Zira Aqilla gadis yang berusia 23 tahun. Apakah sudah mencapai kesuksesan untuk seorang Zira, sangat jauh dari kata sukses. Saat berusia17 tahun, salah satu impiannya adalah menjadi wanita karir, menikah di usia muda mengikuti jejak sang mama. tapi exspetasi jauh dari realita, kehidupannya hanya seperti itu -itu saja tidak ada perubahan meski mencoba bekerja sana-sini, membuka berbagi usaha kecil-kecilan, hasilnya tidak pernah sesuai impiannya.
Ya gadis yang berasal dari keluarga sederhana sejak dulu hidup pas-pasan. tidak pernah bisa mengubah nasib Zira, meski sebagian orang menganggap nya wanita sukses. Tapi sangat berbeda dengan kenyataan yang diterima Zira, sosial media adalah palsu sosial media mampu menampilkan Zira sebagai wanita yang berbeda.
Zira seperti wanita pada umumnya yang tidak pernah ketinggalan Tren masa kini, sehingga penampilannya seperti wanita kelas atas. Dengan pekerjaan yang tidak pernah tetap mau tidak mau membuat Zira hidup mandiri di kota yang besar. Berusaha maksimal dengan sahabatnya Saski untuk Mengubah nasib.
" Aaaahhhhhhh...." Saski mengacak rambutnya, sehingga membuat perubahan pada rambutnya sebelumnya ketika melihat email masuk dari laptopnya.
"Kenapa Sas?" Tanya Zira yang duduk di depannya bingung melihat sahabatnya sambil meneguk jus yang dipesanya di Cafe Calista tempat tongkrongan favorite mereka.
"Tu,lihat deh kita ditolak lagi," jawabnya menghadapkan laptop ke Zira,"
"aisssssssss. kalau Gini terus, kita nggak akan dapat pemasukan." Tambahnya lagi, sambil memukul-mukul kepalanya dengan jari telunjuknya.
"Yah, mau gimana lagi, mungkin pengajuan yang kita buat tidak menarik. So tidak ada alasan untuk mereka menerima pengajuan yang kita buat."
" Zira, kayaknya kita harus cari kerjaan deh yang tetap. Gak apa-apa deh jadi karyawan, yang jelas kita ada penghasilan kita juga gak mungkin mengharapkan dari toko florist, Secara kita itu hidup di kota kayak gini, belum lagi ini,itu, yang ada kita bakalan jadi gelandangan." Saran Saski, mendapat ide.
"Saski, kita sudah terlanjur melangkah jauh, kita sudah beli tanah dengan jaminan surat rumah, untuk buat tempat wisata. kita hanya tinggal mencari Investor aja. Yaa kita harus lebih giat lagi." Zira mencoba memberi semangat
" Terus gimana kita sudah coba kesana kemari. nggak ada juga Investor yang mau terima kita. Sementara kita sudah kehabisan dana.
" Haaaaaaa....." Zira membuang napasnya asal. " Andai saja kita bekerja sama dengan Perusahaan Adbver, ya paling tidak mereka mau jadi Investor kita. gue yakin pembangunan yang kita rancang akan jadi tempat menarik, menjadi favorite semua orang." Ucap Zira menatap kecendela kaca melihat gedung tinggi yang di atasnya tertulis Adbver E- Group salah satu perusahan terbesar di Asia.
" Perusahaan Adbver. Gimana kalau kita buat pengajuan ke kantor Adbver, siapa tau mereka mau jadi Investor." Ucap Saski tiba-tiba mendapat ide yang menurut Zira itu tidak mungkin.
" Ha,,,hahahaha, hmmmm..... " Zira terkekeh seakan mengejek. " ya nggak mungkin Saski, iya kali mereka mau, Perusahan kecil aja nolak kita, apalagi perusahan besar gitu, uhhhh, mereka gak perlu mikir langsung ditolak." Ledek Zira tidak yakin.
" Gini ya, Zira siapa tau aja, Perusahan besar kayak gitu, memberi peluang buat orang-orang kecil kayak kita, yang punya tujuan bagus tetapi ada kendala sama biaya. Dan dengan memberi kita kesempatan, Perusahaan mereka justru akan semakin maju, karena menjadi Investor buat orang kecil, dan menjadikan orang kecil menjadi maju,dan besar, kan Perusahaan mereka akan diuntungkan secara materi maupun nama." Jelas Saski dengan bijak.
" Aduh.... Saski, iya kalau kitanya maju, kalau nggak, gimana kan pasti mereka juga harus berpikir buang-buang dana yang tidak jelas."
