NovelToon NovelToon

I Was Thrown Into Another World, Is This Alright?

Prolog

Matahari mulai terbit di belakang gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi, warna biru pagi mulai menyelimuti langit. Seorang anak muda memakai pakaian sekolahnya dengan tergesa-gesa.

Melewati jalan di depan rumah yang cukup sepi di pagi buta sehingga membuatnya menghela napas.

Ah~ udara pagi sangat segar

Bangunan sekolah dan ruang kelas yang ia tuju masih banyak orang yang datang. Beberapa orang yang dikenalnya telah berada di ruangan itu, tapi dia tidak memedulikan hal itu dan langsung duduk di tempat yang ia selalu tempati.

Dia mempunyai kebiasaan melihat ke arah jendela luar ke arah pepohonan hijau. Dia suka alam yang masih natural, dengan raut wajah bosan seolah dia sudah melihat itu setiap hari.

Sesaat kemudian guru masuk dan mengabsen setiap anak sehingga namanya terpanggil.

"Yuuki Ryuuji."

"Hadir."

Nama yang terdengar seperti karakter anime berumur 17 tahun dengan wajah tampan, sorot mata tajam dibalik warna merah darah, sehingga keberadaannya dianggap misterius dan menakutkan oleh sekitarnya.

Dia memiliki sedikit rekan yang dapat dipercayai. Yuuki percaya bahwa orang akan menyebut mereka 'teman' jika mereka akan dibutuhkan atau sebaliknya.

Saat ujian mereka yang cerdas bekerja sama dengan orang yang cerdas dan begitu pula sebaliknya. Tapi orang cerdas tidak akan bekerja sama dengan orang bodoh, karena mereka menganggap orang bodoh tetaplah bodoh, tidak peduli istilah apa yang mereka gunakan untuk orang bodoh.

Di masa lalu, Yuuki pernah dikhianati oleh seseorang, sehingga Yuuki masih membencinya sampai saat ini. Yang berlalu tetaplah berlalu, Yuuki sudah lupa kejadian itu.

Pada waktu itu, Yuuki adalah orang yang menarik sehingga dia populer di sekolahnya, tapi karena kejadian itu membuatnya jatuh ke jurang yang sangat dalam. Makanya Saat SMA dia sudah tidak mempercayai hubungan dekat seperti itu.

Seiring waktu, jam sekolah telah berakhir.

Sampai rumah langsung tidur ah, capek banget.

Saat sampai rumah, Yuuki jatuh ke tempat tidur saking lelahnya hari-harinya itu. 

"Sheyta..."

"...."

Yuuki memanggil adiknya tapi tidak ada yang merespon.

Belum pulang kali ya..

Yuuki dan adiknya tinggal serumah. Orang tua mereka telah meninggal sejak lama karena kecelakaan, jadi mereka membagi tugas untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk hidup.

Sejak kepergian orang tuanya, mereka hidup sangat sederhana dan Yuuki yang melakukan perkerjaan sampingan. Sedangkan adiknya ikut serta dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Itu cukup untuk meringankan beban di bahu mereka.

Sebelum Yuuki tertidur, dia mencoba mengingat masa lalu ketika Yuuki dipandang rendah, dipermalukan dan selalu terkena sial oleh orang sekitarnya.

Apa sebegitu bangganya rasa egois mereka untuk menjatuhkan orang lain?

Pada waktu itu, Yuuki selalu mempercayai dan berbuat baik orang-orang meskipun banyak orang yang tidak senang padanya.

Tapi sebagai gantinya, Yuuki malah dikhianati oleh seseorang yang dianggap spesial oleh Yuuki. Jadi citra orang disekitar Yuuki semakin buruk dan semakin sulit untuk percaya pada seseorang.

Yuuki tertidur dari gelapnya langit yang mulai menitikkan air hujan.

