Azan subuh berkumandang, Afifah bergegas mengambil air wudhu dan setelah azan subuh berkumandang, Afifah langsung melaksanakan sholat subuh.
Dari luar rumah, Dania berjalan menuju pintu rumah kakaknya dan mengetuk pintu rumah kakaknya, tetapi tak ada yang membukakan, Dania menunggu, tetapi tak kunjung terbuka, Dania mengetuk lagi dengan keras, tidak juga terbuka, Dania mendengkus kesal.
Tak lama, fadil—kakak Dania, membukakan pintu untuknya.
Dania menoleh ke kakaknya, yang membukakan pintu untuknya.
Afifah juga muncul dengan paniknya melihat adik iparnya itu yang baru pulang.
"Dania, darimana kamu, syukurlah kamu pulang, kakak dari tadi malam memang menunggumu untuk pulang, sudah, ayo ke kamar, kamu pasti ngantuk,"Fadil mengiringi adiknya yang seperti tak sadar.
Afifah sangat kesal melihat adik iparnya itu yang suka keluar malam, dan tak pernah menuruti kakaknya.
Setelah mengantar adiknya kekamar, Fadil berjalan ke Afifah yang duduk disofa ruang tamu.
Afifah melipat tangannya, dan memanyunkan bibirnya, masih kesal dengan ulah adik fadil yang makin hari semakin menjadi-jadi.
Fadil duduk disebelah Afifah, namun Afifah menjauh sedikit, Fadil mendekati lagi, Afifah menjauh lagi, dan Fadil mendekati lagi, hingga sampai ujung sofa.
Afifah melihat sekilas wajah suaminya yang penuh tanya.
"Kamu kenapa?"tanya Fadil.
Afifah hanya diam, tak menjawab pertanyaan Fadil.
Fadil menarik nafasnya dalam-dalam lalu melepaskan dengan perlahan"Kamu tau kan sendiri Dania itu gimana? Dia sakit dan—,"
"Kamu selalu bela adikmu! Gak pernah perhatiin aku, selalu aja adikmu! Sakit apaan sih sebenarnya, lagian kenapa sih kamu gak antar aja adikmu itu ke rumah orangtuamu?"
"Aku takut orangtuaku tau, dan aku harus menyembuhkannya, orangtua aku udah percayain aku bisa ngerubah Dania."
Afifah mendengkus kesal dan cuek.
Fadil memegang tangan istrinya"Aku pengen kamu mengerti,"bujuknya.
"Aku tuh ngerti, tapi semakin hari sikap adikmu itu menjadi-jadi, aku capek, mana kamu jarang ngasi liburan ke aku, coba sekali-kali ajak aku jalan, pasti seneng, selalu aja ngu—,"
Fadil meletakkan jari telunjuknya dibibir Afifah, menyuruh Afifah diam.
Afifah terkejut melihat tangan suaminya dibibir nya, lalu melihat suaminya yang memintanya untuk mengerti.
"Aku akan ajak kamu jalan, aku janji,"ucap Fadil yakin.
Afifah tersenyum dan senang.
"Tapi tunggu Fakhri pulang,"
"Maksudnya?"
"Iya, tunggu Fakhri pulang baru bisa jalan-jalan,"
"Kok nunggu Fakhri?"
"Soalnya cuman Fakhri yang bisa membuat Dania tenang,"
Afifah memanyunkan bibirnya lagi dan cuek.
Dikamar, Dania masih berdiri menatap kamarnya yang dikelilingi fotonya bersama Fakhri, yaitu teman SMA nya, satu-satunya.
Fakhri diberikan beasiswa dari sekolah, dan kuliah di Universitas Indonesia, mengambil jurusan hukum negara, sedangkan Dania memilih tak kuliah dan menunggu Fakhri pulang, karena Dania merasa tak pantas untuk kuliah, padahal dikelasnya, Dania yang selalu juara 1 dan Fakhri juara 2.
Dulu Fadil juga membujuk Dania untuk kuliah, tetapi Dania tak percaya diri dan merasa tak pantas untuk kuliah karena kekurangannya, dan pernah tes di universitas Indonesia juga, dan lulus, tetapi Dania tetap tak ingin kuliah.