" Zira, sebenarnya, ide kita itu kreatif, hanya saja, Investor yang kita cari selama ini tidak berani bertindak dan mengambil resiko. Dan untuk orang- yang berada di Adbver, orang-orang pemegang saham di sana, sekalipun mereka rugi tidak akan mempengaruhi Perusahaan mereka. Ya kalau di Perusahan kecil, ya mungkin mereka mikir aja dengan bantuin kita nggak akan mengubah Perusahan mereka menjadi tambah maju, kalau Adbver kan, ya mereka gak akan rugi kalau hanya kehilangan uang sedikit karena gagal di tangan kita." Jelas Saski lagi dengan serius menanggapi becandaanya Zira.
" Aduh jangan aneh-aneh deh, nggak usah halu terlalu tinggi Saski."
" Dicobakan gak ada salahnya." Saski terus menyakinkan Zira
" Iya sih, tapi."
" Zira, ayolah." bujuk Saski
" yaudah kita coba aja." Jawab Zira tidak yakin
"Gitu dong." Ujar Saski memengang tangan Zira.
" Hmmmm...." Lagi ngomongin apaan sih." Terdengar suara ke2 wanita yang menghampiri mereka dan wanita memakai dress hitam tersebut dengan belt maron di pinggangnya rambut di kucir tinggi membuatnya begitu elegan dan berkelas duduk disamping Zira, sedangkan wanita satu lagi dengan celana jeans sobek dan kaos putih pendek. Ya memang sedikit tomboy tidak sesuai dengan namanya yang begitu imut Aca, duduk di samping Saski, sahabat Zira dan Saski Kayla dan Aca.
" Biasalah Kay, kita ditolak lagi." Jawab Saski mengeluh
" Ya, mungkin blom rezeki, tenang aja pasti nanti ada Investor yang mau bantuin kalian." Ucap Aca memberi semangat.
" Ya, semoga deh," tambah Zira.
" Astaga, Aduh, guys sorry banget yaa gue harus pergi ni nemuin pak Robert, soalnya dari tadi dia wa gue, tapi gak gue respon takut dia murka." Ucap Zira panik melihat ponselnya.
" Yaampun Zira baru juga kita sampai." Keluh Aca
" Pak Robert Dosen lo ya," tanya Kayla memastikan.
" Iya tau sendiriankan ada kumat-kumat nya gue takut masalah kecil jadi besar.
Zira mahasiswi UNJ semester 6 dia baru mulai kuliah sejak berusia 21 tahun jadi wajar saja sampai sekarang Zira belum menggandeng Gelar Sarjana.
" Yaudah deh buruan sana ntar Lo, dimarah-marah lagi." Ucap Saski, Zira bergegas mengambil tas, laptop, dan hpnya lalu pergi.
*********
Perusahan Adbver E- Group
Terlihat pria tampan berkulit putih, tinggi di atas rata-rata tidak ada cacat di tubuhnya memiliki tubuh ideal, kriteria semua wanita, memiliki sifat dingin dan tegas, pria berusia 28 tahun itu, menjadi CEO Perusahaan terbesar dia Asia tersebut. Addrian Admaja Wijaya
duduk di bangku kerjanya dengan mengangkat satu kakinya, memeriksa tumpukan berkas di depannya,
Tok tok tok( ketukan pintu)
" Masuk.!!!" Pinta Addrian nada sedikit tegas.
Masuk seorang pria, dengan pakaian rapi, stelan jas hitam ala bodyguard.
menghadap Addrian dan memberikan Vidio rekaman dari sebuah ponsel
" Apa ini?" tanya Addrian
" Itu info yang saya dapatkan Pak," jawab Tomy orang kepercayaan Addrian, Addrian memutar Vidio rekaman tersebut, Vidio itu tanpa suara Addrian melihat 3 wanita cantik, berada di sebuah Club malam, dengan pakaian dress senada warnah putih yang terlihat sangat bahagia, yang 2 wanita dari Vidio tersebut pastinya Addrian mengenalnya, yaitu adiknya Kayla dan juga sepupunya Puttri.
"Siapa wanita ini," tanyak Addrian menunjuk Zira yang kebetulan ada di Vidio tersebut tersebut.
" Nona Zira Aqeela , sahabatnya nona Kayla dan nona Puttri. "Jelas Tomy yang sepengetahuanya
Addrian melihat Vidio tersebut terlihat Zira yang beberapa kali menuangkan minuman beralkohol kegelas Puttri, sambil tertawa terbahak bahak.
" wanita ini pasti berhubungan dengan Puttri, kamu selidiki tentang wanita itu secepatnya, siapkan mobil saya akan pulang." Perintah Addrian.
" Baik pak,"
**********
Mobil Addrian berhenti di pekarangan Rumah mewah. Addrian memasuki Rumah mewah miliknya, Addrian jarang sekali tinggal di rumah itu, Addrian lebih memilih tinggal di Apertemenya, yang tidak kalah mewah, Rumah itu ditempati adik dan kakaknya beserta keponakanya sedangkan ke2 orang tua Addrian sudah berpisah dan punya kehidupan masing-masing.
