(POV orang pertama )
Segenap rasa dan jiwaku hanya untukmu, kita pun berakad dan mengurai ikrar untuk saling setia.
Namun kini ada dia, apakah ini ujian Tuhan untuk aku???
Dan bagaimana jika ikhlas tak hadir dalam jiwaku.
Bersama denganmu mengarungi bahtera rumah tangga, ku yakin kamu hanyalah untukku.
Aku tak pernah meminta cinta yang berlebih, aku hanya ingin sakinah.
Dan kini mengapa dia, kamu undang dalam istana kita. Perih, sakit dan sesak hati ini hingga pudar harap mawadah bersamamu.
Bingung, sedih dan juga rasa tak percaya menjadi satu menggerogoti hati dan pikiranku.
Mau gak mau, aku harus merelakan cinta untuk di bagi yang tidak semua orang siap dan mau berbagi.
Mulut dengan mudahnya berucap,
ini sudah kehendak Tuhan.
Lalu aku dianggap apa? sebuah boneka yang tidak punya hati, boneka yang akan diam saja saat tersakiti???
***********
Sudah seminggu ini mas Ilham tidak pulang,bahkan dia juga tidak bisa di hubungi.
Tentu aku sangat cemas dan khawatir karena tidak biasanya dia seperti ini.
Memang pekerjaannya sebagai manager mengharuskan dia keluar kota namun kali ini melebihi ketentuan.
"Kamu dimana sih mas, kenapa ponsel kamu tidak bisa dihubungi?? kenapa perasaanku jadi tak enak?" batinku dengan air mata yang jatuh tanpa diiringi Isak tangis
Tubuh dan pikiranku yang lelah membuatku tidur sejenak.
Saat terbangun, mas Ilham sudah duduk di sampingku.
Dengan sisa nyawa yang kumiliki aku langsung saja memeluk mas Ilham seraya berucap
"Kamu pulang jam berapa mas? kenapa tidak membangunkan aku? Kenapa ponselnya selalu tidak aktif? aku sangat mengkhawatirkan mu mas!" aku memberondong mas Ilham dengan banyak pertanyaan.
Mas Ilham yang gemas pun mencubit hidungku.
"Aku baru saja sampai, namun aku lihat kamu tidur sangat nyenyak jadi aku tidak tega membangunkan mu. Ponselku rusak jadi gak aktif, kamu pasti sangat khawatir, maaf ya Ra?" katanya lalu bangkit dari dari tempat tidur.
"Ra....Aku ingin bicara padamu" katanya lagi dengan menatapku dari tempat dimana dia berdiri.
Aku yang penasaran lalu mendekat dan bertanya
"Apa mas? kelihatannya sangat penting apakah berita yang menggembirakan?" Aku antusias sekali ingin segera tau apa yang ingin mas Ilham bicarakan.
Mas Ilham memelukku dengan erat bahkan dia berkali kali mengecup keningku sambil bilang
"Maafkan aku" lirihnya
Mendengar kata katanya tentu aku tersenyum dan menimpali
"Kamu kenapa sih mas,memangnya kamu salah apa, kenapa minta maaf padaku?" tanyaku dengan menangkupkan kedua tanganku ke wajah mas Ilham.
Dengan raut wajah yang tidak karu-karuan mas Ilham menjawab
"Aku menikah lagi Ra"
Seketika tanganku turun dari wajahnya, aku menatapnya sesaat mencari kebohongan dalam matanya namun nihil.
Yang terlihat hanyalah mata sendu tanpa rekayasa.
Lalu aku meyakinkan diriku bahwa ucapannya adalah sebuah lelucon.
"Gak lucu deh mas candaannya, ultahku masih lama kenapa kamu ngeprank aku dengan candaan murahan gini." kataku dengan tertawa, namun tertawaku adalah tertawa ketir.
Ilham pun menarik ku dalam pelukannya," dengar Ra, aku tidak berbohong karena memang aku telah menikah lagi, tolong restui pernikahan kami Ra" lirihnya dengan menatapku.