Saat Fadil keluar sekeluarga bersama Dania, ada seorang nenek-nenek yang mengatakan bahwa Dania sakit, dan frustasi, nenek itu menyuruh Fadil tetap menjaga adiknya, tetapi Dania tetap ingin keluar dari pengawasan Fadil.
Dania melangkahkan kakinya ke tempat tidurnya, lalu duduk, dan mengambil buku diary nya, dan membacanya.
Kemudian Dania menangis, teringat kejadian yang dialaminya, yakni dibuli dan dicaci sebagai anak dukun karena terkenal pintar dalam semua pelajaran dan semua jurusan disekolahnya, teman sekelasnya bukannya memujinya, tetapi mencacinya, Dania langsung heran dan bertanya-tanya kepada semua temannya, padahal dirinya tidak ada salah, kenapa dicaci? Dan selalu dituduh dalam melakukan hal jahat, nyatanya Dania adalah anak yang disiplin dan taat.
Fakhri begitu juga, dibuli dengan teman sekelasnya, tetapi yang perempuan saja, tidak siswa yang lainnya hanya karena kepintarannya, dan Fakhri pun hanya dekat dengan Dania saja, jika anak lelaki yang lainnya hanya memamerkan ketampanan dan gaya, jika kepintaran kurang.
Hp Dania berbunyi, seperti ada yang menelponnya, dania yang mendengarnya langsung mengambil hpnya yang sudah lama tak dipegangnya, dan melihat hpnya, terpampang nama fakhri, Dania langsung mengangkatnya.
"Halo ri, aku rindu sama kamu,"ucap Dania dengan nada rindu.
Fakhri menarik nafasnya dalam-dalam, dengan memakai jas almamater kampusnya, dan disampingnya ada anak kecil berusia 5 tahun berjenis kelamin laki-laki yang memegang tangannya"Aku juga, rindu sama kamu,"
"Kapan kamu pulang,"Dania menghapus air matanya.
"Kamu nangis?"
"Hehe, iya, maaf, aku ga tahan,"
Fakhri terdiam mendengar ucapan Dania yang menangis, dan merasa jika itu adalah ulahnya.
"Hari ini aku pulang, aku libur,"
"Akhirnya kamu pulang ri, akhirnya aku bisa, jumpa dengan sahabat,"ucap Dania yang terhenti sejenak, dan mengatakan Fakhri sahabat, nyatanya diperasaan Dania, Dania menyukai Fakhri karena perhatiannya dikelas saat SMA dulu.
"Iya, ni aku lagi mau ke bandara,"
"Papa ayo pulang, disini panas,"rengek fakran menarik-narik lengan papanya.
"Itu suara siapa ri?"
"Nanti aku jelaskan, aku matiin ya, selamat beraktifitas,"ucap Fakhri lalu mematikan telponnya.
Dania melepaskan hpnya, dan terjatuh ditempat tidurnya, terngiang-ngiang dengan suara anak kecil yang merengek kepada Fakhri, Dania melempar buku diary nya lalu membaringkan tubuhnya di ranjangnya, menutupi wajahnya dengan bantal, tetapi terngiang lagi dengan suara anak kecil tadi, Dania memiringkan badannya dan memeluk bantal yang diletak diwajahnya, memejamkan matanya agar bisa tidur.
Paginya, Fadil masuk ke kamar adiknya, dan melihat lembar-lembar kertas berserakan, dan semuanya tulisan, bukan kertas kosong, Fadil berjalan ke cover buku yang tergeletak dilantai, kemudian mengambilnya, dan membaca, tetapi isinya tidak ada, hanya cover, isinya berserakan dilantai.
Fadil membuka jendela kamar adiknya, lalu membangunkan adiknya yang masih terlelap.
"Dania ... Dania ..."Fadil menepuk bahu adiknya.
Kemudian Dania bangun, dan melihat fadil yang seperti ingin memberitahu sesuatu dengannya.
"Ada apa kak?"tanya Dania melihat kakaknya yang disampingnya.
"Kakak mau ngasi tau kekamu,"jawab Fadil melihat adiknya.
"Ngasi tau apa?"
"Fakhri pulang,"
"Udah tau,"cetus Dania cuek.
"Dia nelpon kamu?"