Addrian tidak pernah peduli dengan urusan kehidupan orangtuanya. Perceraian ke2orangtuanya membuat Addrian tumbuh menjadi pria dewasa sebelum waktunya, pekerja keras dan tegas dalam mendidik adiknya, jadi tidak salah orang-orang menyebutnya seorang Milyarder karena kekayaan dimilikinya hasil kerja kerasnya.
Selain itu bertanggung jawab atas kehidupan kakak dan adiknya. Sementara mamanya tinggal di Luar Negri bersama suami barunya begitupun dengan ayahnya nya, Addrian tidak pernah ikut campur dengan pilihan ke2orangtuanya. Mereka sudah dewasa jadi menurut Addrian orangtuanya berhak menentukan keinginan dan pilihan orangtuanya.
" Kayla, Kayla, Kayla," teriak Addrian penuh Amara memanggil nama Kayla, berulang-ulang sampai akhirnya Kayla menghampiri Addrian.
" Kak, Addrian ada apa?" tanya Kayla dengan bibir bergetar, sepertinya dari nada suara dan wajah Addrian sudah kelihatan bahwa Kayla pasti melakukan kesalahan,.
" Apa maksudnya ini," ucap Addrian menunjukan Vidio yang dia dapat dari Tomy, Kayla melihat Vidio tersebut, jelas dia sangat kaget, bahwa dia berada di Club malam asik menari tanpa beban.
" Mampus gue inikan acara ulang tahunnya Puttri dari mana ka, Addrian dapat Vidio ini, tamat gue hari ini." Batin Kayla
" Apa semua ini, ha, kejadian ini satu bulan yang lalu, jangan- jangan di sini hidup Puttri jadi hancur, kamu bilang kamu tidak tau apa-apa tentang Puttri, tapi apa yang terjadi ha, beraninya kamu pergi ke Club malam, minum-minum, kamu melewati batas kamu Kayla dan sekarang kamu lihat Puttri jadi seperti apa sekarang," bentak Addrian penuh emosi menyimpulkan semuanya.
" Mati gue, gimana kalau ka Addrian tau apa yang terjadi sama Puttri berkaitan sama gue, bisa-bisa gue bakalan dibunuh sama ka Addrian. Bahkan ka Addrian tidak akan berpikir panjang buat nyuruh gue pindah ke Luar Negri." Batin Kayla dengan tubuh bergetar dan wajah pucat.
" Jawab Kayla, knapa? Kamu diam, jawab." teriak Addrian emosinya sudah naik satu tingkat dengan memengang keras pergelangan tangan Kayla. Mata Kayla mulai berkaca-kaca
" bisanya kamu, melewati batas kamu, dengan bergaul dengan wanita seperti itu apa kamu tidak bisa mencari teman yang lebih baik, Puttri menjadi seperti sekarang ini akibat kesalahan kalian dalam bergaul. Mengikuti pergaulan gelap seperti ini." Ucap Addrian menyimpulkan sesukanya.
" Kenapa kamu diam?" Bentak Addrian yang melihat Kayla tanpa bersuara sedikitpun.
"apa wanita itu ada dibalik kehancuran hidup Puttri."
Tebak Addrian mengambil kesimpulan karena jelas di Vidio tersebut terlihat Zira menuangkan beberapa kali minuman beralkohol kegelas Puttri dan Kayla.
" iya ka." jawab Kayla spontan
" semua ini gara-gara Zira, Zira memaksa aku sama Puttri untuk ke Club malam, aku sudah menolak ka, tetapi Zira tetap memaksa, bahkan aku sama Puttri dipaksa minum untuk yang pertama kalinya, sampai mabuk."
" Aku benar-benar gak ingat kejadianya, yang aku ingat Puttri pergi bersama laki-laki yang dikenalkan Zira. Setelah itu aku gak tau apa yang terjadi, aku tanyak sama Zira, Zira cuma bilang Puttri happy-happy." Kayla mencoba menjelaskan agar kakaknya tidak membentaknya.
" Aku benar-benar gak tau apa-apa ka, Zira memang sering minum-minum pergaulannya memang begitu gelap. Maafin Kayla ka, Kayla tau Kayla salah bergaul dengan wanita yang salah, dan membuat Puttri menjadi hancur ka." jelas Kayla memohon memegang ke2 tangan Addrian membela diri dengan memanfaatkan Vidio tersebut.