****

Terima kasih sudah membaca ceritaku, meskipun prolognya tidak terlalu banyak, tapi di chapter selanjutnya bakal sampai 1500-2000 kata kok...

pokoknya di awal dulu gw pengen ngomong klo cerita ini mau jadi proyek panjang, dan ada ilustrasinya oke

dah gitu aja, sekali lagi terima kasih, klo ada typo atau salah kata mohon dimaklumi

Assalamu'alaikum

Chapter 1 : Dunia yang tidak dikenal

Di sebuah tempat terdengar burung kicauan, air mengalir, dan angin yang berhembus membuat desiran ranting pepohonan yang menjulang tinggi. Gesekan ranting tersebut jatuh mengenai tepat diatas kening seorang anak muda yang sedang tertidur.

"Aduhh..."

Kaget, anak itu sontak bangun karena kejatuhan benda yang langsung mengenai kepalanya. Matanya melebar melihat ke arah sekelilingnya, remaja bernama Yuuki ini mencoba tetap tenang, tapi kejadian ini tetap tidak masuk akal baginya.

Dimana nih? Eh bukan. Ini tuh apaaa?! Perasaan aku tadi abis pulang terus tidur... 

"Gak mungkin. Ini bukan kayak dunia yang lihat di anime di anime ataupun manga, mungkin ini mimpi..."

Yuuki membuka suaranya yang tidak bisa didengar oleh siapapun.

Pikirannya tidak bisa mengerti tapi menjadi kosong ketika dia membeku di tempat.

Duduk di dekat sungai mengalir, Yuuki bingung apa yang harus dilakukan.

Seiring berjalannya waktu, Yuuki akhirnya mulai mendapatkan kembali ketenangannya. Lagipula, mengkhawatirkan hal itu tidak akan memperbaiki masalah.

Namun Yuuki sadar dengan pemikiran seperti itu tidak berguna.

Yuuki bangkit dari atas rumput dengan cerahnya langit tertutup awan, membersihkan sisa tanah di celananya.

Yuuki menyimpulkan bahwa dia berada di kaki bukit yang terlihat sungai berada, kemudian menelusuri arah mengalirnya air sungai dan berharap dia menemukan daerah penduduk.

Dalam situasi ini, gak adakah seseorang yang menungguku untuk menjelaskan seluruh cobaan atau bantu memulai?

Tapi sayangnya itu hanya fantasi novel yang ditemukan dalam cerita yang sangat dia gemari dengan penuh semangat, dia mengeluh pada dirinya sendiri. 

Realitas itu sangat kejam, mengkhayal seperti itu tidak akan menawarkan solusi, jadi Yuuki sekali lagi dipaksa untuk mengevaluasi kembali situasinya.

Yuuki memeriksa saku celananya. Ada dompet namun tidak tersisa uang yang didapatkan. Memang dugaanya benar kalau keberuntungannya tidak akan tinggi.

Secara keseluruhan dia tidak memiliki hal yang berguna di tangan.

Meskipun Yuuki dapat bertahan beberapa jam, satu hal yang pasti. Dia tidak bisa mengerti apa yang akan dikatakan orang jika dia sudah berada di kawasan penduduk. Yang berarti bahwa bahsa dunia lain ini tidak seperti bahasa yang bisa dimengerti olehnya.

Yang dipikiran Yuuki adalah makanan. Dia mungkin masih bisa mendapatkan air, tapi mendapatkan makanan di sisi lain akan terbukti tidak mudah.

Bahkan mengemis makanan akan menjadi tugas sulit dalam pelaksanaan itu sendiri, meskipun dia tidak ingin melakukan tindakan putus asa seperti itu.

Meskipun dia tidak begitu memahami hukum dan kebiasaan di dunia ini, dia sampai pada kesimpulan bahwa tindakan yang terbaik setelah mencapai kawasan penduduk ialah menemukan lembaga publik untuk mencari suaka.

Yuuki juga tidak ingin berhadapan dengan binatang buas dalam perjalanan itu.

"Aku gak berharap dapat kekuatan OverPower, tapi ahh, setidaknya biarkan aku mengerti tentang bahasa..."

Tapi terlepas dari seberapa banyak Yuuki mengeluh secara internal, tidak ada yang menjawabnya.

Mengerahkan tekad, Yuuki mulai berjalan kembali.

Tidak beberapa lama Yuuki berjalan di sisi sungai sehingga dia sampai di ladang rumput yang luas.

"Hey, apa-apaan ini, mataku gak salah liat, kan?

Yuuki bergumam dan terkejut melihat sebuah kejadian.

