Lili. Lili Gunawan. Dia merupakan putri kedua dari Arkan Gunawan. Ibunya bernama Ayuandini William, kemudian berganti menjadi Ayuandini Gunawan karena menikah dengan Marga Gunawan. Ibu Lili merupakan orang yang sangat kaya raya karena ia mewarisi seluruh harta Keluarga William. Dia adalah satu-satunya Keluarga William yang tersisa.
Bagi Ayuandini Gunawan, Lili Gunawan adalah anak pertamanya. Sedangkan bagi Arkan Gunawan, Lili adalah anak keduanya. Arkan Gunawan menikahi seorang Dhini untuk mengambil alih seluruh harta warisannya. Ia dengan tega melakukan itu demi ambisinya yang menggebu-gebu, agar ia menjadi orang yang sangat kaya raya.
Pada akhirnya Dhini meninggal dunia karena tertembak, saat usia Lili masih berusia 6 tahun. Dua bulan setelah kepergian Dhini, Arkan menikahi istri sirinya secara syah. Wanita itu bernama Merry, yang kemudian menyandang Marga Gunawan. Merry Gunawan itu di bawa ke rumah yang di tinggalkan oleh Dhini. Ia pun membawa anak haramnya yang bernama Kirana Gunawan.
Beberapa bulan kemudian dia mempunyai anak perempuan lagi. Anak itu bernama Tika Gunawan.
Tiga belas tahun telah berlalu.
Lili sudah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik. Wajahnya sangat mirip dengan Ibunya, tetapi ia memiliki mata seperti ayahnya.
Hari ini Lili berpenampilan sangat cantik dan seksi. Ia memakai rok mini lepis dengan atasan terbuka. Ia menutupi atasan itu dengan jaket lepis yang berwarna senada dengan rok mininya.
Ia berpenampilan glamor, namun Ia menutupi wajahnya dengan menggunakan masker dan topi berwarna putih.
Lili menyeret koper keluar dari bandara. Ia pergi ke gedung dimana tunangannya sedang melakukan seminar. Pada saat itu nama tunangannya sedang naik daun, sangat banyak orang-orang yang ingin mendatangkannya ke tempat seminar. Sedangkan dirinya sendiri berbanding terbalik dengan tunangannya. Ia hanyalah wanita yang sedang di perbudak oleh cinta menggelora.
Hari itu, Lili melangkahkan kaki untuk mendekati seorang pengawal.
"Saya adalah Lili Gunawan. Saya tunangan dari Rivaldo Efendy. " Lili berbisik kepada Pengawal dan memperlihatkan wajahnya.
Sang Pengawal berlari, dan mendekati Sekretaris Rivaldo yang bernama Fandy.
"Pak Fandy, Nona Lili ada di sini" Pengawal yang berbadan tegap berbisik ke telinga Fandy.
Fandy segera berlari kecil mendekati Lili. Ia melihat Lili sedang membawa kantong yang berisi kotak kado.
"Nona, Tuan Rivaldo masih di atas panggung. Nona silahkan menunggu di sini saja."
Fandy menyuruh Lili untuk mengikutinya. Lelaki tampan itu melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Tinggal 5 menit lagi Nona. Tuan Rivaldo akan turun dari panggung dan melewati pintu itu." Fandy menunjuk salah satu pintu belakang panggung.
"Pintu itu. " Lili ikut menunjuk pintu yang sama dengan Fandy.
"Iya, pintu itu Nona. "
"Maaf Nona, saya harus pergi dulu karena ada yang harus saya kerjakan. " Fandy berpamitan kepada Lili.
"Iya silahkan. " Lili pun mengambil ponsel yang berada di dalam kantong jaketnya.
Tak lama kemudian, suara bertepuk tangan terdengar sangat keras. Lili melihat jam tangannya.
"Ah, sudah waktunya." Lili tersenyum bahagia sambil mengangkat pantatnya dari kursi. Ia bersembunyi di balik dinding. Seorang Lili bersiap-siap untuk memberikan kado kepada tunangannya. Hari itu adalah hari jadian mereka. Lili berniat merayakannya dengan membelikan Rivaldo sebuah kado.
Lili melihat wajah tampan Rivaldo keluar dari pintu belakang panggung.
