Namaku Kaira Andini Wahidin, seorang anak tunggal dari sepasang suami istri yang bercita-cita menjadi orang
kaya layaknya the real sultan. Ya karena papa dan mama ku selalu saja berandai-andai dan berhalu ingin menjadi orang kaya. Ayahku bernama Arif Wahidin dan Ibuku bernama Wulansari. Kami tinggal di desa, namun karena urusan pekerjaan ayahku membuat kami sekeluarga berpindah ke ibukota. Sudah 10 tahun kami tinggal di ibukota,
dan bersyukur kehidupan kami selalu damai dan bahagia. Di pagi hari yang sangat cerah sekali karena sinar mentari haha maafkan saya suka melebihkan-lebihkan suasana. Di meja makan
“Ra, ayo sarapan. Uda jam 7 nih kamu harus kerjakeras biar cepet kaya kayak raffi achmad tuh keliling luar negeri” panggil mama
“Cepetan Ra, jangan lelet kamu” seru papa
“Hmmm iyaah ma pa. Tiap hari selalu saja bahas kaya kaya dan kaya”
“Ra, kamu ngga usah lagi pacaran sama si sapa tuh yang suka nganterin kamu naik motor jadul” Kata mama
“Namanya Dika mah, tapi dia tuh orangnya setia dan selalu perhatiansama kaira mah pah, dia juga sopan sama mama papa kan”
“Pokoknya mama ngga setuju kamu sama dia”
“Dia tuh pas pasan, kamu harus nikah sama orang kaya pokoknya, gimana pun caranya, wajib itu ra. Kamu tuh uda seperempat abad loh. Kalo kamu ngga nurut, mending papa jodohin sama anak temennya papa. No Comment”
Aku Cuma bisa diam dan cepet2 aku habisin makananku dan segera berangkat kerja. Setiap hari aku ke kantor naik Commuter Line, selain cepat, murah juga selalu tepat waktu.
Setibanya di tempat kerja.
“Ra, ini buat kamu” kata Dina temen kerjaku.
“Apaan ini din? Ha? Undangan loe nikah? Kenapa loe nikah duluan sih, loe kan masih kecil, masi kekanak-kanakan manja lagi, ih kamu mah”
“Gue ga pengen kayak loe yang kelamaan pacaran eh ngga nikah2 hahaha upsss sengaja eh ngga sengaja” kata Dina. Karena aku dan dika uda 3 tahun pacaran dan belom dapet restu dari kedua ortuku.
“Eh kurang ajar loe, loe ngga ngasih gue kain gitu buat jadi bridesmide loe atau gue tamu ga penting gitu, plis loe mah tega ama gue”
“Hahaha gue Cuma akad nikah aja kok ra, ngga pakek resepsi. Kasian ortuku ra kalo biayain resepsi nikahan gue. Loe tau sendiri adek gue tiga dan masih sekolah semua. Yang penting loe dateng aja pas akad nikah gue, gue seneng banget dan makasi banget ra” kata Dina
“Ok gue usahain dateng ya. Yuk kita lanjut kerja”
Gue sama si Dina kerja jadi HRD di suatu perusahaan, dan kita dulu temen pas
kuliah.
Sesampainya dirumah, selalu terdengar kehaluan kedua ortuku wkwk.
“Kaira pulang mah pah”
“Kamu siap2 ya ra, bulan depan kamu nikah sama anak temennya papa. Dia tampan, mapan, pokoknya the real sultan lah. Papa jamin hidup kamu pasti bahagia ra. Kamu harus nurut sama papa” kata papa
“Papa bercanda ya? Aku kan punya pacar pah mah. Dan gak mungkin banget aku ninggalin si Dika.
Papa tega sama anak sendiri” kata aku sambil mataku berkaca-kaca karena aku orangnya emang cengeng.