Dia melihat pertarungan yang sangat asing di matanya, dia tidak pernah melihat  pertarungan ini di dunianya.

"Sudah kuduga ini bukan mimpi!"

Yuuki melihat beberapa orang yang sedang terkepung oleh 3 naga di segala arah.

Kupikir itu tidak seperti naga yang kulihat dari beberapa game.

Yuuki bingung apa yang harus dia putuskan saat ini, namun tidak ada pilihan lain selain menyelamatkan mereka.

Yuuki berpikir keras untuk menyelamatkan mereka tapi dia tidak bisa apa-apa mengingat dia hanya manusia yang tidak mengenal apapun di dunia ini. Yuuki hampir ketakutan setengah mati, tapi dia mencoba untuk tetap tenang.

"Mungkin mereka itu petualang dalam satu kelompok. Yah mau gimana lagi, situasi kayak gitu sulit buat bergerak. Mereka terlalu memaksakan pertarungan yang mereka sendiri tidak bisa memenangkannya."

Memikirkan jalan keluar, Yuuki hanya melihat mereka dari kejauhan. Dia ingin mencoba menghindari pertarungan tersebut, tapi kenyataanya tidak semudah itu.

"Dimana ada air, disitu ada kehidupan. Mau gimana caranya ngelewatin itu kalau jalannya terhalang, masa harus putar jalan? Kalau aku putar jalan maka aku hanyak akan membuang-buang waktu dan kemungkinan akan tersesat."

Segala kemungkinan yang Yuuki peroleh dari kerja keras dari otaknya untuk menghindari pertarungan telah sirna. Yuuki mencoba memberanikan tekadnya untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

BOOM!!

"Whoaa!!"

Ledakan besar yang menabrak tanah mengenai para petualang itu. Yuuki berhasil menangkap salah satu dari mereka dan tragisnya dia mendapatkan luka bakar yang sangat parah di kakinya.

"Hey... Apa kau baik-baik saja?"

Eh bentar... Memangnya dia mengerti bahasaku?

Yuuki ingat ada yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Yuuki tidak bisa apa-apa dalam situasi ini, tapi dia memberanikan diri. Salah satu rekan mereka terluka parah, tidak ada pilihan lain selain bertarung.

Tersisa 2 orang dari kelompok mereka dan mereka juga cukup kelelahan, tidak mungkin mereka melawan 3 naga sekaligus. Jadi Yuuki berinisiatif untuk bertarung meskipun nyawa taruhannya.

"Maaf, nanti saja penjelasannya. Oh ya, aku pinjam pedangmu ya."

"Umm... Tidak masalah."

Oh, dia mengerti? Selain itu dia punya rekan, kuharap mereka bisa membantuku.

"Aku tidak tahu nama kalian, tapi tolong bantu aku! Alihkan perhatian 2 naga itu dan ulur waktu beberapa menit. Aku akan mengurus yang satunya, setelah itu rawat korban yang terluka." 

"Siap, mengerti."

Yuuki menghunus pedang itu dan melesat kencang menghampiri naga itu.

Oh... tubuhku ber-aura? apa mereka berdua melakukan sesuatu terhadapku? 

Tubuh Yuuki mendapatkan skill dukungan dari kemampuan 2 petualang itu dan kemudian...

"Barrier Explosion!!"

Ledakan asap mengelilingi para naga tersebut, Kemudian Yuuki memasukinya.

Yuuki mengerti kalau orang itu membuat barrier yang menghalangi pandangan para naga dan mencegah naga itu keluar dari barrier itu.

Yuuki melompat tinggi dengan bantuan skill pendukung. Menyerang mata naga itu dengan tujuan menghilangkan penglihatan naga tersebut. Dia dengan barbarnya menyerang naga itu, kemudian dia merasakan ada sosok hitam besar di belakangnya.

Itu adalah naga yang lebih besar dari yang ia lawan. Ketika berada di atas tubuh naga yang telah buta, Yuuki dengan cepat mengoyak leher yang ditumpanginya.  

Sesuai rencana Yuuki mencabik-cabik daging naga itu dengan pedangnya. Yuuki saat ini sudah terbiasa dengan pergerakannya, melakukan prediksi terhadap serangan bola api, kemudian melakukan serangan tindak lanjut.