"Say... " Lili menghentikan kalimatnya, ia terkejut melihat Rivaldo dengan seorang perempuan. Ia tidak bisa melihat wajah perempuan itu karena Rivaldo dan perempuan itu akhirnya berciuman. Lili melihat aktivitas itu dari kejauhan.
Ia cuman terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia membalikkan badannya dan kembali bersembunyi di balik dinding.
Tanpa disadari matanya mulai berlinangan air mata. Ia terduduk lemas sambil melihat kado yang berisi jam di tangannya. Jam itu dia beli dengan menjual kalung pemberian Kakeknya yang sudah lama meninggal dunia. Hal itu dia lakukan karena dia sangat mencintai Rivaldo.
Lili gadis cantik yang masih berumur 19 tahun lebih 1 bulan. Sedangkan Rivaldo, pria tampan sukses yang berumur 26 tahun. Mereka berdua di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. Meskipun di jodohkan, Lili sangat mencintai dan menyayangi Rivaldo.
"Aku tidak percaya, kenapa kamu menghianatiku seperti itu?" Lili pun mengendap-ngendap pergi dari tempat itu.
Ia memutuskan pergi ke sebuah Bar dan memesan minuman berakohol beberapa botol. Ia ingin melupakan semuanya dengan mabuk, meskipun baru pertama kali melakukannya.
Tak beberapa lama kemudian, Lili sudah merasa mabuk. Ia sangat ingin merebahkan badannya di atas kasur. Namun Si*l, hotel yang ia pesan terlalu jauh dari Bar tersebut. Akhirnya ia memutuskan memesan hotel terdekat yang ada di sekitar Bar itu.
Pada saat itu, Ia mendapatkan kamar VIP bernomor 226. Ia melangkahkan kaki memasuki kamarnya. Setiap mata tertuju ke arah Lili, karena ia memakai pakaian yang cukup seksi. Ia membuka jaket lepis yang menutupi atasan terbukanya. Seorang Lili menenteng jaket dan tasnya memasuki kamar hotel.
Namun sayang, pada saat itu ia memasuki kamar bernomor 225. Kebetulan kamar itu tidak terkunci. Lili masuk saja ke kamar itu, karena penglihatannya sudah kabur. Ia mengira, kamar bernomor 225 adalah kamar bernomor 226.
Lili merebahkan badannya ke kasur, dan memandangi sekeliling kamarnya. Pada saat itu, Lili pun tertidur di kamar itu.
....
"Apakah wanita itu sudah masuk? Agam bertanya kepada salah satu pelayan yang di suruh mengawasi kamar VIP bernomor 225.
"Sudah Pak. " Pelayan itu mengira Lili adalah wanita yang di tunggu oleh kamar pemilik nomor 225 karna pada saat itu kebetulan pakaian Lili sangat terbuka.
Tak lama kemudian datanglah dua anak buah Agam yang memapa saudaranya yang bernama Adam. Adam pada saat itu sangat mabuk berat. Dia telah di beri perangsang oleh seseorang.
"Bawa saudaraku masuk. " Agam memerintah anak buahnya.
Dua anak buah itu membaringkan Adam di sebelah Lili yang tertidur pulas. Mereka bertiga pun pergi dari tempat itu.
"Semoga ini bisa membantumu saudaraku." Agam pergi dari tempat itu.
Adam adalah seorang Ketua Geng Mafia secara turun temurun. Dia merupakan Ceo dari Perusahaan Manggala Grup. Adam sangat hebat di bidang IT, bahkan dia membuat program sendiri untuk Manggala Grup.
Hari ini Adam mabuk berat karena ia harus menyetujui menikahi anak dari musuh buyutan ayahnya. Hal itu harus ia lakukan demi kedamaian kedua belah pihak. Ia baru saja bertemu dengan wanita yang akan dia nikahi. Namun dia di beri obat perangsang oleh wanita itu karena Adam terus saja menolak untuk menikahinya.
Tapi sayang, hal itu dengan cepat di ketahui oleh saudara tiri Adam yang bernama Agam. Ia tidak ingin kakaknya terjebak. Hingga akhirnya ia menyewa wanita malam untuk datang. Namun yang datang adalah Lili.
Di malam itu, terjadilah malam panas yang tidak terduga oleh Lili. Lili terbuai oleh sentuhan Adam. Ia mengira, orang yang menyentuhnya adalah Rivaldo Efendy. Ia menyangka, hal yang dia lakukan hanyalah sebuah mimpi. Ia menikmati mimpi yang akan menyebabkan petaka bagi dirinya.