DUUUUAAAARRR
Kata kata mas Ilham bagai petir menyambar jantungku hancurlah hatiku saat ini.
Air mata pun lolos begitu saja tanpa ada Isak tangis yang mengiringinya
Aku melepas pelukan mas Ilham lalu mundur sesaat sehingga tubuhku kini membentur lemari.
Karena tak kuat menopang tubuh yang bergetar aku pun terduduk lemas dengan mendekap kakiku.
Ilham yang melihat keadaanku pun berusaha menghampiriku namun aku melarangnya.
"Jangan mendekat! aku tak Sudi disentuh olehmu, apa salahku mas! hingga dengan tega kamu sakiti aku seperti ini, apa kurangnya aku di dalam hidupmu hingga kamu mencurangi aku." bentak ku dengan tangis yang pecah.
Ilham menatapku dengan sendu. Melihatku menangis tentu membuat hatinya terkoyak.
"Maafkan aku Ra"Ilham pun mencoba meminta maaf padaku.
Aku tersenyum dalam tangis ku lalu berucap
"Semudah itu kamu ucapkan kata maaf mas, seharusnya kamu berfikir dulu sebelum mengambil keputusan untuk menikah lagi." Kataku yang membuat Ilham terdiam seketika.
Kini pikirannya kalut, menyesal juga tidak akan mengubah apapun.
Hatiku tetap hancur, dan tak akan mungkin kembali utuh lagi.
"Aku tahu Ra, aku janji akan adil terhadap kalian" ucapnya lirih.
"Cih.... Jangan bicara adil mas, gak ada keadilan dalam berpoligami. Awalnya memang kata-kata manis yang diucapkan namun seiring waktu berjalan hanya ada kebohongan" sanggah ku dengan nada tinggi.
"Lalu apa yang harus aku lakukan Ra?" tanyanya dengan menatapku sendu.
Mendengar kata katanya membuatku berdiri lalu menatapnya balik.
"Pilihlah satu diantara kami mas" kataku tegas lalu membuang wajahku sembarang.
Ilham yang bingung pun mengusap rambutnya kasar
"Andai aku bisa memilih Ra, sayangnya aku tidak bisa memilih satu diantara kalian" lirihnya yang membuatku menangis dan kali ini isak tangis ku terdengar.
Tangisan seorang istri yang di madu suami yang sangat dicintai, pernikahan yang diimpikan akan jadi sakinah,mawadah dan warohmah hanya tinggal angan angan.
"Aku menginginkan keturunan Ra, kita sudah menikah lima tahun namun kita belum saja di karuniai seorang anak" katanya lirih tanpa menatapku.
Aku menatapnya walaupun dia tak menatapku, hatiku sakit mendengar penuturannya. Padahal aku dinyatakan subur kenapa dia dengan mudah memutuskan menikah lagi dengan alasan keturunan?
"Aku tau dan paham mas, tapi nggak gini caranya. Keterlambatan dalam memberi keturunan kamu jadikan alasan untuk menikah lagi, padahal kita sudah kesana kemari untuk melakukan program hamil, kenapa kamu tidak bisa sabar sedikit mas!Namun sudahlah nasi telah menjadi bubur." kataku lalu beranjak hendak keluar kamar.
Dengan sigap Ilham menarik ku dan memelukku namun aku meronta sehingga aku terlepas dari pelukannya.
"Beri aku ruang, aku ingin sendiri mas"kataku lalu keluar kamar menuju kamar sebelah.
Braaaakkkkk
Aku menutup pintu dengan keras, menandakan betapa kecewa dan sakitnya aku saat ini.
Di kamar sebelah, ku tumpahkan semuanya. Entah berapa banyak air mata yang keluar dari mataku.
Karena sangat pusing dan merasa lelah akhirnya aku terlelap dalam rasa sakit.
Di sisi lain Ilham hanya membolak-balikan badannya di kasur,tanpa bisa terlelap.
