tanya Mama Callysta merasa kaget.
"Dengan siapa sayang!" Lanjut Papa Eric.
"Paling sama si Albert,anak yang sering main kesini itu lho Pa!" Jelas kakak kedua Nia.
"Apa benar sayang,kalau memang benar suruh dia kesini sayang,biar dia sendiri yang bicara sama kami."Kata Mama Callysta.
"Bukan Ma!" Jawab Nia singkat .
"Lalu dengan siapa nak?" Sambung Papa Eric.
"Sama mas Bowo Pa,yang pernah Nia ajak main kesini satu minggu yang lalu Pa!" Jelas Nia.
"Laki laki yang kata kamu bekerja di garmen dekat perusahaan papa itu nak?" Tanya Papa Eric.
"Iya pa!" Jawab Nia singkat.
"Tidak,papa tidak setuju!" Kata Papa Eric ketus.
"Kenapa pa,dia laki laki baik kok pa!" Kata Nia membela kekasihnya.
"Pokoknya papa tidak setuju,tau gak kamu kalau dia itu berbeda agama sama kita Nia!" Kata Papa Eric menyadarkan putri satu-satunya.
"Tau kok pa,memang kenapa kalau mas Bowo berbeda agama sama kita pa? Berbeda bukan berarti gak bisa bersatu kan pa!"Protes Nia.
"Sayang, hidup berumah tangga itu harus Seiya,sejalan sayang,tidak asal suka sama suka. Bagaimana nanti kehidupan rumah tanggamu kalau kalian mempunyai beda keyakinan nak!" Nasehat Mama Callysta.
"Yang penting kan tujuan dan maksudnya sama ma! "Ucap Nia membela diri.
"Pokoknya papa tidak setuju,kamu jangan membantah Nia,ini juga demi kebaikan kamu nak.Cari laki laki lain saja,si Albert atau Raymond atau siapalah yang penting jangan sama si Bowo." Perintah Papa Eric tegas.
"Gak mau pa, Nia maunya sama Mas Bowo!" Teriak Nia sambil menangis dan berlari meninggalkan mereka.
"Nia...!" Teriak mama Calista lembut.
"Biarkan saja ma, dia masih belum tau soal Cinta,nanti dia juga bakal ngerti kalau pilihannya itu salah." Ucap Papa Eric santai.
"Lagian memangnya kenapa sih pa kalau mereka mau nikah ya udah biar nikah aja!" Potong Andrew,anak pertama mereka sambil memainkan ponselnya.
"Nia masih sangat muda,dia belum paham soal Cinta.Kamu kan kakak tertuanya,seharusnya kamu kasih pengertian sama adik kamu yang masih labil sayang!" Kata Mama Callysta.
"Tapi sepertinya yang namanya Bowo itu laki laki baik ma,aku tau waktu bertemu dengannya seminggu yang lalu ketika Nia membawanya kesini."Jelas Andrew.
"Bagaimana kamu tau dia itu laki-laki baik,sedang kamu aja baru satu kali bertemu dengannya!" Kata Papa Eric.
Andrew hanya diam saja masih memainkan ponselnya.
"Ya sudahlah terserah kalian ,mending tidur ajalah!" Kata Andrew berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya yang masih duduk disana.
"Ealah anak satu di ajak bicara malah kabur aja!" Ucap Mama Callysta lembut sambil menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah Papa juga sudah ngantuk,ayok ma kita tidur juga sayang!" Ajak papa Eric manja sambil mengangkat tangan istrinya yang masih duduk.
Walaupun umur mereka sudah tidak muda lagi tapi mereka masih selalu bersikap romantis seperti anak muda yang lagi pacaran.
"Ih mama sama papa kayak anak muda aja,sayang sayangan didepan anak sendiri!" Kata julius merasa geli sama tingkah kedua orang tuanya.
