NovelToon NovelToon

Balada Cinta Belahan Jiwa

Dewa

Teriknya matahari tidak menyurutkan langkah gadis cantik berkulit putih,berwajah ovale dan manis itu untuk berjalan menuju halte bersama teman-temannya.Canda tawa menghiasi bibir mereka saat masuk ke dalam bus yang membawa mereka kerumah masing-masing nantinya.

Dia Rania himawan sukma,putri pertama Ardinata himawan yang note bane orang yang tak kurang apapun secara materi,namun Rania lebih menikmati hidupnya yang sekarang.Dia bebas bergaul dengan teman-temannya juga beraktivitas seperti murid kebanyakan disekolahnya yang rata-rata berasal dari golongan menengah keatas,anehnya teman-teman Rania malah kebanyakan dari golongan minoritas yang kebanyakan bisa masuk sekolah itu dari jalur prestasi dan beasiswa.Jadilah dia yang sekarang...gadis sederhana yang tampil apa adanya.

Rania turun dijalan dekat rumahnya lalu melambaikan tangan pada teman-temannya.Rok abu-abunya berkibar ditiup angin.Satpam yang melihatnya datang buru-buru membuka pintu gerbang.Rania tersenyum padanya,mengucapkan terimakasih.Sebuah mobil terparkir manis didepan garansi.Nafas Rania sesak.Itu mobil om Dewa.

"Asalamualaikum"

"Walaikumsalam" sahut orang rumah bersamaan.Papanya sedang duduk santai bersama mamanya sedang dihadapannya om Dewa membolak balik kertas entah apa sambil mengerutkan dahinya.Mata Rania menatap pria tinggi athletis itu dengan penuh kekaguman.

Rania beranjak mencium punggung tangan papa,mama lalu menuju om Dewa yang dengan senang hati mengulurkan tangannya,lalu mengacak rambut Rania.Tangan om Dewa terasa sedikit kasar.Rania memaklumi hal itu karena om Dewa adalah arsitek sekaligus pengawas diproyek papanya.Kulit kecoklatan om Dewa makin membuatnya terlihat macho dan keren dimata Rania.

"Ran,cepat ganti baju.Sebentar lagi kita makan bareng sama om Dewa." teriak mamanya saat Rania.hendak naik kekamarnya.Rania mengangguk.

"Wah,tidak usah yan.Aku makan nanti saja kalau udah sampai diproyek." tolak Dewa halus.Namun Ardi dan yanti istrinya makin memaksa.

"sekarang kan kamu sendirian Wa,nggak ada yang masakin.Udah nggak usah sungkan,sekali-kali makan barengan kita ya" ujar Ardinata kekeh pada pendiriannya.Dewa hanya mengangguk pasrah.Yanti masih menidurkan si bungsu Reno lalu meletakkanya kekamar.

Rania turun dengan kaos ketat warna putih dan rok sebatas lutut yang mengekspose tubuhnya.Ardinata yang melihat putrinya langsung melayangkan teguran keras.

"Rania,kembali kekamarmu dan ganti bajumu!"

"emangnya kenapa pa?" sahut Rania kesal karena dia sengaja berdandan seperti itu untuk menarik perhatian Dewa.

"Ya papa tidak suka.Kau sudah dewasa Ran,wajib menutupi aurat"

"Tapi kan Rania cuma dirumah pa,bukannya jalan-jalan." gadia itu masih berupaya membela diri.Dewa yang tadinya diam langsung bereaksi.

"Ganti bajumu atau aku akan memaksamu!" nada dingin itu lebih menakutkan dibanding amukan sang papa.Kadang Dewa malah lebih protective padanya dari pada papanya.Rania menundukkan wajahnya lalu berjalan lesu kekamarnya.Dia mengganti kaosnya dengan kaos agak kendur sebatas siku yang lebih sopan lalu turun lagi kebawah.

Makanan yang ada dimeja sama sekali tidak mengugah selera makan Rania.Gadis itu lebih banyak diam sambil sesekali mencuri pandangang pada om Dewa yang duduk didepannya.Pria bermata elang yang sudah membuatnya jatuh cinta.

Apa Rania salah jika jatuh cinta dengan pria di depannya?Dia masih terlihat keren diusianya.Dia juga duda tanpa anak yang yang sudah dua tahun ditinggal istrinya meninggal dunia karena Leukimia.

