NovelToon NovelToon

Rebellion, Catatan Kecil Seorang Pembunuh

Episode 1

Bella adalah penghuni baru di rumah petak milik pak Putra. Gadis itu memutuskan keluar dari panti asuhan yang selama ini membesarkannya. Dia sengaja memilih kota ini sebagai tempatnya hidup. Dan besok adalah hari pertamanya bekerja di sebuah minimarket yang tidak jauh dari lokasi rumah petak.

Siang itu dia sedang membereskan beberapa baju yang ia bawa. Karena baru memulai hidup lepas dari panti asuhan, barang pribadinya tidaklah banyak. Semua hanya muat di dalam satu ransel besar. Untuk membayar sewa rumah petak, gadis itu memakai hampir seluruh tabungannya selama ini.

Di panti asuhan, ia tidak dekat dengan siapapun. Kepribadian gadis ini yang tertutup membuatnya seolah menarik diri dari keramaian. Hanya pemilik panti asuhan yang lumayan sering berinteraksi dengannya. Prestasi akademiknya pun biasa biasa saja. Hampir tidak ada keanehan yang terlihat.

************

Di sebelah ujung rumah petak hiduplah seorang wanita lanjut usia. Beliau sudah bertahun tahun tinggal di rumah petak pak Putra. Kesehariannya, wanita itu pergi berkeliling jalanan untuk mengumpulkan barang bekas. Itulah cara wanita itu bertahan hidup. Bella pertama kali bertemu wanita tersebut saat dirinya keluar membuang sampah. Wanita itu menyapanya cukup ramah.

"Neng baru pindah ya, ibu baru liat neng disini" sapa wanita itu memulai obrolan.

Bella menoleh dan tersenyum mengangguk. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Sekilas mungkin orang akan melihatnya sebagai sosok yang sombong. Padahal dia hanya merasa malas untuk berinteraksi dengan manusia manapun.

Wanita itu keluar dari lingkungan rumah petak dengan membawa karung, lengkap dengan tongkat besi panjang untuk memilah sampah. Kepergiannya diiringi tatapan datar dari wajah Bella.

************

"Ibu sudah lama hidup sendiri, anak anak ibu pun sekarang seolah lupa pada ibu. Mereka meninggalkan ibu untuk mencari kerja di kota lain" Wanita pemulung itu membuka cerita.

Dihadapannya, Bella duduk mendengarkan sambil menggenggam teh kotak. Pulang kerja, Bella mengunjungi wanita pemulung. Ia membawakan beberapa roti dan sekarung beras untuk wanita tua itu.

"Ibu merasa gagal menjadi seorang ibu. Dari dulu mereka selalu ibu manjakan. Apapun ingin mereka, selalu ibu turuti. Tapi ini yang ibu dapat, ibu berakhir disini sebagai pemulung tanpa ada keluarga satupun" wanita itu melanjutkan

Bella hanya terdiam menatap ceritanya. Merasa ada yang mendengarkan, wanita itu melanjutkan ceritanya. Sesekali ia menyeka butiran air mata yang tidak bisa ditahannya. Hatinya lelah menahan sakit dan rindu kepada anak anaknya. Bayangan saat mereka masih kecil kembali terlintas.

"Apa mungkin ibu harus mati dulu supaya mereka mau menengok ibu.." wanita tua itu berkata lirih.

Perkataannya barusan membuat Bella mengangkat mukanya. Dan memandang wajah wanita itu lekat selama beberapa detik.

***********

Sudah berhari hari wanita pemulung tidak kelihatan batang hidungnya. Bella pun tidak pernah lagi mengunjungi wanita tua itu. Sampai pada akhirnya pak Putra selaku pemilik rumah petak dan beberapa penghuni lain mencoba mendatangi kamar wanita pemulung. Karena tidak ada reaksi apapun, mereka sepakat untuk membuka paksa pintu rumah petak wanita itu. Saat itulah pertanyaan kenapa wanita pemulung tidak pernah terlihat selama beberapa hari terjawab. Ia meninggal di atas kasur tipisnya, dengan ceceran bekas muntah di sekelilingnya.