Rasa bersalah kini telah menggerogoti hatinya.
"Maafkan aku, menduakan cintamu dan mengingkari janji suci kita Ra, berat rasa hatiku meninggalkan dia yang berstatus istriku juga.
Dan demi apapun maafkanlah aku Ra, ku yakin kita bisa menjalani hidup bertiga dengan rukun dan kembali ceria seperti dulu walau hati aku ini milik kamu dan dia" gumam Ilham dengan melihat langit- langit.
Lelah dengan pikirannya sendiri, akhirnya Ilham pun tidur.
Dia yang mana yang mampu merebut seri bunga cintamu.
Dia yang mana yang mampu mengalihkan rasa setia mu.
Tidak kuduga semua ini harus terjadi kamu ternyata tidak sepenuh hati mencinta.
Lidah siapa yang manis bermadu dulu mengukir janji untuk saling setia sampai maut memisahkan.
Kini engkau telah ingkar, menyakitiku begitu dalam hingga dadaku sangat sesak. Hatiku remuk redam dan jantungku tak sanggup lagi berdetak seperti biasanya.
Asaku kini jauh melayang, mimpi yang indah kini telah hilang.
**********
(POV orang pertama)
Tepat jam tiga pagi aku terbangun, otakku traveling mengingat kembali apa yang telah terjadi semalam.
Dan itu membuat aku menangis kembali, Rasa sakitnya sungguh menjalar ke seluruh tubuhku bak sel-sel kanker yang mendarah daging yang siap mematikan sang pemilik tubuh yang lemah ini.
Lelah menangis aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur. " Lebih baik aku ambil wudhu dan menghadap sang Ilahi supaya lebih tenang" batinku dengan langkah menuju kamar mandi.
Banyak sekali yang ingin ku diskusikan pada Rabb ku meminta petunjuk supaya aku kuat menghadapi semua ujian darinya dan juga aku meminta supaya aku tidak lemah.
Seusai menghadap sang ilahi, aku membersihkan tempat tidur lalu berkutat di dapur.
Walaupun aku sakit hati dengan mas Ilham namun bukan berarti aku melupakan kewajiban ku sebagai seorang istri.
Aku tetap menyiapkan makan untuknya.
Setelah memasak aku membersihkan diri lalu bersolek tipis. Aku memakai kaos dan juga celana pendek selutut tak lupa sepatu sneakersku, ya itulah outfitku pagi ini.
Rencananya aku memang ingin ke taman kompleks untuk joging sekaligus untuk melupakan sejenak sakit hatiku.
Ku taruh ponsel di saku dengan memutar lagu-lagu Westlife, boyband kesukaanku. lagu yang enak didengar serta personil nya yang tampan-tampan membuat aku menyukai boyband ini.
Lagu-lagunya adalah teman saat aku bosan.
Lalu aku pun joging mengitari taman kompleks. Lima putaran cukuplah untuk membuat tubuhku berkeringat dan juga fit kembali.
Aku memiliki tubuh yang sexy, padat berisi dengan tinggi 160 cm. Cukup tinggilah untuk ukuran wanita Indonesia.
Wajah cantik natural. Bibir yang merah, bulu mata yang panjang serta terbalik, mata yang bulat, hidung mungil namun mancung itulah anugrah yang aku miliki. Namun ternyata kelebihan yang aku miliki masih saja membuat mas Ilham berpaling, mencari mahkluk indah lainnya.
Kekuranganku memang cukup fatal yaitu selama lima tahun menikah aku belum bisa memberinya keturunan. Entah kenapa kami belum dikaruniai momongan padahal hasil pemeriksaan menunjukan kami sama-sama subur.
Setelah melakukan pendinginan aku kembali ke rumah, saat masuk rumah aku melihat mas Ilham sudah duduk menikmati sarapannya.
Tanpa menyapa, aku melewatinya lalu membuka kulkas untuk mengambil air, ku tuang air dan meneguknya.