"Iya,"
"Dan, dia juga ngomong sama kakak tadi malam, kalau dia udah menikah,"
"Serius kak?"tanya Dania melihat kembali kakaknya.
"Iya, dia merasa dijebak, tapi karena tak ada saksi lain, jadi Fakhri terpaksa menikahi wanita itu, dan mempunyai anak, anaknya itu lelaki,"jelas fadil.
"Oh,"ucap Dania murung.
"Kamu gak senang?"
"Kenapa dia gak ngasi tau ke Dania, kalau dia udah menikah, coba aja kasi tau, Dania tetap terima Fakhri apa adanya,"
"Kamu kemana tadi malam?"
Dania langsung teringat dengan yang dia alami tadi malam, yakni menikmati malam dengan seseorang lelaki yang tak dikenalnya diranjang khusus milik CEO, walaupun Dania pernah melihatnya sebelum kejadian itu, tetapi Dania tak ingin mendekat dengan lelaki itu.
"Minum,"jawab Dania mengkode, alias minum alkohol.
"Kamu itu jangan minum, sembuhkan dulu dirimu, jangan mendekat ke hal yang membuat dirimu nyesal,"
Dania membaringkan badannya lagi dan memeluk guling"Dan Dania nyesel kenapa Dania dilahirkan,"
Fadil menghela nafas pelan, bangkit dan pergi meninggalkan adiknya dikamar.
Kini Fakhri sudah didalam pesawat bersama anaknya, sampai sekarang juga Fakhri masih bingung dengan apa yang sekarang dialaminya, siapa ayah kandung dari anak ini? Tetapi Fakhri tidak meletakkannya di panti asuhan, melainkan mengurusnya hingga sampai 4 tahun walaupun dititip dengan ibu kantin saat kekampus, dan fakran tidak pernah menanyakan tentang ibunya, melainkan selalu mencari Fakhri saat Fakhri tak izin pulang lama.
Fakhri mengusap kepala fakran yang melihat dunia luar dari jendela pesawat.
"Papa, fakran kapan sekolah?" tanya fakran yang menoleh ke Fahri.
Fakhri langsung melihat anaknya dan tersenyum"Bentar lagi fakran sekolah,"
"Asyik, fakran sekolah, papa juga sekolah kan?"ucap fakran gembira melihat papanya.
Fakhri tersenyum"Iya,"
"Pa, fakran mau jumpa nenek ya?" tanya fakran lagi.
Walaupun tak pernah menanyakan ibunya, dan Fakhri ingin sekali mengembalikan Farkhan ke ibu kandungnya, tetapi pemikiran Fakhri dan Fakran sama, tak ingin bertanya tentang ibu"Iya, nenek sama kakek fakran pengen ketemu fakran,"
"Nenek sama kakek rindu ya sama fakran?"
Fakhri tersenyum"Iya," Fakhri memalingkan wajahnya dari fakran dan berfikir apa respon Dania ketika melihat dirinya sekarang, apakah harus terima atau menolah dirinya menjadi temannya lagi.
Pagi pun tiba, Fadhil mendapat telepon dari Fakhri, Fadhil segera mengangkatnya, dan menyambutnya.
"Assalamualaikum, Fakhri udah sampai?" tanya Fadhil.
"Wa'alaikumsalam, Udah kak, baru sampai dibandara, ini lagi mau nyari taksi,"
"Gimana, anak kamu baik-baik aja kan saat naik pesawat?" tanya Fadhil yang khawatir dengannya.
Fakhri terdiam, dan menoleh ke fakran yang tertidur pulas digendongannya"Iya kak, ini lagi tidur,"
"Owh kalo enggak kakak jemput aja ya, soalnya kakak hari ini masuk kerjanya jam satu siang nanti," ujar Fadhil.
"Owh, ya udah kak," balas Fakhri lalu melihat anaknya yang masih tertidur pulas.
Setelah menjemput Fakhri, dan sampai dirumah, Fadhil masuk ke kamar Dania yang masih tertidur pulas, Fadhil menepuk pundak dania"Dania, bangun, Fakhri udah pulang,"
Dania membuka matanya, dan menatap kakaknya, Dania langsung duduk dan kakaknya juga kini disebelahnya.