" **K**urang ajar, siapa dia beraninya dia beraninya dia masuk dan menjadi racun di keluargaku." Ucap Addrian menepiskan tangan Kayla, dan pergi dari hadapan Kayla yang masih menangis
"Huhhhhhhh (tarik napas panjang Kayla, sedikit merasa lega
" Nggak-nggak gimana ini, apa yang akan terjadi selanjutnya, kenapa juga gue harus bawa-bawa Zira bagaimana jika ka Addrian tau, kalau yang aku katakan tidak benar, dan Zira tidak tau apa-apa, bagaimna jika dia menemui Zira, dan bertanya, terus semuanya akan kebongkar, hidupku bisa berakhir," ucap Kayla panik ketakutan.
Addrian pasti tidak pernah tinggal diam jika ada yang mencoba mengusik keluarganya. karena menurutnya keluarganya adalah yang terpenting dia akan melakukan apapun demi keluarganya.
******
"Ok sampai," ucap Zira merem mobilnya tepat di depan ruko mini yang di lantai satu terdapat Toko Bunga milik Zira, ya...lumayan membatu biaya kehidupannya, ya sedangkan lantai 2 dan 3 dimanfaatkan Zira untuk menjadi rumahnya. Kebetulan Zira tinggal di tengah kota, jadi sangat strategis untuk membuka usahanya.
" Gimana Zir pertemuan lo sama dosen lo tadi," tanya Saski membuka shif belt.
" Ya, lo tau sendiri Pak Robert itu hanya kebanyakan modusnya." Jelas Zira singkat membuka pintu mobil.
Mereka keluar dari mobil dan melihat Mira berteriak mengejar seorang pria.
" Roni, tungggu, Roni tunggu, jangan pergi, Roni." Teriak Mira berusaha menghentikan adiknya yang berlari.
" Kak, Mira ada apa," tanya Saski dan Zira setelah menghampiri Mira yang duduk tersungkur, karena jatuh saat mengejar Roni, ke2telapak tangan Mira, memar akibat goresan aspal. mereka membantu Mira berdiri.
" Saski, Zira, Roni, dia ingin menjual motor, Kakak sudah mencegahnya, tapi dia tetap ngotot dan bawak lari motornya." Jelas Mira terbata-bata
" Gila ya, tu sih Roni gak ada tobat-tobat nya, cari masalah Mulu." Ujar Saski kesal.
" Udah-udah Sas, nggak usah dikejar, kak Mira tenang ya, sekarang kita masuk dulu Kakak tenangi diri dulu gak enak dilihatin orang." Bujuk Zira menenangkan mengingat disekelilingnya banyak orang berlewatan menonton mereka dan mereka bertiga pun masuk kedalam.
Mira adalah kakak ipar Saski, sedangkan Roni adik kandung Mira, Mira berasal dari keluarga kaya raya, Mira menikah dengan kakak Saski, Mira dan Roni yang terbiasa hidup mewah dan manja. Namun harus menelan pil pahit saat musibah menghampiri keluarganya.
Semenjak Mira menikah dengan Aries kakaknya Saski, hidupnya masih sempurna, Perusahaan milik keluarga Mira diserahkan kepada Aries, Aries mengelola perusahan tersebut dengan giat selama 8 tahun berumah tangga, tanpa ada kendala sama sekali.
Semuanya masih baik-baik saja bahkan kehidupan Saski dan mamanya pun diangkat derajatnya oleh Putranya, karena kesempatan yang diberikan orang tua Mira, mengalihkan nama Perusahan kepada Aries sebelum kedua orang tua Mira meninggal.
Tapi naasnya perusahan mengalami kebangkrutan Aries dililit hutang dan meninggal dalam keadaan serangan jantung, semua Aset, Rumah, mobil dan barang-barang berharga mereka, habis terjual satu persatu, kehidupan mereka berubah total, karena Mira dan adiknya tidak mempunyai siapa-siapa lagi, Saski dan mamanya mengajak mereka tinggal bersama dengan kehidupan yang begitu sederhana.
Tinggal di Ruko berlantai 3 milik Zira dan Saski, lantai 2 dan 3 ruko yang seadanya dijadikan tempat tinggal mereka Zira juga tidak masalah jika Roni Mira, dan ke2anaknya Lulu dan Diky tinggal bersama Zira.
Bahkan Zira juga ikut membagi penghasilannya untuk kebutuhan sekolah Lulu dan Diky, meski di Rumah tersebut Roni dan Mira terus ribut mempermasalahkan keaadaan, terkadang Zira juga merasa terganggu tapi dia tidak perduli dan tidak ikut campur.
Berbeda dengan Saski dia selalu ikut campur jika Roni bertingkah yang membuatnya kesal marah dan bete. walau pada akhirnya kata-kata Roni sangat menyakiti hatinya.