Malam itu mereka saling memuaskan. Mereka berciuman dengan ganas, sehingga meninggalkan beberapa tato di buah jeruk milik Lili.
Setelah melakukan aktivitas panas itu. Mereka pun tertidur dengan sangat lelap.
Di jam 3 pagi, Adam Manggala terbangun dari tidurnya. Dia terkejut melihat ada seorang wanita yang tertidur lelap di sampingnya.
Adam membisikkan kata-kata ke telinga wanita itu.
"Maafkan aku" Dia membuka kalung garuda yang ada huruf M kecil di belakang kalung itu.
Ia bangkit dari tempat tidur secara pelan-pelan, dan memasang pakaiannya. Ia pun pergi meninggalkan kamar itu.
Sebelum pergi Adam menulis sesuatu dan meninggalkan seikat uang.
"Maaf, aku meninggalkanmu lebih dulu. Aku mengenal siapa dirimu. Suatu saat nanti, aku akan menemuimu di waktu yang tepat."
Adam pun pergi meninggalkan kamar itu.
Adam menelfon seseorang tepat berada di depan pintu kamar bernomor 225.
"Agam, kamu dimana?" Tiba-tiba saja pintu yang tak jauh dari kamar bernomor 225 terbuka. Seseorang melambaikan tangan, yang di ikuti Agam keluar dari kamar itu.
Adam mematikan telfonnya dan melangkah cepat menuju kamar tersebut. Adam memasuki kamar itu, kemudian merebahkan badannya di atas kasur.
"Agam, kamu tau siapa wanita itu? " Wajah Adam sangat datar, ia menatap langit-langit kamar itu.
"Dia adalah wanita khusus yang aku carikan untukmu." Agam yang tadi berdiri ikut merebahkan badannya ke sebelah Adam.
"Apa saudaraku menikmatinya?" Agam memutarkan kepalanya agar bisa melihat wajah Adam.
Adam memutarkan kepalanya, ia menatap Agam dengan tatapan datar dan dingin.
"Dia adalah Lili Gunawan. Tidak mungkin seorang Lili menjadi wanita pelayan. Dia cucu dari Nupo William. "
Agam sangat terkejut, ia langsung berusaha duduk dari posisi rebahannya.
"Nupo William? Nupo William adalah teman sepeguruan Kakek. Aku tau betul tentang cerita itu. " Agam menatap wajah Adam dengan sangat serius.
"Itulah, aku baru menyadarinya saat aku terbangun. Tidak mungkin cucu dari Nupo William akan menjadi pel**ur." Adam memegang keningnya dan melanjutkan dengan mengusap rambutnya.
"Mungkin terjadi kesalahan saudaraku, aku akan menyelidikinya. " wajah Agam sangat tegang, ia sangat ketakutan apabila Adam marah besar kepadanya.
"Aku akan memberitahumu sesuatu. Nupo William meninggal dunia karena melindungi Kakek kita. Putri dari Nupo William tidak sengaja terkena tembak saat berusaha melindungi ayah kita. Jadi kita berhutang dua nyawa kepada mereka."
"Jadi wanita itu adalah putri Nupo William saudaraku? yang berarti dia adalah ibu dari Lili Gunawan. " wajah Agam semakin tegang.
"Agam, ambilkan notebookku di dalam mobil. Aku menyembunyikan notebookku di bawah tempat duduk sebelah pengemudi. Di situ ada penyimpanan rahasiaku." Agam dengan langkah seribu pergi meninggalkan kamar itu yang diikuti oleh satu bodyguard. Sedangkan tiga bodyguard yang lainnya menjaga Adam.
"Bagaimana mungkin saudaraku meletakkan notebook di bawah tempat duduk begitu. Dia adalah pria yang cukup misterius." Agam terus melangkahkan kaki sambil mengoceh.
Di jam segitu, Adam menembus CCTV hotel dengan kelihaiannya. Dia mencari tahu kenapa Lili bisa tidur dengannya. Apakah benar seorang Lili adalah Pel**ur?
Adam melihat video CCTV yang berhasil dia tembus. Ia memperhatikan gerak gerik Lili menjelang memasuki hotel.
"Dia salah masuk kamar" Adam bicara sendirian yang bisa di dengar oleh Agam dan yang lainnya.