"Fakhri udah sampai?"
Fadhil menganggukkan kepalanya.
Dania memelas dan perasaannya juga campur baur, Dania bangkit terus menuju kamar mandi.
"Setelah mandi, kamu turun," suruh Fadhil kemudian Fadhil pergi dan menutup kembali pintu kamar adiknya.
Sampai diruang tamu, Afifah juga berada disitu, dan anak Fakhri sudah bangun dan sedang menyicipi kue buatan Afifah.
"Tante, ini kuenya enak," puji fakran ke Afifah.
"Lain kali kesini kalo kangen sama kue buatan Tante, ya!" seru Afifah.
Fakran mengangguk sembari tersenyum.
Fadhil duduk disebelah Afifah, Afifah dan Fakhri melihat fadhil.
"Lho Dania mana kak?" tanya Fakhri melihat fadhil.
"Masih mandi, soalnya kalo enggak dibangunin gak bangun," jawab Fadhil melihat Fakhri.
"Owh," Fakhri menunduk, masih resah dengan dirinya.
"Ditawarin kerja di perusahaan kakak gak mau, maunya di bar terus,"
"Memangnya ada yang ditunggunya disana kak?"
"Gak tau, kakak larang juga dia kesana, tapi dia tetap aja mau kesana,"
Fakhri terdiam dan menatap fakran yang asyik menikmati camilan buatan Afifah.
Dania melangkahkan kakinya perlahan mendekati kursi tamu, tepat dimana Fakhri dan kakaknya duduk, sembari melihat fakran, Dania hanya menatap datar, sampai dikursi, Dania duduk dan masih menatap fakran.
Fadhil, Afifah, Fakhri terdiam menatap Dania yang juga terdiam tetapi hanya menatap fakhri.
"Anak kamu?" tanya Dania yang menatap Fakhri.
"Em iya," jawab Fakhri agak gugup.
Dania tersenyum.
"Fakran, ayo salam sama mama kamu," suruh fakhri ke fakran, fakran segera melihat Dania dan menyalami Dania.
Mata Dania terbelalak dan hanya tersenyum melihat fakran dan tak membencinya"Kau sudah besar ya, tetapi … kamu mirip banget sama papa kamu!" seru Dania yang awalnya ingin mengatakan bahwa fakran dan Fakhri tidak mirip menjadi mirip sembari tersenyum.
Fakran melihat Dania"Makasih ma, mama kemana aja selama ini, kenapa aku ditinggal, aku cuma tinggal sama papa aja lho, mama gak rindu sama aku?"
Dania tersenyum"Rindu banget, mama juga lagi kerja, untuk kebutuhan kita,"
"Oh ya, terimakasih ma,"
"Sama-sama sayang," Dania mengusap rambut fakran lembut lalu menciumnya"Gimana kuliahnya, entar lagi wisuda kan?" tanya Dania ke Fakhri.
"Enggak, masih mau PKL" jawab Fakhri.
"Emangnya dikasi pulang?" tanya Dania lagi yang penasaran.
"Tapi … "
"Iya iya aku tau, jadi kamu udah pulang ke rumah mama kamu?"
"Belum,"
"Gimana kalo aku antar aja, kan lebih asik,"
"Ya udah,"
Dania tertawa setelah mendengar ucapan fakrhi.
Fadhil, Afifah, Fakhri yang mendengar Dania tertawa menjadi tertawa.
"Ngapain pulang kalau belum siap?" tanya Dania lagi.
"Aku mau ngajak fakran pulang kampung,"
"Bukannya jadi masalah kalau kamu pulang kampung? Anak kamu udah tau mamak sama bapak kamu belum?"
"Ma, ayo ke rumah nenek, fakran pengen jumpa nenek, kata papa kakek sama nenek kangen sama fakran," ujar fakran mengambil tangan Dania.
"Iya, bentar lagi ya," ucap Dania dengan hatinya yang campur aduk.
...Afakran Elfakhri...
Sampai di rumah orangtua Fakhri, mereka disambut hangat oleh orangtua Fakhri.
Tetapi dihati orangtua Fakhri terbesit penasaran, sejak kapan Fakhri mempunyai anak? dan jika Fakhri dan Dania sudah punya anak, kenapa tidak mengatakannya kepada orangtua Fakhri.