Zira berada di balkon rumah, duduk diatas ayunan dengan piyama navy nya, berayun sendirian, menatap langit malam yang dipenuhi Bintang yang didampingi Bulan.
" Hahhhhhh( menarik napasnya panjang) masalah terlalu banyak Investor beberapa kali menolak, pengajuan yang gue dan Saski buat, belum lagi Dosen terus cari kesalahan gue, Roni lagi tiap hari cari gara -gara mulu., Uhhhh." Celotehnya sendirian sambil mengayunkan tubuhnya.
****************
Pagi hari sudah bangun dari tidurnya, orang-orang seperti biasanya melakukan awal aktivitas di pagi hari. Banyak berseragam rapi yang memulai rutinitas memasukin kantor, anak-anak sekolah memulai aktivitas belajar.
Ya, kegiatan seperti itu selalu menjadi rutinitas semua orang diawal pagi. Tidak lain dengan Zira yang akan memulai aktivitasnya, bila begitu senggang di paginya, tanpa ada kata-kata mendesak atau buru-buru dalam Kuliah dan Bekerja.
Zira akan menyempatkan diri nongkrong sekedar menikmati manisnya milk dan cake kesukaannya. Zira berada sendirian di Cafe Calista favorite nya menikmati sarapan yang dipesannya sambil menscroll hp yang diletakkanya dimeja tersebut.
Sesekali Zira memotongkan Cake, Selai Nutella yang dipesanya lalu melahapnya, dan bergantian mengscroll ponselnya. Zira tampak terlihat serius melihat ponselnya dengan senyuman tipis di wajahnya.
" Zira," tegur Robert Pria yang berusia 40 tahunan keatas dengan membawa tas dan berkacamata bulat. Yang melihat Zira dan tanpa bertanya dulu pada Zira Pak Robert menarik kursi dan langsung duduk dihadapan Zira.
" Pak, Robert, ada apa Pak." Tanya Zira mengalihkan pendangannya ke Robert yang sudah berada di depannya.
" Kamu, tau aja ya, kalau saya bakal sarapan di sini, kamu, pasti lagi nungguin sayakan, memang benar Zira ini salah satu Cafe favorite saya." Ucap Robert dengan pedenya membuat Zira geleng-geleng kepalanya dan rasanya ingin memuntahkan makanannya
" Nggak, pak, saya lagi nungguin teman-teman saya." Jawab Zira berusaha tenang.
" Sudahlah Zira, tidak apa-apa, jangan sungkan sama saya, kalau ada apa-apa kamu boleh bercerita kesaya dan kita berdua bisa saling berbagi, lagi pula kan kita berdua ini sudah sangat dekat." Ucap Robert lagi dengan pedenya bicara sesukanya, bahkan dengan lancang tangannya yang panjang, Robert menghelus telapak tangan Zira, Zira yang risih melihat tangannya disentuh Robert Langsung menggeser kan tanganya.
Ternyata Pemandangan yang begitu romantis terlihat jelas dari kaca Cafe yang mengarah keluar dan sudah entah berapa lama Addrian yang dari tadi yang parkir di depan Cafe melihat Zira bersama Dosennya dari dalam mobil.
Addrian juga menonton kemesraan yang dipertontonkan Zira, membuat Addrian Membuang kan nafasnya kesamping, melihat dengan pandangan yang sangat menjijikkan melihat Zira bersama Pria tua seperti pasangan kekasih yang di mabuk cinta.
" perempuan murahan, masih pagi sudah mengumbar hal yang tidak bermoral, bisa-bisanya Kayla kenal dengan wanita seperti itu." Ucap Addrian menzass Zira buruk dengan kenyataan yang dilihat di depan matanya.
" Jalan Tomy!!!" perintah Addrian menutup kaca mobilnya dan Tomy yang menyetir pun bergegas pergi.
"Maaf Pak, saya memang lagi menunggu teman-teman saya, tuh mereka, Pak." Tunjuk Zira melihat Saski Kayla,dan Aca. Zira merasa lega akhirnya sahabatnya datang dia sungguh risih bila harus berbicara dengan Dosenya yang membuatnya jengkel
" Oh, mungkin kebetulan, kamu pasti tidak enak kan. Yaudah kalau gitu saya pergi ya, kamu happy-happy ya, kamu ingat ya Zira jangan pernah sungkan sama saya, kalau ada problem kabari saya langsung, waktu saya 24 jam untuk kamu." Ucap Robert dengan manis menepuk bahu Zira,
" Iya pak, makasih," jawab Zira dengan senyum terpaksa, merasa kesal mengangu suasana sarapannya. Robert dosennya tersebut pun pergi setelah kedatangan sahabat Zira.
" Zira, lo ngapain sama Dosen lo ada meeting lo sama dia," tanya Aca duduk disamping Zira, dan menggeser Cake Zira tepat dihadapanya.