Merespon setiap serangan naga seolah dia sudah berpengalaman dengan hal itu. Yuuki mengulang pergerakannya dengan tempo yang cepat, mengulang setiap gerakan yang memojokkan para naga dan membunuh dengan gerakan yang tidak memaksa.

Yuuki membuat jarak untuknya, kemudia bernafas dengan tenang.

Tersisa 1 naga yang lebih besar bersamaan hilangnya skill barrier tersebut.

Gawat... Serangan bar-bar membuatku cepat capek. Kupikir tenagaku ini unlimited, ya karena mungkin aku masih berpikir kalau ini adalah mimpi.

...****...

"Brauns!! bertahanlah... Aku akan mencoba menyembuhkanmu."

Luka dari kakinya cukup parah dilihat tidak hanya kulit yang terbakar tapi dagingnya juga ikut terbakar akibat Dragon Breath milik wyvern itu.

Dengan air mengalir dibilas ke arah sisi kulit yang terbakar, membuat Brauns berteriak kesakitan. Sihir pemulihan pun tidak dapat berbuat banyak karena luka itu.

"Terima kasih Ellena." Ujar Brauns dengan nada serak.

"Tidak. Kau seharusnya berterima kasih pada bocah itu, kalau dia tidak menangkapmu mungkin kau akan lumpuh selamanya."

"Ett dah, ngeri juga omonganmu, tapi nanti aku akan berterima kasih padanya... Akhh!!"

Brauns mencoba duduk lalu merenggangkan kakinya, kemudian berteriak karena merasakan sakit yang luar biasa bahkan Yuuki dapat mendengarnya dari jauh.

"Dimana Gorou." Tanya Brauns yang bingung

"Dia membantu bocah itu dengan skillnya. Dia juga mengalihkan 2 wyvern yang lainnya, meskipun berbahaya tapi itu sudah cukup mengulur waktu beberapa menit."

Meskipun nada dari perkataan Ellena bergetar, namun tubuhnya tetap teguh.

"******... manaku sudah mencapai batas. Hey Ellena bantu aku!! Gawat, aku tidak bisa menahan barriernya."

Gorou berteriak dari kejauhan, meminta Ellena untuk membantunya. Namun Ellena terlambat karena barrier yang menghalangi para wyvern telah lenyap.

Kemudian mereka terkejut ketika barrier itu menghilang dan melihat keadaan disana.

...****...

Pertarungan mereka sudah mencapai pada puncaknya. Yuuki membuat jarak ke belakang menjauh dari wyvern itu.

"Apa-apaan ini..." Petualang itu terkeut dengan situasinya.

"Hey bocah... apa yang kau lakukan dengan 2 wyvern lainnya?"

Jangan sebut aku bocah pam- ... ya kali aku ngomong gitu. Selain itu, naga itu disebut 'wyvern' ya.

Yuuki tidak membalas pertanyaanya, dia pikir pertanyaan itu tidak perlu dijawab dan yang harus diperhatikan adalah wyvern besar yang ada di depannya.

...Lapor... Anda membuka skill 'Thunder Execute' apakah anda ingin menggunakannya?...

Hah siapa itu? apa ini telepati atau semacamnya? Ah bodoamat, gak ada waktu buat dipikirin.

"Ya!"

Yuuki menaktifkan skill itu. Yuuki dapat merasakan tubuhnya menjadi jauh lebih ringan. Dia merasakan pergelangan kakinya menjadi ringan seolah dia melupakan rasa keram di kakinya tadi.

Yuuki menegakkan postur tubuhnya, menerapkan kuda-kudanya yang sering dia lakukan di masa lalu. Dia berkonsentrasi dan mengatur napasnya, memfokuskan kekuatannya di bilah pedangnya dan tidak lupa mengatur strategi agar setelah menggunakan skill itu dia tidak kehilangan keseimbangan.

Meskipun ini adalah pertama kali untuk dirinya, dia tetap teguh dan percaya diri.

Wusshhh!!

Dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata, dia melesat seperti anak panah.