Kini mereka duduk diruang tamu, ibu Fakhri mengajak Dania untuk kedapur.
"Dania, ayo ikut ibu ke dapur," pinta mamak Fakhri.
Dania mengangguk menandakan iya, dan ikut bangkit mengikuti ibu Fakhri.
Dania dan mamak Fakhri pun kedapur, mamak Fakhri dengan buru-buru begitu sampai didapur langsung bertanya dengan nada pelan.
"Itu anak siapa? Kok ikut Fakhri? Kalian udah punya anak, atau nikah diam-diam, dan kalian punya anak?" tanya ibu Fakhri dengan curiga.
Dania langsung resah, bingung menjawab seperti apa, Dania menarik nafasnya dalam-dalam dan menjelaskan semua"Bu, aku juga gak tau, soalnya Fakhri tadi pas sampai dibandara, Fakhri dijemput sama kakak aku, makanya sama aku kesini, kalo enggak—,"
"Tapi tunggu, jadi itu anak siapa?"
"Anak pacar Fakhri kali buk," jawab Dania santai, nyatanya dihatinya terasa seperti teriris.
"Gak, enggak mungkin, Fakhri itu orangnya setia, dia setia kan sama kamu?" ujar ibu Fakhri yakin.
"Ya mana tau Bu, soalnya kan Fakhri kuliahnya jauh, jadi tau deh pergaulan disana, bebas dan tak terarah," jawab Dania santai.
"Maafkan ibu ya Dania, gak sengaja nuduh kamu," ucap ibu Fakhri merasa bersalah.
"Iya,"
"Tetapi, kamu tetap mau nikah sama Fakhri kan walaupun Fakhri udah punya anak?"
Dania mengangguk pelan, menandakan iya.
Mamak Fakhri menghela nafas lega, tetapi masih heran anak siapa yang dibawa Fakhri, tidak mungkin saja Fakhri selingkuh dan membuat wanita kota hamil, sehingga menyuruh Fakhri mengasuhnya, mamak Fakhri mengintip Fakhri yang asik berbincang dengan ayahnya dari balik dinding dapur.
Tak lama, ibu Fakhri kembali lagi keruang tamu, tersenyum keramahan dan Dania juga, tetapi tidak tersenyum, Dania hanya menunjukkan wajah datarnya saja.
"Jadi, pernikahan kalian udah diperkirakan?" tanya bapak Fakhri yakin.
"Jika bisa secepatnya," ujar Dania, semua melihat Dania, kecuali fakran.
"Eeeeeh yang ke bar semalam, bengong aja dari tadi, mikirin apa hayo?" ledek chandra, wakil ketua diperusahaan yang dipimpin dalvino, mendekati dalvino yang termenung didepan jendela.
Dalvin melihat sekilas sekertaris yang mencoba menghiburnya namun tenggelam dalam bengongnya lagi.
"Eh dal, mikirin apaan sih? Gak pernah- pernahnya gini," ucap chandra penasaran dengan menepuk bahu dalvin.
Dalvin hanya berdecak kesal, dalvin kepikiran dengan wanita yang berhasil menggodanya membuat dalvin tak bisa melupakan, teringat dan terus teringat siapa wanita tadi malam.
Chanda menarik nafas kesal"Yah gak sadar-sadar nih anak, dal, ayo ngomong!" rengek chandra.
"Seharusnya kamu yang larang saya kesana, kamu tau kan saya siapa?" tanya dalvin yang malas melihat wajah Chandra.
Chandra tertawa jenaka.
"But the way, cuma kamu yang manggil saya dal, dal selalu dal, coba yang lengkap!"
"Ya udah, dalvinooo,"
"Gue juga gak habis pikir kenapa bisa gue kesana, dan seharusnya gak minum itu," ucap dalvin menyesal.
"Emangnya kenapa kok bisa minum, dan kok bisa kesitu?"
"Tapi kamu sendiri yang bilang, kalo kepala pusing, pergi ke bar, ya udah saya pergi, saat saya disana—,"
Chandra memotong ucapan dalvino dengan tertawa geli"Dal, dal, masih aja kamu kayak yang dulu, polos, tapi kalo udah tegas, kayak singa cari mangsa, gimana sih,"
"Kamu biasanya kesana habis berapa botol sih! kok gila banget, kamu tau! pegawai saya yang paling melanggar aturan saya cuma kamu, dan kamu, secara sengaja entah sengaja udah ledekin saya!"