Entah siapa yang melaporkan, pihak kepolisian datang tidak lama setelah penemuan jenasah. Para penyelidik meneliti TPK. Mereka memutuskan untuk mengirim jenasah wanita pemulung ke rumah sakit untuk di otopsi.

*************

Dr. Arka dan para timnya berdoa dihadapan jenasah yang terbujur diatas bak stainless. Setelah itu, salah satu asistennya mencatat kondisi mayat dan yang satu lagi memotret untuk dokumentasi yang melengkapi berkas pemeriksaan jenasah. Mengukur tinggi, lingkar kepala, panjang lengan, pengambilan sidik jari, pengambilan sampel rambut dan kuku adalah prosedur yang harus mereka lakukan sebelum pembedahan jenasah dilakukan. Semua dalam keadaan baik walaupun perkiraan kematian sudah beberapa hari yang lalu.

Tidak ada keanehan di organ dalam jenasah itu. Keadaan organ dalam masih cukup baik. Dr Arka mengambil sedikit sampel untuk di teliti di lab khusus. Dokter itu pun membuka lambung untuk melihat makanan apa yang terakhir jenasah itu makan. Hampir tidak tersisa apapun. Proses sistem pencernaan yang meliputi lambung dan usus untuk kosong dari makanan kurang lebih memakan waktu 2 hari. Dari situlah dokter itu bisa menentukan waktu kematian jenasah. Sedangkan untuk sampel yang akan diteliti di lab, butuh beberapa hari untuk menunggu hasilnya.

Setelah itu dr Arka meneliti otak jenasah. Ada pembengkakan di otak yang menghancurkan syaraf belakang. Dari fakta tersebut, penyebab kematian bisa dipastikan karena kekurangan oksigen yang parah di otaknya.

***********

Dr Arka melihat hasil tes jenasah wanita pemulung dengan mata terbelalak. Dari hasil tes, terdapat kandungan Thalium pada tubuh jenasah itu.

Thalium adalah bahan yang sempat digunakan sebagai racun tikus. Namun penggunaannya dilarang sejak tahun 1984. Zat itulah yang menyebabkan pembengkakan otak dan menyebabkan kematian jenasah.

Dokter itu terheran heran. Bagaimana bisa kandungan racun bisa ada di tubuh jenasah tersebut.

**********

Berdasarkan laporan dari dr Arka, pihak kepolisian melakukan penyelidikan. Mereka kembali ke tempat kejadian perkara ( TKP ) untuk melihat jika ada barang bukti mencurigakan. Ditemukannya racun tikus di dalam kamar mandi mengarahkan hasil penyelidikan mereka pada kemungkinan bunuh diri. Tapi masih banyak kejanggalan. Racun Thalium bereaksi sangat cepat apabila diminum dalam dosis yang mematikan. Jenasah tidak mungkin meminum racun tersebut dan repot repot mengembalikan botol racun tersebut ke kamar mandi. Dari fakta itulah, polisi menetapkan kematian wanita pemulung sebagai pembunuhan.

**********

Berminggu minggu polisi menyelidiki kasus kematian wanita pemulung. Tidak ada bukti apapun yang mencurigakan. Penyelidikan mereka sudah sesuai dengan apa yang mereka dapat di TKP, sayangnya hasilnya nihil. Pihak kepolisian berada di jalan buntu.

Episode 2 - Kasus #1 Pembunuhan Wanita Pemulung

"Bella"

"Apa kabar? Saya Lita dan ini Rere" sahut seorang wanita bercelana panjang kain dan mengenakan blazer warna hijau gelap berdiri di hadapan Bella. Disebelahnya ada seorang gadis yang tersenyum kepadanya.

Lita mengulurkan tangannya sebelum akhirnya ia dan Rere duduk di hadapan Bella. Bella sendiri hanya mendongak dan mengabaikan ajakan Lita untuk berjabat tangan.