Sekilas Rania melirik kearah papanya juga.Ardinata yang menikah muda dengan ibunya karena kecelakaan saat kuliah semester pertama tetap awet muda meski punya anak dua.Pria tiga puluh tiga puluh delapan tahun itu masih terlihat bugar walau kalah gagah dari om Dewa yang berpostur athletis.

Acara makan selesai.Om Dewa segera pamitan untuk kembali ke proyek karena ada sesuatu yang direvisi.Sedang Rania?dia malah duduk sedih dibelakang rumah.Kenapa waktu bertemu om Dewa sangat pendek?

Smartphone dalam gengamannya berbunyi nyaring memutuskan lamunan Rania tentang Dewa.Mario teman sekelasnya menelepon mengajaknya bertemu di mall sore nanti.Rania tau Mario tertarik padanya dan ngebet mendekatinya.Tak jarang pemuda itu malah nekat main kerumah saat Rania tidak masuk sekolah.

"gimana Ran?kamu ada waktukan?kita nonton nanti"

"berdua saja?"

"iya memangnya sama siapa lagi?" jawab Mario dari seberang sana.

"ehh..kalau aku ngajak Mela gimana?"

"aduhh kamu nggak seru amat sih Ran.Aku tuh maunya berdua aja sama kamu" ujarnya masih ngeyel.

"tapi ntar aku dimarahin papa Yo"

"ya jangan bilang mau nontonlah.Kamu bilang aja kalau mau belajar kelompok kemana gitu" Rania masih diam dan berpikir.

"baiklah"

"oke,aku tunggu jam empat ya." nada girang terdengar dari mulut Mario saat akan menutup telephon.Mungkin akan lebih baik jika Rania membuka hati untuk Mario,teman sebayanya.Diantara gengnya disekolah memang dia satu-satunya yang jomblo,bukan karena tidak ada yang mau,tapi karena seluruh perasaanya sudah tertuju pada Dewa yang tidak mau tau.

Dewa selalu saja mengangapnya anak kecil.Kalaupun mereka dekat,itu juga karena Dewa dimintai tolong papanya disaat-saat tertentu.Rania mengeluh dalam hati...kenapa jatuh cinta segini amat ya Tuhaaann???

Pukul empat sore Rania sudah sampai didepan mall dengan ojek online yang dipesannya lewat aplikasi.Saat dia masih celingak celinguk kanan kiri,bahunya ditepuk seseorang.

"ehh Rio.Kamu bikin kaget aja" pekiknya.Pemuda itu malah tertawa ngakak.Andai saja Rania tidak jatuh hati pada Dewa,Mario pasti masuk kriterianya.Sayangnya,hati ini sudah berlabuh pada om-om duda teman papanya.

"masuk yuk" Mario menggandeng tangan Rania memasuki mall lalu menuju tempat pembelian tiket.Dia juga membeli beberapa cemilan untuk nanti.

Mereka duduk berdampingan saat menonton adegan demi adegan film action romantis terbaru itu.Saat Rania sangat fokus pada filmnya,tangan Mario mulai meraba-raba tubuhnya.Saat adegan romantis pemuda itu malah sudah memanyunkan bibirnya kedepan,mau nekat mencium Rania.

"ehm...ehm.." deheman keras dari belakang kursi mereka membuat Mario berjingkat.Dia dan Rania sontak menoleh kebelakang.

Dewa dengan wajah menyeramkan memelototi mereka berdua.

"pulang" sentaknya.Rania masih diam.

"pulang atau om seret kamu dari sini" bentak Dewa lagi.Rania masih diam.Antara tidak enak pada Mario juga takut jadi pusat perhatian.Melihat itu Dewa bergerak cepat melompati kursi penonton dan menarik paksa Rania keluar dari tempat itu.

"om lepasin om..sakit" teriak Rania tertahan.Untunglah suasana ruangan gelap gulita hingga tidak ada orang yang mengenalinya.Tapi tak urung Rania merasa malu juga.Dia meruntuk dalam hati,kenapa bertemu lagi dengan pria yang ingin dihindarinya?

Titip Rania

Dewa terus saja menarik pergelangan tangan Rania menuju mobilnya.Gadis kecil itu berulang kali meronta untuk melepaskan tangannya dari tangan besar Dewa,tapi kalah tenaga.Setelah mendorong Rania masuk,Dewa menjalankan mobilnya meninggalkan pelataran mall itu.