"Oh iya,he... he...papa lupa masih ada anak papa disini toh!"Papa Eric pura pura kaget
"Kamu gak tidur Juli?" Tanya Mama Callysta lembut ke Juli,anak kedua mereka yang masih setia menonton acara televisi.
"Nanti ma,belum ngantuk!" Jawab Julius.
"Jangan malam-malam tidurnya sayang,besok sekolah nanti bangunnya kesiangan nak!"Mama Callysta mengingatkan.
"Iya ma!" Jawab Julius singkat.
"Sudah lah ma..! Ayok tidur sayang,anak udah gedhe ini!" Kata Papa Eric sambil merangkul pundak istrinya.
"Ya sudah sana cepetan bawa masuk papa ma, merusak pemandangan saja deh!" Julius risih dengan sikap Papanya yang manja.
"Ih...makanya cepetan cari pacar biar tau rasanya sayang sayangan!" Goda Papa Eric.
"Apa sih pa,anak sendiri di godain,jangan dengerin papamu Jul,kamu sekolah dulu yang bener baru mikirin pacaran!" Perintah Mama Callysta.
Kedua suami istri itupun pergi meninggalkan anak laki-lakinya seorang diri di ruang tengah.
Didalam kamar Nia masih menangis seorang diri.
Tok..tok..
Terdengar pintu kamar Nia diketuk.
"Siapa?'Tanya Nia dengan suara seraknya karena dari tadi menangis.
"Ini abang dek!" Jawab orang yang ada luar kamar Nia.
Nia bangun dari tidurnya dan berjalan untuk membuka pintu.
Ceklek...
Pintu kamar dibuka Nia,tampak seorang pemuda tampan,berbadan ideal,tinggi dan berisi.
Nia kembali membalikkan badannya setelah membuka pintu kamar dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Dek..kamu gak apa-apa kan? Apa kamu sangat mencintai laki laki yang namanya Bowo itu dek?" Tanya Andrew kakak tertua Nia setelah masuk ke dalam kamar Nia dan duduk di samping Nia yang sedang tiduran sambil tengkurap.
"Iya bang, Nia sangat menyayangi mas Bowo bang. Lebih baik Nia mati aja kalau gak bisa nikah sama mas Bowo!"Jawab Nia sambil terisak.
"Hus..jangan ngomong kayak gitu dek,gak baik.
Masa gara gara gak bisa nikah sama orang yang kita sayang harus mati,memangnya kamu yakin kalau dia juga sayang sama kamu dek?" Tanya Andrew lagi.
"Bang..Nia sangat menyayanginya,dan mas Bowo juga sayang sama Nia." Kata Nia bangun dari rebahannya menghadap kakak tertuanya.
"Kalau memang dia suka sama kamu suruh dia kerumah,bicara baik baik sama mama dan papa,siapa tau mereka berubah pikiran setelah mendengar keseriusan Bowo." Nasehat Andrew.
"Tapi kalau Papa sama Mama tetap gak merestui bagaimana bang?" Tanya Nia sedih.
"Soal itu kita pikirkan nanti,yang penting Bowo suruh datang kerumah dulu,bicara baik-baik sama papa,mama!" Kata Andrew menenangkan adik perempuan satu-satunya.
"Iya bang,besok Nia coba bicara sama mas Bowo." Jawab Nia.
"Ya sudah kamu jangan nangis lagi kamu tidurlah nanti kamu sakit." Kata Andrew sambil membelai lembut rambut adiknya.
"Iya bang...makasih bang." Jawab Nia.
"Ya sudah abang balik ke kamar abang dulu, kamu jangan nangis lagi nanti mukamu jadi jelek terus Bowo jadi malas sama kamu karena kamu jadi jelek!" Kata Andrew menggoda adiknya.
Nia tersenyum malu mendengar ucapan kakak pertamanya.
Setelah bicara dengan Andrew hati nia menjadi tenang karena ternyata keluarganya masih ada yang mendukung hubungannya dengan kekasihnya.
Nia kembali merebahkan tubuhnya dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!