" Kalian bertiga lama banget, gara-gara kalian tuh dosen modus ngajak gue ngobrol, malah kepedean lagi, banyak cerita,sok akrab lagi, jadi gak mood gue sarapan lagi." Celoteh Zira kesal.
" Sorrry." Ucap Aca senyum sumringah
" lagian, tu Dosen gak ada kerjaan apa." Ucap Saski.
" Oh iya Zira, lo nggak apa -apakan." Tanyak Kayla membuat Zira bingung.
"Maksudnya."
" Gini ya Zira, gue rasa lo harus pindah kampus, ya secara Dosen lo itu pasti ada maunya sama lo, yang kayak gini pasti ada udang di balik batu ini sudah gak sehat, gue takut ntar lo knapa-napa lagi." Ucap Kayla sedikit khawatir
" Ha, yaampun Kay, ya nggak lah gue dah semester 6 kali, masa gara-gara dosen separuh abad aja gue harus pindah cari kampus baru."
" Ya, atau lo pulang kampung aja, ya kan masalah lo kan banyak banget dengan lo pulang kampung siapa tau lo bisa lebih santai, reflesing gitu."
" Ya, pulang kampung lagi yang ada ni ya mama, bisa-bisa omelin gue terus, belum lagi nyuru-nyuru buat nikah, terus jodohkan sama si ini siono yang ada tambah stress."
" Ya lo ke Luar Negri aja sebulan, 2 bulan buat jalan-jalan. Cari suasana baru." Ucap Kayla terus menerus membuat Aca dan Saski bingung dengan sikap Kayla.
"Apaan sih lo Kay, gak jelas banget." Tanya
bingung Saski.
"Gue cuman kasih saran sama Zira, supaya dia nggak terbebani, dengan semua masalah yang ada, kalian gak liat apa, Zira masalahnya banyak banget." Jelas Kayla terbata-bata menjelaskan berusaha tenang.
" Ya, saran lo jelas ngebebani semuanya lah. Lo pikir ke Luar Negri gak pake duit apa." Ucap Aca, sambil memakan Cake punya Zira.
" Udah, tau ribet masalah kerjaan mau ke Luar Negri segala." Timpal Saski
" Udah deh, gue gak perlu kemana-kemana, lagi pula masalah Pak Robert, ya ampun ngapain diambil pusing, gue gak bakalan kenapa-napa. gue bisa jaga diri, lo semua santai aja kali." Ucap Zira membuat semuanya mengerti.
" ini cuman saran gue Zir."
" saran lo aneh." Sambar Aca
" Benar kata Zira, masalah ini gak perlu
di besar-besarin." Tambah Saski.
" By the way, gue kangen Putri, Putri kok gak pernah ada kabar ya," ucap Aca tiba-tiba membuat Kayla tersedak minuman. Dia selalu merasa gelisa saat nama itu disebutkan.
" Benar sih lo bilang, bahkan dia gak pernah ngabari kita sudah sebulan lebih dia menghilang." Tambah Zira,
" Mungkin aja, dia lagi liburan, dia kan anaknya cepat bosan, jadi pasti dia lagi liburan." Ucap Kayla gugup mengetahui sesuatu.
" Ya semoga aja Puttri kabarin kita secepatnya, soalnya kangen banget." Ucap Saski.
Terlihat kepanikan di wajah Kayla, Saski Zira, Aca memang tidak pernah tau bahwa Putri adalah sepupu Kayla. Mereka sahabat ber5 sudah 5 tahun tanpa ada Masalah besar hanya salah paham dengan masalah kecil yang cepat terselesaikan.
************
Malam hari tiba sudah menunjukkan jam 23.00 malam, Addrian bersama Tomy sedang dalam perjalan, menemui Klayen mereka, mereka berhenti di sebuah Club' malam, lampu disko dari dalam Club malam sangat jelas terlihat berkedip-kedip di luar. Tomy pun mencari parkiran dan memarkirkan mobil atasannya tersebut.
" Sudah sampai pak." Ucap Tomy, yang berbicara pada Addrian melalui kaca spion depan Mobil. Addrian merapikan sedikit Jas hitamnya.
Saat ingin turun dari mobilnya Addrian melihat Zira keluar dari Club tersebut bersama dengan seorang laki-laki dewasa sekitaran berusia 35 tahunan, yang mengantar Zira sampai ke mobil, Pria itu juga membukakan pintu mobil kepada Zira, mereka terlihat asik dan dan saling tersenyum.
Saat Zira masuk mobil pria tersebut melambaikan tangannya Sebelum kembali masuk kedalam Club tersebut, Addrian melihat pemandangan tersebut, merasa sangat muak melihat kelakuan Zira, beberapa kali dia tidak sengaja bertemu Zira bersama banyak pria, bahkan Pria-Pria tersebut, tidak ada yang seumuran dengan Zira seakan Zira lebih menyukai pria yang berusia matang.