Rania masih cemberut seolah tidak terima diperlakukan begitu oleh Dewa.Lagian apa salahnya coba?Berulang kali dia mencari perhatian Dewa dengan tampil feminin,seksi,perhatian dan entah apalagi hingga Rania lupa.Tapi hasilnya...Dewa tetap menganggapnya anak kecil.

Puncak kekecewaan Rania adalah saat setahun lalu Dewa memutuskan menikah dengan Hafsah,bidan desa yang cantik dan alim,putri seorang kyai.Rania yang saat itu kelas dua SMA patah hati dan selalu menghindari bertemu Dewa,apalagi saat pria itu berkunjung kerumah dengan istrinya.Bisa dipastikan Rania akan mengunci diri dikamarnya.

Keharmonisan keluarga Dewa ditakdirkan tidak bertahan lama,enam bulan menikah,Hafsah dipanggil Yang Maha Esa karena Leukimia stadium empat yang dideritanya.Saat itu gantian Dewa yang terluka karena patah hatinya.

Lamunan Rania terputus karena Dewa hampir saja menyerempet emak-emak raja jalanan yang rating kiri belok kanan.Pria itu mendengus sebal saat sang emak bukannya merasa berdosa tapi malah melambaikan tangannya dada...dadaa...

"Om berhenti,Rania mau mampir kerumah Mela dulu." ujar Riana ketus.Sejenak Dewa menoleh padanya,tapi hanya sekilas.Sedetik kemudian dia tetap fokus ke jalanan.

"Tidak ada acara mampir-mampir.Pulang dan belajar sana!sebentar lagi kamu ujian kelulusan." sentak Dewa.

"om Dewa apaan sih?aku bukan anak kecil om."

"tau.Tapi kalau kejadian tadi terulang gimana?kamu menonton film 17+ dengan anak laki-laki yang akan menggerayangi kamu."

"yahh...kan aku juga udah 17 tahun lebih om,nggak ada salahnya dong aku pacaran." kilah Rania tetap dengan tatapan sebal.

Dewa terdiam.Sekarang Rania memang tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan menawan.Tidak ada lagi Rania yang merengek minta es krim padanya,tiduran dan bermain dengannya,atau Rania yang minta dicebokin setelah buang air padanya.Entah waktu yang berlalu begitu cepat,atau dia yang menolak tua?

"kau sudah dewasa Rania,sebaiknya pakai baju yang menutup aurat."

"emang kenapa?Rania cantik kalau begini.Kalau pakai baju dan kerudung mirip ibu-ibu ntar yang ada Rania diledekin temen.Om Dewa mau Rania tidak punya pacar kan?" nada ketus masih saja meluncur dari bibir Rania.Terlihat sekali gadis itu sangat kesal padanya.Dewa hanya menggelengkan kepalanya.

Tiba dipelataran rumah,mereka disambut Yanti,mamanya Rania.Wanita cantik itu tersenyum ramah saat melihat kedatangan mereka.

"kok bisa barengan?kalian dari mana aja Wa?" Rania yang cemberut langsung ketakutan,takut Dewa akan mengatakan kejadian tadi pada mamanya.Seketika dia tersadar jika Dewa bisa membuatnya dimarahi papa atau mamanya yang memang tidak suka Rania pacaran sebelum lulus sekolah.Mata indah Rania membola.

"Tadi ketemu Rania dijalan Yan.Ardi sudah pulang?" plong....seketika Rania menghembuskan nafas lega.Kakinya yang agak gemetar kembali normal.Ternyata Dewa tidak sejahat yang dia kira.Pria itu masih mau tutup mulut walau tadi sempat kesal dengannya.Rania segera masuk kedalam.

"Masuk dulu Wa.Makasih lho ya..udah ngantar Rania pulang." ujar mama Yanti lalu mempersilahkan Dewa masuk.

Setelah makan malam Dewa dan Ardi yang memang sahabat karib ngobrol hingga lupa waktu.Rania yang turun ke bawah karena merasa haus mendengar tawa keduanya diruang keluarga.Mamanya bahkan sampai membuatkan mereka dua cangkir kopi susulan lalu ikut nimbrung dan bercanda.Dewa memang akrab dengan keduanya karena teman satu kampus,bahkan teman sebangku papanya waktu SMA.