Jarak mereka semakin dekat. Yuuki menutup jarak lalu mengincar leher wyvern tersebut. Serangan dengan kekuatan penuh itu, dengan memfokuskan kekuatan yang berada di sebuah pedang, ditambah kecepatannya, meluncur lebih cepat daripada tekanan udara.

Yuuki mengumpulkan kekuatan yang memusatkan pada pedang yang sedang dipegangnya, kemudian dengan cepat menebas leher dari wyvern tersebut.

Para petualang itu terdiam saat melihat tindakan Yuuki, seolah percaya kepada mata mereka sendiri.

"Aku tidak percaya dia bisa melakukan hal nekat seperti itu."

"Ya, benar. Namun daripada itu, karenanya kita telah terselamatkan."

"Sebenarnya dia datang dari mana?"

Mereka berbicara dengan helaan napas, seolah bencana sudah terlewat.

Tidak peduli bagaimana hebatnya Yuuki bertarung, dia terlalu memaksakan fisiknya sampai dia melupakan kalau tenaganya sudah pada batasnya.

Hari pertama Yuuki di dunia yang tidak ia kenal memiliki banyak kejutan dan tantangan. Yuuki memiliki kemampuan di dunia itu hampir kosong. Jika dia tidak berusaha bertahan di dunia itu maka hidupnya sia-sia. Tidak ada yang tahu kalau keadian itu awal perjalanannya dimulai dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Thank you for reading (^人^)

Insya allah chapter selanjutnya mc pke sudut pandang pertama... Arigatou :D

Chapter 2 : Kerajaan Fioresd

Assalamu'alaikum. sesuai dari pernyataan di ch 1, ane akan mengganti main character dengan kata ganti aku... Selamat memabaca (^_^)/

****

Setelah aku mengalahkan para wyvern itu, aku menghampiri mereka, berjalan di atas tumpukan mayat dan darah.

Aku berbicara dengan orang setinggi orang dewasa, duduk dengan berseragam lengkap dilapisi armor dengan kaki yang terluka.

"Hmm... Apa kau baik-baik saja?"

Ya tentu tidak baik-baik saja dong. Apakah pertanyaanku termasuk pertanyaan retoris? Pikirku.

"Sebelumnya terima kasih telah menolongku. Sepetinya aku lebih baik, omong-omong siapa namamu dan dari desa mana asalmu?

"Namaku Yuuki, aku tadi tersesat di hutan dan aku tidak mengingat apapun di masa lalu, hanya namaku yang aku ingat."

Semoga mereka percaya.

"Baiklah kalau begitu, lalu, kau mau pergi kemana?"

Ett dah kayak napi aja ditanyain terus, tapi itu pertanyaan yang masih wajar. Aku  tidak tahu mereka akan percaya atau tidak, tapi mereka sedikit mencurigaiku seolah aku penjahat yang menyamar dengan alasan lupa ingatan.

"Sebenarnya aku ingin ke daerah pemukiman terdekat, aku hanya mengikuti arus sungai ini."

"Oh, begitu ya. Jika kau mengikuti arus sungai itu, kau akan mencapai kerajaan Fioresd, namun kalau kau berjalan kaki akan membutuhkan setidaknya sampai malam, lagipula penjagaan disana cukup ketat sehingga orang asing tidak akan dibiarkan masuk dengan mudah."

"Begitu ya..."

Aku melupakan penjagaanya, harapanku perlahan hilang, tapi tidak ada pilihan lain selain kesana.

"Kalau begitu, kebetulan sekali kami ingin pergi kesana, jadi ikut dengan kami." Sela wanita yang di sampingnya dengan semangat.

Wanita yang kupikir cantik, rambut hitam panjang, pakaian gadis china yang menarik perhatian, sedang mengobati pria di sebelahnya.

"Hey Ellena, kita tidak bisa melakukan hal itu."

"Hah, kenapa? Bukankah dia sudah menyelamatkan kita? Lagipula kita satu arah dengannya bukan?"

"Tapi kan... Baiklah kita juga berhutang padanya... Dan jaga mulutmu."

Merinding, wanita itu terus menatapku, dia pasti tidak dengar apa yang dikatakan pria itu.

"Benarkah, terima kasih banyak!" Aku membungkuk, berterimakasih.