Dia hanya diam melihatku, mas Ilham pun serba canggung begitu pula denganku.
Karena lapar aku pun ikut bergabung dengannya. Aku menarik kursi lalu mengambil makanan.
Kini posisiku berseberangan dengan mas Ilham.
Ilham terus saja menatapku tanpa bertanya begitu pula denganku yang malas berbicara padanya.
Aku enjoy dengan lagu-lagu yang masih berputar bahkan aku ikut bernyanyi.
Melihatku bernyanyi akhirnya Ilham menyerah dengan kediamannya.
"Ra, kamu masih marah sama aku?" tanyanya dengan menatapku.
Telingaku masih tersumpal headset sehingga aku tidak mendengar pertanyaan mas Ilham, apalagi aku memakai volume paling tinggi.
Ilham menghela nafas dia pun berdiri lalu melepas headset yang menempel di telingaku dengan sedikit kasar tentu itu membuat telingaku sakit.
Sontak aku pun marah
"Apa apaan sih kamu mas!" bentak ku sambil mengelus telingaku yang sakit.
"Kamu yang apa-apaan Ra, setidaknya hargai aku, lepas headset mu ketika kita bersama!" bentaknya dengan rahang yang mengeras.
Mendengar kata katanya membuatku tertawa lepas.
"Menghargai? jangan bicara soal harga menghargai mas, mengaca lah dahulu apakah kamu juga menghargai aku sebagai seorang istri" kataku sinis lalu pergi begitu saja,meninggalkan Ilham dan juga makananku yang baru aku makan beberapa suap.
Braaaakkkkk
Aku menutup pintu dengan keras, lalu duduk bersimpuh di lantai dengan menyandarkan kepala di pintu.
"Kenapa jadi begini pernikahan kita mas, ibu ayah maafkan Rara "ujar ku dengan air mata yang terjun bebas.
Dengan frustasi mas Ilham kembali ke kamar, dia juga membanting pintu kamar dengan keras juga.
"Kenapa jadi begini Ra" gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
Lelah dengan pikiran yang kacau, Ilham pun ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya supaya pikirannya lebih fresh.
Setelah mandi, Ilham mengambil sendiri baju kerjanya, biasanya aku yang selalu mengambilkannya namun kali ini aku absen ini juga karena ulahnya.
Setelah ready dengan baju kerjanya, Ilham berpamitan padaku di balik pintu.
"Ra, aku berangkat kerja dulu ya! kamu nggak ngantar aku di depan ta Ra?" pamitnya sambil mengetuk pintu.
Aku yang masih kesal, tidak menanggapi kata kata mas Ilham hanya Isak tangis jawaban dariku.
Dengan kecewa dan juga rasa bersalah mas Ilham keluar rumah.
"Maafkan aku Ra" gumamnya lalu melajukan mobil ke kantor.
Aku semakin larut dalam kesedihanku tak kuasa menahan amarah dalam dadaku aku pun mengacak-acak semua isi kamar.
"Aku membencimu Ilhaaaaammmmm" teriakku dengan menangis.
Setelah tenang aku keluar kamar dan melihat sekelilingku.
"Berjuta kali maaf tak akan sanggup menyembuhkan luka yang kamu buat mas, andaikan kamu tau sakitnya di madu kamu pasti akan berfikir ribuan kali untuk menikah lagi." dengan menyandarkan kepala di pintu.
(POV orang ke tiga)
Karena masalahnya dengan Rara Ilham menjadi tidak fokus dengan pekerjaannya.
Apalagi istri mudanya selalu menghubunginya menuntut waktu pada Ilham.
Aaaarrrgggggg
Teriak Ilham frustasi, dia pun mengusap rambutnya kasar seraya berucap
"Aku mencintaimu Ra dan aku juga mencintaimu Vera, kalian berdua sama-sama di hatiku dan membawa aku dalam kebingungan.