" Bagaimana keadaan kamu hari ini?" senyum tidak pernah lepas dari wajah Lita. Matanya mulai mengevaluasi sosok gadis pembunuh yang sudah melenyapkan nyawa 9 manusia. Bukan tanpa sebab ia bergelar dokter ahli di bidang kejiwaan, ia berusaha membaca karakter Bella dari gestur tubuh dan ekspresi wajah. Rere yang duduk di sebelahnya hanya memperhatikan.

" Ada perlu apa?" Tandas Bella dengan raut muka datar.

"Pribadi yang tenang dan tidak suka basa basi" batin Lita. Wanita itu mencatat di sebuah buku kecil. Rere terlihat mencatat sesuatu di buku kecil yang juga ia bawa.

" Saya ingin bertanya beberapa hal terkait kasus yang sedang menimpa kamu" Lita menjawab

"Menimpa? Pemilihan kata yang saya rasa kurang tepat. Menimpa memberikan kesan bahwa bukan kemauan saya hal ini terjadi. Tapi yang sebenarnya adalah, saya melakukan ini karena saya ingin" Bella menatap Lita tepat di mata.

"Menarik.." sahut Lita pelan.

Bella membuang nafas seraya memalingkan muka. Terlihat jelas oleh Lita, gadis itu tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Kamu ingat Sumi?" Lita mulai memancing.

Sekian detik Bella hanya terdiam. Saat kembali menatap Lita, gadis itu berujar pelan.

"Anda bercanda? Bagaimana bisa saya melupakannya?" Bella berkata santai.

"Iya, saya rasa kamu tidak akan melupakannya. Tertulis disini, beliau adalah korban pertamamu" jawab Lita

"Hahahaha...." gadis itu tertawa sampai kepalanya terdongak keatas.

"Dia bukan korban pertama saya. Dia adalah target pertama saya" Bella menjawab di sela sela tawa

Lita mengerutkan kening dan mulai berpikir.

"Target? Bagaimana bisa dia menjadi target" pertanyaan lanjutan terlontar dari mulutnya

"Hahahahaha, saya pikir anda pintar profesor. Tapi tetap saja, anda bahkan tidak mengerti saya. Dia menjadi target karena saya yang memutuskan begitu" Bella masih terkekeh.

"Dari awal saya memang mengincarnya"

Lita kembali mencatat beberapa poin penting. Untuk pertemuan pertama ini, ia tidak akan terlalu menekan Bella. Ia perlu mengobservasi gadis ini. Untuk kasus ini, pendekatan secara pribadi sangat diperlukan untuk mengungkap kepribadian gadis itu.

Bella kembali terdiam, seolah olah ia memiliki dunia dan pikirannya sendiri. Beberapa saat Lita hanya memandangnya. Sampai akhirnya wanita itu membuka suara.

"Mood anda sepertinya tidak terlalu bagus Bella"

"Saya dan asisten saya akan pergi sekarang. Kami akan kembali lagi di lain hari" lanjutnya

Bella mendongak

"Berhenti bicara basa basi profesor. Berhenti juga mengajukan pertanyaan retoris. Saya tidak akan menjawab pertanyaan yang anda sudah tau jawabannya. Tanyakan apa yang ingin anda tau. Dan jika saya ingin, saya akan menjawabnya" ucap Bella menatap Lita.

Lita hanya tersenyum mendengar pernyataan Bella, setelah itu ia dan Rere berjalan menuju pintu keluar dari ruangan. Sedangkan Bella, gadis itu kembali melihat pemandangan di luar jendela.

***********

Hujan mengguyur kota ini selepas matahari terbenam. Lita sedang duduk di meja kerjanya. Dihadapannya berserakan berkas berkas mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Bella. Hasil pengamatannya dari pertemuan pertama, Bella adalah sosok yang tertutup. Gadis itu lebih nyaman dengan dirinya sendiri. Selain itu, cerdas. Dengan latar belakang pendidikan yang biasa biasa saja, Bella memiliki pemikiran yang mendalam. Masih terlalu dini untuk melabeli gadis itu dengan stempel psikopat. Walaupun Lita tau, ada kecenderungan ke arah sana. Lusa, ia akan kembali menemuinya.