" Shitt.......Perempuan murahan, dalam satu hari dia bisa bersama banyak pria, dasar murahan, selalu tebar pesona dengan orang lain. Aku tidak tau apa yang di tawarkan nya kepada Pria-Pria hidung belang seperti itu. Kamu salah berurusan dengan keluarga ku, aku tidak akan membiarkan kamu hidup bahagia di atas penderitaan Puttri." Batin Addrian dengan mengepal kedua tangannya dengan penuh emosi, wajah merah di kulit putihnya begitu terlihat jelas.
" Gimana Zir, sudah disampaikan." Tanya Saski yang menunggu Zira di dalam mobil.
" Sudah, untung aja ka Danu, langsung ngeliat gue, terus menghampiri gue. Jadi cepat selesai, untung gue gak sempat masuk. Lo tau sendiri kan kalau kita masuk kedalam, ihhhhhh tempatnya itu. Lebih kelam dari pada neraka." Ucap Zira mengingat dia pernah datang ketempat dunia gelap seperti itu.
" Iya sih, Zir, tapi knapa ya?, Pembisnis lebih suka meeting di tempat kayak gitu, emang gak bising apa, suasananya juga, apa nyaman buat membicarakan soal pekerjaan.
" Ya, mungkin mereka sekalian, cari hiburan, namanya juga kerja yang menumpuk pasti penat mikirin kerjaan, semakin kaya manusia, semakin banyak kerjaannya, ya dan semakin penat otaknya." Ucap Zira menyimpulkan sendiri.
" Benar Sih, lagian ka Sari ada-ada aja nyuruh kita kemari."
"Hmmmm.. Lo masih ingat nggak Sas, waktu ulang tahun Puttri, Kayla maksain kita buat datang kemari, dan saat itu gue sudah janji sama diri gue, itu yang pertama dan terakhir menginjakkan kaki di Club' kayak gitu, serah aja deh di bilang norak atau gak zaman masa bodo amat. Eh malahan ka Sari nyuruh gue tadi kemari buat nemuin ka Danu. Gue Lumayan takut sih deg-degan juga, tapi untung aja ka Danu langsung muncul." Ucap Zira mengingat kejadian sebulan yang lalu.
" Lo benar Zir, gue, juga gak bakalan mau datang ketempat kayak gini."
" ahhhh.... sudahlah, pulang yuk, dah malam banget entar ka Mira nyariin, pasti dia sekarang lagi nungguin kita pulang." Ucap Zira, melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 11 lewat.
" Ok, capcus." Saski melajukan mobil dan pergi dari tempat tersebut.
*************
Addrian selesai menghadiri acara meeting di Luar kota, sudah 3 hari Addrian berada di luar kota, tetapi seperti biasanya setelah kembali kekantor, Addrian kembali dibuat kesal dengan pekerjaan sembarangan Sketaris nya, yang tidak pernah serius.
Rima Seketaris Addrian sudah lumayan lama bekerja dengan Addrian dari dia mengagumi sosok atasannya itu sampai Mira rasanya ingin mengubah profesi menjadi malaikat pencabut nyawa, karena sering ingin sekali mencabut nyawa atasannya itu.
Selalu marah sesukanya tapi Rima harus bertahan bekerja di Perusahaan itu mengingat gaji yang besar, bahkan di luar sana orang-orang berlomba ingin bekerja di Perusahaan itu, dan dia malah mendapat kesempatan menjadi Sketaris Addrian hal yang di inginkan semua wanita.
" Apa-apaan ini," Addrian melemparkan berkas-berkas hingga berserakan di lantai, Rima,harus berbesar hati mengutip berkas-berkas tersebut. dengan menyentuhkan kedua lututnya di lantai sambil mengutipi kertas-kertas yang berserakan akibat ulah Addrian.
" Maaf, pak, saya tidak sengaja." Ucap Rima, dengan tubuh bergetar, tetap melanjutkan pekerjaannya mengutipi berkas yang berjatuhan.
" Maaf, kamu bilang, tidak sengaja. Kamu sudah bosan kerja di sini, ha, kalau kamu bosan tulis surat pengunduran diri kamu, letakkan di meja saya atau tidak usah repot-repot sekarang saya akan." Tegas Addrian naik nada 2okta, yang berdiri dihadapan Rima.
" Pak tolong jangan pak," Rima memotong pembicaraan Addrian, karena dia tau Addrian pasti akan bilang bahwa dia dipecat.