"Ran,sini!" panggil papanya.Rania ragu-ragu mendekati mereka.

"Besok papa sama mama mau kerumah pakdhe.Ada acar selamatan eyang disana.Pulangnya juga agak malam.Sementara kamu ditemani om Dewa sampai kami pulang ya?" ujar Ardi.

"kok tiba-tiba sih pa?"

"tadi papa mau bilang,kamunya ke rumah Mela."

"kalau begitu Rania nginep dirumah Mela aja." ujar Rania yang mencoba menghindar dari Dewa.

"Anak gadis nggak baik nginep rumah orang Ran.Udah,kamu dirumah aja sama om Dewa.Nanti mama usahakan pulang secepatnya." dan Rania hanya bisa mengangguk pasrah.Hari beratnya akan dimulai.Bertemu Dewa saja sudah membuat hatinya tersirap tidak karuan,bagaiman jika serumah berdua saja?pasti Rania akan sport jantung.Maka pilihan yang tepat adalah....tetap mengunci diri dikamar.

"Wa,besok aku sama Yanti berangkat pagi-pagi.Kamu nggak usah lama-lama diproyek,kan ada pak Rohim.Kalau Rania pulang sekolah kamu jemput dan langsung ajak pulang aja.Takutnya dia keluyuran nggak jelas." kata Ardi panjang lebar dan hanya diangguki oleh Dewa.

"Kami titip Rania ya Wa." ujar sang mama.

"Kalian seperti mau kemana aja?bukanya dari dulu Rania nitipnya ke aku ya."

"itu kan dulu Wa,pas Rania masih anak-anak.Sekarang sudah gede gini,kan makin susah ngaturnya." elak sang papa sambil tertawa lebar.Sejak dulu memang Rania selalu dititipkan pada Dewa jika rumah repot ada acara atau kedua orang tuanya ingin pergi kesuatu tempat.Tidak salah memang jika Dewa menganggap Rania adalah anaknya juga,karena dia juga ikut andil membesarkan Rania.

"iya..iya.Aku usahakan menjaga Rania sebaik mungkin Ar." sahut Dewa kemudian.Lagi-lagi Rania merasa jengah.Bingung harus bagaimana.Akhirnya dia pamit kembali ke kamarnya.Lebih baik melihat televisi atau bermain hp disana.

Hampir jam sepuluh malam Dewa baru pamit.Yanti membawakannya oleh-oleh berupa cemilan buatannya.Seperti biasa Dewa selalu menolak,tapi Yanti dan Ardi tetap memaksa hingga dia tidak punya pilihan selain menerima.

Setengah jam perjalanan untuk sampai kerumah milik dewa.Walau tidak begitu besar,tapi rumah itu begitu nyaman dengan dekorasi apik.Latar belakang Dewa memang seorang arsitek.Lahan tak luaspun jadi terlihat indah dan lapang ditangannya.

Dia membuka pintu dan lagi-lagi disambut kesunyian.Hatinya berteriak saat mengingat Hafsah,gadis sholehah yang didapatkanya dengan susah payah tapi hanya menemaninya sebentar.Dia juga ingin mempunyai keluarga yang lengkap dan harmonis seperti Ardi dan Yanti.Dia juga ingin ada istri yang menyambutnya saat dia pulang kerumah,menghangatkan ranjangnya saat gejolak itu ada.....tapi semuanya hanya impian belaka.Jangankan mencari istri pengganti,mengenal wanita saja dia enggan.

Dewa menarik nafas dalam lalu membaringkan dirinya di sofa,menghidupkan televisi untuk mengusir sepi.Kehidupan yang terlalu berat untuk dijalaninya sendiri diusia yang mungkin sudah tidak muda lagi.Sampai kapan dia akan begini?Lelah membuatnya tertidur dibuai mimpi.

Berdua di rumah

Sebuah mobil Avanza putih sudah terparkir didepan pagar sekolah saat Rania pulang sekolah.Ia tau itu mobil Dewa.Rania mencari alasan agar bisa pulang belakangan agar tidak ada temannya yang melihat dia pulang dijemput Dewa.

Saat keadaan sudah sepi,barulah Rania keluar dari kelasnya dan menghampiri Dewa.Gadis itu bergegas masuk lalu menutup pintu.Dewa segera mematikan hpnya dan melesat meninggalkan area sekolah.