“Makanya putusin aja pacar kamu yang pas-pasan itu ra. Kamu itu cantik, putih, tinggi, karir juga ok, anak kuliahan juga. Sedangkan di Dika kerjanya cuma jadi driver ojol dan cuma lulusan SMA aja. Kamu mau hidupmu makin
susah” sahut mama
“Kamu akan papa nikahin sama anak temen papa yang tajir melintir ala sultan-sultan ra. Dia itu CEO hotel ra, anak temennya papa, yang nolong papa, dia juga yang selama ini bantu ekonomi keluarga kita. Apa kamu inget waktu
kita sedang ditimpa musibah dulu, rumah kita kerendam banjir, harta benda kita hilang dan papa juga kehilangan pekerjaan. Dia yang nolong, Pak Adinata yang nolong kita, dia juga yang biayain kuliah kamu, jadi sudah sewajarnya kita balas budi. Dia nya juga setuju jika anaknya nikah dengan kamu” sahut papa
“Tapi pa, apa harus dengan cara seperti itu, maaf pah, Kaira ngga bisa, aku mohon pah” Aku sambil menangis lalu masuk kamar.
Aku sangat syok denger papa aku bicara seperti itu, aku merasa seperti barang yang dengan mudahnya diberikan ke orang lain. Dan kalau memang aku harus nikah dengan anaknya Pak Adinata, bagaimana hubunganku dengan Dika.
Keesokan harinya di ruang tamu. Kedua ortuku sedang
bersantai nonton tv, karena hari ini hari minggu jadi kita hanya berdiam diri
di rumah.
“Ra, nanti malam kita di undang makan malam sama Pak
Adinataya, kamu harus dandan yang cantik ya, terus pakai tas sama sepatu yang
kemarin mama belikan. Okey, uda lah kamu ngga usah sedih, ini demi keluarga
kita, demi kamu juga nak. Mama dan papa ngga mau kamu menderita apalagi
kekurangan” kata mama sambil memelukku
“Baik ma” sahutku. Aku hanya bisa mengangguk. Karena
jika aku menolak keinginan ortuku, maka mereka akan mengatakan kalau aku anak
durhaka dan tidak patuh dengan ortu. Lagipula calon suamiku juga sudah jelas
latar belakangnya meskipun aku belom pernah bertemu sama sekali.Aku
hanya berharap semoga calon suamiku adalah orang yang baik, setia dan bisa
bertanggungjawab kepadaku.
**
Malam yang ditunggu-tunggu oleh kedua ortuku datang
juga. Rasanya gemetar sekali dan tidak ingin ikut dalam undangan makan malam
keluarga Pak Adinata. Tapi aku hanya bisa menuruti apa perkataan kedua ortuku
jika masih ingin dianggap anak berbakti.
“Ra, ayoo kita berangkat, jangan lelet” ajak papa
“Ra, nanti kamu harus senyum ya, kasih senyuman
paling manis buat keluarga Adinata dan juga calon suamimu, jangan bikin malu
keluarga kita yaa. Turuti kata-kata mama”
**
Setibanya di rumah keluarga Adinata
“Selamat datang pak arif, bu arif dan Kaira, ayo
silahkan masuk, anggap aja rumah sendiri ya karena sebentar lagi kita akan jadi
keluarga kan” sambut Bu Siska, istri Pak Adinata.
“Selamat malam semuanya, jangan sungkan-sungkan yaa”
sahut Pak Adinata
“Iya om, tante” sahutku. Gila rumahnya gede banget
kayak istana, di pojok ruang tamu ada lemari kaca yang berisi koleksi tas dan
sepatu. Itu pasti nilainya milyaran batinku dalam hati.
“Wah rumahnya gede, bersih dan wangi sekali” sahut
mamaku
Lalu kami langsung menuju ke meja makan untuk makan
malam. Dan tiba saatnya sang panheran pujaan kedua ortuku turun dari lantai dua
sambil memakai kemeja warna biru dan celana jenas yang auranya uda kayak artis
top. Harum semerbak aroma parfumnya sungguh menggetarkan hati, namun aku tetap
merasa sedih dengan perjodohan ini karena kabar yang beredar dia memiliki sifat
yang dingin bak kulkas dengan seseorang. Hal ini yang membuatku sangat takut
dan khawatir akan jadi seperti apa nanti jika aku menikah dengan beliau.
“Raffa, kenalkan ini pak Arif dan bu Wulan, lalu ini
Kaira calon istri kamu. Dia gadis yang cantik, polos dan baik lagi” kata Bu
Siska.