Chandra menatap dalvino dengan menantang"Makanya nikah,"
"Ngomong memang enak, melakukannya yang susah,"
"Dal, disisi kamu wanita cantik banyak, jangan-jangan, dibar sana, kamu kedapatan wanita cantik, jadi kamu—,"
"Udah kalo udah tau diam aja, gak usah diungkit lagi!"
Chandra tertawa"Kok bisa sih?"
"But the way, dua-duanya sama-sama mabuk, jadi gitu jadinya," ujar dalvino memijit pelipisnya.
Chandra menepuk tangannya, semakin membuat dalvino heran.
"Hebat dal, udah membuat wanita itu gak suci,"
"Kalo saya tau rumahnya, saya akan tanggung jawab dengannya," ucap dalvino yang masih terngiang dengan aktifitas yang dilakukannya tadi malam.
...DALVINO WIJAYA...
...Flashback on.....
Setelah melakukan hubungan itu, dalvino menarik selimut dan menutupi badan mereka, dalvino menatap wajah Dania, lalu mengusap pipinya.
Mata Dania yang tertutup, terbuka perlahan melihat dalvino, dan mendekat, memegang pipi dalvino"Aku mencintaimu, aku akan memberi seluruh cintaku kepadamu, aku mencintaimu,"
Saat jam 4 pagi, Dania terbangun, dan melihat dirinya ditutupi selimut tebal, dan melihat sebelahnya ada seorang lelaki yang tampan terlelap, tetapi Dania tetap tak tertarik, Dania mengintip badannya, ternyata sudah tanpa sehelai benang, Dania terkejut dan buru-buru memakai bajunya, dan segera lari.
Sinar pagi menerangi, dalvino terbangun dan melihat Dania sudah tak ada disisinya, dalvino mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan resah.
...Flashback off...
Semenjak saat itu, dalvino masih terngiang dengan wajah wanita itu, dan kepikiran dengan wanita itu.
"Eh dal, btw siapa sih nama cewe itu, mana tau saya kenal,"
"Dia asing, apa yang kamu pernah lihat, saya juga tau, dan dia sangat berbeda," ucap dalvino.
Sefira membuka pintu dan berjalan, dan terlihat Chandra yang berdiri disamping dalvino"Ini berkasnya ... ngapain Candra kesini? Pentingnya kok lama banget?!" ketus sefira kesal melihat chandra.
"Jangan marah dong, sayang," Chandra memainkan matanya"Ntar aku kasi tips,"
Sefira berdecak kesal lalu pergi.
"Kenapa kamu gak teguran sama sefira?" tanya Chandra ke dalvino.
Dalvino mengundus nafas pelan"Masalah pernikahan,"
Chandra ber O ria sembari mengangguk.
"Itu kan gara-gara kamu!" cetus dalvino.
Chandra langsung terheran.
...Saskia Amanda...
Saskia memberhentikan mobilnya didepan perusahaan milik keluarga dalvino, Saskia memijit pelipisnya teringat dengan kejadian tadi malam yang menimpa dalvino, awalnya Saskia tak percaya jika dalvino mau ke bar, dan siapa yang mengajaknya? dan dalvino sendirian saat kesana, namun wanita yang bercinta dengan dalvino pulang dengan Saskia.
"Sungguh memalukan jika diingat," umpat Saskia kesal.
Saskia melihat perusahaan milik dalvino, dan rasa hatinya ingin marah, dengan nekat, Saskia memarkirkan mobilnya diparkiran perusahaan milik dalvino dan masuk.
"Permisi pak, ada yang ingin bertemu bapak," ucap pegawai dalvino, membuat dalvino menoleh.
"Ya sudah, suruh dia masuk," perintah dalvino.
Saskia langsung masuk, mata dalvino terbelalak melihat kaki sampai kepalanya, dan dia adalah Saskia, dalvino teringat saat dalvino akan melamar Saskia didepan keluarga Saskia.