"kita makan dulu ya."

"nggak usah om,mama udah nyiapin makan siang dirumah." Mereka terdiam lagi.Yanti memang tidak begitu suka makanan diluar,jadi dia sudah menyiapkan keperluan makan Rania untuk siang harinya pagi itu sebelum berangkat.

Memasuki pekarangan rumah,Rania segera turun lebih dulu untuk membuka pagar,lalu membiarkan mobil Dewa masuk sesuai instruksi papanya yang menyuruh dia tidak balik ke proyek untuk menemani Rania.Padahal Rania bukan anak kecil,sebentar lagi lulus SMA.Tapi papanya selalu saja bersikap seperti Dewa.Menganggapnya anak kecil.

Dewa berjalan mengekori Rania masuk.Ia memilih menyandarkan diri di sofa ruang keluarga.Tangannya masih sibuk dengan beberapa pesan yang masuk di ponselnya.Rania masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian lalu menyiapkan makan dan segelas teh untuk Dewa.

"om,makan dulu ya." Dewa beranjak ke meja makan,Ada menu sayur sop dan potongan ayam goreng serta perkedel kentang favoritnya.Yanti memang sudah tau makanan favoritnya.Mereka makan dalam keheningan.Rania sama sekali tidak berani menatap Dewa yang duduk di depannya.

Selepas acara makan dan cuci piring dan gelas bekas makan mereka,Rania memilih mengurung diri di kamar Reno yang letaknya di kamar depan.Dia malas kelantai atas karena tidak nyaman denga keberadaan Dewa.Alternatif yang tepat hanya mengurung diri disitu agar dia tau apa saja yang dilakukan Dewa tanpa bertatap muka.

Hari beranjak gelap,Dewa mengetuk pintu kamar Reno agar Rania keluar untuk makan malam.Dia sudah memesan masakan online untuk mereka berdua.Malas-malasan Rania bangun dan membuka pintu.

"Astaga Rania!kenapa kau belum mandi?ini sudah malam.Anak perempuan kok jorok.Sekarang cepetan mandi.Habis itu kita makan malam." ujar Dewa dengan mata berkilat marah.Rania yang tersinggung hanya melengos lalu menutup pintu kembali untuk mandi.Berbagai makian keluar dari mulut mungilnya.Entah kenapa dia sebal dengan kecerewetan Dewa yang melebihi papanya.

Saat dia keluar,Dewa baru saja selesai sholat maghrib.Dia menyerahkan sekotak makanan pada Rania dan satu lagi untuknya.Karena agak kesal dengan Dewa dia memilih makan di dalam kamar.

Beberapa pesan Mario masuk ke hpnya.Pemuda tampan itu tau papa mamanya tidak ada dirumah karena dia mendengar perkataan Rania pada Mela waktu mereka di kantin tadi siang.

ting!

'Ran,aku main kesitu ya.' pesan pertama Mario

'mau apa Yo?'

'ya main aja,masak nggak boleh.aku kangen sama kamu Ran'

Hati Rania berdebar.Mario memang idola sekolah dan terkenal play boy cap kadal yang selalu berganti-ganti pacar.Wajah tampan,anak orang kaya dan penampilannya memang meyihir siapa saja,termasuk Rania yang begitu bangga karena sekarang Mario berbalik mengejarnya.

'ada bodyguard papa dirumah'

'emangnya dia dimana?'

'nonton Tv,aku dikamar depan'

'ahh...mudah itu,kamu tinggal buka jendela depan,dia nggak akan tau aku datang.'

'Tapi aku takut Yo.kalau sampai dia tau dan lapor papa,habislah aku!'

'enggak akan tau.Aku ini tukang nyelinao terbaik Ran.'

'aku otewe ya.Lima belas menit lagi nyampe situ.'

Belum sempat dibalas,Mario sudah offline.Rania segera merapikan dirinya agar tidak terlihat kucel saat bertemu Mario nanti.Dia sedikit membuka pintu kamar dengan hati-hati untuk mengetahui keberadaan Dewa.Dia sedikit bernafas lega mendengar Dewa menelepon seseorang diteras belakang rumah.

Ketukan lirih pada jendela terdengar.Rania sudah memastikan Dewa belum masuk kerumah saat ia membuka jendela dan menyuruh Mario masuk.Rania terpana pada penampilan Mario malam itu.