Ilham adalah manager di salah satu perusahaan Elite di Surabaya sedangkan istri mudanya adalah bawahannya. Dari sinilah perselingkuhan mereka terjadi, seringnya bertemu membuat mereka saling tertarik dan saling jatuh cinta hingga mereka memutuskan untuk menikah di bawah tangan.
Sebelum hubungan mereka terbongkar Ilham memindah tugaskan Vera ke cabang Malang dan inilah yang menyebabkan Ilham sering bolak balik Malang-Surabaya.
Waktu cepat berlalu hingga jam makan siang pun tiba, saat hendak pergi makan siang Ilham berpapasan dengan Leo atasannya.
"Pak Ilham" panggil pak Leo.
"Iya pak" Ilham pun menoleh.
"Kebetulan bertemu di sini, begini pak besok ada acara di kantor cabang Malang, untuk itu saya mengharap kehadiran pak Ilham dan juga istri bapak untuk meramaikan acara di sana" Ucap Leo.
"Baik pak, akan saya usahakan untuk datang bersama istri saya" respon Ilham dengan mengangguk hormat.
"Ya sudah pak, saya ke ruangan dulu untuk kabar selanjutnya akan saya kabari lagi" kata Leo dan berlalu.
Saat makan siang, Ilham melakukan panggilan Video dengan Vera, mereka menyebutnya makan siang bersama secara online.
Setalah makan siang Ilham kembali ke kantornya.
Waktu menunjukan pukul empat sore, sudah waktunya untuk pulang.
Ilham bersiap-siap untuk pulang, sepanjang perjalanan pulang Ilham melakukan panggilan Video dengan Vera dan panggilan mereka berakhir saat Ilham sampai di rumah.
Hal pertama yang dilakukan Ilham saat masuk rumah adalah mencari Rara.
"Ra, kamu dimana?" tanya Ilham dengan mata yang memandang ke penjuru rumah. Karena tak ada jawaban Ilham pun masuk kamar.
Rara yang selesai mandi keluar dengan handuk yang melilit di dadanya. Melihat Rara yang setengah polos membuat hasrat Ilham muncul. Dia pun mendekati Rara, Ilham menjatuhkan wajahnya di leher Rara bagian belakang. Dia mengendus aroma sabun yang menempel, Rara mencoba meronta karena sakit hati yang dideritanya. Namun belaian dan jilatan Ilham membuat Rara membuang jauh-jauh sakit hatinya.
Kini Rara pun berhasrat, tidak bisa dipungkiri Rara adalah tipe wanita yang memiliki libido yang tinggi, sekali mendapat sentuhan membuatnya berhasrat.
Apalagi kini handuk yang menempel di buang Ilham ke lantai. Ilham menuntun Rara ke tempat tidur lalu mencumbunya. Rara menggeliat dan mendesah penuh kenikmatan dan segera meminta Ilham untuk melakukan penyatuan.
Saat hendak melepas celananya Ilham teringat akan janjinya pada Vera yang tidak akan menyentuh istri pertamanya.
Seketika Ilham merapikan kembali baju serta celananya. Dia pun mengambil handuk Rara di lantai lalu menutupkannya ke Rara kembali.
Tanpa berkata apa-apa Ilham bergegas ke kamar mandi untuk menyelesaikan hasratnya.
Rara hanya menangis akan perlakuan Ilham, dia tidak menyangka Ilham akan melakukan ini padanya.
"Kamu sungguh brengsek Ilham!" seru Rara dengan menghapus air matanya.
Rara pun beranjak dari tempat tidur untuk mengambil baju gantinya lalu keluar kamar.
Dia menyiapkan makan malam Ilham dan tanpa pamit dia keluar.
Rara mencari tempat yang nyaman untuk sendiri, dia menuju pantai terdekat.
Pantai adalah tempat untuk menenangkan pikirannya.
Di pantai dia meluapkan amarahnya, dia berteriak sekencang-kencangnya memaki Ilham.
Diluapkannya segala amarah yang mengganjal di hati.
Tak jauh dari tempat Rara melepas amarahnya ada seorang pria yang memperhatikannya.