“Malam semuanya, saya Raffa” kata si Raffa.
Dia hanya menatap wajah papa dan mamaku tanpa
menatap sedikitpun kepadaku, menoleh saja pun tidak. Aku semakin takut
bagaimana nasibku nanti setelah menikah dengan nya. Oh Tuhan apa benar dia
jodohku, aku takut sekali menatap mata si Raffa, sehingga aku hanya menunduk.
“Nak Raffa, kamu benar-benar tampan sekali” sahut
mamaku sambil senyum-senyum ngga jelas.
Kami langsung memakan makan malam tersebut dengan
bahagia, namun tidak denganku.
Jadi, keluarga Pak Adinata ini memiliki tiga orang
anak yaitu Raffa Adinata, Rasya Adinata dan anak terakhirnya bernama Renata
Adinata. Raffa dan Rasya hanya berjarak 2 tahun saja. Dia tinggal di Surabaya
karena dia mengelola hotel yang berlokasi disana. Sedangkan si bungsu yaitu
Renata tinggal di luar negeri untuk kuliah S1 tepatnya di New York.
**
Ditengah makan malam,
“Oh ya, kami berencana pernikahan Raffa dan Kaira
untuk dipercepat ya, minggu depan acara akad nikah dan dilanjutkan dengan
resepsi di hotel kami saja. Semua persiapan uda matang karena maminya Raffa
juga sudah mengatur semuanya. Jadi kalian tidak usah khawatir, semua sudah
siap. Saya jamin acara resepsinya ini sangat mewah. Nanti juga kedua adik Raffa
yaitu Rasya dan Renata akan hadir di resepsi kalian” kata Pak Adinata
“Uhukk, Apa? Minggu depan om?” kataku sambil
tersedak makanan karena kaget dengan perkataan beliau. Jiwaku rasanya melayang
tidak karuan mendengar perkataan Pak Adinata. Betapa hatiku sangat hancur harus
menikah dengan seseorang yang belom aku kenal, dan bahkan berita yang beredar
dia memiliki sifat super dingin serta cuek dengan seseorang bahkan terkadang
kejam terhadap para bawahannya di kantor. Aku tau berita tersebut karena teman
smp ku ada yang bekerja di hotel milik Raffa Adinata.
“Kamu tidak usah khawatir dengan persiapan nya
Kaira, semua mami yang urus okey” Kata Bu Siska.
“Iya bu, tenang saja. Kaira pasti siap kok. Hehe ya
kan Kaira sayang” kata mamaku sambil memeluk tubuhku dan mengiyakan apa yang
dibilang oleh keluarga Adinata.
Setelah makan malam selesai dan pengumuman mendadak
tersebut, kami pun pamit pulang.
“Kami pamit pulang dulu ya pak bu” sahut papaku
“Kami sangat senang akhirnya kami bisa menjadi
keluarga yaa, kalian orang baik, saya yakin Kaira juga bisa menjadi istri yang
baik untuk anak kami Raffa” kata Pak Adinata.
“Tentu saja pak, anak saya ini setiap hari selalu
melakukan tugas rumah tangga dengan baik, karena selalu membantu pekerjaan saya
dirumah, iya kan nak?” sahut mamaku sambil tersenyum kepadaku.
Aku sedari kecil memang selalu diajarkan oleh kedua
ortuku untuk melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci dan memasak. Ya
mungkin karena aku anak tunggal dan seorang perempuan.
Dan betapa kagetnya aku, ketika si Raffa membisikkan
kata-kata kepadaku.
“Jangan harap kau akan menjadi seorang nyonya Raffa
Adinata, kalau bukan karena Papiku, aku tidak sudi menikahimu. Ingat itu” bisik
si Raffa di telingaku.
“Iya” kataku sambil
menelan ludah dan air mataku hampir saja menetes. Namun aku menahan nya agar
tidak sampai jatuh air mataku.