"Ran,aku kangen kamu" ujar Mario lalu memeluk Rania tanpa ijin.Dia juga mendaratkan ciuman dibibir Rania.Ciuman pertama Rania sudah diambilnya.Anehnya Rania sama sekali tidak menolak.Dia terbuai dengan sensasi baru yang diberikan Mario padanya.

Saat tangan Mario menyentuh payudaranya,Rania tersentak dan mencoba melepaskan diri.Dia tidak suka diperlakukan lebih jauh lagi oleh Mario,tapi sayang dia kalah tenaga.Pemuda itu sudah mendorongnya ketempat tidur Reno dan menindihnya.Saat akan berteriak,Mario mengeluarkan sapu tangan dari saku pakaiannya dan langsung menempel di hidung Rania.Gadis itu tidak sadarkan diri.Mario menyeringai penuh nafsu dan mulai melakukan aksinya membuka pakaian Rania.

Belum sempat melakukan lebih jauh,pemuda itu mendengar deru mobil memasuki pekarangan rumah.Mengintip dari balik tirai dan tau mama papa Rania sudah pulang."ahhhh sialll!!" umpatnya lirih.Dia tidak mau ambil resiko.Segera dipungutinya kaos dan celananya lalu cepat-cepat meninggalkan rumah melalui jendela,lalu menutupnya kembali dengan hati-hati.

"Assalamualaiku"

"Walaikum salam" Dewa yang bergegas membuka pintu saat mendengar bel berbunyi.

"Kalian udah pulang?katanya mau sampai malam?"

"Reno nangis terus disana Wa.mungkin kecapekan.Tapi begitu dijalan,ehhh..dia ceria lagi." jawab Yanti sambil mencubiti pipi Reno yang tertawa riang.

"Rania mana?" tanya Ardi.Dewa menunjuk kamar Reno.

"Dari pulang sekolah tadi dia mengurung diri di kamar Reno,agak marah tadi waktu kusuruh mandi Ar." Ardin tersenyum.Dia hafal kebiasaan Rania yang malas mandi sore hari kalau tidak diperintah atau dimarahi.Anak gadisnya itu memang tergolong bebal.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya Ar,ada janji dengan Malik."

"nggak makan dulu Wa."

"udah makan sama Rania tadi."

"hey...bawa pulang ini untuk dirumah nanti." Teriak Yanti sambil memasukkan paksa sesuatu di kantong besar.

"ini dari yang punya hajat tadi Wa.makasih ya udah jaga Rania." ucap yanti.Dewa mengacungkan jempolnya lalu masuk mobil.

Ardi dan yanti memasuki rumah saat mobil Dewa sudah hilang ditikungan.Mereka melepas penat sebentar sambil ngobrol dan bercanda dengan Reno.

"Pa,panggil gih.Biasanya dia paling heboh kalau ada orang pulang kondangan.Kok ini adem ayem saja di kamar."

Ardin mengetuk pintu dan memanggil nama Rania berkali- kali tapi tetap tidak ada sahutan.

"ma,mana kunci cadangan kamarnya Reno.Papa takut Rania kenapa-napa ini." Yanti bergegas mengambilkan kunci dan membuka pintu kamar Reno untuk suaminya.

"astaga Raniaaa!!!!" teriak Yanti lalu.Ardi yang penasaran masuk ke kamar dan melihat putrinya telanjang bulat ditutupi selimut dengan asal-asalan.Beberapa kissmark terpampang dileher putihnya.Rania yang mendengar teriakan mamanya terbangun dan memegangi kepalanya yang terasa berat.

"Pakai pakaianmu dan temui papa diluar!" sentak ardin dengan emosi.Yanti masih menangis pilu.Dia begitu terluka melihat perbuatan Rania.Gadis masih tampak bingung.Ingatannya berputar pada kejadian Mario tadi.yah...dia yakin Mario menjebaknya.

"Siapa yang melakukan ini padamu Rania!!" tanya Ardin menahan amarahnya.Matanya sampai memerah dan jari-jarinya mengepal erat.Rania berpikir cepat.Dia tidak mungkin mengatakan kalau sudah memasukkan Mario dengan sembunyi-sembunyi kerumah.Bisa habis dia.

"Rania katakan!!" teriak Ardin sambil menggebrak meja hingga Reno kaget dan menangis.

"o...om Dewa pa."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!