"Sa ... sa ... Saskia!" dalvino terheran, lalu berdiri dan masih memandangi Saskia.
Saskia yang berjalan ke dalvino berhenti didepan dalvino, dan melipat tangannya dengan wajah seperti ada masalah menurut dalvino.
"Tadi malam kemana?" tanya Saskia penasaran.
"Emm aku ... " dalvino memeluk pinggang Saskia dari belakang dan kepalanya di bahu Saskia"Tadi malam aku ke bar, kamu tadi malam tumben gak aktif WhatsApp nya, kamu kemana?"
Chandra yang melihat Saskia tak henti-hentinya melihat wajah Saskia dan baju yang dipakai Saskia, sangat feminim dan seksi.
"Kamu gak tau pekerjaan aku? Oh ya, ayahku ada urusan denganmu, apakah kau sekarang bisa datang ke perusahaan ayahku?" tanya Saskia menatap wajah dalvino yang kini masih memeluknya.
"Mungkin besok, hari ini jadwalku padat," dalvino melepaskan pelukannya dan pergi ke kursi kerjanya.
"Oh ya, apa yang kau lakukan?" tanya Saskia melihat dalvino.
"Aku akan mengatakannya nanti malam," balas dalvino.
"Emm aku keluar ya, sepertinya mengganggu sekali ya?"
"Untuk apa kau kesini? Apakah ini waktu istirahat?" Saskia melihat jamnya"Seharusnya kau kembali kan? Bukan tetap Disini? Dan ini jam kerja kan? Bukan jam istirahat? Apakah kau tidak mempunyai aturan atau bos mu tidak membuat aturan?"
"Ba ... ba ... baiklah, aku pergi dulu, selamat siang!" ucap chandra pamit lalu pergi.
Saskia melihat Chandra pergi dan menutup pintu, Saskia duduk disofa tamu, sembari menatap dalvino yang seperti berpura-pura bekerja, nyatanya seperti ada masalah yang ditutupi dari Saskia.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Saskia menatap intens dalvino dari jauh.
"Apa yang kau ucapkan?" tanya dalvino juga menatap heran Saskia.
"Jangan menyembunyikan sesuatu dariku, termasuk rencanamu!" ketus Saskia mengancam.
"Rencana apa?" tanya dalvino yang berpura-pura lupa.
"Tatap wajahku, kau akan teringat apa yang pernah terjadi!" ketus Saskia tak menatap jendela.
Dalvino tersenyum, tentu saja dalvino teringat, terutama tentang dalvino berjanji akan melamar Saskia didepan orangtuanya, tetapi dalvino masih terpikir juga dengan wanita yang tidur bersamanya tadi malam.
...Sefira Munaldi...
Ditempat kerjanya, sefira seperti orang setres, memegang kepalanya dan menahan malunya, tepatnya disaat akan hari pernikahannya diminggu lalu, sebelum akad nikah, sefira melihat jelas dalvino berjalan dengan wanita lain dan berbincang sangat asik, dan dalvino juga seperti tak mengingat dirinya jika akan menikah dengan wanita yang sudah dipinangnya, setelah melihat pemandangan yang membuat hatinya terbakar cemburu, sefira langsung membakar semua surat undangan pernikahannya dengan dalvino dan sefira langsung mengatakan pernikahannya dibatalkan, dari masalah itu, membuat sefira tak ingin melihat dalvino, dan cukup menjadi bosnya saja.
"Sepertinya aku harus pergi dari sini, tepat ini seperti tempat bunuh diri bagiku!"umpat sefira kesal.
"Eeeh sayang, kenapa sih, jangan gitu dong, ntar kukasih tips nih!" seru Chandra yang baru datang dan ingin memberikan kejutan kepada sefira.
Sefira melihat Chandra dengan kesal"Apaan sih! Tips apaan!?"
Chandra langsung membisikkannya ke telinga sefira"Aku akan nikahi kamu," bisiknya.
"Aaaaa udah udah! Aku udah gak percaya lagi sama omongan laki-laki, termasuk kamu!"
"Gak percaya, liat aja nanti,"kode Chandra.
"Udah pergi sana! Rese tau!" umpat sefira kesal dan memalingkan wajahnya.
Chandra tertawa dan pergi ke tempat kerjanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!