Daripada itu, aku bersyukur karena mereka mengajakku, kalau tidak ada mereka mungkin aku sudah mati tadi.

"Tidak masalah, kalau begitu giliran kami memperkenalkan diri."

Kemudia mereka mulai memperkenalkan diri.

"Namaku Brauns, job class Swordsman. Wanita ini Ellena, Sorcerer, dia cukup ahli dalam pertarungan tangan kosong. Yang terakhir, Gorou, Magic Caster."

Gorou, badan besar dengan jubah hitam menyelimuti tubuhnya, kelihatannya orang ini cukup pendiam dari luar. Tapi, apa dia juga punya kemampuan fisik juga? 

"Baiklah, kondisiku cukup parah, jadi, kita tidak akan berjalan sampai kerajaan, tapi kita akan pergi ke arah jalur dagang 1 kilometer ke arah selatan. Semoga ada pedagang yang ingin memberi tumpangannya."

Ellena dan Gorou membantu Brauns berjalan, aku mengikuti dari belakang.

Kupikir mereka adalah orang baik, tapi aku agak resah sama wanita itu, bukannya aku tidak percaya pada dia, tapi aku sangat tidak ingin dekat-dekat dengannya. 

"Yuuki! Kita akan melanjutkan pembicaraan di kereta nanti." Ellena menoleh ke belakang dan berteriak.

"Ya." Kataku dengan paksa.

Di dunia ini semuanya di luar dugaanku, langit mulai memerah, bajuku bersimbah darah wyvern, tapi aku bersyukur tubuhku masih utuh. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku dimana? Apa ini masih bumi atau aku terlempar ke masa lalu? Aku tidak tahu.

Tadi itu sebenarnya suara apa? Aku mendengar langsung dari otakku, apa aku harus menanyakan kepada mereka? 

Perjalanan menuju ke kerajaan Fiores terus berlanjut. Kami menuju ke arah jalan yang sering di lewati pedagang untuk meminta tumpangan, ya itu kalau ada yang lewat...

Kami sudah sampai, jalan lumayan sepi, mungkin karena hari mau gelap jadi pedagang tidak menunjukkan aktivitasnya atau apa karena sering terjadi perampokan pada malam hari?

Setelah menunggu beberapa menit, dari kejauhan, terlihat seperti kereta kerajaan.

Kereta itu mendekat, melambat, kemudian berhenti tepat di depan kami dan seseorang membuka pintu kereta dari dalam.

"Kalian cepatlah masuk, udah mau gelap, nih."

"Saya mohon maaf, tapi mengapa Yang Mulia?"

"Sudahlah cepat, kalian itu rakyatku, lagipula kalian terluka, kan?

Mereka sejenak terdiam dengan perkataan 'Yang Mulia' itu.

"Tapi kami ini petualang Yang Mulia, kami ini netral, jika ada orang yang tahu kalau Yang Mulia membantu kami, itu akan memperburuk citra Yang Mulia."

Sepertinya petualang dengan kerajaan ada urusan politik di dalamnya, jadi kemungkinan mereka tidak bisa menyalahgunakan hal itu, aku salut dengan mereka.

"Sudahlah tidak apa, cepatlah masuk."

"Baiklah, terima kasih Yang Mulia." Kami serentak berterimakasih.

Aku tahu orang ini adalah seorang raja atau pangeran dari sebuah negeri, dia juga cukup muda.

Kami duduk, kereta ini jalan kembali dan di saat itulah Yang Mulia membuka suaranya.

"Jadi mengapa kalian seperti ini?"

"Kami memulai pertarungan dengan sekelompok wyvern dan kami mengalami kekalahan." Ujar Brauns yang menyesal.

"Lalu?"

"Lalu bocah ini meyelamatkan kami dan membunuh wyvern itu sekaligus."

Yang Mulia menoleh ke arahku, sebenarnya aku tidak suka ditanya-tanya, tapi aku baik-baik saja saat ini.

"Ohh... Jadi siapa namamu?"

"Nama saya Yuuki, sebenarnya aku ingin pergi ke daerah penduduk setempat."

Kegugupanku membuat keringat mengalir di punggungku.

"Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Azaka Van Florend, dari kerajaan Fioresd, meskipun aku terlihat muda tapi aku adalah raja. Jadi kenapa kau ingin pergi ke kerajaanku?"

Dia muda, tapi dia memperlihatkan dominasinya terhadapku dan aku sedikit gemetar melihatnya.

"Maaf Yang Mulia, saya hanya anak tersesat yang bisa ditemukan di mana saja. Saya ingin mencari informasi yang saya butuhkan."

Tersesat oh tersesat astaghfirullah... aku tidak berbohong soal itu. aku memang tidak mengerti tentang lingkup dunia ini, tapi aku beruntung dapat tumpangan dan sisanya aku akan mencari sendiri sesuai kebutuhanku.

"Tidak usah terlalu formal, anggap saja aku kenalanmu."

"Baiklah." Kataku, menghela napas.

"Sepertinya pakaian yang kau kenakan cukup asing di mataku."

"Aku setuju. Bahkan aku tidak mengingat kalau aku memakai ini." 

Tentu saja aku bohong, tidak mungkin aku bilang kalau aku kelempar sampai kedunia ini. Maksudku, aku bahkan tidak mengerti kalau ini tempat apa dan bagaimana bisa aku tiba-tiba disini.

Setelah aku, Raja Azaka menoleh ke arah mereka bertiga. "Kalian bilang memulai pertarungan dengan para wyvern, jadi kalian duluan yang memancing wyvern itu menyerang kalian?"

Mereka terdiam, kemudian dengan ragu Brauns berkata, "Ya, sebenarnya kami sedang mencari batu obsidian dan tumbuhan obat langka di daerah pegunungan Yatze. Kami pikir-"

Kemudian Raja Azaka terkejut dan langsung memotong, " Tunggu, kalian tahu di daerah itu ada batu obsidian?"

"Ya, kami tidak sengaja masuk ke gua, karena kami pikir di sana ada material yang kami cari... Ternyata di sana ada sekelompok wyvern yang seolah menunggu kami."

"Aku baru dengar soal itu, tapi darimana kalian tahu kalau di sekitar situ ada batu obsidian?"

Mereka sering kali membicarakan tentang batu, kupikir batu itu cukup langka ya di dunia ini. Tapi mungkin pada zaman ini mereka membutuhkan batu itu untuk alat perang dan lainnya, batu itu juga termasuk batuan beku, jadi itu sering ditemukan di daerah gunung, wajar saja kalu itu ditemukan di sana." 

"Kami mendegarnya dari pedagang asing saat kami makan di salah satu bar, jadi kami tertarik mencarinya. Aku tidak mengerti kenapa di sana ada wyvern kelas tinggi."

 Seperti yang dikatakan Brauns, kupikir di dunia ini beberapa mahluk hidup ada tingkatan kelasnya, ini memang mirip seperti game yang pernah kumainkan. Namun, ada kejanggalan informasi yang dikatakan Brauns.

"Brauns, bolehkah aku bertanya?"

"Tentu saja."

Aku tidak tahu apa ini akan berhubungan, tapi aku akan menggali informasi dari mereka. Semoga saja lemparanku tepat sasaran.

"Di saat kau makan dengan rekanmu di bar, apakah di sana banyak petualang lainnya ketika pedagang asing itu berkata demikian?"

"Ya, benar." Dia terkejut dengan jawabannya sendiri.

"Kalau begitu, ada kemungkinan kalau pedagang itu menipu kalian."

"Tapi kenapa?"

Aku memutar otakku, aku tidak bisa kehabisan akal untuk saat ini, kupikir ada kejanggalan di setiap kejadian itu.

"Apakah hanya sampai segitu?" Tanya Raja Azaka yang ragu.

"Tidak, aku hanya terganggu dengan pernyataan Brauns barusan. Beri aku waktu sebentar."

Tunggu, apa aku salah? Bukan, aku tidak fokus. Jika pedagang asing itu menipu mereka semua untuk memancing wyvern keluar, apakah benar di sana ada batu itu, kemudian pedagang itu mencurinya? Wah suudzon kali aku, tapi kemungkinan itu sangat kecil akan terjadi. Para petualang ketika ada barang langka pasti akan langsung bergegas mendapatkannya, tapi kenapa hanya mereka bertiga yang datang? 