"Bagaimana bisa saudaraku? " Agam mengambil laptop dan melihat videonya secara seksama.
"Dia pikir, kamar bernomor 225 adalah kamar bernomor 226. Dia salah masuk kamar." Adam berdiri dan memperlambat saat resepsionis bilang kepada Lili bahwa kamarnya bernomor 226. Di video itu, Lili hanya mengangguk kepada resepsionis. Ia berusaha berdiri kokoh meskipun ia agak mabuk.
"Tapi kenapa dia memakai masker dan topi? jika dia mabuk begitu, kenapa resepsionis tidak mengantarkannya ke kamar" Agam terlihat agak emosi.
"Bagaimanapun hal ini sudah terjadi. kita hanya perlu pikirkan bagaimana caranya menghadapi soal ini ke depannya. Kita tidak usah memperdebatkan sesuatu yang tidak akan bisa kita ubah. " Hal itu membuat Agam terdiam.
Cahaya matahari menembus ke kaca dan membuat mata Lili terasa silau. Lili dengan malas membuka kedua matanya.
"Ah, kepalaku pusing sekali." Lili memegang kepalanya.
Ia berusaha duduk dan menyandarkan badan.
"Eih, kemana pakaianku? " Lili agak terkejut melihat badannya tidak memakai sehelai benang pun pakaian.
" Ini kalung siapa? " Lili melepaskan kalung burung garuda yang ia pakai. Ia melihat dengan teliti kalung itu. Di belakang kalung itu terdapat huruf M kecil.
"M? " Tiba-tiba ponsel Lili berbunyi di dalam tasnya. Ia berusaha meraih tasnya.
"Uang dan tulisan? apa maksud semua ini." Kertas berisi tulisan dan seikat uang jatuh karena Lili menarik tasnya.
Lili dengan segera mengangkat telfon, sambil memungut kertas tulisan dan uang yang di ikat.
"Nona, Nona Lili berada di mana? Tuan Arkan bertanya, kapan anda akan pulang?" Seorang Sekretaris Ayahnya menanyakan keberadaan Lili.
"Aku di kamar hotel Pak Dhani. Aku akan sampai di rumah sebelum besok pagi. Aku perlu berkemas, bersih-bersih dan memesan tiket untuk pulang. Katakan kepada ayah, aku akan pulang secepatnya."
"Baiklah Nona, jaga dirimu." Lili mematikan telfon itu tanpa menjawab Pak Dhani.
"Bagaimana ini? Aku harus cepat pulang, sebelum Ayah sangat murka kepadaku."
Lili memasukan kertas tulisan dan seikat uang yang ada di tangannya ke dalam tasnya. Ia pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Dan empat puluh menit kemudian ia pergi meninggalkan hotel bernomor 225.
.....
Pada jam 5 sore, Lili sudah sampai di Kediaman William yang sekarang menjadi Kediaman Gunawan.
Koper Lili di bawakan oleh seorang pelayan baru baya.
"Wow, nyonya besar kita sudah pulang. " Wanita paru baya bernama Merry berdiri di lantai dua.
"Kenapa harus pulang? kenapa tidak pulang selamanya. Rumah ini begitu terasa sesak, saat seorang pengacau sudah pulang ke rumah." Lalu Merry masuk ke dalam kamarnya.
Lili hanya diam saja mendengar ocehan Ibu Tirinya. Hal itu adalah hal yang biasa terjadi di rumah itu.
Kediaman Gunawan di huni oleh 5 orang majikan dan beberapa pelayan, di tambah 4 orang satpam yang bergantian menjaga rumah.
Lili memasuki kamarnya sambil bertanya kepada seorang paru baya yang mengantarkan kopernya.
"Bi, Ayah dimana? apakah dia belum pulang bekerja? " Lili menatap wanita paru baya itu.
"Tuan Arkan belum pulang bekerja Nona Lili."
"Lalu bagaimana dengan Kirana dan Tika? kenapa aku tidak melihat mereka? " Lili kembali bertanya kepada pelayannya.
"Nona Kirana katanya akan pulang besok sore. Sedangkan Tika, dia akan pulang satu jam lagi. Dia sedang mengikuti les privat Nona. "
"Hmp, Kirana pulang besok sore saja tidak di permasalahkan oleh Merry. Dia tidak berkaca sebelum bicara begitu kepadaku."