Pria itu sungguh iba mendengar teriakan Rara.
Dengan langkah pelan dia duduk di samping Rara.
Pria tersebut menyodorkan sapu tangannya pada Rara namun Rara menolaknya.
"Nggak usah, aku sudah membawa tisu" katanya sambil memperlihatkan tisu yang dibawanya.
Pria tersebut pun tertawa
"Ternyata kamu sudah menyiapkan segala sesuatu yang kamu butuhkan" ucapnya tanpa menatap Rara.
"Iya dong, biar aku nggak susah sendiri karena pasti risih dengan air mata serta ingus yang keluar " katanya tak senonoh.
Lagi-lagi pria tersebut menertawai Rara, sehingga Rara menjadi kesal.
"Tertawa lah terus!" seru Rara.
"Maaf-maaf nona" pria tersebut meminta maaf.
"Saya Ray, kamu?" tanya Ray dengan menyodorkan tangannya.
"Saya Rara" jawab Raka dengan menerima sodoran tangan Ray.
Kelihatannya kita berjodoh Ra, nama kita sama-sama diawali dengan huruf R" katanya dengan tersenyum.
"Nggak usah ngarep deh Ray, aku ini sudah bersuami" ucap Rara dengan ketus.
"Tak masalah bukankah suamimu mempunyai istri lagi" sahut Ray yang membuat Rara melotot.
"jadi kamu mendengar semuanya?" tanya Rara dengan meringis.
"Iya Ra" jawabnya singkat dengan tersenyum.
Mereka pun akhirnya mengobrol kesana kemari hingga lupa waktu.
Saat Rara melihat jam tangan betapa kagetnya dia kalau waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
Rara pun memesan taxi online lalu bergegas pulang dan meninggalkan Ray sendiri.
Satu jam kemudian sampailah Rara di rumahnya.
Saat Rara masuk dia melihat Ilham yang sedang menunggunya di ruang tamu.
"Bagus, keluar sendiri tanpa pamit suami dan pulang larut." Sindir Ilham dengan menatap Rara
"Sudahlah mas, aku nggak ingin ribut karena aku mau istirahat" sahut Rara lalu melangkahkan kaki menuju kamar.
Dengan marah Ilham menyusul Rara masuk kamar.
"Kamu darimana!!!" bentak Ilham.
"Dari mana-mana terserah aku mas" kata Rara yang semakin membuat Ilham marah.
"Durhaka kamu Ra!" seru Ilham dengan tangan yang mendarat sempurna di pipi Rara.
"Tampar lagi ini satunya, atau ambil pisau sana tikam aku sekalian" teriak Rara dengan air mata yang meleleh.
"Setidaknya aku nggak akan merasakan sakit hati seperti ini lagi" imbuh Rara
Ilham yang merasa bersalah dan juga frustasi meninjukan tangannya di kaca meja rias Rara sehingga kacanya pecah sehingga tangan Ilham mengeluarkan banyak darah.
Rara yang melihat tangan Ilham berdarah menjadi panik, lalu dia mengambil kotak obat dan mengobati luka Ilham.
"Biarin saja Ra, tangan itu telah jahat telah melukaimu tadi" kata Ilham dengan lirih
"Sakit yang disebabkan tangan ini tak sebanding dengan sakit yang disebabkan oleh hatimu mas" kata Rara sambil mengobati luka Ilham.
"Maafkan aku Ra" ujarnya.
"Simpan saja maaf mu mas karena tak kan ada gunanya, beribu kali kamu meminta maaf hatiku tetap hancur dan gak mungkin utuh kembali.
Setelah selesai mengobati luka Ilham Rara menuju ranjang untuk merebahkan diri dan menenangkan pikirannya yang kalut karena ulah Ilham.
Ilham ikut merebahkan diri di samping Rara, sesekali dia menoleh istrinya.
Ingin sekali dia memeluk dan mengecup istrinya tersebut namun dia takut akan semakin membuat istrinya marah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!