Aku bingung, aku hampir mengacak-acak rambutku. Tapi, apa penyerapan kekuatan dalam game bisa berlaku di sini...

"Brauns!" 

"Y-ya?!" 

Kaget, matanya melebar ke arahku.

"Kau dan rekanmu di tingkatan kelas berapa?"

"Karena kami dari awal berteman, kami semua A-, memangnya kenapa?"

"Tunggu sebentar, lalu petualang yang di bar itu?"

Bingung karena pertanyaanku Brauns menjawab, "Mereka semua kebanyakan B, tidak sedikit pula yang berada di kelas A dan A+."

Begitu ya. Pikirku. Aku menata ulang pikiranku, tetap fokus.

"Aku akan bertanya kepada kalian para petualang, apakah para petualang yang lain setelah mendengar itu kemudian pergi setelahnya?"

"Benar sekali, aku mendengar mereka merencanakan hal itu saat aku di Guild petualang." Ujar Ellena. Aku baru mendengarnya berbicara sejak kejadian wyvern tadi.

"Berapa banyak batu itu di sana?"

Aku terus melontarkan pertanyaan demi pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang cukup. Tapi, ayolah, masa cuman aku yang ngomong, Sang raja kemana neh...

"Kami tidak tahu, tapi pedagang asing itu bilang cukup untuk kita semua." Kata Brauns, ragu.

"Kalau begitu, kapan kalian dan mereka pergi?"

"Mereka pergi 2 hari setelah rumor itu dan kami 3 hari setelah mereka pergi, karena kami mempersiapkannya lebih matang, lagipula kata pedagang itu cukup untuk kita semua. Jadi, kupikir sangat banyak, tapi nyatanya kami malah terhalang dengan para wyvern itu. Padahal tujuan kami tinggal sedikit lagi."

Hadehh, Brauns dan rekannya siap-siap dengan matang dan kembali dengan tangan kosong. Setidaknya kalau tidak dapat apa-apa ya gak usah pakai luka segala. Semoga ini pertanyaan terakhirku, ini menentukan.

"Lalu... Kapan mereka kembali?"

Terkejut, pucat, mereka terdiam karena pertanyaanku. Kupikir mereka menyadarinya setelah selama itu. Para petualang selain kelomok Brauns seharusnya sudah kembali sebelum keberangkatan Brauns. Masa 3 hari cuman ngeronda doang dan gak balik-balik.

Mereka semua mati atau tidak itu bukan masalahnya, tapi apa yang dibalik gua itu? Aku juga belum punya bukti nyata kalau mereka semua mati.

"Tunggu sebentar, aku belum bisa menerima ini. Apa itu benar, Brauns?" Tanya Ellena dengan wajah yang rumit.

"Sepertinya begitu."

Mereka semua menunduk karena menyadari situasinya.

"Tunggu, itu hanya pendapatku. Kita juga belum bisa menyimpulkan kalau itu benar-benar terjadi."

Ya, itu hanya salah satu dari beberapa kemungkinan yang terjadi, itu hanya spekulasiku. Kita tidak bisa memvalidasi kalau itu benar-benar terjadi.

"Ya, itu benar. Kalau begitu, setelah sampai di ibukota aku akan pergi ke bar dan Guild petualang. Aku kenal dengan wajah-wajahnya."

Ellena menyerahkan diri untuk tugas itu. Itu akan cukup membantu. Jika itu jawaban mereka berarti ini pertanyaan terakhirku.

"Ini pertanyaan terakhirku. Apa di daerah gua itu ada semacam rumor tentang monster atau semacamnya?"

Mereka menggeleng kepala, mengindikasikan jawaban. Raja Azaka tampaknya memikirkan sesuatu.

"Ah! Aku ingat..."

Aku terkejut, mereka juga terkejut karena perkataan Raja Azaka yang tiba-tiba.

****

Tengkyu brader. Sebenarnya otak gw ngelag di chp ini, jadi bahasanya terlalu rumit. semoga kalian mengerti. Cheers!!

Arigatou yang udh baca.

Dah, gitu aja, sampai jumpa. Assalamu'alaikum...( ̄▽ ̄)ノ

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!