"Sabar Nona Lili, semua akan indah pada waktunya." Wanita paru baya itu menatap Lili dengan intens.
"Maaf Nona, saya harus melanjutkan pekerjaan lainnya" Wanita paruh baya itu berpamitan kepada Lili dan menutup pintu kamar Lili.
Lili merebahkan badannya ke kasur. Ia masih merasakan hal yang kurang enak di bagian kem***annya.
Ia membuka tasnya dan mengambil kertas yang berisi tulisan yang ia temukan di hotel. Ia membaca tulisan itu.
"Maaf, aku meninggalkanmu lebih dulu. Aku mengenal siapa dirimu. Suatu saat nanti, aku akan menemuimu di waktu yang tepat."
"Hmp, siapa pria ini? apakah dia penggemar rahasiaku? ah, penggemar rahasia. Mana mungkin aku mempunyai penggemar rahasia. Semua orang membenciku. Termasuk Ayahku sendiri. Pokoknya semua orang memang membenciku, tidak ada yang menyukai keberadaanku kecuali Ibu dan Kakek." Lili meremas kertas itu hingga kusut.
"Aku merindukan mereka berdua. " Lili mengambil foto yang di pajang di atas nakasnya. Ia memeluk foto itu.
Di foto itu Lili Kecil bersama Ibu dan Kakeknya terlihat sangat bahagia. Lili sangat ingin kembali ke masa-masa itu.
....
Sedangkan di Kediaman Manggala. Adam melihat foto Ayah dan Ibunya yang bergandengan tangan. Mereka terlihat sangat bahagia di foto itu.
Adam kembali membuka album foto. Dimana di foto itu terdapat Foto Kakeknya dengan Kakek Lili. Mereka berdua berfoto berdekatan sambil duduk di sebuah kursi yang sangat mewah.
"Apakah kalian sedekat itu? sampai rela mengorbankan nyawa masing-masing." Adam berbicara sendirian.
Lalu, Adam merebahkan badannya ke atas kasur. Ia masih teringat saat dia mencium bibir Lili dengan lahap.
"Wanita itu. Kenapa jantungku harus berdebar-debar?" Adam meletakkan tangannya ke dada dan merasakan detak jantungnya.
Beberapa Minggu telah berlalu.
Lili berdandan cantik untuk pergi ke sebuah pesta pernikahan dengan Rivaldo.
"Lili sepertinya sudah selesai Tuan Arkan, saya akan membawa Lili untuk waktu yang cukup lama hari ini. " Rivaldo meminta izin kepada Arkan, setelah melihat Lili menuruni tangga.
"Iya, Silahkan Tuan Effendy Muda. Mohon bimbingannya jika Lili membuat... " Arkan tidak meneruskan perkataannya, dia memejamkan matanya dan tersenyum kepada Rivaldo.
"Tenang saja Tuan Arkan, hari ini Lili tidak akan melakukan kesalahan yang menyebabkan keonaran. Saya akan selalu berada di sampingnya di saat pesta sedang berlangsung." Rivaldo menatap Arkan sejenak dan kemudian menatap Merry yang juga duduk di samping Arkan.
Lili sudah turun dari tangga, Rivaldo segera mengangkat pantatnya dari sofa dan berdiri, ia menghampiri Lili yang sangat berbeda dengan penampilan yang sebelumnya.
"Penampilanmu yang ini, lebih sederhana dari sebelumnya, namun terkesan lumayan elegant. Aku sangat menyukai penampilanmu hari ini" Rivaldo berbisik ke telinga lili dan hendak mencium Pipi Lili di hadapan Arkan dan Merry.
Lili mundur selangkah, ia tidak ingin di kecup oleh Rivaldo. Wajahnya sangat datar dan dingin.
"Ayo kita berangkat Rival, kita sudah sangat terlambat. " Lili melihat wajah Rivaldo yang sedikit aneh, kemudian ia menatap Arkan tanpa melihat Merry di samping Arkan.
"Ayah, aku akan pergi sebentar." Lili hanya meminta izin kepada Arkan.
"Iya hati-hati sayang." Namun hal itu di jawab oleh Merry yang berpura-pura mengambil muka kepada Arkan dan Rivaldo.
"Baiklah Nyonya Merry, kami pergi duluan. Kami akan menunggu kehadiran kalian berdua di pesta itu." Rivaldo dan Lili meninggalkan tempat itu.