************

Sudah setengah jam Lita duduk dihadapan Bella. Keduanya terdiam. Lita sibuk mengamati gerak gerik gadis itu. Sedangkan Bella, ia sedang meminum kopinya.

"Bolehkah saya meminta segelas kopi" tanyanya pagi itu kepada petugas rumah sakit. Petugas itu memberitahu Lita bahwa Bella dengan sangat sopannya meminta.

Setelah mendapat kopinya, gadis itu menuju tempat duduk favorit yang menghadap ke halaman luar. Lita yang sudah setengah jam menunggu pun tidak dihiraukannya.

"Apa yang ingin anda tanyakan?" Gadis itu menggeser kursinya menghadap Lita

"Kenapa kamu membunuh Sumi?" Kali ini Lita langsung menuju ke pertanyaan.

"Karena dirinya sendiri" jawab Bella seraya menyesap kopi yang sudah mulai dingin

"Jelaskan" sambung Lita

Bella meletakkan gelasnya.

"Wanita itu putus asa" Bella memulai

"Ia merasa tidak berguna untuk siapa siapa. Bagaimana bisa berguna jika untuk hidup pun dia kesulitan. Sebagai ibu dia tidak berguna dalam hal mendidik anak anaknya sehingga mereka menelantarkannya saat tua. Sebagai manusia, dia juga tidak berguna karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain memulung untuk bertahan hidup. Sebagai manusia, dia sudah menjadi sampah karena tidak berguna untuk siapa siapa. Bukankah kematian adalah pilihan yang tepat?"

Lita mencatat semua jawaban Bella.

"Jadi kamu merasa perlu melenyapkannya, hanya karena dia tidak berguna?" Tanya Lita

"Tentu. Dunia semakin rusak karena manusia manusia seperti wanita tua itu. Mereka tidak memiliki kemampuan bertahan hidup. Yang bisa mereka lakukan hanyalah iri dan menyalahkan manusia lain yang nasibnya lebih baik. Saya rasa, anak anak pemulung itu bernasib baik. Itulah sebabnya, wanita itu menginginkan anak anaknya menengoknya. Dia berharap anak anaknya bisa membantunya bertahan hidup" tandas Bella tegas.

"Ini yang membuat saya muak profesor" Bella membetulkan posisi duduknya.

"Para orang tua yang merasa berjasa membesarkan anak anak mereka. Sehingga, saat mereka sudah tidak mampu bertahan hidup, mereka akan menuntut kepada anak anaknya atas apa yang dulu pernah mereka lakukan. Mereka selalu berbicara seolah olah mereka adalah orang tua yang hebat. Tapi disaat tua, mereka menjadi parasit. Mengungkit semua, melabeli anak anak mereka anak durhaka jika sedikit saja tidak mau memenuhi keinginan mereka. Bukankah seorang anak tidak bisa memilih dari rahim mana ia dilahirkan prof?"

"Teruskan.." sahut Lita

" Untuk apa mereka bersusah payah membesarkan anak anak mereka jika pada akhirnya mereka akan menuntut balas jasa? Memuakkan" sahut Bella tersenyum sinis.

Lita tersenyum dan menutup buku catatan. Apa yang dia cari sudah ia temukan jawabannya.

"Gadis dengan pola pikir menarik" batin Lita

Bella sendiri kembali melihat pemandangan di luar jendela. Selama beberapa menit kedua wanita itu tenggelam dalam kebisuan. Hingga akhirnya Lita berdiri dan berpamitan, Bella masih belum mengalihkan matanya dari jendela.

Episode 3

Plak!!

Bella baru saja memasuki minimarket tempatnya bekerja saat matanya menatap sepasang muda mudi yang bertengkar di depan showcase minuman.

"Tega kamu giniin aku!!" Gadis berusia awal 20an berusaha menekan suaranya agar tidak memancing perhatian pengunjung lain.

"Bisa-bisanya kamu tidur sama cewek lain setelah apa yang kamu lakukan! Aku pikir kamu tulus sama aku! Munafik!

Diluar dugaan, pemuda yang ditamparnya hanya tersenyum.