" Saya, janji tidak akan mengulanginya lagi Pak, saya mohon Pak, maaf Pak." Rima terus berusaha memohon dengan menyatukan kedua telapak tanganya memohon tulus dihadapan Addrian.
" Ini, terakhir kalinya ya kamu berbuat seperti ini, jika kejadian ini terulang lagi, saya tidak akan kasih kamu kesempatan, apa lagi memberi kamu pengampunan, sekarang kamu keluar dari sini." Ucap Addrian menunjuk pintu keluar, untuk Rima.
" Tapi, saya tidak dipecat kan pak,"
" Keluar." Bentak Addrian
" Baik pak," Rima pun bergegas mengambil beberapa kertas yang berserakan dengan buru-buru takut atasannya berubah pikiran lagi, dan malah membuat Addrian Semakin Marah.
Addrian duduk kembali ke bangku kerjanya menaikkan kakinya keatas meja dan memicit-micit kepalanya dengan 5 jarinya, merasa steress melihat kelakuan Sketaris nya.
Tok tok tok tok tok tok
" Apa lagi." Teriak Addrian keras, dia kira yang masuk Rima ternyata Tomy yang mengetuk pintu.Tomy bingung melihat Addrian.
" Maaf pak." Ucap Tomy dari balik pintu, dan ingin menutup pintu kembali sepertinya dia tau Addrian tidak ingin dia masuk. Tomy takut salah.
" Mau kemana kamu? masuk." Ucap Addrian, yang melihat Tomy ingin pergi, Tomy pun akhirnya masuk dan menghadap Addrian.
" Ada apa," Tanya Addrian
" ini, pak saya mendapat beberapa informasi tentang nona Zira." Jelas Tomy memberi amplop berwarna coklat pada Addrian yang berisikan Beberapa foto tentang Zira.
" Siapa, pria ini." Tanyak Addrian setelah membuka amplop dan melihat Zira berfoto bersama Roni begitu mesra. Mengingat foto tersebut Addrian pernah menemukanya sewaktu bersama Puttri.
" Ini, Roni pak, menurut informasi yang saya dapatkan, Roni ini, tinggal 1rumah bersama nona Zira." Jelas tomy
" Tinggal 1 Rumah, apa dia tidak punya Rasa malu tinggal 1rumah bersama laki-laki seperti ini.
" Kamu selidiki, tentang Roni saya ingin info lebih lengkap." Pintah Addrian.
" Baik pak."
malam ini langit tampak berbeda sedari sore langit sudah mendung dan malam ini adalah penumpahahannya, langit malam yang dipenuhi hujan deras.
Suara petir yang begitu kuat, saling bertautan cahayanya seperti rutinitas ingin memotret, belum lagi Sambaran kilat terus berbunyi tiada henti.
Zira keluar dari kamarnya dengan memakai piyama berwarna silver di atas lutunya, rambutnya hanya dibiarkan di gerainya saja, karena rambut Zira tidak panjang dan tidak pendek hanya di bawah bahu saja.
Dengan sangat terburu-buru Zira melewati Saski yang sedari tadi rebahan di sofa panjang menonton Tv, bukan, tapi Tv lah yang menontonnya karena dia hanya berselonjoran di sofa sambil bermain Hp.
Zira mengambil kunci mobil yang kebetulan berada di samping Tv. Saski yang sadar akan adanya Zira pun bingung melihat Zira yang terburu-buru. dan bertanya-tanya untuk apa mengambil kunci mobil sementara di luar sana hujan sangat deras.
"Mau, kemana Zir," tanyak Saski.
" gue mau ketempat Ka Sari, tiba- tiba Ka Sari ngechat, bahwa dia lagi kontraksi, gue takut ka Sari kenapa-napa, soalnya ka Danu lagi gak di Apertemen." jelasnya bicara terburu-buru dengan sedikit panik.
" Tapi, ini hujan lo, Zir," Saski memperingatkan Zira dengan kode menatap keluar jendela, Zira mengikuti pandangan Saski.
" Gak apa-apa Sas, soalnya gue khawatir. gue pergi dulu ya," ucapnya bergegas pergi.
" Hati-hati nyetirnya," Teriak Saski tanpa ada jawaban.
********
"Pak, sudah sampai," ucap Tomy setelah memarkirkan mobilnya. Di parkiran Apertemen Addrian yang begitu luas.
" Makasih, Tomy, kamu pulang aja, saya mau istirahat." Ucap Addrian memicit keningnya dengan mata yang terpejam mungkin begitu lelah karena tumpukan pekerjaan.
" Baik pak."
Addrian keluar dari mobilnya dan Tomy pun bergegas pergi. Addrian menaiki lift, menuju kamar Apertemen nya, saat keluar dari lift, di lorong Apertemennya lagi-lagi Addrian melihat Zira bersama pria.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!