Sebelum meninggalkan Kediaman Gunawan, Rivaldo sempat melihat ke arah Kamar Kirana.
Ternyata hal itu diam-diam di perhatian oleh Lili. Lili pura-pura tidak tau bahwa Rivaldo sempat memperhatikan Kamar Kirana.
Mobil pun melaju dengan santai. Lili hanya diam tanpa mengatakan apapun kepada Rivaldo.
"Apa kamu mendadak tidak mempunyai suara hari ini? atau lidahmu hilang setelah kita meninggalkan rumah tadi. " Rivaldo membuka suara.
"Aku hanya tidak enak badan hari ini. " Lili menjawab tanpa melihat ke arah Rivaldo yang sedang menyetir.
"Kalau kamu tidak enak badan, kenapa kamu tidak beristirahat saja di rumah? aku bisa pergi sendirian ke pesta itu. " Rivaldo sesekali melihat wajah Lili yang agak berbeda. Beberapa minggu ini perlakuan Lili sangat berbeda seperti biasanya. Ia lebih murung dan terlihat tidak bersemangat. Berbanding terbalik dengan sifatnya yang sebelumnya.
"Aku mendadak tidak enak badan setelah selesai mandi. " Lili menatap Rivaldo dengan wajah datar dan dingin.
Biasanya Lili ini akan menatap Rivaldo dengan senyuman manis. Dia akan bergayutan di lengan Rivaldo di saat Rivaldo sedang menyetir. Lili sesekali akan mencium Pipi Rivaldo yang membuat Rivaldo sedikit kesal. Tapi beberapa minggu ini, Lili tidak melakukannya lagi. Dia tidak seceria dulu.
"Aneh, kenapa aku merindukan sifat Lili yang dulu. Aku merindukan senyuman manisnya." Rivaldo bicara di dalam hatinya dan sesekali tetap memperhatikan wajah Lili yang datar.
Mereka sudah sampai di pesta pernikahan.Pesta pernikahan itu di laksanakan secara privat. Hanya orang-orang penting yang di undang di pesta tersebut.
Rivaldo keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Lili. Rivaldo memberikan tangannya untuk membantu Lili keluar dari dalam mobil. Namun Lili mengambaikannya, ia lebih memilih berpegangan di ganggang pintu, lalu pergi dari tempat itu.
Rivaldo sangat heran dengan tindakkan Lili.
"Ada apa dengan wanita mungil itu?" Rivaldo berbicara agak pelan.
....
Ternyata mereka berdua menghadiri pernikahan Keluarga Manggala dengan Keluarga Roger. Itu adalah Pernikahan Adam Manggala dengan Camilla Roger. Rivaldo dan Keluarga Gunawan di undang dalam pesta itu karena perusahaan mereka bekerja sama dengan perusahaan Keluarga Manggala dalam setahun ini.
Di meja makan, Rivaldo minta izin sebentar kepada Lili setelah ada seseorang yang menelfon tetapi tidak dia angkat. Rivaldo melangkah dengan cepat menuju balkon kecil yang berada di sebelah toilet. Balkon tersebut agak tersembunyi.
Lili mengikuti Rivaldo tanpa sepengetahuannya. Lili melihat Rivaldo sedang berbincang-bincang dengan seorang wanita.
"Rival, aku hamil. Ini adalah anak kamu, aku hanya melakukannya denganmu. "
"Trus? maumu apa? kamu tau kan, Ayahmu telah menjodohkanku dengan Saudaramu. Aku tidak mungkin menikahimu." Rivaldo terlihat kesal.
"Kenapa kamu tidak menikah denganku saja? Apa bagusnya Lili? dia hanya bocah yang haus perhatian. " Wanita itu juga terlihat kesal.
"Kirana! kamu tau kan tujuan keluargamu. Mereka ingin aku menikahi Lili, bukan dirimu. Kamu akan kehilangan harta warisan jika menikah cepat denganku." Rivaldo mulai membentak Kirana.
"Tapi bagaimana anak ini? " Kirana menatap Rivaldo dengan tajam.
"Gugurkan. " Hanya kata itu yang keluar dari mulut Rivaldo.
"Tapi aku sangat ingin menikah denganmu, aku mencintaimu Rivaldo. " Kirana memegang tangan Rivaldo.