"Kita ngelakuin ini atas dasar suka sama suka. Kamu yang seharusnya jangan munafik. Tidur denganmu bukan berarti aku memiliki perasaan lebih untukmu" balas pemuda tersebut

Perkataan pemuda itu seketika membuat wajah sang gadis merah padam. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia pergi meninggalkan pemuda itu. Sedangkan yang ditinggalkannya hanya tersenyum seolah tidak terjadi apa apa.

Tidak berapa lama, pemuda itu keluar dari minimarket. Saat melintas di depan Bella, dia mengatakan sesuatu.

"Pertunjukan gratis telah usai, mulailah bekerja"

Bella menatap punggung si pemuda hingga menghilang di tikungan jalan depan.

**********

Bella mengenali pemuda itu karena seringnya ia berkumpul bersama teman-temannya sesama pecinta motor antik. Mereka sering mampir ke minimarket tempatnya bekerja untuk membeli minuman ringan, kemudian duduk di halaman minimarket sampai larut malam.

"Kumpulin duit taruhan yang kemarin, gue udah berhasil tidur sama Viva" pria itu berseru ke arah teman-temannya.

"Serius lo? Gilaaa, ga salah kalau julukan penakluk wanita jatuh ke tangan lo!" Balas salah satu temannya

Suasana menjadi riuh, beberapa memuji keberhasilan pemuda itu yang kabarnya sering melakukan taruhan untuk meniduri wanita. Beberapa lagi menggelengkan kepala dan merasa bahwa apa yang dilakukan sang pemuda bukanlah suatu prestasi. Bella sekilas mendengar, malam ini mereka mengadakan taruhan lagi untuk meniduri seorang gadis di kampus tempat mereka berkuliah. Mata hitam Bella menatap lekat ke arah pemuda itu.

************

Bella sedang melihat langit dari tempatnya berdiri. Malam ini ia sangat menikmati atmosfer sepi dan hening karena waktu sudah beranjak tengah malam. Jam kerjanya sudah berakhir satu jam yang lalu. Tapi gadis itu memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia ingin menikmati dinginnya udara dan sunyinya suasana. Saat saat seperti ini yang dia sukai. Malam seolah meredupkan polusi cahaya dan polusi suara yang membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Pikirannya jauh mengembara ke segala arah, saat melihat satu sosok yang dikenalnya melintas. Sosok tersebut berjalan menuju taman dengan langkah yang santai. Dengan senyum sinis di bibirnya, gadis itu memasang tudung sweaternya dan mulai berjalan perlahan.

**************

Di depan dr Arka terbujur kaku jenasah seorang pemuda. Kepolisian baru saja mengirimkan jenasah ini kemari untuk di otopsi. Dari tampilan luar, tidak terlihat adanya luka selain luka yang ada di kepala.

Pria berkacamata itu melakukan semua prosedur otopsi dengan berurutan. Tidak ada detil yang terlewat satupun juga, semua tidak lepas dari pengawasannya. Korban meninggal 12 jam yang lalu, ditandai dengan tubuh yang mulai kaku, dan livor mortis atau lebam mayat yang sudah terlihat jelas. Penyebab kematian adalah pendarahan di otak karena hantaman keras benda tumpul. Melihat luka, diduga pelaku memukul kepala korban membabi buta dari segala arah. Dan dapat dipastikan, pelaku memiliki kekuatan tangan yang cukup kuat. Satu kali hantaman dapat langsung meretakkan tulang tengkorak. Karena hal inilah, korban menemui ajal.

***********

Polisi kembali dibuat bingung. Disekitar TKP tidak ada satupun terpasang CCTV. Kesaksian para teman-teman korban pun tidak sesuai dengan lokasi terakhir korban. Teman temannya bersaksi secara terpisah bahwa korban berpamitan sebentar untuk pergi ke toilet yang berada di minimarket. Tapi dari pantauan CCTV di dalam minimarket, korban tidak pernah sekalipun masuk ke dalam toilet. Beberapa jam kemudian, korban ditemukan berada di taman yang berjarak kurang lebih 500 kilometer dan sudah dalam keadaan meninggal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!