Kali ini
author mau kenalin sama para pemain nya yaah. Yuk yuk yuk
Ini nih
si pemeran Kaira Andini
Kalo ini
mas mas CEO ganteng yaitu si Raffa Adinata
Kalo ini mama papa nya si Kaira yang
bercita-cita jadi orang kaya
Ini pemeran Pak Adinata nih guys
kalo yang ini pemeran istri Pak Adinata yaitu Bu Siska
Keesokan hari nya
Hari ini adalah hari senin, namun aku tidak masuk kerja karena aku ijin selama dua
hari dengan alasan menjenguk keluarga yang sakit. Padahal hari ini aku akan
melakukan fitting baju untuk pernikahan serta foto prewedding bersama si kejam
Raffa. Aku segera mandi dan berdandan secantik mungkin agar tidak memalukan.
Karena jujur saja aku tidak bisa dandan dan sehari-hari hanya pakai bedak dan
lipstik warna nude saja.
**
Tiba-tiba supir keluarga Adinata tiba di depan rumah. Lalu kedua ortuku segera
menyuruhnya untuk masuk rumah.
“Silahkan masuk pak Syam, Kaira masih siap-siap kok” kata mamaku.
Lalu aku keluar kamar
“Mari pak, saya sudah siap” kujawab dengan senyuman terpaksa.
“Hati-hati ya Ra, inget ya kalau kamu nikah maka papa sama mama mu ini akan dapat rumah,
mobil serta milyaran uang. Jangan bikin malu sama kecewa papa mamamu” bisik
mama di telingaku.
Hanya ingin menjadi kaya raya mereka sampai rela menjodohkanku dengan lelaki yang kejam tidak
mencintaiku bahkan aku juga sangat membencinya. Aku sempat menanyakan kepada
papa mamaku alasan kenapa aku harus dijodohkan dengan si Raffa, namun papaku
hanya menjawab sudah turuti saja keinginan ortumu ini. Sebelum keluarga ku
ditimpa musibah, kondisi keluarga ku sangat bahagia dan tidak kekurangan
sedikitpun. Karena waktu itu papaku memiliki bisnis membuka pabrik kerupuk.
Dengan bantuan mamaku pula pabrik kami sangat maju dan semakin menghasilkan
banyak uang. Namun sejak musibah yang menimpa keluarga ku, kondisi ekonomi kami
sangat memprihatinkan, bahkan untuk makan sehari-hari saja budget kami sehari
hanya dengan uang sepuluh ribu saja. Karena papaku tidak bekerja dan mamaku
hanya menjual kue keliling saat itu. Lalu papaku saat itu merantau ke ibukota
meninggalkan kami berdua dan saat itu papaku menjadi sopir pribadi keluarga
Adinata selama 2 tahun, setelah itu papaku diberi kepercayaan oleh pak Adinata
untuk menjadi karyawan tetap di perusahaan teman pak Adinata sampai sekarang.
Papaku disana menjadi kepala penjualan di sebuah perusahaan makanan kaleng.
**
Setibanya di tempat fitting baju pernikahan. Aku melihat si kejam Raffa sudah menunggu di
lobby. Lalu aku segera turun dari mobil.
“Mulai saat ini kamu tidak usah lagi bekerja, karena aku sudah mengajukan surat resign
ke bos mu. Jadi kamu akan fokus untuk menjadi istriku dan melayaniku disaat aku
membutuhkan sesuatu. Turuti kata-kata ku dan jangan pernah membantah. Dan ingat
saat kita hanya berdua saja, panggil aku Tuan Raffa, tapi jika di depan keluarga kita maka kita adalah sepasang pasangan suami istri yang harmonis. Ingat itu baik-baik. Cepat ganti baju mu dan segera foto, waktuku sangat
terbatas untuk wanita rendahan sepertimu apalagi keluargamu” kata si kejam Raffa.
“Baik mas, maaf tuan” sahutku. Dalam hati ingin ku menghina dia dan kalau perlu
menghajar dia sampai babak belur, tapi ini semua ku lakukan karena aku tidak
ingin di anggap anak durhaka oleh kedua ortuku.
Aku segera dirias dan segera mengganti pakaian ku dengan gaun putih mewah. Dalam
hatiku aku hanya ingin menggunakan gaun ini dan bersanding dengan pacarku Dika.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!