"Aku juga mencintaimu, tapi ingat tujuan keluargamu. Mereka ingin Lili cepat menikah, supaya dia keluar dari ahli waris utama. Mereka melakukannya karena dirimu. Mereka ingin Perusahaan William Grup dibawah kendalimu karena kamu lebih mampu dari pada Lili."
"Braak! "
Tiba-tiba saja pintu balkon itu terbuka, mereka sangat terkejut karena ada seseorang yang mendengarkan perbincangan mereka.
"Jadi begitukah yang sebenarnya? kalian berdua menjalin kasih. Kalian semua menjebakku cuman karena harta. Kalian lebih mementingkan harta dari pada perasaan. Aku sangat membenci kalian semua." Lili pergi meninggalkan balkon itu, ia di kejar oleh Rivaldo.
"Lili, aku bisa jelaskan. Dengarkan aku."
Tapi Lili tidak memperdulikannya dan tetap melangkahkan kaki dengan cepat.
"Lili ..."
Rivaldo tetap mengikuti Lili. Namun tiba-tiba Lili jatuh pingsan.
"Lili ..."
"Apakah kamu baik-baik saja? " Rivaldo berlari mendekati Lili.
"Sepertinya dia pingsan. "
"Iya, dia pingsan. "
"Bawa dia ke rumah sakit."
Beberapa orang yang melihat itu, menyuruh Rivaldo membawa Lili ke rumah sakit.
Rivaldo dengan cepat menggendong Lili, dan membawanya ke rumah sakit dengan mobil.
....
Dokter sedang memeriksa Lili di dalam ruangan. Rivaldo, Kirana, Arkan,Merry dan Tika sudah berada di depan ruangan itu.
Keluarga Gunawan pura-pura perhatian kepada Lili demi menghargai Rivaldo calon menantunya.
"Cekrek.!" Pintu kamar Lili di buka oleh Dokter.
"Apa Lili baik-baik saja dok? " Rivaldo bertanya dengan sangat cemas.
"Dia baik-baik saja, itu adalah hal yang wajar bagi seorang wanita yang sedang hamil muda." Dokter menepuk-nepuk pundak Rivaldo.
"Hamil? " Rivaldo menatap dokter, kemudian menatap Arkan.
Ternyata di dalam kamar, Lili mendengar itu semua. Ia hanya pura-pura tertidur setelah mendengar semuanya. Tanpa di sadari ia hanya meneteskan air mata.
"Aku tidak tau bagaimana caranya menghadapi ini semua. Aku harus bersedih atau aku harus berbahagia? berbahagia karena pernikahanku di batalkan. Namun, aku harus bersedih karena kehamilan ini akan menghancurkan kehidupanku. " Lili bicara di dalam hatinya sambil meneteskan air mata.
Tidak ada seorangpun yang melihat kondisi Lili di ruangan itu kecuali Dokter dan Perawat yang memeriksanya. Lili hanya dibiarkan begitu saja oleh keluarganya sendiri.
....
Arkan mendapat pesan dari Keluarga Efendy.
"Kami tidak bisa membiarkan putra kami menikahi anakmu yang hamil di luar nikah. Kata Rivaldo, anak yang di kandung Lili bukanlah anaknya. Namun kami tidak bisa membiarkan keluarga kami malu atas pernikahan ini, karena undangan pernikahan sudah tersebar kemana-mana. Kami ingin Kirana menjadi ganti Lili."
Pesan itu hanya berakhir seperti itu.
Arkan memanggil Kirana dan Merry ke ruangan kerjanya dan menceritakan permintaan Keluarga Efendy.
"Aku akan menyetujuinya ayah, tapi sebelum aku menikah dengan Rivaldo. Aku ingin ayah mengusir Lili dari rumah ini. Dia telah mempermalukan keluarga ini. " Kirana menatap Ayahnya dengan kejam.
"Tapi dia itu adalah adikmu Kirana! " Arkan menatap Kirana.
"Atau aku tidak akan menyetujui pernikahan ini."
Kirana mulai mengancam Ayahnya.
....
Lili pun diusir dari rumah itu. Kemudian ia di tolong oleh sahabat Ibunya dan di kirim ke Luar Negeri untuk meninggalkan jejak dari Keluarga Gunawan.
7 tahun kemudian, Lili sudah mengganti namanya menjadi Lisa Bastian. Ia sudah memiliki 3 anak kembar yang sangat imut dan lucu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!